APLIKASI/ PENERAPAN TEKNOLOGI PROSES BRIKET ARANG DARI CANGKANG SAWIT PADA PEMASAKAN GARAM RAKYAT I N T I S A R I

dokumen-dokumen yang mirip
UJICOBA PERALATAN PENYULINGAN MINYAK SEREH WANGI SISTEM UAP PADA IKM I N T I S A R I

EKSTRAKSI MINYAK SEREH DAPUR SEBAGAI BAHAN FLAVOR PANGAN I N T I S A R I

ISOLASI RHODINOL DARI MINYAK SEREH WANGI DENGAN CARA DISTILASI FRAKSINASI VAKUM I N T I S A R I

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

PRODUKSI GULA CAIR DARI PATI SAGU SULAWESI TENGGARA

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

PEMANFAATAN TEPUNG UMBI GARUT (Maranta arundinaceae L.) DALAM PEMBUATAN BUBUR INSTAN DENGAN PENCAMPURAN TEPUNG TEMPE SKRIPSI

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI KEMASAN BUMBU INSTAN PRODUK LOKAL INTISARI

APLIKASI MINYAK NILAM DALAM FORMULASI SABUN SEBAGAI ZAT ADITIF YANG BERSIFAT ANTISEPTIK DAN AROMATHERAPI INTISARI

I PENDAHULUAN. dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian

I. PENDAHULUAN. Pengembangan komoditi perkebunan menempati prioritas yang tinggi dalam

PERANCANGAN PERALATAN PENGONGSENGAN BIJI KOPI SISTIM BLOWER ABSTRAK

EVALUASI SENSORI KONSUMEN PADA DODOL RUMPUT LAUT (Eucheuma cottoni) DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG KANJI DAN TEPUNG KETAN.

1 I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan

I. PENDAHULUAN. Sayur-sayuran dan buah-buahan adalah jenis komoditi pertanian yang mempunyai

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. oleh terpenuhinya kebutuhan gizi dalam makanannya. Pada usia 6 bulan pertama,

PENDAHULUAN. (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran,

PEMANFAATAN KACANG HIJAU (PHASEOLUS RADIATUS L ) MENJADI SUSU KENTAL MANIS KACANG HIJAU

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bantuan kapang golongan Rhizopus Sp. Menurut Astawan

I PENDAHULUAN. protein berkisar antara 20% sampai 30%. Kacang-kacangan selain sumber protein

II. TINJAUAN PUSTAKA. Upaya mengurangi ketergantungan konsumsi beras masyarakat Indonesia adalah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Peneltian.

LAPORAN HASIL PENELITIAN PEMBUATAN BRIKET ARANG DARI LIMBAH BLOTONG PABRIK GULA DENGAN PROSES KARBONISASI SKRIPSI

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Total Bakteri Probiotik

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN ton (US$ 3,6 juta) (Jefriando, 2014). Salah satu alternatif pemecahan

ABSTRAK. Kata kunci: Penaeus sp, stick, limbah kulit udang PENDAHULUAN

BAB III METODE PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam kadar protein kecap manis air kelapa menunjukkan

KEDELAI-WHEAT GERM SEllAGAI PRODUK SARAPAN FUNGSIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2)

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENANGANAN PASCA PANEN KUNYIT. Feri Manoi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik

Ulangan 1 Ulangan 2 (%)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tapioka. Kerupuk sudah banyak dimodifikasikan dengan berbagai cita rasa

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepung terigu yang ditambahkan dengan bahan bahan tambahan lain, seperti

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

SEMINAR TUGAS AKHIR. Oleh : Wahyu Kusuma A Pembimbing : Ir. Sarwono, MM Ir. Ronny Dwi Noriyati, M.Kes

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

PEMANFAATAN Gracilaria sp. DALAM PEMBUATAN PERMEN JELLY

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

I. PENDAHULUAN. Tenggara yang beriklim tropis basah seperti Indonesia, Thailand dan Malaysia

I. PENDAHULUAN. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang

YUWIDA KUSUMAWATI A

PENGARUH PERBANDINGAN GULA MERAH DENGAN SUKROSA DAN PERBANDINGAN TEPUNG JAGUNG, UBI JALAR DENGAN KACANG HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK JENANG

PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI MENJADI BRIKET SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DENGAN PROSES KARBONISASI DAN NON-KARBONISASI

BAB III METODE PENELITIAN

I PENDAHULUAN. Karakteristik tepung yang digunakan akan menentukan karakteristik cookies yang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein (Suherman, 2012). Koro pedang (Canavalia

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Yoghurt Sinbiotik - Minuman Fungsional Kaya Serat Berbasis Tepung Pisang

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

I PENDAHULUAN. 6. Hipotesis Penelitian, dan 7. Waktu dan Tempat Penelitian. keperluan. Berdasarkan penggolongannya tepung dibagi menjadi dua, yaitu

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung merupakan palawija sumber karbohidrat yang memegang peranan penting kedua setelah beras.

I. PENDAHULUAN. makanan selingan berbentuk padat dari gula atau pemanis lainnya atau. makanan lain yang lazim dan bahan makanan yang diijinkan.

Pengolahan Sagu (Metroxylon) sebagai Bahan Baku Pembuatan Es Krim

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian. dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan bernilai gizi tinggi seperti kacang

SUBSTITUSI TEPUNG TEMPE UNTUK PEMBUATAN KUE LUMPUR COKLAT DENGAN PENAMBAHAN VARIASI GULA PASIR JURNAL PUBLIKASI

PENGARUH PENAMBAHAN GULA PASIR DAN GULA MERAH TERHADAP TINGKAT KESUKAAN DODOL NANAS

PENGKELATAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN KHITOSAN DARI KULIT KERANG INTISARI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMBUATAN BRIKET BIOARANG DARI ARANG SERBUK GERGAJI KAYU JATI

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat

KUALITAS MIE BASAH DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG BIJI KLUWIH (Artocarpus communis G.Forst)

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN SEREALIA DAN KACANG-KACANGAN. ( Food Bar )

PEMANFAATAN BIJI TURI SEBAGAI PENGGANTI KEDELAI DALAM BAHAN BAKU PEMBUATAN KECAP SECARA HIDROLISIS DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRAK PEPAYA DAN NANAS

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. kandungan gizi yang cukup baik. Suryana (2004) melaporkan data statistik

NASKAH PUBLIKASI. KUALITAS BISKUIT DENGAN KOMBINASI TEPUNG PISANG KEPOK PUTIH (Musa paradisiaca forma typica) DAN TEPUNG TEMPE

I. PENDAHULUAN. pangan yang disukai anak-anak (Sardjunani, 2013).

Lampiran 1. Prosedur Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Pendahuluan

PEMBUATAN MIE SUKUN (KAJIAN SUBTITUSI SUKUN KUKUS DAN PENAMBAHAN TELUR) SKRIPSI. Oleh : INDARTY WIJIANTI

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rendemen merupakan suatu parameter yang penting untuk mengetahui nilai

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PRESENTASI TUGAS AKHIR FINAL PROJECT TK Dosen Pembimbing : Ir. Sri Murwanti, M.T. NIP

I PENDAHULUAN. Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di salah satu industri rumah tangga (IRT) tahu di

PEMBUATAN BIOBRIKET DARI CAMPURAN BUNGKIL BIJI JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) DENGAN SEKAM SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF

BAB I PENDAHULUAN. berarti bagi tubuh. Menurut Dewanti (1997) bahan-bahan pembuat es krim

Transkripsi:

