di media massa, baik cetak maupun elektronik karena tayangan tak mendidik itu banyak peminatnya dan tinggi ratingnya.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada era modern saat ini, televisi dapat memberikan nilai-nilai kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. membuat informasi yang dibutuhkan dapat diakses dengan cepat, dan memiliki tampilan yang

BAB I PENDAHULUAN. : Setiap orang berhak atas kemerdekaan berserikat, berkumpul, dan. mengeluarkan pendapat. Serta ditegaskan dalam Pasal 28F, yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menggabungkan information (informasi) dan infotainment (hiburan). Artinya

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri dan selalu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan sebagai konsumsi sehari hari seperti makanan.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

#! Beragam peristiwa dan informasi yang diperoleh masyarakat tidak terlepas dari peranan suatu media massa dalam hubungannya dengan penyajian dan inte

BAB I PENDAHULUAN. massa yang setiap hari selalu memberitakan mengenai kasus-kasus kejahatan dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan kegiatan yang dibutuhkan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menyampaikan pesannya bersifat audio visual, yakni dapat dilihat dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan jaman, kemajuan teknologi kian hari semakin

BAB I PENDAHULUAN. maju begitu pesat. Dari berkembangnya hal tersebut, kebutuhan informasi bagi

TV 96% Radio 38% Koran 8% Online 40% Internet

BAB I PENDAHULUAN. pun mulai bebas mengemukakan pendapat. Salah satunya adalah kebebasan di bidang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi kini semakin

Review Buku: Meneguhkan Dakwah Bi al-kita>bah Melalui Fikih Jurnalistik

BAB I PENDAHULUAN. pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang. pribadi, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi, komunikasi massa,

BAB 4 METODE PERANCANGAN Masalah yang akan dikomunikasikan

BAB I PENDAHULUAN. luar biasa. Dalam komunikasi massainformasi disampaikan melalui media massa.

BAB I PENDAHULUAN. pada hakikatnya sudah dikenal sejak lama sebelum kebudayaan tulis atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kabar, menonton berita, mendengarkan radio, mengakses berita melalui internet.

BAB 1. Pendahuluan. Media massa adalah sebuah media yang sangat penting pada jaman ini, karena

BAB I PENDAHULUAN. media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia. penting dalam peta perkembangan informasi bagi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan komunikasi dari waktu ke waktu selalu mengalami

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Media massa yaitu saluran sebagai alat atau sarana yang dipergunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. membuat setiap orang melakukan berbagai bentuk komunikasi, seperti

BAB V PENUTUP 5.1. KESIMPULAN. Praktik jurnalisme kloning kini menjadi kian populer dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. digunakan pada tahun 1920-an untuk mengistilahkan jenis media yang secara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial sangatlah penting untuk bisa berkomunikasi secara global

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Komunikasi merupakan kegiatan sehari-hari yang sangat penting.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang berkembang dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan kebutuhan masyarakat akan informasi semakin besar. Dan informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan surat kabar yang merupakan media cetak. Media televisi dengan

BAB I PENDAHULUAN. jenis kelamin, pendidikan, maupun status sosial seseorang. Untuk mendukung

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sarana komunikasi, baik dia bertindak sebagai komunikator (pembicara atau

PENULISAN BERITA TELEVISI

BAB 1 PENDAHULUAN. Televisi sebagai salah satu media massa elektronik yang bersifat audio dan

BAB I PENDAHULUAN. ingin tahi inilah yang memaksa manusia untuk berkomunikasi. Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. yang penting yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah perkembangan umat

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi antar umat manusia satu sama lain. Komunikasi begitu sangat penting

BAB 1 PENDAHULUAN. ke komunikan. Media massa yang terdiri dari media cetak dan elektronik dapat

BAB I PENDAHULUAN. perkembanganmasyarakat perkotaan dan industri, sebagai bagian dari budaya

BAB 1 PENDAHULUAN. makhluk hidup yang lainnya, manusia dalam usahanya memenuhi kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat dibutuhkan manusia, dan manusia tidak bisa hidup tanpa

