PEMETAAN SEKOLAH SMA/SMK BERDASARKAN KERAWANAN BENCANA UNTUK MENINGKATKAN PENGETAHUAN KEBENCANAAN SISWA DI KABUPATEN SUKOHARJO

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

ANGGI PRATIWI A

TINGKAT KESIAPSIAGAAN GABUNGAN KELOMPOKTANI (GAPOKTAN) DALAM MENGHADAPI BENCANA KEKERINGAN DI DESA BULU KECAMATAN BULU KABUPATEN SUKOHARJO

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Geografi

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN TERHADAP KESIAPSIAGAAN SISWA DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DAN GEMPA BUMI DI SMP NEGERI 1 GATAK

NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Geografi. Diajukan Oleh :

PENGETAHUAN SISWA MTS MUHAMMADIYAH TAWANGSARI DALAM KESIAPSIAGAAN BENCANA GEMPA BUMI DI KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI

IDENTIFIKASI PEMAHAMAN SISWA TERHADAP MITIGASI NON STRUKTURAL BENCANA BANJIR KELAS VII DAN KELAS VIII DI SMP N23 SURAKARTA

ARTIKEL PUBLIKASI KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT KELURAHAN JEBRES KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TERHADAP ANCAMAN BENCANA BANJIR

TINGKAT KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT TERHADAP BENCANA BANJIR DI DUSUN NUSUPAN DESA KADOKAN KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO

No.1087, 2014 BNPB. Badan Penanggulangan Bencana. Daerah. Pembentukan. Pedoman KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA,

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT MENGHADAPI BENCANA GEMPA BUMI DI DESA BERO KECAMATAN TRUCUK KABUPATEN KLATEN DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN MASYARAKAT

KERENTANAN DAN KESIAPSIAGAAN DI DESA BAWAK KECAMATAN CAWAS KABUPATEN KLATEN TERHADAP BENCANA BANJIR NASKAH PUBLIKASI

PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA

PERAN PEMERINTAH DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI KELURAHAN NUSUKAN KECAMATAN BANJARSARI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

KESIAPSIAGAAN SMP NEGERI 1 GATAK KABUPATEN SUKOHARJO DALAM MENGHADAPI BENCANA ALAM NASKAH PUBLIKASI

TINGKAT KESIAPSIAGAAN GURU TERHADAP BENCANA GEMPABUMI DI SMK MUHAMMADIYAH 1 PRAMBANAN TAHUN 2014

PENGETAHUAN GEOGRAFIS DAN KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DI KECAMATAN BULU KABUPATEN SUKOHARJO DALAM MENGHADAPI BENCANA GEMPA BUMI

NASKAH PUBLIKASI KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DIKELURAHAN GANDEKAN KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA

REKAPITULASI SEKOLAH PENERIMA DANA BOS DIKMEN KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2016 TAHUN ANGGARAN 2016 JUMLAH NO JENIS SEKOLAH JUMLAH DANA

PENGETAHUAN DAN KESIAPSIAGAAN GURU DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI SMP NEGERI 6 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN STRATEGI JIGSAW DALAM PEMBELAJARAN IPS MATERI PRANATA SOSIAL MASYARAKAT KELAS VIII SMP NEGERI 2 SAWIT TAHUN AJARAN 2014/2015

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011

Powered by TCPDF (

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2009

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA KELAS VII DALAM MITIGASI NON STRUKTURAL BENCANA BANJIR DI SMP NEGERI 12 KECAMATAN LAWEYAN KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Geografi

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU

PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU

WALIKOTA BANJARBARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN WALIKOTA BANJARBARU NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

BAB III METODE PENELITIAN

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA KELAS X TERHADAP KESIAPSIAGAAN BENCANA GEMPA BUMI DI SMK TUNAS BANGSA KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

NASKAH PUBLIKASI ANALISIS KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT KORBAN BENCANA BANJIR DI DESA CEMANI KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

RESPON MASYARAKAT TERHADAP BENCANA BANJIR DI KAWASAN RAWAN BANJIR DESA GADINGAN KECAMATAN MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO

BAB III METODE PENELITIAN. Metode adalah suatu cara atau teknis yang dilakukan dalam proses penelitian.

