BAB I PENDAHULUAN. Indonesia karena pendidikan merupakan sarana penunjang dalam tujuan ini.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. guru agar anak didik mudah memahami materi yang diberikan. Jika guru kurang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya kepribadian yang bulat dan utuh sebagai manusia yang individual

BAB I PENDAHULUAN. Nasional sebagaimana yang dirumuskan dalam Undang-Undang RI No. 20 tahun tentang Pendidikan Nasional yang berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar merupakan suatu kegiatan melaksanakan

I. PENDAHULUAN. kehidupan sehingga diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal.

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan. dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara 1

BAB I PENDAHULUAN. seperti keluarga, pendidikan merupakan kebutuhan utama.

BAB I PENDAHULUAN. berbangsa dan bernegara. Maju mundur suatu bangsa sebagian besar ditentukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang mempunyai tujuan, yang dengan. didik (Sardiman, 2008: 12). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. kurang memperhatikan sektor pendidikannya. Pendidikan memiliki peran dalam

I. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi setiap bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan suatu Sistem Pendidikan Nasional yang dicantumkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan dilakukan secara terencana dalam mewujudkan proses pembelajaran agar

BAB I PENDAHULUAN. manusia karena tujuan yang dicapai oleh pendidikan tersebut adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 pasal 3, yang berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat ini

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan peranan penting dalam kehidupan bermasyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana firman Allah swt dalam surah Al-Mujadalah ayat 11.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. segenap bangsa Indonesia, karena pendidikan merupakan sarana penunjang dalam. pengetahuan adalah hak bagi setiap orang beriman.

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi pendidikan di Indonesia telah dijabarkan dalam Undang-Undang. Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan. negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. rumusan fungsi dan tujuan pendidikan nasional seperti yang tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. Di negara kita Indonesia pendidikan formal seperti sekolah adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. Cindy Noor Indah putri, 2014

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan diri tiap individu. Upaya untuk memperbaiki mutu pendidikan. kepribadian, maupun tanggung jawab sebagai warga Negara.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi output yang unggul dalam bidang kehidupan manusia. tujuan pendidikan negara tersebut telah tercapai. Tidak berbeda halnya

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan seseorang menuju kearah kemajuan dan peningkatan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, kreatif, mandiri, serta mampu

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen utama kebutuhan manusia. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang yang menentukan keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. kearah peningkatan yang lebih positif. Agar usaha-usaha tersebut dapat terwujud

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. maju. Dalam Al-qur an surah ar-ra du ayat 11 Allah SWT berfirman:

BAB I PENDAHULUAN. semakin tinggi tingkat pendidikan di suatu Negara maka Negara tersebut dapat

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II PADA POKOK BAHASAN SEGIEMPAT DITINJAU DARI POLA BELAJAR SISWA KELAS VII SEMESTER 2

Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas IV SDN Ambelang Pada Mata Pelajaran PKn Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

BAB I PENDAHULUAN. individu, pendidikan juga berimplikasi besar terhadap kemajuan suatu bangsa. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. teknologi diperlukan sumber daya manusia yang tangguh. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. terbelakang. Pendidikan harus benar-benar diarahkan untuk menghasilkan

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER DAN THINK PAIR SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. akan pentingnya pendidikan harus dilaksanakan sebaik-baiknya sehingga dapat

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya setiap orang membutuhkan pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan dibidang pendidikan merupakan sara dan wahana yang sangat baik

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan UPI (2009:171) mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang maju.pada Al-qur an surah ar-ra d ayat 11 Allah SWT berfirman:

BAB I PENDAHULUAN. Nasional disebutkan bahwa ; pendidikan nasional adalah pendid ikan yang

BAB I PENDAHULUAN. warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 1 Untuk mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. derajat dan kedudukan suatu negara tersebut menjadi lebih tinggi. Sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan di bidang pendidikan merupakan suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang fundamental dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pengetahuan dan keterampilan menjadi tanggung jawab satuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiara Dara Lugina, 2013

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan potensi-potensi siswa dalam kegiatan pengajaran. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu proses yang tidak mudah. menggunakan pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pada zaman modern sekarang ini, tuntutan untuk mendapatkan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Bab ini akan mengemukakan beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN. suatu kelompok manusia dapat berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita)

BAB I PENDAHULUAN. menuntut kemajuan-kemajuan dalam berbagai bidang, baik dalam ilmu

