SUBSEA PROCESSING SEBAGAI SOLUSI BARU PADA TEKNOLOGI MIGAS LEPAS PANTAI

dokumen-dokumen yang mirip
FULL DEVELOPMENT OF PIPELINE NETWORKING AT X FIELD

OPTIMASI PRODUKSI LAPANGAN GAS UNTUK SUPPLY GAS INJEKSI SUMUR SUMUR GAS LIFT SECARA TERINTEGRASI

WELL HEAD SEBAGAI SALAH SATU FASILITAS PRODUKSI PERMUKAAN ABSTRAK

OPTIMALISASI PEROLEHAN MINYAK MENGGUNAKAN PEMISAHAN SECARA BERTAHAP

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Wellhead Posted by hasan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Gambar 1.1 Diagram skematis proses eksplorasi dalam industri perminyakan

Bab 2 Aliran Multifasa pada Jaringan Pipa Produksi

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4435) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah No

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Tinjauan Pustaka. Enhanced oil recovery adalah perolehan minyak dengan cara menginjeksikan bahanbahan yang berasal dari luar reservoir (Lake, 1989).

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut merupakan kebutuhan yang esensial bagi keberlangsungan hidup

FLOWLINE, MANIFOLD DAN SEPARATOR (1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I. 1 LATAR BELAKANG

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS RISER INTERFERENCE KONFIGURASI STEEL CATENARY RISER PADA LAUT DALAM

BAB II INJEKSI UAP PADA EOR

KAJIAN ULANG DESAIN SEPARATOR UNTUK MENCAPAI TARGET PRODUKSI 1500 BFPD PADA OIL PLANT SG-09 PT. ENERGI MEGA PERSADA (EMP) GELAM JAMBI

PROSES KERJA GAS COMPRESSOR DIDALAM PENGOLAHAN GAS ALAM DI PT. CNOOC SES Ltd.

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH T-JUNCTION SEBAGAI ALAT PEMISAH KEROSENE-AIR

Bab IV Model dan Optimalisasi Produksi Dengan Injeksi Surfaktan dan Polimer

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 33 ayat (3) bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh

PENGARUH WATER CUT PADA INLET T-JUNCTION TERHADAP EFISIENSI PEMISAHAN KEROSENE-AIR

SISTEM GAS LIFT SIKLUS TERTUTUP SEBAGAI SOLUSI ALTERNATIF UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI MIGAS: STUDI KASUS LAPANGAN GNK

KEGIATAN OPERASI DAN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI DI PT. MEDCO E&P INDONESIA ( S&C SUMATERA ) FIELD SOKA

PER - 71/PJ/2010 TATA CARA PENATAUSAHAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI

PENGARUH PENGATURAN TEMPERATURE CONTROL VALVE PADA FIN FAN COOLER TERHADAP JUMLAH MINYAK KONDENSAT DI STRATIFIER

BAB 3 DATA DAN PEMBAHASAN

IKATAN AHLI TEKNIK PERMINYAKAN INDONESIA. Simposium Nasional IATMI 2009 Bandung, 2 5 Desember 2009

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

SIMULASI MODEL JARINGAN DAN FASILITAS PERMUKAAN INJEKSI CO2 DENGAN INJECTION PLANT TERSEBAR

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136

Sistem Offloading Antara FPSO dan Tanker

PEMBIMBING : Dr. Sri Poernomo Sari, ST., MT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang memiliki sumber panas bumi yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Baku Mutu Air Limbah. Migas. Panas Bumi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DESAIN DAN ANALISIS ALAT PENUKAR KALOR TIPE CES

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

DESAIN DAN ANALISIS ALAT PENUKAR KALOR TIPE BES

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 1

BAB III ULTRASONIK FLOWMETER TIPE CLAMP-ON

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Perkembangan Neraca Listrik Domestik Indonesia [2].

Simulasi Model Jaringan dan Fasilitas Permukaan Injeksi CO 2 Sistem Terpusat pada Lapisan F Lapangan J

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

STUDI PENINGKATAN PEROLEHAN MINYAK DI ZONA A LAPANGAN X DENGAN METODE INJEKSI AIR

MEKANISME KERJA POMPA SENTRIFUGAL RANGKAIAN PARALEL

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

OPTIMALISASI PEMISAHAN UAP AIR DALAM NATURAL GAS (GAS ALAM) Lilis Harmiyanto. SST* ) Abstrak

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Anjungan lepas pantai ini dibangun oleh investor asal Dubai, Uni Emirat Arab dan investor dari Australia bekerja sama dengan Badan Pelaksana Hulu Miny

ANALISA SISTEM NODAL DALAM METODE ARTICIAL LIFT

TUGAS AKHIR. Oleh: EKO PRIYANTO NIM : D

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia Simposium Nasional IATMI 2009 Bandung, 2-5 Desember Makalah Profesional IATMI