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP BENCANA BANJIR, GEMPA BUMI, DAN TANAH LONGSOR DI KECAMATAN WONOGIRI

KAJIAN KAPASITAS MASYARAKAT DALAM UPAYA PENGURANGAN RISIKO BENCANA BERBASIS KOMUNITAS DI KECAMATAN KOTAGEDE KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2016

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI dan BUPATI BANYUWANGI MEMUTUSKAN:

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 4 TAHUN

BUPATI PENUKAL ABAB LEMATANG ILIR,

BAB III METODE PENELITIAN. Pasung, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten. jadwal penelitian sebagai berikut:

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penentuan metode dalam sebuah penelitian ilmiah merupakan langkah yang

PERSEPSI PEMUSTAKA PADA LAYANAN SIRKULASI (UMUM ATAU DEWASA) DI PERPUSTAKAAN DAERAH JAWA TENGAH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. metode juga tergantung pada permasalahan yang akan dibahas, dengan kata lain

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA PADA MATERI STATISTIKA SKIPSI

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPS GEOGRAFI KELAS VIII DENGAN TEMA PERMASALAHAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA NASKAH PUBLIKASI

IMPLEMENTASI HAK ANAK DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA (Studi Kasus Kota Layak Anak Tahun 2014) NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berada di tiga lempeng tektonik dunia, yaitu: Lempeng Indo-

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan mereka, termasuk pengetahuan bencana longsor lahan.

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI KELURAHAN KEDUNG LUMBU KECAMATAN PASAR KLIWON KOTA SURAKARTA ARTIKEL PUBLIKASI

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANDA ACEH

PEMERINTAH KABUPATEN EMPAT LAWANG

IDENTIFIKASI KESIAPSIAGAAN BENCANA BANJIR PADA SISWA SMP N 2 KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO.

METODE PENELITIAN. untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. Bencana banjir merupakan limpahan air yang melebihi tinggi muka air

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI AKUNTANSI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

11. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana;

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan terjadi defisit kelembaban tanah (Kharisma Nugroho dkk,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINGKAT KESIAPSIAGAAN SISWA KELAS XI DALAM MENGHADAPI BENCANA GEMPA BUMI DI SMA MUHAMMADIYAH 1 KLATEN

Analisis Butir Soal Mata Pelajaran Bahasa Jawa pada Kelas XII di SMK Ma arif 2 Gombong Tahun Ajaran 2014/2015

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

Oleh: Hadi Sahman Pendidikan Teknik Otomotif, FKIP, Universitas Muhammadiyah Purworejo

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang di lakukan oleh peneliti berlokasi di SMA Negeri 4. jangkau sehingga memudahkan dalam pengumpulan data.

PENGARUH AKTIFITAS, KREATIFITAS, DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR KOMPETENSI ALAT UKUR DI SMK INSTITUT INDONESIA KUTOARJO

PERBEDAAN KESEJAHTERAAN ANGGOTA KOPERASI DITINJAU DARI INTENSITAS PEMINJAMAN DI KOPERASI KARYAWAN KARYATAMA SMK TAMTAMA PREMBUN KABUPATEN KEBUMEN

HUBUNGAN KESIAPSIAGAAN BENCANA GEMPABUMI DENGAN PROSES PEMBELAJARAN SISWA KELAS VII A B, DAN E DI SMP NEGERI 1 TULUNG DI KECAMATAN TULUNG KLATEN

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB III METODE PENELITIAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN NOMOR 2 TAHUN 2011

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. pada masalah-masalah atau fenomena-fenomena yang ada pada saat penelitian

TINGKAT KESIAPSIAGAAN GURU TERHADAP BENCANA GEMPABUMI DI SMK MUHAMMADIYAH 1 PRAMBANAN TAHUN 2014

BAB III METODE PENELITIAN

ABSTRAK. : Ice breaking, Motivasi diri siswa dalam mengikuti pelajaran. matematika

TINGKAT KESIAPSIAGAAN DALAM MENGHADAPI BANJIR DITINJAU DARI TINGKAT SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DESA TELUKAN KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. apapun bentuk dan jenis penelitian yang hendak dilakukan pasti menimbulkan

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

2016 KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA KEBAKARAN PADA PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK DI KECAMATAN BOJONGLOA KALER

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 77 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, dan menggunakan langkah-langkah

BAB III METODE PENELITIAN

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN BAHAN AJAR PADA MATERI BENCANA TANAH LONGSOR MELALUI STRATEGI SNOW BALLING DI SMK NEGERI 1 TULUNG

Transkripsi:

PEMETAAN SEKOLAH SMA/SMK BERDASARKAN KERAWANAN BENCANA UNTUK MENINGKATKAN PENGETAHUAN KEBENCANAAN SISWA DI KABUPATEN SUKOHARJO Naskah Publikasi ini digunakan untuk memenuhi sebagai persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Yeni Puji Astuti A610100021 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015