BAB I PENDAHULUAN. dan terpercaya merupakan sesuatu yang sangat dubutuhkan oleh. masyarakat. Kebutuhannya itu dapat terpenuhi bila mengkonsumsi produk

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Mencermati hasil analisis data dan pembahasan mengenai profesionalisme wartawan / jurnalis pada stasiun televisi lokal

BAB I PENDAHULUAN. Pesan bisa menjadi sebuah informasi yang sangat penting untuk

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) HUKUM DAN KODE ETIK JURNALISTIK

BAB 1 PENDAHULUAN. sekaligus menyatakan tanggung jawab media kepada masyarakat. Beberapa ahli

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. berbagai ide yang di bawa dalam istilah itu. Definisi mana yang kita pilih,

PENDAHULUAN Latar Belakang


BAB 1 PENDAHULUAN. keinginan stasiun televisi masing-masing. Isi program tersebut meliputi News

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL RANTAU TV (RAN TV) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Dangdut merupakan musik asli Indonesia yang memiliki banyak peminat.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

S A L I N A N KEPUTUSAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA NOMOR 007/SK/KPI/5/2004 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang sangat pesat. Apalagi banyak masyarakat yang membutuhkan teknologi itu

BAB I PENDAHULUAN. menjawab pertanyaan berikut: Who Say What In Which Channel To Whom With

BAB I PENDAHULUAN. Informasi sudah menjadi kebutuhan setiap manusia untuk mencapai suatu tujuan.

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan Pers. Seperti yang sering dikemukakan, bahwa kebebasan bukanlah semata-mata

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai media, tentunya tidak terlepas dari konsep komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. gaya hidup sehat untuk kehidupan sehari-hari. Di dalam komunikasi ada beberapa unsur yakni sumber pesan (source),

BAB I PENDAHULUAN. dapat langsung tersampaikan kepada khalayak dalam waktu singkat.

Kata istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal. dari bahasa Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Perkembangan perbankan syariah tahun

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Televisi di Indonesia saat ini sangat pesat. Ini terlihat dari

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan teknologi komunikasi yang kian canggih,

BAB I PENDAHULUAN. I. 1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan kegiatan sehari-hari yang sangat penting,

BAB I PENDAHULUAN. Ketika mendengar Berita Kriminal Sergap di RCTI, sekilas. dan penjelasan yang panjang sehingga membuat pendengar atau pemirsa

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Balakang

BAB 1 PENDAHULUAN. banyaknya program acara variety show, reality show, infotainment menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan suatu hal yang tidak dapat kita lepaskan dari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Transkripsi:

Kalau saya ditanya, tanpa tedeng aling-aling menyimpulan karya berita yang ditampilkan sebagian sebagian berselera rendah, tidak mendidik, melanggar Kode Etik Jurnalistik Diskusi kecil saya dengan M. Rudy Irfan selaku pimpinan salah satu bank nasional di Medan Rabu (28 Juli) menyimpulkan akan sulit menghilangkan tayangan ala di media massa, baik cetak maupun elektronik karena tayangan tak mendidik itu banyak peminatnya dan tinggi ratingnya. Mengapa mereka keranjingan tayangan jenis hiburan berselera rendah? Tidak lain karena tingkat pendidikannya memang belum menjangkau hal-hal yang lebih rasional dan bermanfaat bagi masa depan. Informasi atau tayangan tak mendidik yang saya maksud tidak saja terkait dengan berita dalam belaka, tapi juga menyangkut tayangan-tayangan lainnya, seperti film, sinetron, talk show, lawakan, kuis, dunia gaib dll yang topik dan narasumbernya kurang memberikan pencerahan atau tidak mencerdaskan masyarakat. Pasca dikeluarkannya tujuh fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat pada Selasa 27 Juli 2010 di Jakarta, pro dan kontra seputar tayangan tak mendidik ala kembali marak. Terutama di kalangan jurnalis dan organisasinya (PWI/AJI/Dewan Pers, dan KPI). Sudah cukup lama terjadi perdebatan, apakah tayangan berita ala termasuk karya jurnalistik (fakta) atau karya jurnalistik abal-abal karena non-faktual alias menjual gosip murahan belaka. Kalau saya ditanya, tanpa tedeng aling-aling menyimpulan karya berita yang ditampilkan sebagian sebagian berselera rendah, tidak mendidik, melanggar Kode Etik Jurnalistik. Lumayan kalau mereka mau bergabung dengan PWI/AJI sehingga bisa dibina untuk lebih memahami tugas dan tanggung jawab sebagai wartawan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Pers No 40/1999. Sayangnya, sebagian awak infotainm ent memi lih jalan sendiri karena mereka dipekerjakan oleh pemilik rumah produksi, diberi target. 1 / 6

