I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan pegawai negeri sipil atau karyawan sangat dibutuhkan dalam

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

menetapkan profesional kompetensi

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR: 6 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN SERTIFIKASI WIDYAISWARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam reformasi birokrasi saat ini dan persaingan global mendorong

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG

KEMENTERIAN KEHUTANAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM KEHUTANAN PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN

KEBIJAKSANAAN PEMERINTAH DALAM RANGKA PENGEMBANGAN JABATAN FUNGSIONAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KEHUTANAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM KEHUTANAN PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN

HUBUNGAN PENILAIAN KINERJA DENGAN MOTIVASI KERJA WIDYAISWARA PADA PUSAT DIKLAT KEHUTANAN KEMENTERIAN KEHUTANAN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah mereka yang telah memenuhi syarat-syarat yang

STRATEGI PENCAPAIAN ANGKA KREDIT WIDYAISWARA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Amelia Nur Fauza, 2013

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi jabatan dalam penyelenggaraan negara dan pembangunan. Untuk

- 2 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG

Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

KEMENTERIAN KEHUTANAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM KEHUTANAN PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN B O G O R

KEMENTERIAN KEHUTANAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM KEHUTANAN PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi seperti saat ini, harus dipersiapkan sumber daya manusia

2017, No Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Nege

2018, No Peraturan Presiden Nomor 58 Tahun 2007 tentang Tunjangan Jabatan Fungsional Instruktur; 3. Keputusan Presiden Nomor 68 Tahun 1995 t

BAB I PENDAHULUAN. secara relatif akan menjamin kelangsungan pelaksanaan tugas pemerintahan dan

KEMENTERIAN KEHUTANAN SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN B O G O R

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 34/PRT/M/2007 TENTANG PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

KEPUTUSAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR : 7 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBINAAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TEKNIS

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

BAB II PROFIL INSTANSI / LEMBAGA A. PROFIL BADAN KEPEGAWAIAN, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER.08/MEN/V/2007 TENTANG

2015, No Mengingat : c. bahwa penyesuaian substansi peraturan sebagaimana dimaksud pada huruf b ditetapkan dengan Peraturan Kepala Lembaga Admi

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.59, 2008 LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA. SERTIFIKASI. Widyaiswara. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Birokrasi Nomor PER/219/M.PAN/7/2008 tentang Jabatan Fungsional Perkayasa dan angka Kreditnya; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 18 T

PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR : 29 TAHUN 2013

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PEMBAYARAN HONORARIUM MENGAJAR BAGI PENGAJAR NON WIDYAISWARA DI LEMBAGA SANDI NEGARA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

V. IMPLIKASI MANAJERIAL

KEPUTUSAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR: 8 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBINAAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN FUNGSIONAL

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR: 6 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN SERTIFIKASI WIDYAISWARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

KEMENTERIAN KEHUTANAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM KEHUTANAN PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN FUNGSIONAL ASSESSOR SUMBER DAYA MANUSIA APARATUR

> MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KEHUTANAN SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN BOGOR

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN

2017, No Meningat : 1. Undang- Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. NOMOR : 20/PER/M.K0MlNF0/ 4 / 2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 26 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

BAB I PENDAHULUAN Nurul Ramadhani Makarao, 2013

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.15, 2008 LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA. Akreditasi. Diklat. Pedoman. Pencabutan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

2015, No Mengingat : Pemerintah Penyelenggara Pendidikan Dan Pelatihan Teknis masih terdapat kekurangan dan belum dapat menampung perkembangan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR: 15 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBINAAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN FUNGSIONAL

2015, No Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik I

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manajemen sumber daya manusia merupakan kunci penting

2016, No Republik Indonesia Nomor 5035); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia

2017, No Analis Kebijakan melalui Penyesuaian/Inpassing; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembara

K E P U T U S A N KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN Nomor : SK. 41/Dik-2/2011. T e n t a n g

PENTINGNYA WORKSHOP DAN PELATIHAN MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIDYAISWARA DALAM MEMBUAT KARYA TULIS ILMIAH