BAB I PENDAHULUAN. selesai sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini, karena

BAB I PENDAHULUAN. penting karena dapat menentukan perkembangan dan kemajuan suatu kelompok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan titik sentral yang sangat berpengaruh untuk

BAB I PENDAHULUAN. sektor pendidikan sebagai andalan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. partisipasi dalam proses pembelajaran. Dengan berpartisipasi dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Pendidikan adalah usaha sadar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha orang dewasa secara sadar untuk membimbing dan

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan dan akhlak mulia serta keterampilan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembukaan UUD 1945 telah dicantumkan bahwa salah satu tujuan Negara Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mewujudkan hal tersebut maka perlu adanya suatu pendidikan yang memadai segenap bangsa Indonesia karena pendidikan merupakan sarana penunjang dalam tujuan ini. Pendidikan turut menentukan maju mundurnya suatu bangsa juga merupakan media yang sangat berperan untuk menciptakan manusia yang berkualitas dan berpotensi dalam arti yang seluas-luasnya, melalui pendidikan akan terjadi proses pendewasaan diri sehingga di dalam proses pengambilan keputusan terhadap suatu masalah yang dihadapi selalu disertai dengan rasa tanggung jawab yang besar. khususnya bangsa Indonesia yang masih dalam suasana kritis dan reformasi disegala bidang. Pendidikan sebagai salah satu sektor yang paling penting dalam pembangunan nasional dijadikan andalan utama untuk berfungsi semaksimal mungkin dalam upaya peningkatan kualitas hidup manusia Indonesia. 1 Pendidikan merupakan salah satu usaha mengembangkan potensi yang dimiliki manusia agar mereka menjadi manusia yang beriman dan mempunyai akhlak yang mulia. Hal ini tercantum dalam rumusan fungsi pendidikan nasional. 1 Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 4. 1

ى 2 Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 bab II pasal 3 yang berbunyi: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 2 Untuk mencapai tujuan tersebut tidaklah mudah, upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan potensi manusia agar memiliki pengetahuan dan keterampilan yang mantap sangat berkaitan dengan sumber daya manusia (SDM). Untuk meningkatkan SDM dapat dilakukan dengan peningkatan mutu pendidikan khususnya dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam peningkatan sumber SDM maka keberadaan matematika tidak dapat dipisahkan. Hal tersebut dikarenakan matematika merupakan salah satu bidang studi yang berguna dan memberi bantuan dalam mempelajari berbagai keahlian dan keterampilan. Islam juga memberikan suatu penjelasan bahwa matematika perlu untuk dipelajari dan untuk mengetahui segala hal-hal yang diperlukan untuk membuktikan ayat Al-qur an secara ilmiah dan mendalam, sebagaimana yang tercantum dalam surah surah Yunus ayat 5: ه و ى ا ل ذ ى و و و ى ا لل م و ى و ذ آى ل ا م و و و ى ن ه م ى ل و ل و ه ى و و ذا و ىا ذ و ن م و ه م ى و و و ى ا سل م و ذ ى و ما و ذل و اى و خ و و قى هلل هىذ وا ن ه و س ه ى م و و ذ ىا ذ و م ذ ى ن و م ذ وكىإ ذال لىب ذ ما و سقى و ه م و ى. ى Dari ayat di atas, maka dapat kita ketahui bahwasanya ilmu matematika sangatlah diperlukan baik dalam hal perhitungan waktu seperti halnya satu hari sama dengan 2 Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), cet. ke-3, h. 8.

3 dua puluh empat jam dan juga diperlukan dalam menentukan bilangan tahun yang terdiri dari dua belas bulan dan tiga ratus enam puluh hari. Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang diberikan di semua jenjang pendidikan formal. Dimulai dari Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI) sampai Perguruan Tinggi. Madrasah Aliyah (MA) merupakan salah satu pendidikan menengah atas yang diselenggarakan untuk kelanjutan pendidikan dasar serta menyiapkan siswa menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitar, serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi. Hal ini sesuai dengan Alquran surah Ar-ra du ayat: 16 ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ى ىىى Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan di MA dinilai cukup memegang peranan penting dalam membentuk siswa menjadi berkualitas, karena matematika merupakan suatu sarana berpikir untuk mengkaji