PEMETAAN SEKOLAH SMA/SMK BERDASARKAN KERAWANAN BENCANA UNTUK MENINGKATKAN PENGETAHUAN KEBENCANAAN SISWA DI KABUPATEN SUKOHARJO Yeni Puji Astuti, A 610100021, Jurusan Pendidikan Geografi, Fakultas Keguruan danilmu pendidikan, Universitas Muahammadiyah Surakarta, 2014 ABSTRAK Kabupaten Sukoharjo sendiri termasuk dalam wilayah dengan indeks bencana tinggi. Menempati urutan 76 dari 497 Kota/Kabupaten di seluruh Indonesia. Sehingga perlu terus didorong pembentukan kelembagaan penanggulangan bencana di daerah sesuai taraf kerentanan bencana dengan tetap mempertimbangan efektivitas dan efesiensi penyelenggaraan pemerintahan di daerah. Mengingat kondisi kerawanan bencana yang cukup tinggi di kabupaten Sukoharjo, maka pendidikan mitigasi bencana di daerah tersebut sangat sangat lah penting. Pendidikan mitigasi bencana bagi daerah yang rawan bencana sangat lah dibutuhkan bagi masyarakat diseluruh lapisan terutama bagi generasi penerus bangsa yaitu siswa. Sebagai generasi penerus bangsa, siswa berhak mendapat perlindungan dari ancaman bencana sehingga pendidikan mitigasi bencana dijenjang pendidikan harus diterapkan sejak dini. Metode penelitian yang digunakan adalah survey, sedangkan pendekatannya menggunakan deskriptif kuantitatif. Sampel yang diambil sebesar 49 sampel penelitian yang terdiri dari siswa SMA/SMK dari bimbingan belajar Ganesha Operation. Hasil Penelitian menyimpulkan bahwa Tingkat pengetahuan kebencanaan siswa dari hasil pre-test dapat dikategorikan cukup yaitu dengan jumlah prosentase 51,53%, sedangkan tingkat pengetahuan kebencanaan siswa dari hasil post test setelah menggunakan peta kerawanan bencana memperoleh prosentase 77,95%. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan kebencanaan siswa meningkat setelah dari kategori cukup menjadi kategori baik. Kata kunci : Peta kerawanan, pengetahuan, kebencanaan

PENDAHULUAN Kabupaten Sukoharjo termasuk dalam wilayah dengan indeks bencana tinggi. Menempati urutan 76 dari 497 Kota/Kabupaten di seluruh Indonesia. Sehingga perlu terus didorong pembentukan kelembagaan penanggulangan bencana di daerah sesuai taraf kerentanan bencana dengan tetap mempertimbangan efektivitas dan efesiensi penyelenggaraan pemerintahan di daerah. Mengingat kondisi kerawanan bencana yang cukup tinggi di kabupaten Sukoharjo, maka pendidikan mitigasi bencana di daerah tersebut sangat sangat lah penting. Pendidikan mitigasi bencana bagi daerah yang rawan bencana sangat lah dibutuhkan bagi masyarakat diseluruh lapisan terutama bagi generasi penerus bangsa yaitu siswa. Sebagai generasi penerus bangsa, siswa berhak mendapat perlindungan dari ancaman bencana sehingga pendidikan mitigasi bencana dijenjang pendidikan harus diterapkan sejak dini. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesiapsiagaan siswa terhadap resiko terjadinya bencana di daerah mereka Di dalam lingkungan sekolah berbagai peristiwa tidak terduga dapat saja terjadi, sama halnya dengan bencana. Betapa meruginya jika sekolah tidak berbuat sesuatu untuk mengurangi risiko yang ditimbulkan oleh bencana. Kesiapsiagaan di sekolah sudah seharusnya menjadi budaya sekolah dan menjadi tanggungjawab bersama seluruh komponen sekolah. Kesiapsiagaan di sekolah diwujudkan dengan keterlibatan seluruh

