BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan zat gizi bagi bayi sampai usia dua tahun merupakan hal yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. langkah awal menuju kesuksesan menyusui. Salah satu tujuan IMD adalah menekan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia tercatat angka kematian bayi masih sangat tinggi yaitu 2%

mencukupi kebutuhan pertumbuhan sampai usia sekitar empat bulan. Setelah untuk bayi yang mendapat makanan tambahan yang tertumpu pada beras.

BAB 1 PENDAHULUAN. pertama. Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi penting untuk. meningkatkan kelangsungan hidup dan kualitas bayi.

BAB I PENDAHULUAN. The World Health Report Tahun 2005 dilaporkan Angka Kematian Bayi Baru

BAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tumbuh kembang anak. Selain menguntungkan bayi, pemberian ASI eksklusif juga menguntungkan ibu, yaitu dapat

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi anak dari

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi mencapai 36 per kelahiran (SDKI, 2007). menyusui dengan program pemberian ASI eksklusif on demand yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. menyusu dalam 1 jam pertama kelahirannya (Roesli, 2008). Peran Millenium

BAB I PENDAHULUAN. pada saat janin masih dalam kandungan dan awal masa pertumbuhannya. menghadapi tantangan globalisasi (Depkes, 2010).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu.

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada rakyat jelata, bahkan dasar utama terletak pada kaum wanita, yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs) Di negara

BAB I PENDAHULUAN. pada tujuan ke 5 adalah mengurangi Angka Kematian Ibu (AKI) dengan target

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Menurut World Health Organization (WHO), data statistik. menyatakan bahwa Neonatal Mortality Rate Indonesia pada tahun 2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. ilmiah tentang manfaat ASI bagi daya tahan hidup bayi, pertumbuhan, dan

BAB I PENDAHULUAN. hanya sekitar 36% selama periode Berdasarkan hasil Riskesdas. Provinsi Maluku sebesar 25,2% (Balitbangkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. penuhi. Alasan yang menerangkan pernyataan tersebut adalah ASI merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Eksklusif dan praktik menyusui selama 2 tahun. Pemberian ASI Eksklusif merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari United Nations Children's Fund (UNICEF) pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan, sikap..., Rindiarni Inten Putri, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) padabayi

Bab 5. Dasar Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

BAB I PENDAHULUAN. menyelamatkan kehidupan seorang anak, tetapi kurang dari setengah anak di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai. kehidupannya dengan cara yang paling sehat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. otak dimulai dalam kandungan sampai dengan usia 7 tahun (Menteri Negara

BAB I PENDAHULUAN. ini terjadi terutama di negara berkembang. Diantara kematian pada anak-anak

1

PENGARUH IMPLEMENTASI 10 LANGKAH MENUJU KEBERHASILAN MENYUSUI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DALAM PEMBERIAN ASI PADA BAYI USIA 0-3 BULAN

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENINGKATAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. ASI Ekslusif pada bayinya (Laksono, 2010). Di daerah pedesaan, pada

BAB I PENDAHULUAN. suplemen,vitamin, mineral, dan atau obat obatan untuk keperluan medis

BAB 1 PENDAHULUAN. keberlangsungan bangsa, sebagai generasi penerus bangsa anak harus dipersiapkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang kekurangan gizi dengan indeks BB/U kecil dari -2 SD dan kelebihan gizi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan zat gizi bagi bayi usia sampai 2 tahun merupakan hal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di mana salah satu indikator tingkat kesehatan tersebut

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

protein, natrium, klorida, dan besi untuk memenuhi kebutuhan bayi yang prematur.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan satu-satunya yang paling sempurna

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Pembangunan Milenium atau Millenium Development Goals

PEMBERLAKUAN PEDOMAN PELAYANAN ASI EKSKLUSIF DAN INISIASI MENYUSUI DINI (IMD) DI RUMAH SAKIT BERSALIN (RSB) ASIH DIREKTUR RUMAH SAKIT BERSALIN ASIH,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan, juga mengandung sel-sel darah putih, antibodi,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) merupakan anugerah dari Tuhan yang diberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. pemberian (ASI) masih jauh dari yang diharapkan. Menurut Survei Demografi

BAB I PENDAHULUAN. dinilai memberikan hasil yang lebih baik. Keputusan Menteri Kesehatan. eksklusif pada bayi sampai usia 6 bulan (Riksani, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang.