APLIKASI/ PENERAPAN TEKNOLOGI PROSES BRIKET ARANG DARI CANGKANG SAWIT PADA PEMASAKAN GARAM RAKYAT I N T I S A R I Program pemerintah mengenal konversi energy dari sumber terbarukan dengan kewajiban memanfaatkan sumber energy potensial setempat dapat diterapkan di Provinsi Aceh karena mempunyai potensi sumber energy dari bahan nabati yang berlimpah, khususnya limbah padat cangkang sawit. Aplikasi/ penerapan teknologi proses briket arang dari cangkang sawit sebagai bahan bakar dilakukan pada proses penguapan garam rakyat cara tradisional. Hasil uji kinerja teknologi pembuatan briket arang dari cangkang sawit bahwa penggunaan larutan perekat tepung kanji yang optimum adalah konsentrasi 10%. Perbandingan larutan kanji 10% dengan bahan arang adalah 1 (satu) bagian larutan kanji 10%: 5 (lima) bagian bahan arang cangkang sawit. Dari pengamatan proses pemasakan/penguapan air garam memperlihatkan bahwa penggunaan bahan bakar kriket arang cangkang sawit memberikan nyala api yang lebih panas sehingga mempersingkat waktu pemasakan sampai 25% dibandingkan penggunaan bahan bakar dari kayu bekas. Selain itu pengguinaan bahan bakar briket tidak menghasilkan asap (karbon) yang tinggi sehingga tidak mengganggu kesehatan. Nilai kalor briket arang cangkang sawit telah memenuhi syarat mutu arang komersial yaitu lebih besar 5000 kal/gr sesuai persyaratan mutu SNI Briket Arang Kayu. Kata kunci : briket arang, bahan bakar, cangkang sawit APLIKASI TEKNOLOGI PENGEMBANGAN PRODUK ACEH DELIGHT BERBASIS GEL Penelitian mengenai aplikasi teknologi pengembangan produk aceh delight berbasis gel telah dilakukan pada Balai Riset dan Standardisasi Industri Banda Aceh Tahun Anggarean 2011. Penelitian inidikembangkan karena Aceh merupakan salah satu penghasil kue khas daerah dan berkeinginan untuk mempertahankan kue khas daerah dan menjadi tuan rumah di daerahnya sendiri. Pada penelitian ini telah dilakukan kegiatan pembuatan kue tradisional produk meusekat, dodol rumput laut dan produk aceh delight. Pada ketiga produk tersebut ditambahkan pure karagenan dengan variable 0,15%; 0,125%; 0,1%; 0,09%; 0,08%, 0,07%; 0,06%; 0,05%, 0,04% dan 0,02%. Hasil produk tersebut di analisa kadar air, kadar abu, kadar protein dan uji organoleptik. Analisa tersebut berdasarkan standar uji makanan dan minuman yaitu SNI 01-2891-1992 untuk kadar air, kadar abu dan kadar protein. Uji kapang/khamir berdasarkan SNI 01-2897-1992 dan uji kapang khamir berdasarkan laporan SOekarto, ST Tahun 1985. Hasil analisa terhadap kadar air, kadar abu dan protein masuk dalam range

