BERITA NEGARA. No.621,2013 KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI. Penyelesaian. Kerugian Negara. Bukan Bendahara. Tata Cara.

dokumen-dokumen yang mirip
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG TUNTUTAN GANTI KERUGIAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA TUNTUTAN GANTI KERUGIAN DAERAH

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBAGA SANDI NEGARA. Kerugian Negara. Penyelesaian. Tata Cara.

KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA TUNTUTAN GANTI KERUGIAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR TENTANG TATA CARA TUNTUTAN GANTI KERUGIAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.138, 2009

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENYELESAIAN TUNTUTAN KERUGIAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2015, No Mengingat :1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PENYELESAIAN TUNTUTAN KERUGIAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG TUNTUTAN GANTI KERUGIAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. No.2052, 2015 KEMENKUMHAM. Kerugian. Negara. Penyelesaian. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 41 / HUK / 2010 TENTANG

2014, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lemb

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2011 TENTANG PENYELESAIAN KERUGIAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA TUNTUTAN GANTI KERUGIAN DAERAH

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 76/HUK/2006 TENTANG

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENYELESAIAN KERUGIAN NEGARA DI LINGKUNGAN LEMBAGA SANDI NEGARA

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

Menimbang : a. bahwa untuk kelancaran pemulihan kerugian Daerah agar dapat berjalan lebih

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 8 TAHUN 2002 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 7 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG TUNTUTAN PERBENDAHARAAN DAN TUNTUTAN GANTI RUGI KEUANGAN DAN BARANG DAERAH

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2009 NOMOR : 13 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2003 NOMOR 19 SERI D PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA TUNTUTAN GANTI KERUGIAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA TUNTUTAN GANTI KERUGIAN DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

2018, No.4-2- Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia

2017, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembara

PERATURAN MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG

PENYELESAIAN GANTI KERUGIAN NEGARA TERHADAP BENDAHARA. Oleh: Mukhtaromin (Widyaiswara Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan) ABSTRAK:

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA TUNTUTAN GANTI KERUGIAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I. KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Propinsi Jawa Barat.

Menimbang : a. bahwa untuk kelancaran pemulihan kerugian Daerah agar dapat berjalan lebih

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PENYELESAIAN KERUGIAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENYELESAIAN KERUGIAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KPK. Gratifikasi. Pelaporan. Penetapan. Pedoman. Perubahan.

PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG TUNTUTAN PERBENDAHARAAN DAN TUNTUTAN GANTI RUGI KEUANGAN DAN BARANG DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG TUNTUTAN PERBENDAHARAAN DAN TUNTUTAN GANTI RUGI KEUANGAN DAN BARANG DAERAH

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.05/MEN/2011

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 14 TAHUN 2012

2 Utara telah diserahkan kepada unit-unit terkait di lingkungan Kementerian Keuangan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 59/KMK.06/2013 tenta

3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 02/PRT/M/2009

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENJUALAN KENDARAAN PERORANGAN DINAS TANPA MELALUI LELANG. sinarmedia-news.com

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG TATA CARA PENYELESAIAN GANTI KERUGIAN NEGARA/DAERAH TERHADAP BENDAHARA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 169/PMK.06/2010 TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN BARANG MILIK NEGARA PADA PERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA DI LUAR NEGERI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG PEMERIKSAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63/PMK.06/2014 TENTANG

2016, No Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indon

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA TUNTUTAN GANTI KERUGIAN DAERAH

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2009 NOMOR : 13 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 6 TAHUN 2014 SERI E.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 5 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG PEMERIKSAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG PEMERIKSAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN SEKRETARIS JENDERAL BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74/K/X-XIII.2/2/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI SEKRETARIS NEGARA NOMOR 2 TAHUN

BERITA NEGARA. No.868, 2013 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Hukuman Disiplin. Penindakan Administratif. Pedoman. Pencabutan.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 123/PMK.06/2013 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76/PMK. 011/2012 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENYELESAIAN TUNTUTAN KERUGIAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 107 TAHUN 2012

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG,

Transkripsi:

