BAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. kaum lanjut usia, namun juga telah diderita usia dewasa bahkan usia remaja.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan saat ini sudah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan saat ini sudah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB 1 PENDAHULUAN. tanpa gejala, sehingga disebut sebagai Silent Killer (pembunuh terselubung).

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada

BAB I PENDAHULUAN. darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus, merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tanda gangguan metabolisme lipid (dislipidemia). Konsekuensi

BAB I PENDAHULUAN. gejala, yang akan berkelanjutan pada organ target, seperti stroke (untuk otak),

BAB I PENDAHULUAN. mellitus tingkat kejadiannya terus meningkat di banyak negara di dunia (Lopez et

tersebut dibanding produk lainnya (BPOM, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Indonesia saat ini juga

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. negara maju dan negara sedang berkembang. Penyakit Jantung Koroner (PJK)

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan ekonomi yang semakin cepat, kemajuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK

BAB I PENDAHULUAN. abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

PENATALAKSANAAN DIET JANTUNG DAN STATUS GIZI PASIEN PENDERITA HIPERTENSI KOMPLIKASI PENYAKIT JANTUNG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM BANDUNG MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat. bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. A DENGAN MASALAH UTAMA KARDIOVASKULER : HIPERTENSI KHUSUSNYA NY. S DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GROGOL SUKOHARJO

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. banyak menghasilkan variasi pangan yang dapat di konsumsi. Dengan banyak

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2020 Indonesia diperkirakan merupakan negara urutan ke-4

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gizi lebih adalah masalah gizi di negara maju, yang juga mulai terlihat

BAB I PENDAHULUAN. infeksi dan kekurangan gizi telah menurun, tetapi sebaliknya penyakit degeneratif

I. PENDAHULUAN. akan mencapai lebih dari 1,5 milyar orang (Ariani,2013). Hipertensi telah

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian di dunia termasuk di negara berkembang seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang cukup banyak mengganggu masyarakat. Pada umumnya, terjadi pada

AYU CANDRA RAHMAWATI J

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB I PENDAHULUAN. normal yang ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular yang lebih dikenal dengan sebutan transisi epidemiologi. 1

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

HUBUNGAN RASIO LINGKAR PINGGANG PINGGUL DENGAN PROFIL LIPID PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)

BAB I PENDAHULUAN. utama kematian di negara dengan pendapatan rendah dan menengah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

BAB I PENDAHULUAN. Fluktuasi politik dan ekonomi saat ini mengakibatkan perubahan pada tingkat

BAB I PENDAHULUAN. bahwa, penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2013 yang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia.

BAB 1. mempengaruhi jutaan orang di dunia karena sebagai silent killer. Menurut. WHO (World Health Organization) tahun 2013 penyakit kardiovaskular

BAB I PENDAHULUAN.

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak terdeteksi meskipun sudah bertahun-tahun. Hipertensi dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula (glukosa)

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S 1 Keperawatan. Disusun Oleh : Rina Ambarwati J.

I. PENDAHULUAN. tahun. Peningkatan penduduk usia lanjut di Indonesia akan menimbulkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. mengancam hidup seperti penyakit kardiovaskuler.

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena sekresi

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pengetahuan diet dan perilaku membaca informasi nilai gizi makanan kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang memerlukan pengendalian asupan zat gizi, misalnya penderita penyakit degeneratif (non communicable disease). Penderita penyakit jantung koroner (PJK) dengan hipertensi dapat mengatur jumlah asupan lemak dan natrium dengan memperhatikan jumlah lemak total dan natrium yang tercantum dalam informasi nilai gizi suatu produk pangan. Hal ini memudahkan pasien dalam memilih makanan yang baik dan tepat untuk dikonsumsi sesuai dengan jenis diet penderita tersebut (BPOM RI, 2009). Penerapan diet atau pengaturan menu makanan tidak secara langsung menyembuhkan penyakit, tetapi dapat memperbaiki kelainan metabolisme dan mencegah atau mengurangi gejala penyakit. Penderita PJK terutama dengan komplikasi seperti hipertensi sangat dianjurkan menerapkan diet dalam perencanaan menu makanan untuk menghindari dan membatasi makanan yang dapat meningkatkan kadar kolesterol serta tekanan darah, sehingga mencegah terjadinya stroke atau infark jantung (Purwati, 2002). Kebiasaan masyarakat dalam mengonsumsi produk pangan saat ini mengalami kecenderungan lebih memilih untuk mengonsumsi makanan kemasan, makanan tinggi garam, lemak, gula, dan kalori yang terus 1

meningkat dibandingkan dengan bahan makanan segar (Agrina dan Hairitama, 2011). Perubahan ini dapat disebabkan karena keterbatasan waktu atau pengaruh gaya hidup masyarakat secara global yang sudah semakin dinamis akibat tuntutan pekerjaan dan permintaan masyarakat yang semakin tinggi (Tiarapuri, 2012). Survei nasional yang dilakukan oleh Head of Nutrition Center Nutrifood tahun 2013 menyebutkan bahwa 36,5% masyarakat Indonesia lebih tertarik membaca dan memperhatikan label halal, 34,9% memperhatikan waktu kadaluwarsa, 20,6% memperhatikan pencantuman nama produk, dan hanya 7,9% yang memperhatikan masalah komposisi makanan dan informasi nilai gizi. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat untuk membaca dan memperhatikan masalah komposisi makanan dan informasi nilai gizi masih tergolong rendah (BPKN, 2013). Pencantuman informasi yang jelas dan benar pada label makanan kemasan akan memudahkan konsumen dalam memilih suatu produk pangan yang biasanya juga dipengaruhi oleh pengetahuan konsumen tentang label makanan kemasan (Almatsier, 2011). Menurut Depkes RI Tahun 2014, membaca label informasi nilai gizi merupakan salah satu perilaku hidup sehat sebagai upaya preventif dan promotif untuk penyeimbangan konsumsi karena ada zat gizi (lemak, kolesterol, dan natrium) yang apabila dikonsumsi terlalu banyak akan meningkatkan risiko terkena penyakit degeneratif seperti penyakit jantung dan hipertensi. 2