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Pre

BAB I PENDAHULUAN. Maleo, 40 km sebelah tenggara Pulau Madura dan ±25 km sebelah selatan Pulau

Optimasi Injeksi Demulsifier Sebagai Respon Terhadap Proses Acidizing

BAB I PENDAHULUAN. sistem elektrik yang terdiri dari berbagai intrumentasi, sensor, serta transmitter

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahu

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisa faktor..., Esther Noershanti, FT UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN BERSAMA SUMBER DAYA ALAM MINYAK DAN GAS BUMI DI ACEH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Selvi Eka Puspitasari Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Totok Soehartanto, DEA.

hasil analisis tersebut akan diketahui karakteristik (sifat fisik, biologi dan kimia)

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR KATA SAMBUTAN

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: OPTIMASI PRODUKSI PADA PAD G-76 DENGAN PROGRAM TERINTEGRASI SUMUR DAN JARINGAN PIPA PRODUKSI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN BERSAMA SUMBER DAYA ALAM MINYAK DAN GAS BUMI DI ACEH

JENIS DAN SIFAT FLUIDA BOR. Kelompok I

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

TESIS. satu syarat. Oleh NIM

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

APLIKASI VSD DALAM MENGATASI MASALAH WATER CUT DAN GAS YANG BERLEBIH PADA SUMUR ESP

bahwa untuk memberikan kepastian hukum terhadap

BAB III PERSAMAAN DIFUSI, PERSAMAAN KONVEKSI DIFUSI, DAN METODE PEMISAHAN VARIABEL

EVALUASI PERHITUNGAN POTENSI SUMUR MINYAK TUA DENGAN WATER CUT TINGGI

MENTERi ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

ISBN

BAB I PENDAHULUAN. dunia saat ini. Terutama kebutuhan energi yang berasal dari sumber daya alam yang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KAJIAN KEEKONOMIAN DESAIN SEPARATOR SURFACE FACILITIES PADA LAPANGAN X ABSTRAK

EFISIENSI PEMISAHAN KEROSENE-AIR DI T-JUNCTION DENGAN POSISI SUDUT SIDE ARM 45 0

I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang dimiliki oleh suatu negara menandakan majunya

Universitas Indonesia Optimasi desain casing..., Muhammad Anugrah, FT UI, 2008

BAB 2 DASAR TEORI. [CO 2 ] = H. pco 2 (2.1) pco 2 = (mol % CO 2 ) x (gas pressure) (2.2)

Gambar 1.1 Wellhead pada Oil Well yang Diproduksi (petroleumstudies.wordpress.com)

Transkripsi:

SUBSEA PROCESSING SEBAGAI SOLUSI BARU PADA TEKNOLOGI MIGAS LEPAS PANTAI Oleh : M. Ridwan Ansyori, ST. MT *) ABSTRAK Teknologi offshore di bidang migas yang telah dimulai beberapa puluh tahun yang lalu hingga kini telah berkembang demikian pesat. Berbagai teknologi yang dikembangkan merupakan usaha untuk mengoptimalkan perolehan minyak dan gas. Banyak platform yang didesain untuk mengatasi segala tantangan pada operasi offshore dimulai dari yang bersifat fixed hingga yang bersifat mobile. Namun demikian ternyata optimasi produksi masih harus terus dilakukan hingga saat ini berkembang teknologi Subsea Processing yang memungkinkan semakin optimalnya produksi yang didapatkan. I. Pendahuluan Ketika perkembangan teknologi offshore dengan menempatkan peralatan di dasar laut telah lama dilakukan seperti subsea well head & X-mastree maka pemrosesan di dasar laut (subsea) masih sulit diaplikasikan. Hingga pada tahun 2007 dimulailah apa yang disebut sebagai pemrosesan di dasar laut (subsea processing) yang menjadi revolusi perkembangan lepas pantai di seluruh dunia. Gambar 1. Teknologi Produksi Migas Lepas Pantai 1) Pada awalnya ditujukan sebagai cara untuk mengatasi tantangan yang sangat sulit karena kondisi permukaan laut yang ekstrim maka peralatan proses dasar laut telah menjadi solusi yang baik dengan syarat kondisi dasar laut yang stabil. Dengan peralatan produksi yang berlokasi di dasar laut bukan pada fixed platform atau floating 1