MOTIVASI BIDAN DESA DALAM PELAKSANAAN PROGRAM ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS BERGAS, KABUPATEN SEMARANG. Natalia Desty Kartika Sari

BAB 1 PENDAHULUAN. Melahirkan merupakan pengalaman menegangkan, akan tetapi sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. Kementerian Kesehatan RI, World Health Organization (WHO) dan

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, ASI juga dapat melindungi kesehatan Ibu mengurangi

BAB 1 PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi yang paling sesuai dengan kebutuhan bayi dan

BAB I PENDAHULUAN. dan menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita. World Health

BAB I PENDAHULUAN. harus diperhatikan oleh ibu. Salah satu pemenuhan kebutuhan gizi bayi ialah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. AKB tahun 2007 yaitu 34 per KH, dengan target tahun 2015 sebesar 23 per

BAB I PENDAHULUAN. (GBHN) diarahkan untuk mempertinggi derajat kesehatan termasuk keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. (Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W, 2000)

BAB 1 PENDAHULUAN. Program peningkatan penggunaan ASI menjadi prioritas karena

HUBUNGAN ANTARA SIKAP IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDAWUNG II SRAGEN

BAB 1 PENDAHULUAN. terbaik dan termurah yang diberikan ibu kepada bayinya, dimana pemberian ASI

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan dari hasil sekresi kelenjar payudara ibu.

AMENORE LAKTASI SEBAGAI METODE BER KB SERTA URGENSINYA TERHADAP PP 33 TAHUN 2012 Oleh : Andang Muryanta

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian. Air susu ibu (ASI) adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu, yang

BAB I PENDAHULUAN. satupun produk formula yang dapat menyamai keunggulan ASI. ASI. ASI mengikuti pola pertumbuhan dan kebutuhan bayi untuk proses

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab morbiditas dan. Secara nasional, target Sustainable Development Goals (SDGs) untuk

INISIASI MENYUSU DINI & PEMBERIAN ASI SECARA EKSKLUSIF

PENDAHULUAN. sejak masih bayi. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. target Millenium Depelopment Goals (MDGs) Dimana angka kematian bayi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut yaitu dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sampai bayi

BAB I PENDAHULUAN. 1.8 Latar Belakang. Pada masa nifas ini terjadi perubahan-perubahan fisik maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. berbeda-beda yang tentu saja sangat berpengaruh terhadap Angka Kematian Bayi

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan total ke kemandirian fisiologis. Proses perubahan yang rumit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) merupakan satu-satunya makanan yang sempurna dan

I. PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Inisiasi Menyusu Dini di BPS Hj. Umah Kec. Cidadap Kel. Ciumbuleuit Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran hidup, sesuai dengan target pencapaian Sustainable Development

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan 2010 bahwa kejadian diare pada bayi terus meningkat dan

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. tahun yang dinyatakan dalam kelahiran hidup pada tahun yang sama. kematian (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indikator utama derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Bayi

BAB I PENDAHULUAN. makanan bayi yang ideal dan alami serta merupakan basis biologis dan

BAB I PENDAHULUAN. angka kesakitan dan kematian anak, United Nation Children Fund (UNICEF) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Colostrum merupakan bagian dari ASI yang penting untuk diberikan pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bayi baru lahir memiliki hak untuk segera menyusu dini dengan membiarkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebutuhannya untuk bertumbuh dan berkembang. World Health Organization

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Upaya meningkatkan derajat kesehatan ibu dan balita sangatlah penting,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan zat gizi bagi bayi sampai usia dua tahun merupakan hal yang sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi merupakan cara terbaik bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia sejak dini yang akan menjadi penerus bangsa karena ASI merupakan makanan yang paling sempurna bagi bayi. Pemberian ASI berarti memberikan zat-zat gizi yang bernilai gizi tinggi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan syaraf dan otak serta dapat memberikan zat-zat kekebalan terhadap beberapa penyakit (Depkes RI, 2005). Menyusui sejak dini mempunyai dampak positif baik bagi ibu maupun bagi bayinya. Bagi bayi menyusui mempunyai peran penting yang fundamental pada kelangsungan hidup bayi, kolostrum yang kaya dengan zat antibody, pertumbuhan yang baik, kesehatan dan gizi bayi serta untuk mengurangi angka morbiditas dan mortalitas bayi. Inisiasi menyusui dini (IMD) mempunyai peran penting bagi ibu dalam merangsang kontraksi uterus sehingga mengurangi perdarahan pasca melahirkan (postpartum). Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses bayi menyusu segera setelah dilahirkan, di mana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (Roesli, 2008). Pelaksanaan inisiasi menyusui dini dan pemberian ASI eksklusif juga sangat