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.621,2013 KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI. Penyelesaian. Kerugian Negara. Bukan Bendahara. Tata Cara. PERATURAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENYELESAIAN KERUGIAN NEGARA BUKAN TERHADAP BENDAHARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam pengelolaan Keuangan Negara dan Barang Milik Negara bukan terhadap Bendahara di lingkungan Komisi Pemberantasan Korupsi, dapat terjadi peristiwa yang mengakibatkan kerugian negara; b. bahwa Pimpinan, Penasihat, Pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi, atau Pihak lain yang mengakibatkan terjadinya kerugian negara di lingkungan Komisi Pemberantasan Korupsi wajib mengganti Kerugian Negara; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan Komisi Pemberantasan Korupsi tentang Tata Cara Penyelesaian Kerugian Negara Bukan Terhadap Bendahara.

2013, No.621 2 Mengingat : 1 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4250); 2 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4609); 6. Peraturan Komisi Pemberantasan Korupsi Nomor 03 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Komisi Pemberantasan Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Komisi Pemberantasan Korupsi Nomor 02 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Komisi Pemberantasan Korupsi Nomor 03 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Komisi Pemberantasan Korupsi; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA TENTANG TATA CARA PENYELESAIAN KERUGIAN NEGARA BUKAN TERHADAP BENDAHARA BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Komisi Pemberantasan Korupsi ini, yang dimaksud dengan:

3 2013, No.621 1. Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi yang selanjutnya disebut Pimpinan adalah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. 2. Tim Penasihat Komisi Pemberantasan Korupsi yang selanjutnya disebut Penasihat adalah sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. 3. Pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi yang selanjutnya disebut Pegawai adalah sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2005 tentang Manajemen Sumber Daya Manusia Komisi Pemberantasan Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 103 Tahun 2012 tentang Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2005 tentang Manajemen Sumber Daya Manusia Komisi Pemberantasan Korupsi. 4. Pihak Lain adalah setiap orang selain Pimpinan, Penasihat, Pegawai, ataupun Bendahara Komisi. 5. Bendahara adalah Pegawai yang diberi tugas untuk dan atas nama Komisi, menerima, menyimpan, membayarkan/menyerahkan uang, surat berharga, dan/atau barang-barang milik negara. 6. Kerugian Negara Bukan Terhadap Bendahara yang selanjutnya disebut Kerugian Negara adalah kekurangan uang, surat berharga, dan/atau barang yang nyata dan pasti jumlahnya. 7. Tim Pemeriksa adalah Tim yang dibentuk oleh Deputi Pengawasan 8. Internal dan Pengaduan Masyarakat untuk melakukan pemeriksaan atas dugaan terjadinya Kerugian Negara. 9. Terperiksa adalah Pimpinan, Penasihat, Pegawai, atau Pihak Lain yang diduga melakukan perbuatan yang menimbulkan Kerugian Negara. 10. Surat Keterangan Tanggung Jawab Mutlak, yang selanjutnya disebut SKTJM adalah surat pernyataan kesanggupan dan/atau pengakuan dari Pimpinan, Penasihat, Pegawai, atau Pihak Lain yang menyatakan bertanggung jawab dan bersedia untuk melakukan penggantian atas Kerugian Negara yang terjadi. 11. Penyelesaian Kerugian Negara Dengan Cara Damai adalah upaya untuk memperoleh kembali pengembalian sepenuhnya atas Kerugian Negara dalam waktu tertentu baik secara tunai maupun angsuran tanpa melalui proses Tuntutan Ganti Kerugian Negara.