EVALUASI KURIKULUM DIKLAT BERBASIS KOMPETENSI DALAM MENINGKATKAN SOFT COMPETENCY PELAKSANA KEMENTERIAN KEUANGAN:

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN PENGEMBANGAN PROFESIONALISME WIDYAISWARA LINGKUP KEMENTERIAN PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

2 Republik Indonesia Tahun 1977 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3098) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir deng

PEDOMAN AKREDITASI Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan. Nomor 4301); DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dirasakan sangat penting, tidak hanya oleh pemerintah tapi juga oleh

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT,

PELAKSANAAN DIKLAT NOMOR : 7 Tahun 2005 NOMOR : 17 Tahun 2005 TANGGAL : 20 September 2005

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR: 13 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBINAAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TEKNIS

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1994 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan untuk mewujudkan visi dan misinya sangat tergantung dari peran

PERATURAN MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2010

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2010 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1994

BAB I PENDAHULUAN. memiliki posisi yang strategis dalam pembuatan kebijakan dan pelayanan publik.

BAB I PENDAHULUAN. dalam Bab I Pasal 1 ayat 1 disebutkan Pendidikan adalah usaha sadar dan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini masyarakat Indonesia sedang menuju kearah masyarakat

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor produksi yang terpenting dalam suatu

PERATURAN NOMOR : PER.07/MEN/V/2007 TENTANG PEDOMAN POLA KARIR DAN POLA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PENGANTAR KERJA

BAB I PENDAHULUAN. sebagai target capaian organisasi dalam visi-misi. Tentunya, aspek SDM baik dari

2 Pemerintah Nomor 63 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhe

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Organisasi merupakan sebuah lembaga dimana orang-orang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Keberhasilan suatu organisasi antara lain ditentukan oleh kemampuan dan kualitas sumberdaya manusia yang dimilikinya. Manusia adalah sumber daya yang umun bagi semua organisasi. Pada prinsipnya sumberdaya manusia merupakan sumberdaya terpenting disamping sumberdaya lainnya dalam perputaran roda kegiatan instansi. Oleh karena itu, pengelolaan sumberdaya manusia (SDM) diperlukan pihak manajemen secara optimal. SDM tidak hanya dipandang sebagai pelengkap dalam jaringan mata rantai untuk pencapaian tujuan saja, tetapi dalam perkembangan ekonomi, manusia juga perlu diberdayakan agar mampu menjadi sumberdaya yang berkualitas dan terlatih demi tercapainya kinerja yang diharapkan. Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan kehidupan aktivitas manusia yang selalu bergerak, kebutuhan manusia berkualitas meningkat dengan pesatnya. Namun, ketersediaan sumberdaya yang berkualitas belum mampu mengimbanginya. Mengatasi masalah ini, organisasi perlu melakukan peningkatan kinerja organisasi melalui peningkatan kinerja sumberdaya manusia yang dimiliki organisasi. Usaha ini dapat ditempuh dengan penilaian kinerja pegawai. Penilaian kinerja dapat dilihat melalui proses kerja. Proses kerja ini dapat menggambarkan pegawai yang memiliki keinginan untuk berprestasi. Kebutuhan pegawai tidak hanya material tetapi juga non material seperti kebanggaan dan kepuasan kerja. Oleh karena itu, tuntutan-tuntutan kerja yang dihadapinya akan menghadapkan pegawai pada hal-hal baru dalam menambah pengalaman, pengetahuan dan ketrampilan selama pengabdian pegawai pada instansi. Penilaian kinerja digunakan instansi untuk menilai kinerja pegawainya atau mengevaluasi hasil pekerjaan pegawai. Apabila penilaian kinerja dilakukan dengan benar, para pegawai akan diuntungkan dengan