dipengaruhi oleh dukungan dari keluarga terutama dukungan dari suami. Yanikerem et al (2009) diperoleh hasil penelitian bahwa ibu mulai menyusui bayi sebelum 30 menit setelah lahir sebesar 43,7%, antara 30 60 menit sebesar 22,2% dan setelah 1 jam sebesar 34,2%. Reeves et al (2006) mengemukakan faktor faktor yang mempengaruhi keputusan ibu dalam menyusui bayi antara lain dukungan dari suami, keluarga, tenaga kesehatan, media, dan televisi. Dukungan keluarga merupakan hal yang paling penting dalam pengambilan keputusan ibu dalam menyusui. Menyusui dalam jangka panjang dapat memperpanjang jarak kelahiran, pemulihan status gizi yang lebih baik sebelum kehamilan berikutnya. UNICEF dan WHO membuat rekomendasi pada ibu untuk menyusui eksklusif selama enam bulan kepada bayinya. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan juga merekomendasikan kepada ibu untuk menyusui eksklusif selama enam bulan kepada bayinya (Riskesdas, 2010). Cakupan pemberian ASI eksklusif dipengaruhi oleh beberapa hal, terutama masih sangat terbatasnya tenaga konselor ASI, kegiatan edukasi, sosialisasi, advokasi dan kampanye terkait pemberian ASI maupun MP-ASI, masih kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana KIE (Komunikasi informasi dan edukasi) ASI dan makanan pendamping ASI (MP-ASI) dan belum optimalnya membina kelompok pendukung ASI dan makanan pendamping ASI (MP-ASI). Hal ini didukung oleh pernyataan Aidam (2005) bahwa kegiatan laktasi dan pelatihan konseling gizi bagi ibu ibu dapat meningkatkan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan serta

meningkatkan pengetahuan dan pertumbuhan fisik anak usia 12-14 bulan di Ghana dan Palazo. Petugas kesehatan yang merawat ibu dan anak setelah periode persalinan memainkan peran penting dalam mempertahankan praktik menyusui. Namun banyak petugas kesehatan tidak dapat menjalankan peran ini secara efektif karena mereka belum terlatih untuk melakukannya. Oleh sebab itu perlu segera dilakukan pelatihan konseling menyusui untuk meningkatkan keterampilan mendukung dan melindungi praktik menyusui kepada semua tenaga kesehatan yang merawat ibu dan anak. Hal ini didukung oleh pernyataan Albernaz (2008) bahwa konseling laktasi / konseling menyusui dapat mencegah penghentian menyusui dini dan efektif dalam peningkatan pemberian ASI eksklusif di Brazil. Banyak tindakan yang relatif murah dan mudah diterapkan untuk meningkatkan kesehatan dan kelangsungan hidup bayi baru lahir. Salah satunya adalah pemberian ASI segera setelah lahir atau biasa disebut inisiasi menyusu dini (IMD) serta pemberian ASI Eksklusif. Hal ini didukung oleh pernyataan United Nations Childrens Fund (UNICEF), bahwa sebanyak 30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10 juta kematian anak balita di dunia pada tiap tahunnya, bisa dicegah melalui pemberian ASI secara eksklusif selama enam bulan sejak tanggal kelahirannya, tanpa harus memberika makanan serta minuman tambahan kepada bayi. Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator penting dalam menentukan tingkat kesehatan masyarakat. Keadaan di negara berkembang, saat