2013, No.621 4 12. Tuntutan Ganti Kerugian Negara adalah tuntutan terhadap Pimpinan, Penasihat, Pegawai, atau Pihak Lain untuk bertanggung jawab atas Kerugian Negara setelah upaya penyelesaian secara damai tidak berhasil dicapai. 13. Barang Milik Negara adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. 14. Penghapusan Tagihan Negara adalah penghapusan suatu tagihan negara dari pembukuan baik yang bersifat sementara maupun tetap berdasarkan alasan-alasan tertentu, yaitu tidak dapat ditagih baik karena tidak diketahuinya pihak yang bertanggungjawab maupun tidak mempunyai orang yang bertanggungjawab memenuhi kewajibannya. 15. Keputusan Pembebanan Ganti Kerugian Negara yang selanjutnya disebut Keputusan Pembebanan adalah Surat Keputusan yang dikeluarkan oleh Pimpinan tentang Pembebanan Ganti Kerugian Negara Bukan Terhadap Bendahara. 16. Keputusan Pembebasan Ganti Kerugian Negara yang selanjutnya disebut Keputusan Pembebasan adalah Surat Keputusan yang dikeluarkan oleh Pimpinan tentang Pembebasan Ganti Kerugian Negara Bukan Terhadap Bendahara. 17. Pimpinan Unit Kerja adalah pejabat struktural paling rendah setingkat Kepala Biro atau Direktur. 18. Keadaan Kahar (force majeure) adalah keadaan di luar dugaan atau kemampuan manusia yang antara lain disebabkan oleh bencana alam, gempa bumi, tanah longsor, banjir, perang, atau keadaan lain yang dinyatakan secara resmi oleh pemerintah. BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 (1) Peraturan ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi Komisi untuk mengatur tata cara penyelesaian ganti Kerugian Negara di lingkungan Komisi yang dilakukan Pimpinan, Penasihat, Pegawai, dan Pihak Lain. (2) Tata cara Penyelesaian ganti Kerugian Negara ini bertujuan untuk: a. mengembalikan Kerugian Negara yang telah terjadi; b. menciptakan tertib administrasi Keuangan Negara dan Barang Milik Negara; dan c. menciptakan disiplin dan tanggung jawab Pimpinan, Penasihat, Pegawai, dan Pihak Lain dalam mengelola Keuangan Negara dan/atau Barang Milik Negara yang bukan terhadap Bendahara.

5 2013, No.621 BAB III RUANG LINGKUP Pasal 3 (1) Peraturan Komisi ini mengatur tata cara penyelesaian Kerugian Negara terhadap Pimpinan, Penasihat, Pegawai, atau Pihak Lain yang bukan Bendahara di lingkungan Komisi Pemberantasan Korupsi. (2) Tata cara penyelesaian Kerugian Negara terhadap Bendahara di lingkungan Komisi, mengacu pada peraturan yang diterbitkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia tentang Tata Cara Penyelesaian Kerugian Negara Terhadap Bendahara. BAB IV PENYEBAB TERJADINYA KERUGIAN NEGARA Pasal 4 Kerugian Negara yang diproses berdasarkan Peraturan ini adalah Kerugian Negara di lingkungan Komisi sebagai akibat terjadinya: a. pelanggaran administratif atau prosedur dalam pengelolaan Keuangan Negara atau Barang Milik Negara yang bukan terhadap Bendahara berdasarkan peraturan perundang-undangan ataupun ketentuan internal Komisi, yang dilakukan oleh Pimpinan, Penasihat, Pegawai, dan/atau Pihak Lain; atau b. keadaan memaksa (overmacht) atau keadaan kahar (force majeure). BAB V PROSEDUR PELAPORAN Pasal 5 (1) Pimpinan, Penasihat, Pegawai, atau Pihak Lain yang mengakibatkan atau mengetahui adanya Kerugian Negara wajib melaporkan secara tertulis kepada Direktur Pengawasan Internal dengan tembusan kepada Sekretaris Jenderal paling lambat 7 (tujuh) hari sejak Kerugian Negara tersebut diketahui. (2) Khusus terhadap Penasihat dan Pegawai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga diwajibkan memberikan tembusan kepada atasan langsung. (3) Selain diperoleh dari Pimpinan, Penasihat, Pegawai, atau Pihak Lain, Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diperoleh dari: a. pengawasan dan/atau pemberitahuan dari Pimpinan Unit Kerja; b. Biro Umum sebagai pengelola Barang Milik Negara;