adanya kepastian bahwa upaya-upaya individu memberikan kontribusi kepada tujuan organisasi. Widyaiswara merupakan suatu jabatan fungsional yang berada dalam lembaga pendidikan dan pelatihan (Diklat) pemerintah yang memiliki tugas utama mengajar dan melatih para pegawai negeri sipil (PNS) guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan sehingga mencapai standar kompetensi tertentu dalam menjalankan tugasnya. Lembaga atau organisasi yang dalam menjalankan tugas dan kewajibannya sangat tergantung pada profesionalisme pegawai-pegawai yang diberi tugas sebagai pejabat fungsional, misalnya peneliti pada lembaga penelitian, dokter pada rumah sakit, guru dan dosen pada lembaga pendidikan dan lain sebagainya. Pejabat fungsional tersebut yang menjadi tulang punggung atau sokoguru atau pilar dalam menjalankan tugas pokok lembaga yang bersangkutan. Oleh karenanya mereka diposisikan dan diperankan secara baik, diberi hak, kewajiban dan kewenangan yang memadai. Widyaiswara sebagai pilar penyelenggaraan diklat merupakan bagian yang sangat penting dalam institusi penyelenggara diklat, sebab bila pilar tersebut rapuh maka akan runtuh pula penyelenggaraan diklat. Widyaiswara harus kokoh dalam menopang penyelenggaraan diklat kehutanan yang tugas pokoknya adalah dalam rangka membentuk manusia-manusia penyelenggara kehutanan yang profesional dan memiliki akhlak yang mulia. Menurut Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/66/M.PAN/6/2005 tentang Jabatan Fungsional Widyaiswara dan Angka Kreditnya Widyaiswara (WI) adalah: Pegawai Negeri Sipil yang diangkat sebagai pejabat fungsional oleh pejabat yang berwenang dengan tugas, tanggung jawab, wewenang untuk mendidik, mengajar dan atau melatih Pegawai Negeri Sipil pada lembaga Pendidikan dan Pelatihan (diklat) Pemerintah. Jadi widyaiswara merupakan salah satu komponen atau ada yang menyebutkan sebagai pilar yang sangat penting dalam keberhasilan penyelenggaraan diklat. Dalam Peraturan Pemerintah No. 101 tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan PNS disebutkan bahwa

widyaiswara merupakan salah satu komponen tenaga kediklatan yang sangat penting disamping komponen lainnya (lembaga diklat, program diklat dan penyelenggaraan diklat) dalam penyelenggaraan diklat Pemerintah. Pusat Diklat Kehutanan merupakan salah satu lembaga diklat yang berada dalam Kementerian Kehutanan yang memiliki tugas pokok dan fungsi untuk menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan (diklat) di bidang kehutanan. Organisasi Pusat Diklat Kehutanan ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.13/Kpts-II/2005 tanggal 6 Mei 2005 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kehutanan. Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan tentang organisasi dan tata kerja Departemen Kehutanan diatas, Pusat Diklat Kehutanan merupakan lembaga diklat bagi aparatur Kementerian Kehutanan. Sedangkan berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.20/Menhut-II/2004 tanggal 15 Desember 2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Kehutanan, Pusat Diklat Kehutanan adalah lembaga diklat yang menyelenggarakan diklat bagi pegawai Kementerian Kehutanan dan SDM Kehutanan lainnya. Penyelenggaraan diklat kehutanan sebagai unsur penunjang dalam sistem pembangunan kehutanan, dituntut untuk memiliki peran nyata sebagai akselerator pengembangan SDM Kehutanan. Oleh karena itu penyelenggaraan diklat kehutanan harus terus menerus ditingkatkan dan dikembangkan sebagai bagian integral dari pembangunan kehutanan. Peran Pusat Diklat Kehutanan didalam menunjang terwujudnya visi pembangunan kehutanan sebagaimana yang telah ditetapkan dalam rencana strategis Departemen kehutanan akan menjadi strategis. Pembinaan widyaiswara dari aspek administratif kewidyaiswaraan banyak diatur oleh Lembaga Administrasi Negara (LAN), sedangkan pembinaan dari aspek teknis atau bidang yang diajarkan terutama substansi teknis kehutanan banyak dilakukan oleh Kementerian Kehutanan. Secara individual, seorang widyaiswara harus memenuhi persyaratan wajib yaitu penguasaan materi yang diajarkan dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan wawasan yang cukup dibidang yang diajarkannya serta