melahirkan dan minggu pertama setelah melahirkan merupakan periode kritis bagi ibu dan bayinya. Sekitar dua per tiga kematian terjadi pada masa neonatal, dua per tiga kematian neonatal tersebut terjadi pada minggu pertama, dan dua per tiga kematian bayi pada minggu pertama tersebut terjadi pada hari pertama. Sedangkan di Indonesia, Angka Kematian Bayi (AKB) mencapai 48 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2005. Berdasarkan Data Riskesdas tahun 2010 persentase pola menyusui pada bayi umur 0 bulan adalah 39,8% menyusui eksklusif, 5,1% menyusui predominan, dan 55,1% menyusui parsial. Persentasi menyusui eksklusif semakin menurun dengan meningkatnya kelompok umur bayi. Pada bayi yang berumur 5 bulan menyusui eksklusif hanya 15,3%, menyusui parsial 83,2%. Rendahnya pemberian ASI merupakan ancaman bagi tumbuh kembang anak yang akan berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan kualitas sumber daya manusia secara umum. Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Timur cakupan pemberian ASI eksklusif pada tahun 2008 adalah adalah 0,21%, Tahun 2009 adalah 0,32%, namun tetap saja angka tersebut masih rendah karena target nasional untuk cakupan ASI eksklusif pada tahun 2010 adalah 80%. Sedangkan angka kematian neonatus di kabupaten Aceh Timur sejak tahun 2008 adalah 163 orang, tahun 2009 sampai bulan oktober adalah 131 orang. Menghadapai kondisi ini Pemerintah Kabupaten Aceh Timur bekerja sama dengan UNICEF berupaya meningkatkan kesadaran masyarakat tentang proses inisiasi dini dan pentingnya pemberian ASI eksklusif, melalui pelatihan menjadi konselor menyusui dimana mereka setelah pelatihan harus

melakukan konseling menyusui yang disebut dengan 7 pertemuan ASI (7 kontak ASI) mulai antenatal sampai dengan menyusui. Selama ini proses sosialisasi program inisiasi menyusu dini (IMD) dan ASI eksklusif di kabupaten Aceh Timur disosialisasikan kepada petugas kesehatan diantaranya dokter, bidan, perawat dan tenaga gizi dalam wujud pelatihan konselor laktasi / konselor menyusui. Salah satu tujuan dan indikator keberhasilan dari pelatihan konselor menyusui di kabupaten Aceh Timur adalah diharapkan dengan sosialisasi tersebut mampu merubah perilaku petugas kesehatan selalu melaksanakan inisiasi menyusu dini (IMD) dalam setiap pertolongan persalinan serta selalu mendukung pemberian ASI eksklusif misalnya dengan memberikan konseling menyusui pada ibu sejak antenatal care (ANC) sampai menyusui, dan tidak memberikan susu formula pada bayi setelah lahir. Pelatihan konselor menyusui yang dilaksanakan oleh UNICEF di Kabupaten Aceh Timur dilaksanakan pada bulan Juli tahun 2010 dengan peserta sebanyak 20 orang (1 kelas) yang berasal dari empat puskesmas ( Puskesmas Peurlak Timur, Puskesmas Peurlak Barat, Puskesmas Idi Rayeuk dan Puskesmas Julok), terdiri dari 18 orang bidan (Bidan Puskesmas 10 orang dan bidan desa 8 orang), 2 orang petugas gizi puskesmas yang nantinya akan menjadi konselor menyusui. Dari 20 peserta tersebut 8 orang menjadi fasisator ASI (6 orang bidan puskesmas dan 2 orang petugas gizi). Fasisator ASI bertugas untuk melatih 40 orang motivator ASI (20 kader gizi dan 20 kader posyandu), tetapi cakupan pemberian ASI eksklusif di kabupaten Aceh Timur pada tahun 2010 masih rendah yaitu 0,29%. Cakupan pemberian ASI