4 sesuatu secara logis dan sistematis. Karena itu, maka perlu adanya peningkatan mutu pendidikan matematika. Salah satu hal yang harus diperhatikan adalah peningkatan prestasi belajar matematika siswa di sekolah. Pada pembelajaran di sekolah, matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit untuk dipahami oleh siswa. Apalagi di Madrasah Aliyah Hidayatullah Martapura yang jumlah mata pelajarannya begitu banyak yaitu dua puluh empat mata pelajaran dan jumlah satu jam pelajaran hanya berkisar dari tiga puluh menit sampai empat puluh lima menit. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran matematika diperlukan suatu model pembelajaran yang bervariasi. Sesuai dengan alqur.an surah Al-Isra ayat 12 Berdasarkan data, fakta, dan pengalaman peneliti yakni sebagai guru matematika yang mengajar di kelas X B bahwa penguasaan materi matematika oleh siswa masih tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata hasil belajar siswa pada ulangan tengah semester I yaitu sebesar 5,0 tahun ajaran 2009-2010 dan 5,5 tahun ajaran 2010-2011. Salah satunya adalah pada materi sistem

5 persamaan linear dua variabel, di mana pada materi tersebut banyak siswa yang belum dapat menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel. Model pembelajaran langsung (direct learning model) yang selama ini diterapkan dinilai tidak memotivasi siswa untuk lebih aktif dan kreatif dalam mengikuti pelajaran matematika. Pembelajaran lebih terpusat pada guru (teacher centered) dan siswa tidak secara aktif dilibatkan dalam proses belajar mengajar. Salah satukendala utama adalah kurangnya antusias siswa untuk belajar siswa lebih cenderung menerima apa saja yangdisampaikan oleh guru, diam dan enggan dalam mengemukakan pertanyaan maupun pendapat. Hal inilah yang diperkirakan menjadi penyebab utama rendahnya hasil belajar matematika siswa. Mencermati hal tersebut, maka perlu diterapkan suatu sistem pembelajaran yang melibatkan peran siswa secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar, guna meningkatkan hasil belajar matematika di setiap jenjang pendidikan. Salah satu model pembelajaran yang melibatkan peran siswa secara aktif adalah model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif sangat cocok diterapkan pada pembelajaran matematika karena dalam mempelajari matematika tidak cukup hanya mengetahui dan menghafal konsep-konsep matematika tetapi juga dibutuhkan suatu pemahaman serta kemampuan menyelesaikan persoalan matematika dengan baik dan benar. Melalui model pembelajaran ini siswa dapat mengemukakan pemikirannya, saling bertukar pendapat, saling bekerja sama jika ada teman dalam kelompoknya yang mengalami kesulitan. Hal ini dapat meningkatkan motivasi siswa untuk mengkaji dan menguasai materi pelajaran matematika sehingga nantinya akan meningkatkan hasil belajar belajar

6 matematika siswa. peneliti melakukan upaya untuk memilih model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif sehingga hasil belajar siswa pun meningkat. Model pembelajaran kooperatif terdiri dari empat pendekatan yaitu: Student Teams Achievement Division (STAD), Jigsaw (Investigasi Kelompok (IK), dan pendekatan struktural. Pendekatan struktural terdiri dari dua tipe yaitu tipe Think Pair Share dan Tipe Numbered Heads Together (NHT). Melihat penguasaan siswa terhadap materi matematika khususnya pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel, maka dalam penelitian ini model pembelajaran yang dipilih adalah model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together), karena pada model ini siswa menempati posisi sangat dominan dalam proses pembelajaran dan terjadinya kerja sama dalam kelompok dengan ciri utamanya adanya penomoran sehingga semua siswa berusaha untuk memahami setiap materi yang diajarkan dan bertanggung jawab atas nomor anggotanya masing-masing. Dengan pemilihan model ini, diharapkan pembelajaran yang terjadi dapat lebih bermakna dan memberi kesan yang kuat kepada siswa. Berdasarkan pemikiran di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan suatu penelitian yang berjudul : Meningkatkan Hasil Belajar Sistem Persamaan Linear Dua Variabel melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) pada Siswa Kelas X B MA Hidayatullah Martapura Tahun Pelajaran 2010/2011. Menurut Slavin (1994;2), kooperatif adalah suatu gambaran kerjasama anatara individu yang satu dengan yang lainnya dalam suatu ikatan tertentu. Ikatan-ikatan tersebut yang menyebabkan antara satu dengan yang lainnya merasa