komponen sekolah dengan perannya masing-masing dalam membangun kesiapsiagaan di sekolah. Kegiatan pengurangan risiko bencana sebagaimana yang telah tercantum di dalam Undang-undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana harus dimasukkan ke dalam program pembangunan termasuk dalam bidang pendidikan. Dan ditegaskan pula dalam undangundang tersebut bahwa pendidikan menjadi salah satu faktor penentu dalam kegiatan pengurangan risiko bencana. Salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan mengenai kebencanaan pada siswa yaitu dengan media peta.salah satunya adalah dengan menyusun peta. Lemahnya pengetahuan mengenai daerah yang rawan terhadap bencana diperburuk lagi dengan rendahnya kemampuan membaca peta dari masyarakat. Oleh karena itu sosialisasi mengenai cara membaca peta dan penyusunan peta-peta kebencanaan yang mudah dipahami merupakan hal yang sangat penting dilakukan. Peta merupakan media yang menarik dan mudah dipahami untuk meningkatkan pengetahuan kebencanaan. Peta memuat banyak informasi mulai dari letak suatu tempat hingga potensi bencana suatu daerah sehingga peta merupakan media yang efektif untuk meningkatkan pengetahuan siswa mengenai kebencanaan. Melalui peta kerawanan bencana maka siswa tidak hanya mengetahui potensi bencana yang mungkin terjadi di sekolah mereka tetapi juga mengetahui potensi bencana yang mungkin terjadi di rumah mereka atau daerah lain di Kabupaten Sukoharjo.

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul : PEMETAAN SEKOLAH SMA/SMK BERDASARKAN KERAWANAN BENCANA UNTUK MENINGKATKAN PENGETAHUAN KEBENCANAAN SISWA DI KABUPATEN SUKOHARJO Tujuan Penelitian Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah : 1. Mengetahui penyebaran sekolah SMA/SMK berdasarkan potensi bencananya 2. Mengetahui peningkatan pengetahuan kebencanaan siswa SMA/SMK di kabupaten Sukoharjo melalui peta kerawanan bemcana.

TINJAUAN PUSTAKA 1. Peta dan Pemetaan Ketampakan yang digambar pada peta dapat dibagi menjadi dua yaitu ketampakan alami dan ketampakan buatan manusia (budaya) (Bakosurtanal; 2005). Pemetaan adalah proses pengukuran, perhitungan dan penggambaran permukaan bumi (terminologi geodesi) dengan menggunakan cara dan atau metode tertentu sehingga didapatkan hasil berupa softcopy maupun hardcopy peta yang berbentuk vektor maupun raster. 2. Pemetaan Sekolah Penataan atau penataan kembali suatu jaringan persekolahan yang ada sehingga diperoleh jaringan yang baru dengan daya tampung yang lebih besar dimana sumber-sumber dapat didayagunakan secara optimal, disamping itu diusahakan mutu pendidikan yang lebih berbobot dan mempunyai relevansi dengan pembangunan. 4. Kerawanan Rawan Bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu. (Pasal 1 Angka 14 UU Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana)

METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan pengetahuan siswa SMA/SMK mengenai kebencanaan di kabupten Sukoharjo. Metode pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan simple random sampling. Yaitu pengambilan anggota sampel dari populasi dikatakan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan dibimbingan belajar Ganesha Operation Kabupaten Sukoharjo yang terletak di Jalan Pemuda No.61, Jetis, Sukoharjo. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam waktu bulan, mulai bulan Agustus 2014 sampai bulan Januari 2015. Teknik Pengumpulan Data Menggunakan Angket Metode Angket adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono,2013). Peneliti membagikan angket kepada seluruh siswa SMA/SMK di bimbingan belajar Ganesha Operation dan kemudian menganalisis persentase hasil pengisian angket siswa.

PEMBAHASAN Berdasarkan hasil peta kerawanan bencana yang digunakan sebagai media pembelajaran untuk menambah pengetahuan kebencanaan siswa, dapat disimpulkan bahwa sekolah yang rawan tekena angin ribut yaitu : SMK Muhammadiyah 2 Sukoharjo, SMAN 1 Polokarto, SMKN 3 Sukoharjo. Sekolah yang rawan terkena angin ribut, banjir dan longsor yaitu: SMK Pembangunan Nasional. Sekolah yang rawan terkena banjir dan longsor yaitu: SMKN 2 Sukoharjo. Sekolah yang rawan terkena longsor yaitu: SMA/SMK Imam Syuhodo. Sekolah yang rawan terkena banjir yaitu: SMAN 1 Weru, SMK IPTEK Weru, SMAN 1 Tawangsari, MAN Sukoharjo, SMK Bina Patria 1, SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo, SMK Kriya Sahid, SMA Muhammadiyah 1 Sukoharjo, SMAN 1 Sukoharjo, SMK Taman Siswa, SMK Veteran 1 Sukoharjo, SMA Muhammadiyah 2 Sukoharjo, SMK 17 Sukoharjo dan SMK Kristen Kalam Kudus. Hasil analisis dari hasil penelitian yaitu pengetahuan kebencanaan siswa sebelum menggunakan peta kerawanan bencana sebagai media pembelajaran dengan jumlah 51,53% dikategorikan cukup sesuai dengan tabel klasifikasi pengetahuan siswa. Sedangkan untuk hasil analisis pengetahuan kebencanaan siswa pasca menggunakan peta sebagai media pembelajaran dengan jumlah 77,95% dikategorikan baik sesuai dengan tabel klasifikasi pengetahuan siswa. Berdasarkan perbandingan data hasil pre test dan post test tersebut diketahui bahwa pengetahuan kebencanaan siswa sebelum menggunakan