eksklusif masih rendah dikarenakan pelatihan konselor menyusui dimulai bulan juli 2010, kegiatan ini belum bisa dinilai pada tahun 2010 karena kerja dari pada konselor menyusui dimulai pada masa antenatal care trimester II sampai dengan masa menyusui yaitu usia bayi 60 hari dan bayi bisa dimonitor apakah diberikan ASI eksklusif atau tidak ketika bayi sudah berusia enam bulan penuh, berdasarkan hal tersebut minimal waktu yang dibutuhkan untuk menilai pengaruh konseling menyusui terhadap pemberian ASI eksklusif yaitu sembilan bulan setelah pelatihan. Pada tahun 2011 cakupan pemberian ASI eksklusif di Kabupaten Aceh Timur mengalami kenaikan sebesar 15,8%. Berdasarkan hasil wawancara dengan koordinatar bidan di Puskesmas Peurlak Barat bahwasanya cakupan ASI eksklusif pada tahun 2010 sebesar 33,6% dan pada tahun 2011 sebesar 40%. Puskesmas Peurlak Barat terdiri dari 15 desa, salah satunya desanya yaitu Kebun Teupin dimana bidan desanya sudah mengikuti pelatihan konselor menyusui tahun 2010. Setelah mengikuti pelatihan bidan tersebut selalu melaksanakan konseling menyusui mulai antenatal care sampai dengan masa menyusui dengan cakupan ASI eksklusif pada tahun 2010 sebesar 60% dan pada tahun 20011 sebesar 75%. Hasil wawancara dengan 3 orang ibu ibu yang memberikan ASI eksklusif kepada bayi di desa Tanjung Kapai Puskesmas Idi Rayeuk ternyata ada yang mendapatkan konseling menyusui secara lengkap dan ada yang tidak lengkap. Sedangkan hasil wawancara dengan ibu ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif ternyata mereka juga ada mendapatkan konseling menyusui secara lengkap dan ada yang tidak lengkap dengan alasan ASI lama keluar, anak menangis

dan paritas lebih dari dua, Sedangkan hasil wawancara dengan koordinator bidan di Puskesmas Rantau Selamat yang mengikuti pelatihan konselor menyusui pada tahun 2011 cakupan ASI eksklusif pada tahun 2010 sebesar 2,9% dan pada tahun 2011 sebesar 3.2%, terdiri dari 14 desa dengan tidak ada seorangpun bidan desa yang ikut pelatihan konselor menyusui, bahkan ada dibeberapa desa yang ASI eksklusifnya sama sekali tidak ada. Menghadapi kondisi ini Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Timur pada bulan juli dan Agustus tahun 2011 melanjutkan kembali kerjasamanya dengan UNICEF tentang pelatihan Konselor menyusui dengan peserta berasal dari 24 puskesmas sebanyak 40 orang (2 kelas) yang terdiri dari 1 orang dokter umum, 25 orang bidan, 6 orang perawat dan 8 orang petugas gizi. Berdasarkan data dari dinas kesehatan Aceh timur bahwasanya terjadi peningkatan cakupan pemberian ASI eksklusif dari 0,29% pada tahun 2010 menjadi 15,8% pada tahun 2011 setelah petugas kesehatan (petugas gizi, bidan, perawat dan dokter) mendapat pelatihan konselor menyusui, sehingga peneliti berasumsi bahwa ada pengaruh konseling menyusui terhadap pemberian ASI eksklusif, sehingga peneliti ingin mengetahui lebih lanjut tentang pelaksanaan konseling menyusui dapat memengaruhi pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja puskesmas dimana petugas kesehatannya mendapatkan pelatihan konselor menyusui pada tahun 2010 di kabupaten Aceh Timur tahun 2012.

1.2. Permasalahan Perumusan masalah berdasarkan latar belakang di atas adalah bagaimana pengaruh konseling menyusui terhadap pemberian ASI eksklusif di kabupaten Aceh Timur tahun 2012. 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh konseling menyusui terhadap pemberian ASI eksklusif di kabupaten Aceh Timur Tahun 2012. 1.4. Hipotesis Ada pengaruh konseling menyusui terhadap pemberian ASI eksklusif di kabupaten Aceh Timur tahun 2012 1.5. Manfaat Penelitian 1. Memberikan masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Timur tentang peningkatan cakupan pemberian ASI eksklusif dan pelaksanaan konseling menyusui setelah petugas kesehatan mengikuti pelatihan konselor menyusui, yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan evaluasi dalam menentukan strategi pelayanan kesehatan tentang pemberian ASI eksklusif selanjutnya, sehingga tujuan program tercapai. 2. Untuk memberikan masukan kepada petugas kesehatan yaitu petugas gizi, bidan, perawat dan dokter untuk melaksanakan inisiasi menyusu

dini (IMD) dan konseling ASI, serta mampu menciptakan solusi-solusi terhadap kendala kendala yang umumnya terjadi di masyarakat. 3. Sebagai bahan informasi kepada masyarakat khususnya ibu yang menyusui dalam upaya meningkatkan kualitas hidup bayi melalui peningkatan dalam pemberian ASI eksklusif.