Wajar kalau mereka kurang memahami kode etik dan tahapan reporting sehingga cara kerjanya terlihat kasar dan brutal terhadap narasumber. Mereka cenderung menghalalkan segala cara, mengejar target berita versi mereka yang berarti menomorsatukan kepentingan pribadi untuk mendapatkan uang. Saya memahami tidak mudah bagi MUI membuat fatwa haram, khususnya bagi tayangan infota inment, karena harus melakukan kajian mendalam, melihat isinya dari berbagai aspek hukum dan kemajuan zaman sebelum membuat ijtihad berdasarkan acuan utamanya Al-Quran dan Al-Hadits. Dan tidak semua isi dalam tayangan tidak mendidik. Ternyata, kajian MUI sepakat memandang tayangan berita ala masuk dalam kategori ghibah. Sehingga MUI Pusat tak ragu memutuskan setiap pemberitaan, penyiaran dan penayangan aib orang, gosip, fitnah masuk dalam golongan haram. Berarti, yang menonton pun terkena larangan atau sanksi dosa. Konsekuensi dosa bagi pembuatnya maupun bagi yang membaca, mendengar, atau menontonnya. Sangat menarik mengkaji ketujuh fatwa itu:1. Membolehkan asas pembuktian terbalik dalam kasus hukum tertentu misalnya untuk pembuktian kekayaan seseorang yang diduga diperoleh secara tidak sah; 2. Membolehkan pilot yang sedang bertugas tidak berpuasa di bulan Ramadhan. Bagi yang terbang terus-menerus dapat mengganti puasa dengan fidyah, sementara yang temporer bisa mengganti dengan puasa di lain hari; 3. Mengharamkan kawin kontrak atau nikah wisata; 4. Operasi ganti kelamin diharamkan tanpa ada alasan alamiah dalam diri yang bersangkutan sesuai regulasi Kementerian Kesehatan. Pengharaman juga berlaku bagi tenaga medis yang melakukan. Namun MUI membolehkan penyempurnaan alat kelamin; 5. Mengharamkan donor sperma dan bank sperma. Namun bank air susu ibu dibolehkan; 6. Mengharamkan donor organ jika pendonor masih hidup. 2 / 6

Pendonor harus sudah meninggal, sukarela dan tidak komersial. Sementara donor organ binatang dibolehkan jika tak ada pilihan lain. 7. Mengharamkan pemberitaan, penyiaran dan penayangan aib orang. Pengecualian hanya demi kepentingan umum seperti untuk penegakan hukum. Tapi fatwa ketujuh yang akan saya bahas lebih lanjut. Tayangan Sampah Terkait dengan fatwa MUI Pusat mengharamkan berita ala yang senang membuka aib orang, publik kembali terkejut. Mudah-mudahan keterkejutan kali ini dibarengi dengan perubahan sikap. Artinya, tidak seperti yang lalu-lalu. Fatwa dianggap angin lalu. Sebelumnya, sejumlah ulama di pesantren sudah menyatakan hal serupa, tapi kurang didengar. Kita juga mengetahui adanya fatwa haram yang diputuskan pada Munas Alim Ulama NU di Surabaya tahun 2006 tapi gaung pro-kontranya juga hanya sebentar. Bahkan, belakangan ini semakin marak tayangan sejenis di media massa elektronik. Publik dijejali tayangan sampah yang kontennya berupa gosip, fitnah, pornografi, dan rumor yang tak jelas asal-usulnya. Hal-hal yang tak penting itu ditayangkan sejak pagi, siang, hingga malam hari. Sedangkan upaya pemberian sanksi tegas buat mereka yang terlibat di dalamnya, apakah oknum 3 / 6