kemampuan widyaiswara dalam mentransfer ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap kepada peserta diklat secara prima. Lebih baik lagi apabila widyaiswara yang mengampu suatu mata diklat telah memiliki pengalaman lapangan dalam bidang yang diajarkan. Disamping persyaratan wajib yang harus dimiliki oleh seorang widyaiswara harus juga memiliki semangat besar, enerjik, bersedia kerja keras, penuh pengabdian dan keikhlasan serta memiliki kepribadian dan penampilan yang menarik. Penilaian kinerja widyaiswara didasarkan pada perolehan angka kredit dalam jangka waktu tertentu. Angka kredit ini merupakan pengakuan atas prestasi kerja atau hasil kerja yang telah dilakukan oleh widyaiswara sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku. Perolehan angka kredit masing-masing widyaiswara adalah berlainan, tergantung pada keaktifan dan kreativitas widyaiswara itu sendiri. Motivasi merupakan kondisi yang dapat menggerakkan pegawai agar mampu melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan. Motivasi untuk melakukan kerja berdasarkan dorongan kebutuhan dalam diri pegawai yang perlu dipenuhi. Dengan demikian pegawai harus dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Dalam hubungannya dengan lingkungan kerja, motivasi kerja merupakan kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan, dan memelihara perilaku yang berkaitan dengan kondisi lingkungan kerja. Motivasi merupakan dorongan yang sangat penting untuk bekerja atau melakukan sesuatu. Dorongan tersebut dapat berasal dari dalam atau luar diri seseorang. Aspek-aspek yang dapat memotivasi seseorang untuk melaksanakan pekerjaannya antara lain upah atau gaji yang diterima, kesempatan pengembangan karir, hubungan dengan pegawai lainnya, penempatan kerja, jenis pekerjaan, struktur organisasi perusahaan, mutu pengawasan serta kondisi lingkungan kerja. Dengan motivasi yang tinggi maka akan meningkatkan kinerja pegawai.

Hal inilah yang melatarbelakangi penelitian di PUSDIKLAT Kehutanan Bogor. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang tersebut di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana penilaian kinerja yang diterapkan pada widyaiswara di Pusat Diklat Kehutanan Bogor Kementerian Kehutanan? 2. Bagaimana motivasi kerja widyaiswara di Pusat Diklat Kehutanan Bogor Kementerian Kehutanan? 3. Bagaimana hubungan penilaian kinerja dengan motivasi kerja pada widyaiswara di Pusat Diklat Kehutanan Bogor Kementerian Kehutanan? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian ini sebagai berikut: 1. Mengetahui penilaian kinerja yang diterapkan pada widyaiswara di Pusat Diklat Kehutanan Bogor Kementerian Kehutanan. 2. Mengidentifikasi motivasi kerja widyaiswara di Pusat Diklat Kehutanan Bogor Kementerian Kehutanan. 3. Menganalisis hubungan penilaian kinerja dengan motivasi kerja pada widyaiswara di Pusat Diklat Kehutanan Bogor Kementerian Kehutanan. 1.4. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan masukan bagi pihak manajemen Pusat Diklat Kehutanan Kementerian Kehutanan dalam hal pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pengelolaan dan pembinaan widyaiswara. Bagi penulis dapat menambah wawasan penulis dalam pelaksanaan manajemen khususnya Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) di suatu bidang pada suatu instansi pemerintah. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini difokuskan untuk menganalisis hubungan penilaian kinerja dengan motivasi kerja widyaswara di Pusat Diklat Kehutanan

Kementerian Kehutanan yang berlokasi di Jl. Gunung Batu Bogor, Jawa Barat. Bogor 16610. Kegiatan penelitian dilaksanakan selama empat bulan, mulai Mei sampai dengan Agustus 2010. Penelitian ini mengevaluasi penilaian kinerja, meliputi tujuan penilaian kinerja, waktu penilaian kinerja, prosedur penilaian kinerja, metode penilaian kinerja, dan implementasi penilaian kinerja serta hubunganya dengan motivasi kerja. Ruang Lingkup motivasi kerja yang diukur meliputi balas jasa (gaji dan upah), kondisi kerja, kebijakan dan administrasi, hubungan antar pribadi, prestasi, pengakuan, pekerjaan itu sendiri, tanggung jawab, penempatan kerja yang sesuai dan pengembangan potensi individu.