2013, No.621 6 c. hasil kegiatan pengawasan yang dilakukan Direktorat Pengawasan Internal atau hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan; atau d. pihak-pihak lainnya. (4) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) disampaikan dengan mengisi Formulir Laporan pada Direktorat Pengawasan Internal, yang antara lain memuat informasi tentang: a. pihak yang diduga melakukan perbuatan yang mengakibatkan terjadinya Kerugian Negara; b. waktu terjadinya Kerugian Negara; c. tempat terjadinya Kerugian Negara; d. peristiwa terjadinya Kerugian Negara; dan e. perkiraan jumlah Kerugian Negara. Pasal 6 Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dapat dilampirkan dengan surat laporan kehilangan yang dikeluarkan oleh kepolisian setempat. BAB VI PROSEDUR PEMERIKSAAN Pasal 7 (1) Dalam waktu 7 (tujuh) hari sejak Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) diterima oleh Direktur Pengawasan Internal, Deputi Pengawasan Internal dan Pengaduan Masyarakat membentuk Tim Pemeriksa yang bertugas untuk menentukan apakah terdapat Kerugian Negara atau tidak yang dilakukan sendiri atau bersamasama oleh Pimpinan, Penasihat, Pegawai, atau Pihak Lain. (2) Dalam melakukan pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Tim Pemeriksa dapat melakukan: a. permintaan keterangan terhadap pihak-pihak terkait; b. pemeriksaan tempat kejadian peristiwa; c. pengumpulan bukti-bukti yang diperlukan; d. permintaan keterangan terhadap Terperiksa; dan/atau e. tindakan-tindakan lain yang dianggap perlu. (3) Tindakan-tindakan Tim Pemeriksa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus dibuatkan Berita Acara.

7 2013, No.621 (4) Dalam proses pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Terperiksa dapat mengajukan pembelaan dan bukti-bukti yang meringankan. (5) Proses pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan paling lama 20 (dua puluh) hari kerja terhitung sejak Tim Pemeriksa dibentuk. Pasal 8 (1) Deputi PIPM meminta Sekretaris Jenderal untuk menentukan besaran nilai Kerugian Negara. (2) Besaran nilai Kerugian Negara disampaikan Sekretaris Jenderal kepada Deputi PIPM dalam jangka waktu paling lama 15 (lima belas) hari kerja terhitung sejak Sekretaris Jenderal menerima permintaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). (3) Untuk menentukan besaran Kerugian Negara, Sekretaris Jenderal dapat menugaskan: a. Kepala Biro Umum apabila Kerugian Negara timbul akibat terjadinya kehilangan/kerusakan Barang Milik Negara; atau b. Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan apabila Kerugian Negara timbul akibat terjadinya kehilangan/kekurangan uang atau surat berharga. (4) Apabila dipandang perlu, Sekretaris Jenderal dapat menunjuk lembaga, pejabat, atau orang yang berwenang untuk membantu penentuan besaran nilai Kerugian Negara. Pasal 9 (1) Dasar penentuan besaran nilai Kerugian Negara karena hilangnya uang ditetapkan berdasarkan jumlah selisih kurang yang terdapat dalam pembukuan dan/atau catatan lainnya. (2) Dasar penentuan besaran nilai Kerugian Negara karena hilangnya Barang Milik Negara adalah sebagai berikut: a. Kendaraan bermotor ditetapkan berdasarkan harga dasar pengenaan pajak kendaraan bermotor yang berlaku pada Kantor Kepolisian/POLDA setempat, pada saat kejadian. b. Perlengkapan/alat rumah tangga kantor/barang Milik Negara lainnya, seperti notebook, komputer, proyektor dan lain-lain ditetapkan berdasarkan harga pasar barang menurut jenis spesifikasi yang sama, pada saat barang tersebut hilang dengan memperhitungkan penyusutan paling besar 10%/tahun atau dengan kondisi barang terendah paling ringan 20% dari harga taksiran.