wartawan, atau yang memproduksinya dan juga media televisinya belum terlihat sama sekali. Peran KPI dan pihak sensor sepertinya tidak jalan. Saya memang sejak lama membagi media massa dalam dua bagian. Media yang positif dan media negatif. Media massa cetak positif cukup berkembang. Mereka menjalankan fungsi pers; menyebarkan informasi secara profesional, mendidik, menjalankan sosial control, menghibur dll. Jumlah pembacanya sangat besar dibanding media massa negatif. Di media audio visual pun serupa saja. Selalu ada tayangan yang positif dan negatif. Informasi berita maupun hiburan yang positif cukup menonjol, namun informasi berita maupun tayangan hiburan yang negatif pun berkembang pesat. Complain masyarakat mengalir deras, namun tidak ada tindak lanjut, serba mengambang, karena masing-masing mempunyai argumentasi dan berusaha bisa tetap eksis. Rekan-rekan jurnalis mengategorikan tayangan tak mendidik itu sama dengan sampah tak berguna. Jadi harus dibersihkan dari ranah jurnalistik. Tapi, upaya melakukan pembersihan tidak semudah mengucapkannya. Masalahnya, tidak semua isi tayangan itu masuk jenis sampah, terkadang muncul juga liputan yang benar-benar menarik, informasinya dibutuhkan masyarakat, mendidik. Oleh karena itu, fatwa haram MUI Pusat tidak terbatas berita sampah di tayangan infotainme nt belaka, 4 / 6

tetapi semua media massa baik cetak (surat kabar, majalah, tabloid) maupun radio dan televisi, termasuk online yang isinya meresahkan masyarakat, menyangkut hal-hal yang sia-sia, apalagi dapat merusak keimanan, menjadikan keburukan atau aib orang sebagai bahan pembicaraan, menjadi gunjingan sehingga membuat masyarakat, khususnya wanita dan ibu-ibu, bahkan kaum lelaki juga ikut-ikutan menjadi tidak produktif. Penutup Kondisi yang awalnya biasa-biasa saja, di mana media massa menjadikan soft news atau feature sebagai pelengkap dan variasi atau hiburan, kini sudah berbalik menjadi menu utama sehingga sangat membahayakan masa dengan masyarakat, terutama sekali generasi muda. Justru itu kita mendukung fatwa MUI yang mengharamkan tayangan ala berita infortainment. Mencermati kondisi yang demikian, perkembangan media semakin meresahkan maka keputusan para ulama membuat fatwa haram terhadap berita ala wajib didukung semua elemen masyarakat. Sangat positif sebagai pesan moral. Fatwa haram MUI ini sangat tepat sesuai dengan ajaran Islam. Harapan kita tentunya masyarakat tidak menjadikan berita yang sarat dengan gosip, menyebarkan aib orang, fitnah dll yang tak berguna itu sebagai kebutuhan. Umat Islam perlu mematuhi fatwa meskipun dalam hukum positif bisa tidak mengikat. Tapi, semuanya itu terpulang pada masyarakat. Kuncinya ada di tangan pembaca, pendengar, dan pemirsa. Jangan mau dijadikan budak tayangan sampah. Kalau masyarakat tidak menonton tayangan sampah sejenis berita dipastikan stasiun televisi akan menghentikannya. Saya berharap rekan-rekan seprofesi mendukung penuh fatwa MUI melawan berita ala 5 / 6

sekaligus membersihkan tanyangan sampah. ***** ( Sofyan Harahap : Penulis adalah wartawan Waspada ) 6 / 6