platform, subsea processing memberikan solusi yang lebih murah untuk lingkungan lepas pantai. Selain itu, subsea processing adalah sebuah aplikasi yang muncul untuk meningkatkan produksi dari lapangan marjinal. II. Fungsi Subsea Processing Subsea processing dapat memperpendek rangkaian proses sehingga membantu dalam mengurangi biaya dan kerumitan dalam pengembangan lapangan offshore. Subsea Processing dapat mencakup sejumlah proses yang berbeda meliputi subsea separation (pemisahan gas, cairan dan padatan/pasir), subsea water treatment dan injection/ disposal (pembuangan) termasuk gas treatment and compression. Gambar 2. Salah Satu Model Subsea Processing 2) Ada sejumlah alasan mengapa operator memilih untuk menginstal peralatan subsea processing. Pertama-tama, pemasangan subsea processing akan meningkatkan recovery (perolehan) dari lapangan, sehingga meningkatkan keuntungan. Selain itu, dengan meningkatkan efisiensi flowlines (pipa alir dari sumur ke fasilitas proses), subsea processing memberikan kontribusi pada flow assurance sekaligus mengurangi pengeluaran topside untuk peralatan (peralatan di platform). Selanjutnya, subsea processing mengubah lapangan marjinal menjadi lapangan yang potensial ekonomis. Dengan penjelasan yang lain, pemasangan subsea processing maka dapat menghemat ruang pada fasilitas produksi lepas pantai dan pemisahan minyak, gas, air dan pasir dapat dilakukan di dasar laut. Dengan melakukan pemisahan fasa-fasa fluida pruduksi di dasar laut maka akan meningkatkan efesiensi produksi sumur, dimana dengan memisahkan air dan padatan maka tenaga yang dibutuhkan oleh sumur untuk mengangkat fluida menjadi lebih kecil sehingga waktu hidup sumur (yang identik dengan kemampuan untuk mengangkat fluida ke permukaan) akan semakin besar. Selain itu proses water disposal / injection (pembuangan/injeksi air buangan) menjadi efisien karena tidak perlu mengangkat hingga ke permukaan laut. Dengan berbagai efisiensi yang didapatkan maka subsea processing menjadi solusi yang layak untuk produksi lepas pantai di masa-masa yang akan datang. 2

Gambar 3. Fasilitas Produksi untuk Dasar Laut 2) Pada deepwater atau ultra-deepwater, diperlukan fasilitas tambahan berupa subsea boosting untuk mengangkat hidrokarbon dari dasar laut ke fasilitas di permukaan laut (platform). Subsea boosting berfungsi mengurangi backpressure terhadap sumur dengan memberikan tekanan yang diperlukan untuk mentransfer produksi ke permukaan laut. Subsea boosting dapat berupa pressure booster untuk liquid, gas booster untuk treatment dan compresi gas. Gambar 3. Subsea Processing & Boosting 1) 3

III. Perkembangan Subsea Processing Setelah sekian lama full subsea processing menjadi impian para ahli di bidang offshore akhirnya dengan keberhasilan start-up yang pertama sistem terintegrasi fasilitas subsea processing, subsea boosting, dan sistem injeksi pada lapangan Tordis StatoilHydro yang dioperasikan di Laut Utara pada tahun 2007, mimpi itu menjadi kenyataan. Melalui subsea processing, lapangan minyak tua Tordis meningkat recovery nya sebesar 35 MMBO dan memperpanjang masa hidup lapangan 15 sampai 17 tahun. Proyek BC-10 oleh Shell di lepas pantai Brasil adalah yang pertama memproduksi minyak berat dari ultra-deepwaters pada bulan Juli 2009 dengan 13 subsea well dan 6 subsea separator dan subsea booster. Saat ini lapangan-lapangan lepas pantai di seluruh dunia telah memasukkan subsea processing dalam rencana pengembangan lapangan, baik itu pada lapangan yang telah berproduksi maupun untuk lapanganlapangan baru. Proyek Pazflor oleh Total di lepas pantai Africa Barat dilengkapi dengan subsea gas/liquid separation system skala besar pada tahun 2011. Gambar 4. Pengembangan Fasilitas Subsea oleh Pazflor, Total 2) IV. Penutup Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki potensi migas yang besar di wilayah perairan sangat berpotensi untuk dapat menerapkan teknologi Subsea Processing ini sebagai salah satu solusi produksi lepas pantai baik untuk lapanganlapangan marjinal seperti di lepas pantai Kalimantan Timur, Laut Jawa maupun di lapangan-lapangan masa depan seperti di Laut Sulawesi, Selat Makasar, Laut Aru dan di Fore Arc Basin. 4

Daftar Pustaka 1. Subsea Production and Processing of Oil, Gas and Produce Water Past Present and Future, Clifford Neal Prescott, Fluor Offshore Solution, USA, 2012. 2. The Global Standard for Advanced Subsea Technology, Oil and Gas Journal, 2010. 3. www.rigzone.com. *) Penulis adalah Pejabat Widyaiswara Pusdiklat Migas 5