2013, No.621 8 c. Bangunan gedung, ditetapkan berdasarkan standar harga dengan memperhitungkan penyusutan sesuai Keputusan Menteri yang membidangi pekerjaan umum pada saat kejadian. d. Tanah, ditetapkan berdasarkan nilai jual tanah yang berpedoman pada Nilai Jual Obyek Pajak atau harga pasar yang berlaku pada saat Kerugian Negara terjadi (menggunakan nilai/harga yang lebih tinggi). (3) Dasar penentuan besaran nilai Kerugian Negara karena rusaknya Barang Milik Negara, adalah sebesar biaya perbaikan. (4) Apabila Barang Milik Negara yang rusak tidak dapat diperbaiki maka dasar penentuan besaran nilai Kerugian Negara mengacu pada dasar penentuan nilai kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat (2). Pasal 10 (1) Setelah menerima besaran nilai Kerugian Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2), Tim Pemeriksa membuat hasil pemeriksaan dalam bentuk Laporan Hasil Pemeriksaan yang ditandatangani oleh Tim Pemeriksa dan Direktur Pengawasan Internal untuk disampaikan kepada Deputi Pengawasan Internal dan Pengaduan Masyarakat. (2) Dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja, Deputi Pengawasan Internal dan Pengaduan Masyarakat menyampaikan Laporan Hasil Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Pimpinan. (3) Laporan Hasil Pemeriksaan memuat: a. uraian fakta kejadian; b. analisa kejadian; c. kesimpulan; d. Rekomendasi. (4) Apabila Laporan Hasil Pemeriksaan menyatakan tidak terbukti adanya perbuatan yang menimbulkan Kerugian Negara, maka Pimpinan mengeluarkan Keputusan Pembebasan. (5) Apabila Laporan Hasil Pemeriksaan menyatakan terbukti adanya perbuatan yang menimbulkan Kerugian Negara, maka Pimpinan mengeluarkan Keputusan Pembebanan. (6) Surat Keputusan Pembebanan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) mempunyai kekuatan hukum untuk melakukan sita jaminan. (7) Pimpinan mengeluarkan Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan/atau (5) paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak Laporan Hasil Pemeriksaan diterima.

9 2013, No.621 Pasal 11 (1) Terhadap Keputusan Pembebanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (5), Terperiksa dapat mengajukan Keberatan secara tertulis kepada Pimpinan disertai bukti-bukti paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak diterimanya Keputusan Pembebanan. (2) Sebelum mengeluarkan keputusan atas keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pimpinan dapat meminta keterangan Deputi Pengawasan Internal dan Pengaduan Masyarakat, Sekretaris Jenderal, Direktur Pengawasan Internal, Tim Pemeriksa, dan/atau Terperiksa. (3) Dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) hari kerja sejak permohonan keberatan diterima, Pimpinan harus memutuskan untuk menerima atau menolak Keberatan. (4) Keputusan terhadap Keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) bersifat final. (5) Sekretaris Jenderal melaksanakan prosedur penyelesaian Kerugian Negara dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja sejak diterimanya keputusan Pimpinan sebagaimana dimaksud pada ayat (3). BAB VII PROSEDUR PENYELESAIAN KERUGIAN NEGARA Bagian Kesatu Umum Pasal 12 Penyelesaian Kerugian Negara yang dibebankan kepada pihak yang bertanggung jawab atas Kerugian Negara dapat dilaksanakan dengan cara: a. damai; atau b. tuntutan ganti rugi. Bagian Kedua Penyelesaian Dengan Cara Damai Pasal 13 (1) Penyelesaian dengan cara damai dilakukan dengan menandatangani formulir SKTJM pada Sekretariat Jenderal. (2) Formulir SKTJM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat: a. pernyataan kesanggupan dan/atau pengakuan bahwa Kerugian Negara menjadi tanggungjawabnya dan bersedia untuk mengganti; b. jumlah Kerugian Negara yang harus dibayar;