peta kerawanan bencana sebagai media pembelajaran dengan jumlah 51,53% dikategorikan cukup sesuai dengan tabel klasifikasi pengetahuan siswa. Sedangkan untuk hasil analisis pengetahuan kebencanaan siswa pasca menggunakan peta sebagai media pembelajaran dengan jumlah 77,95% dikategorikan baik sesuai dengan tabel klasifikasi pengetahuan siswa. Selain dari hasil peningkatan indeks pengetahuan siswa, peningkatan pengetahuan siswa juga ditunjukkan dari hasil setiap pertanyaan pada kuisioner yang diberikan kepada siswa. Hasil analisis dari pre-test pengetahuan siswa mengenai kebencanaan secara keseluruhan termasuk dalam kategori cukup. Hasil tersebut diperoleh dari analisis persentase. Analisis hasil pre-test mengenai pengetahuaan kebencanaan siswa didapatkan persentase sebesar 51,53% sedangkan hasil analisis post test pengetahuan kebencanaan siswa setelah menggunakan peta kerawanan bencana meningkat menjadi termasuk dalam kategori baik. Hasil post test pengetahuan kebencanaan siswa memperoleh nilai 77,95%. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa pengetahuan kebencanaan siswa meningkat setelah menggunkan peta kerawanan, yang ditunjukkan dengan peningkatan kategori pengetahuan kebencanaan siswa dari kategori cukup menjadi baik. Peningkatan tersebut juga ditunjukkan dengan peningkatan persentase setiap parameter yang ditunjukkan oleh tabel perbandingan pre test dan pos test.

PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan pada Bab IV dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat pengetahuan kebencanaan siswa dari hasil pretest dapat dikategorikan cukup yaitu dengan jumlah prosentase 51,53%, sedangkan tingkat pengetahuan kebencanaan siswa dari hasil post test setelah menggunakan peta kerawanan bencana memperoleh prosentase 77,95%.Peta kerawanan sekolah menurut bencana terbukti meningkatkan pengetahuan kebencanaan siswa. Hal tersebut ditunjukkan dari peningkatan indeks pengetahuan siswa dari kategori cukup menjadi kategori baik. B. Saran 1. Bagi siswa: a. Untuk pengembangan pengetahuan lebih lanjut. b. Dapat meningkatkan kesiapsiagaannya dalam menghadapi potensi bencana di lingkungan sekolah maupun tempat tinggal. c. Merespon akan datangnya bencana kapanpun itu terjadi. 2. Bagi pengajar - Sebagai bahan dalam media pembelajaran. 3. Bagi instansi terkait - Dapat digunakan dasar dalam menentukan kebijakan bagi pendidik. 4. Bagi peneliti yang akan datang - Digunakan dasar untuk pengembangan penelitian lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA Akdon, Riduwan. (2007). Rumusdan Data dalam Aplikasi Statistika. Bandung: Alfabeta Arikunto, Suharsimi. 2006. Metodelogi penelitian. Yogyakarta: Bina Aksara. Bungin, M. Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Hadari, Nawawi. (1987). Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Nana, Syaodih Sukmadinata. (2009). MetodePenelitian Pendidikan. Bandung: Rosdakarya Poerwadarminta, W.J.S. (2006). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Riduwan dan Lestari, Tita, (2001). Dasar-dasar Statistika, Bandung : Alfabeta Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta Sulistyo-Basuki. 2006. Metode Penelitian. Jakarta: Wedatama Widya Sastra dan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia Undang-undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana Yunus, Hadi Sabari. 2010. Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer.Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Badan Nasional Penanggulangan Bencana

Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=pembicaraan:kabupaten_sukoharjo http://www.sukoharjokab.go.id/ International Federation of the Red Cross and Red Crescent Societies. 2000. Introduction to Disaster Preparedness.