7 berada dalam satu tempat dengan tujuan-tujuan yang secara bersama-sama diharapkan oleh setiap orang yang berada dalam ikatan itu. Pemikiran tersebut hanya merupakan suatu gambaran sederhana apa yang tersirat tentang kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran yang berlandaskan konstruktivisme. Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) adalah salah satu bentuk dari pendekatan struktural yang dikembangkan untuk meningkatkan perolehan isi akademik. Struktur yang dikembangkan ini menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif, daripada penghargaan individual. NHT juga dikembangkan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran tertentu. Oleh karena itu penulis tertarik untuk menggunakan model pembelajarn NHT pada pembahasan materi sistem persamaan linear dua variabel, karena pada model ini siswa menempati posisi sangat dominan dalam proses pembelajaran dan terjadinya kerja sama dalam kelompok dengan ciri utamanya adanya penomoran sehingga semua siswa berusaha untuk memahami setiap materi yang diajarkan dan bertanggung jawab atas nomor anggotanya masing-masing. Dengan pemilihan model ini, diharapkan pembelajaran yang terjadi dapat lebih bermakna dan memberi kesan yang kuat kepada siswa. Berdasarkan uraian tersebut diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul: Meningkatkan Hasil Belajar Sistem Persamaan Linear Dua Variabel melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

8 Together (NHT) pada Siswa Kelas X B MA Hidayatullah Martapura Tahun Pelajaran 2010/2011. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini permasalahan yang dikemukakan adalah: 1. Apakah melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada materi sistem persamaan linear dua variabel dapat meningkatkan Hasil Belajar Siswa kelas X B MA Hidayatullah Martapura tahun pelajaran 2010/2011? 2. Bagaimana persepsi siswa kelas X B MA Hidayatullah Martapura tahun pelajaran 2010/2011 terhadap penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada pembahasan sistem persamaan linear dua variabel? C. Pembatasan Masalah Untuk menghindari terjadinya kerancuan pemahaman dan luasnya pembahasan, maka penelitian ini hanya dilakukan pada pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel. D. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Peningkatan hasil belajar siswa kelas X B MA Hidayatullah Martapura tahun pelajaran 2010/2011 pada pembahasan sistem persamaan linear dua variabel melalui model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).

9 2. Persepsi siswa kelas X B MA Hidayatullah Martapura tahun pelajaran 2010/2011 terhadap penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada pembahasan sistem persamaan linier dua variabel. E. Manfaat Penelitian Manfaat dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Guru a. Membantu guru dalam meningkatkan dan memperbaiki sistem pembelajaran di kelas. b. Sebagai bahan referensi untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran di kelas. c. Sebagai bahan pertimbangan dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada pokok bahasan lain. 2. Bagi Siswa a. Meningkatkan hasil belajar matematika siswa khususnya pada materi sistem persamaan linear dua variabel. b. Mengatasi kejenuhan siswa dalam kegiatan pembelajaran di kelas, c. Menumbuhkan motivasi dan semangat belajar bagi setiap siswa, d. Melatih siswa untuk saling berkolaborasi dengan siswa lain. F. Anggapan Dasar Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah: 1. Kesalahan-kesalahan siswa dalam menjawab setiap soal merupakan indikator kesulitan dalam memahami konsep sistem persamaan linear dua variabel,

10 2. Alat evaluasi yang digunakan memenuhi kriteria alat ukur yang baik, 3. Siswa mengerjakan tes hasil belajar dengan sungguh-sungguh dan jujur. G. Defenisi Operasional Agar tidak terjadi kekeliruan menafsirkan istilah dalam penelitian, maka perlu diberikan defenisi operasional sebagai berikut: 1. Prestasi belajar adalah suatu nilai yang dicapai oleh siswa menurut kemampuannya dalam mengerjakan atau menyelesaikan soal-soal evaluasi tes hasil belajar pada pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel. 2. Sistem persamaan linear dua variabel adalah materi pembelajaran matematika di kelas X B dengan sub-sub pokok bahasan yaitu bentuk-bentuk persamaan linear dua variabel, sistem persamaan linear dua variabel, penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel dengan metode grafik, substitusi, eliminasi dan gabungan (substitusi dan eliminasi). 3. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan suatu pendekatan yang dikembangkan oleh Spencer Kagen, yang melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Sebagai gantinya mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas. Langkah-langkah pekerjaannya yaitu penomoran, mengajukan pertanyaan, berpikir bersama, menjawab.