Stabdar Nasional Indonesia kecuali kadar air pada produk dodol. Kapang/Khamir untuk semua produk hasilnya positif, ini dikarenakan produk dibiarkan di udara terbuka untuk melihat lamanya daya tahan. Uji organoleptik dilakukan pada 20 panelis dan diperoleh hasil untuk produk baru yaitu produk Aceh Delight tingkat penerimaan/kesukaan cukup bagus. Dengan adanya penemuan produk baru ini diharapkan dapat dikembangkian untuk industry rumah tangga di daerah Provinsi Aceh. Kata kunci : Aceh delight, karagenan dan meusekat PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KARAKTERISTIK SIFAT FIKSASI MINYAK NILAM DI PROVINSI ACEH Penelitian mengenai karakteristik sifat fiksasi minyak nilam di provinsi Aceh telah dilakukan pada Balai Riset dan Standardisasi Industri Banda Aceh Tahun Anggaran 2011. Penelitian ini dikembangkan karena Aceh merupakan salah satu penghasil minyak nilam terbesar di Indonesia, dengan kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan minyak nilam yang dihasilkan dari daerah lain. Pada penelitian dilakukan formulasi penggunaan minyak nilam dengan menggunakan minyak nilam rakyat yang telah melalui proses redistilasi. Proses redistilasi dilakukan pada kondisi tekanan 800 mbar dan temperatur 160 o C dengan perbandingan minyak nilam dan air 1 : 8. Proses formulasi penambahan minyak nilam di lakukan dengan konsentrasi penambahan minyak nilam sebesar 1%; 1.5%; 2%; 3% dan 4% pada perbandingan parfum 20% minyak melati. Hasil pengujian minyak nilam untuk kondisi operasi redistilasi adalah warna kuning, bobot jenis 0,950, indeks bias 1,5024, kelarutan dalam alkohol 1 : 5, bilangan asam 2,23, bilangan ester 12,35, kadar Fe 13,94 mg/kg, kadar patchouli alkohol 18,86% dan kadar alpha-copaenen 0,20%. Formulasi penambahan minyak nilam yang terbaik diperoleh pada jumlah penambahan 3% dengan hasil warna lebih cerah, aroma lebih tahan lama, tidak terlalu bernoda dan masih mampu dibersihkan. Kata kunci : minyak nilam rakyat, redistilasi, SNI 06-2385-2006, minyak bunga alamiah KARAKTERISTIK DAN MODIFIKASI SIFAT FUNGSIONAL KAYUMANIS DALAM PRODUK PANGAN I N T I S A R I Karakteristik dan modifikasi sifat fungsional kayumanis dalam produk pangan bertujuan untuk diversifikasi produk oleoresin menjadi produk pangan dan meningkatkan nilai tambah dari komoditi kayu manis di Provinsi Aceh. Penelitian ini dilakukan selama 10 (sepuluh) bulan di Laboratorium Proses Baristand Industri Banda Aceh. Ruang lingkup kegiatan penelitian meliputi survey/ penjajakan potensi kayu manis ke daerah Kabupaten Tingkat II di Provinsi Aceh,

persiapan bahan dan peralatan ekstraksi oleoresin, penelitian dan analisa pendahuluan (analisa kadar air dan kadar abu terhadap bahan baku), penelitian lanjutan (proses ekstraksi oleoresin kayumanis), proses pemurnian, Karakteristisasi produk oleoresin kayumanis (GCMS dan SEM), aplikasi oleoresin kayumanis dalam produk pangan, uji organoleptik terhadap produk pangan modifikasi, pengolahan data analisa penyusunan laporan. Bahan baku kayumanis yang digunakan pada penelitian ini berasal dari beberapa daerah Kabupaten Tingkat II di Provinsi Aceh yaitu: Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Pidie, dan Kabupaten Bireun. Ekstraksi oleoresin kayumanis menggunakan metode ekstraksi sokhlet. Variabel percobaan terdiri dari variabel tetap yaitu berat kayumanis 60 gram dan ukuran partikel 60 mesh, sedangkan variabel berubah yaitu 1). rasio pelarut terhadap bahan (1:8, 1;10, 1;12 dan 1:14), 2). jenis pelarut (Ethanol 96% p.a dan Ethanol daur ulang), 3) perlakuan setelah ektraksi (diuapkan dan tidak diuapkan). Hasil analis pendahuluan diketahui bahwa kadar air yang terkandung pada bahan baku kayumanis asal Lhokseumawe, Sigli dan Bireuen masing-masing sebesar 12,83%, 12,05% dan 12,07%. Persentase penurunan kadar air setelah pengeringan menggunakan oven masing-masing sebesar 55,49%, 48,98% dan 58,74%, sedangkan dengan matahari masingmasing sebesar 25,88%, 25,06% dan 23,70%. Kadar abu yang terkandung pada bahan baku kayumanis asal Lhokseumawe, Sigli dan Bireuen masing-masing sebesar 3,55%, 3,41% dan 3,68%. Persentase penurunan kadar abu setelah pengeringan menggunakan oven masingmasing sebesar 6,48%, 22,87% dan 26,09%., sedangkan dengan matahari masing-masing sebesar 11,27%, 9,09% dan 27,72%. Perlakuan ekstraksi oleoresin kayumanis dengan metode sokhlet yang paling optimal yaitu pada perlakuan jenis pelarut ethanol 96% (diuapkan), rasio bahan dan pelarut 1: 15, ukuran partikel 80 mesh, waktu ekstrak 8 jam, dengan yield oleoresin kayumanis sebesar 41,53% Hasil uji karakterisasi sifat fisiko kimia terhadap oleoresin kayumanis pada perlakuan optimal yaitu warna oleoresin Coklat Kemerahan; bentuk cairan kental; bau/ aroma khas kayumanis Indeks Bias 1,5304; Bobot Jenis 1,0179; morfologi/ bentuk struktur partikel tidak seragam. Hasil uji GCMS diketahui secara umum oleoresin hasil ekstraksi dengan metode sohklet menggunakan pelarut ethanol 96% dan pelarut bekas tidak berbeda secara signifikan, yaitu mengandung komponen propene, Propene, trideuteroacetonitril, Cinnamaldehyd, Coumarin. Hasil Uji organolpetik diketahui bahwa respon panelis terhadap produk pangan aplikasi berupa kue kering yakni sangat suka pada variasi penambahan oleoresin 2% yaitu sebesar 48% panelis. Sedangkan respon panelis sangat tidak suka yaitu terhadap produk pangan aplikasi dengan variasi penambahan oleoresin 5% yaitu sebesar 52% panelis. Aplikasi penggunaan oleoresin <3% pada produk pangan masih menunjukkan respon panelis suka dan sangat suka, sedangkan >5% menunjukkan respon panelis tidak suka dan sangat tidak suka.dari pelaksanaan penelitian ini disarankan adanya kegiatan lanjutan dalam rangka tranfer teknologi/ aplikasi pada produk kayumanis pada IKM atau home industri, sehingga akhirnya dapat tercapai sasaran untuk memanfaatkan potensi kayu manis di Provinsi Aceh; diketahuinya karakterisasi (sifat kimia dan fisika) oleoresin kayu manis; dan modifikasi produk oleoresin dalam bahan pangan. Kata kunci: ektraksi sokhlet, kayumanis, oleoresin, dan uji organoleptik