Tingkat pengetahuan gizi seseorang mempengaruhi sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan yang akibatnya akan berpengaruh pada keadaan atau status gizi yang bersangkutan (Sediaoetama, 2000). Penelitian yang dilakukan oleh Devi (2013) di Semarang terhadap hubungan antara pengetahuan responden tentang informasi label makanan kemasan dengan praktek pemilihan makanan kemasan menyatakan ada hubungan yang signifikan, yaitu semakin meningkat pengetahuan responden tentang label makanan kemasan maka akan melakukan praktek pemilihan makanan kemasan dengan benar. Penderita jantung koroner perlu memperhatikan hal penting yang berhubungan dengan diet sebagai upaya terapi penyakitnya. Kendala utama penanganan diet penderita jantung koroner adalah kejenuhan atau ketidakpatuhan dalam menjalankan diet yang biasanya dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan, pendidikan dan sosial ekonomi (Hartono, 2000). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Jazilah et al. (2011) di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto menunjukkan tingkat pengetahuan tentang diet jantung dengan kesesuaian atau kepatuhan pasien yang mengonsumsi makanan dengan rekomendasi diet jantung yaitu 53%. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam National Heart Foundation of Australia (2010), kepatuhan pasien terhadap terapi atau menjalankan diet sangat penting untuk mencapai keberhasilan dalam mewujudkan pengendalian risiko terjadinya komplikasi PJK secara optimal. Dukungan kepatuhan dalam menjalankan terapi baik obat-obatan 3

maupun pengaturan makanan dan modifikasi gaya hidup merupakan bagian penting dari manajemen pasien. Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan salah satu penyakit kardiovaskuler yang merupakan penyebab mortalitas dan morbiditas nomor satu di dunia (Lubis, 2007). Lebih dari 30% kematian akibat serangan jantung disebabkan oleh pola makan yang buruk atau tidak sesuai dengan gizi seimbang dan faktor utama lainnya adalah tekanan darah tinggi atau hipertensi (Panggabean, 2002). Prevalensi PJK di Indonesia sebesar 0,5% dan berdasarkan terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 1,5% (Riskesdas, 2013). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Surakarta tahun 2013 menunjukkan prevalensi PJK sebesar 8,79%, angka ini tergolong tinggi dibandingkan dengan prevalensi PJK di Indonesia. Survei pendahuluan yang dilakukan di RSUD Dr. Moewardi selama bulan Oktober hingga Desember tahun 2014 menunjukkan adanya peningkatan prevalensi kasus PJK pasien rawat jalan yang berobat di Poli Jantung, yaitu 7,81% pada bulan Oktober dengan jumlah kasus PJK 164 pasien dan meningkat menjadi 9,37% pada bulan Desember tahun 2014 dengan jumlah kasus PJK 183 pasien. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik dan berkeinginan untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan Pengetahuan Diet dan Perilaku Membaca Informasi Nilai Gizi Produk Makanan Kemasan terhadap Kepatuhan Diet Pasien Penyakit Jantung Koroner (PJK) dengan Hipertensi Rawat Jalan di RSUD Dr. Moewardi. 4

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah ada hubungan antara pengetahuan diet dengan kepatuhan diet pasien PJK dengan hipertensi? 2. Apakah ada hubungan antara perilaku membaca informasi nilai gizi produk makanan kemasan dengan kepatuhan diet pasien PJK dengan hipertensi? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan pengetahuan diet dan perilaku membaca informasi nilai gizi produk makanan kemasan terhadap kepatuhan diet pada pasien PJK dengan hipertensi di RSUD Dr. Moewardi. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi karakteristik pasien PJK dengan hipertensi rawat jalan b. Mendeskripsikan pengetahuan diet pada pasien PJK dengan hipertensi rawat jalan c. Mendeskripsikan perilaku membaca informasi nilai gizi produk makanan kemasan pada pasien PJK dengan hipertensi rawat jalan d. Mendeskripsikan kepatuhan diet pada pasien PJK dengan hipertensi rawat jalan e. Menganalisis hubungan pengetahuan diet dengan kepatuhan diet pasien PJK dengan hipertensi rawat jalan 5

f. Menganalisis hubungan perilaku membaca informasi nilai gizi produk makanan kemasan dengan kepatuhan diet pasien PJK dengan hipertensi rawat jalan D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Bagi Rumah Sakit Sebagai bahan masukan dan informasi untuk meningkatkan pelayanan gizi dalam konseling atau penatalaksanaan diet pada pasien PJK dengan hipertensi rawat jalan. 2. Bagi Pasien dan Keluarga Pasien Sebagai bahan informasi kepada pasien dan keluarga pasien tentang pengaruh pengetahuan diet dan penggunaan informasi nilai gizi pada produk makanan kemasan terhadap kepatuhan diet pasien PJK dengan hipertensi rawat jalan yang telah ditentukan oleh ahli gizi rumah sakit. 3. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai referensi yang dapat digunakan dalam penelitian selanjutnya tentang hubungan pengetahuan diet dan perilaku membaca nilai gizi produk makanan kemasan terhadap kepatuhan diet pada pasien PJK dengan hipertensi rawat jalan. 6