2013, No.621 10 c. cara pembayaran secara tunai atau mengangsur; d. jangka waktu pembayaran; dan e. pernyataan penyerahan barang jaminan yang nilainya lebih besar dari nilai Kerugian Negara yang dibebankan. (3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e dikecualikan dalam hal penyelesaian secara damai dilakukan secara tunai. (4) Pihak yang bertanggungjawab menyerahkan kepada Kepala Biro Umum berupa: a. barang jaminan apabila yang dijaminkan adalah barang bergerak; b. bukti kepemilikan yang sah atas barang yang dijaminkan; c. surat kuasa untuk menjual barang yang dijaminkan; dan/atau d. surat kuasa pemotongan kompensasi. (5) Sekretaris Jenderal menugaskan Biro Umum untuk melakukan penyimpanan dan pengelolaan dokumen dan barang sebagaimana dimaksud pada ayat (4) serta penyelesaian Kerugian Negara yang terjadi. Pasal 14 (1) Penyelesaian dengan cara damai yang dilakukan secara tunai dibayarkan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak SKTJM ditandatangani. (2) Penyelesaian dengan cara damai yang dilakukan secara mengangsur paling lama 24 (dua puluh empat) bulan terhitung sejak SKTJM ditandatangani. (3) Dalam hal penyelesaian dengan cara damai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) telah melewati batas waktu maka dilakukan penyelesaian dengan cara Tuntutan Ganti Rugi. Pasal 15 Dalam hal pembayaran Kerugian Negara telah dilakukan dengan cara damai, maka Pimpinan mengeluarkan Keputusan tentang Pelunasan Ganti Kerugian dan selanjutnya dilakukan penghapusan atas tagihan/kerugian Negara berdasarkan ketentuan yang berlaku. Bagian Ketiga Penyelesaian Dengan Cara Tuntutan Ganti Rugi Pasal 16 (1) Prosedur penyelesaian dengan cara Tuntutan Ganti Rugi dilakukan apabila: a. Pihak yang bertanggung jawab tidak bersedia menandatangani SKTJM;

11 2013, No.621 b. Pihak yang bertanggung jawab tidak menyelesaikan kewajibannya sesuai SKTJM; atau c. Pimpinan menolak keberatan yang diajukan oleh Terperiksa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3). (2) Sekretaris Jenderal mengajukan permintaan kepada Instansi yang berwenang untuk menyelesaikan tuntutan ganti kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai peraturan perundangundangan. BAB VIII ALASAN PEMBEBASAN GANTI KERUGIAN NEGARA Pasal 17 Pembebasan ganti Kerugian Negara dapat dilakukan dalam hal: a. tidak ditemukan bukti yang cukup untuk dilakukan pembebanan ganti Kerugian Negara; b. adanya keadaan daya paksa (overmacht) atau keadaan kahar (force majeure); c. kedaluwarsa. BAB IX KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 18 Tuntutan ganti Kerugian Negara berdasarkan peraturan ini tidak menghapuskan sanksi administratif dan/atau tuntutan hukum berdasarkan peraturan perundang-undangan. Pasal 19 Kewajiban Pimpinan, Penasihat, Pegawai, atau Pihak Lainnya untuk membayar ganti Kerugian Negara menjadi kedaluwarsa jika dalam waktu 5 (lima) tahun sejak diketahuinya Kerugian Negara tersebut atau 8 (delapan) tahun sejak terjadinya Kerugian Negara tidak dilakukan upaya Penyelesaian Kerugian Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1). Pasal 20 (1) Lampiran-lampiran dalam Peraturan ini merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan ini. (2) Lampiran yang dimaksud pada ayat (1) terdiri atas: a. Lampiran I : Form I Keputusan Pembebanan Ganti Kerugian Negara

2013, No.621 12 b. Lampiran II : Form II Keputusan Pembebasan Ganti Kerugian Negara c. Lampiran III : Form III Surat Penagihan d. Lampiran IV : Form IV Surat Pernyataan Bertanggung jawab e. Lampiran V : Form V Keputusan Pelunasan Atas Tuntutan Ganti Kerugian Negara BAB X KETENTUAN PERALIHAN Pasal 21 Semua penyelesaian atas peristiwa yang menyebabkan terjadinya Kerugian Negara yang masih berlangsung sampai dengan berlakunya Peraturan ini maka sejauh mungkin diberlakukan ketentuan dalam Peraturan ini. BAB XI KETENTUAN PENUTUP Pasal 22 Peraturan Komisi Pemberantasan Korupsi ini, mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Komisi Pemberantasan Korupsi ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 1 April 2013 KETUA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA, ABRAHAM SAMAD Diundangkan di Jakarta pada tanggal 17 April 2013 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, AMIR SYAMSUDIN