LITBANG OPTIMASI SIFAT SENSORIK EKSTRAK JAHE PADA PRODUK MINUMAN KHAS ACEH Penelitian optimasi sifat sensorik ekstrak jahe pada produk minuman khas Aceh dilaksanakan di Balai Riset dan Standardisasi Industri Banda Aceh. Penelitian ini merupakan eksperimen untuk memanfaatkan potensi jahe di Provinsi Aceh dan mendapatkan proses untuk mengoptimasi sifat sensorik ekstrak jahe, serta memaksimalkan penggunaan ekstrak jahe pada produk minuman yaitu bandret. Diharapkan hasil penelitian ini adalah meningkatnya produksi ekstrak jahe yang berkualitas, serta adanya peningkatan mutu produk minuman dari ekstrak jahe. Adapun perlakuan pada penelitian ini meliputi 2 (dua) perlakuan yaitu jahe tidak dikuliti dan jahe dikuliti, dimana pada setiap perlakuan akan diperoleh 2 (dua) jenis produk yaitu konsentrat bandret dan konsentrat ekstrak jahe. Variabel tetap untuk kedua perlakuan meliputi bobot jahe, volume awal, volume akhir dan jenis serta bobot bahan tambahan. Sedangkan variable berubah adalah volume konsentrat yang terdiri dari 5,10, 15, dan 20 ml. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sifat sensorik jahe yang terbaik dari kedua perlakuan, berdasarkan pengujian organoleptik yang meliputi rasa, aroma dan warna oleh 15 orang panelis yang memberikan prosentase penilaian tertinggi terhadap ketiga parameter organoleptik tersebut, pada skala numeric suka dan sangat suka adalah pada penambahan kedua jenis konsentrat sebanyak 15 ml untuk perlakuan jahe tidak dikuliti, dan 20 ml untuk perlakuan jahe dikuliti. Kata kunci : bandret, jahe, konsentrat, sensorik PENGEMBANGAN ALTERNATIF PENGGANTI BERAS BERBASIS BAHAN BAKU LOKAL Diversifikasi pangan sangat diperlukan untuk menunjang ketahanan pangan di Indonesia, terutama pada saat ini dimana produktivitas beras semakin fluktuatif, masyarakat diharapkan tidak hanya bergantung pada satu jenis makanan saja terutama beras, tetapi juga komoditas lainnya yang gizinya tidak kalah dengan beras. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan teknologi proses serta formula terbaik dalam menghasilkan produk pangan alternatif pengganti beras dengan nilai gizi yang mendekati beras. Bahan utama yang digunakan untuk membuat pangan pengganti beras adalah pati sagu dan bahan tambahan lain yang terdiri dari kacang kedelai dan kacang hijau. Pati sagu diformulasikan dengan tepung kacang hijau dan kacang kedelai dalam empat formula. Teknologi proses yang dilakukan meliputi tahap pencampuran, tahap granulasi, tahap pregelatinisasi dan tahap pengeringan. Hasil analisa nutrisi menunjukkan beras sagu formula 2 (75 % sagu, 25% kedelai) mengandung

kadar karbohidrat mendekati beras serta nutrisi protein, lemak dan serat yang paling tinggi. Beras sagu formula 4 (70% sagu, 15% kedelai, 15% kacang hijau) memiliki nilai karbohidrat setara dengan beras, serta mengandung nilai nutrisi protein, lemak dan serat yang mendekati beras. Hasil uji organoleptik secara hedonik menunjukkan panelis menyukai tekstur dari nasi beras sagu secara umum dan menyukai rasa serta warna nasi beras sagu dengan pemasakan kombinasi 70% beras dan 30% beras sagu. Hasil analisa umur simpan dengan parameter mikrobiologi menunjukkan bahwa beras sagu masih memenuhi persyaratan SNI (3549:2009) dengan waktu penyimpanan selama empat bulan. Kata kunci: Sagu, pangan alternatif, formula PENGEMBANGAN PROSES PRODUKSI GARAM RAKYAT UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS Garam merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi tubuh manusia. Akan tetapi saat ini kebutuhan tersebut masih belum dapat terpenuhi oleh masyarakat di beberapa daerah di Indonesia. Bahkan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri saja Indonesia masih harus mengimpor garam dari luar negeri. Hal ini sangatlah tidak wajar bagi negara maritim yang memiliki pantai terpanjang nomor dua di dunia. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan memanfaatkan potensi alam serta mengembangkan teknologi produksi garam rakyat dalam rangka meningkatkan produktivitas. Pengembangan proses yang dilakukan pada penelitian ini adalah menvariasikan waktu penjemuran pasir (7, 14, 21 dan 28) jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu penjemuran pasir memberi pengaruh terhadap kualitas dan kuantitas garam yang dihasilkan dimana semakin lama waktu proses penjemuran maka semakin tinggi produktivitas dan peningkatan kadar NaCl pada garam. Rendemen garam yang diperoleh dari percobaan ini yaitu 21,64% (72,69 kg) yaitu dari proses pemasakan selama 6 jam gram per batch (336 liter dengan kepekatan bahan 22ºBe). Kandungan NaCl yang dihasilkan dari percobaan ini juga menunjukkan peningkatan yaitu diatas 94% bila bila dibandingkan dengan garam yang dihasilkan dari pemasakan masyarakat masih sangat rendah yaitu berkisar antara 80-90% NaCl. Proses penjemuran terbaik pada penelitian ini adalah pada waktu penjemuran 21 jam dengan rendemen garam 21,64%. Hasil uji mutu terhadap parameter kadar air : 4,32%, NaCl : 97,40%, bagian tak larut dalam air : 0,023%, dan tehadap cemaran logam Cd : 0,083 ppm, Pb : <0,012 ppm dan As : <0,0002 ppm dan memenuhi persyaratan SNI 01-3556-2010. Kata kunci : Garam, natirum clorida, produktivitas, sistem pemasakan