I. PENDAHULUAN. Sekolah pada hakikatnya merupakan lembaga pendidikan yang bertugas untuk

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. UU RI NO 3 tahun 2005 BAB II pasal 4 sistem keolahragaan nasional

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui. aktivitas jasmani yang dijadikan sebagai media untuk mencapai

I. PENDAHULUAN. watak serta peradaban bangsa yang bermatabat, dan merupakan salah satu tujuan

BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya yang bermain bulutangkis baik di ruangan tertutup (indoor)

I. PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003, yang berbunyi Pendidikan. adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suatu proses

I. PENDAHULUAN. diharapkan siswa akan dapat mencapai standar kompetensi pada masingmasing

perkembangan olahraga itu bersifat dinamis, seiring dengan perkembangan yang digemari oleh masyarakat umum yaitu badminton.

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERPASANGAN DAN PERORANGAN TERHADAP HASIL PUKULAN LOB. (Jurnal Skripsi) Oleh RINI PUSPITA SARI

I. PENDAHULUAN. kemampuan yang dilakukan di dalam maupun di luar sekolah yang. berlangsung seumur hidup. Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral

I. PENDAHULUAN. SMAN 4 Metro adalah lembaga pendidikan menengah atas yg membantu

BAB I PENDAHULUAN. tingkat nasional dan dimainkan hampir di semua kota di Indonesia khususnya

TINGKAT KEMAMPUAN SERVIS PENDEK FOREHAND DAN KEMAMPUAN SMASH BULUTANGKIS SISWA PUTRA PESERTA EKSTRAKURIKULER BULUTANGKIS SMP N 32 PURWOREJO

I. PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Oleh: Ganang Cipto Pramodho/ Prodi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi/Fakultas Ilmu Keolahragaan/Universitas Negeri Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tingkat keterampilan, pria maupun wanita memainkan olahraga ini di

2016 IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PERMAINAN EFTOKTON TERHADAP JUMLAH WAKTU AKTIF BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN PERMAINAN BULUTANGKIS

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia baik itu di sekolah maupun di luar sekolah selalu akan

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani merupakan pendidikan yang mengacu pada. kualitas manusia Indonesia sehingga memiliki tingkat kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktifitas yang bertujuan mengarahkan

KEMAMPUAN PUKULAN SERVIS PANJANG, LOB DAN SMASH DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS PADA PESERTA EKSTRAKURIKULER BULUTANGKIS SMP MUHAMMADIYAH 2 DEPOK

BAB 1 PENDAHULUAN. Bulutangkis merupakan salah satu olahraga yang terkenal di Indonesia.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Indonesia menurut Depdikbud (1978/1979: 129) menyatakan bulutangkis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya

I. Pendahuluan. berlangsung seumur hidup. Berdasarkan undang-undang No.20 tahun. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN. dimainkan oleh berbagai kelompok umur, dari anak-anak, pemula, remaja, dewasa

I. PENDAHULUAN. bertanggung jawab serta sehat jasmani dan rohani. Oleh karena itu sekolah

EFEKTIVITAS MODEL RETURN BERPASANGAN TERHADAP HASIL PUKULAN DROPSHOOT DAN PUKULAN LOB JURNAL. Oleh DODI ALVINDO

II. TINJAUAN PUSTAKA. No.20/2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi :

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan suatu proses pendidikan gerak insani (human movement)

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. dengan menggunakan shutllecock (bola) dan raket sebagai alat untuk memukul

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Gambar 3.1 Desain Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. populer juga permainan yang menyenangkan dan menggairahkan, Tidak adanya

SMPIT AT TAQWA Beraqidah, Berakhlaq, Berprestasi

BAB I PENDAHULUAN. ruangan untuk rekreasi juga sebagai ajang persaingan. Shuttlecock bulutangkis

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia dewasa ini. Dalam era modernisasi tenis lapangan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

2015 HUBUNGAN ANTARA FLEKSIBILITAS PERGELANGAN TANGAN DAN POWER OTOT LENGAN DENGAN KECEPATAN SMASH DALAM OLAHRAGA BULU TANGKIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rukita Ramdan, 2013

BAB I PENDAHULUAN. berubah mengikuti perkembangan jaman. Naluri manusia yang selalu ingin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan seseorang sebagai. dan pembentukan watak. Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan

KEMAMPUAN PUKULAN DROPSHOT BULUTANGKIS PADA EKSTRAKURIKULER BULUTANGKIS DI SMA NEGERI 9 PONTIANAK

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sandy Windiana, 2014 Pengaruh Model Pendekatan Taktis Terhadap Hasil Belajar Permainan Kasti

I. PENDAHULUAN. Permainan adalah salah satu cabang olahraga yang paling kompleks, karena

IMPLEMENTASI KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR BULUTANGKIS

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses pengembangan daya nalar, keterampilan, dan

ARTIKEL ILMIAH PENGARUH LATIHAN BEBAN RAKET TERHADAP HASIL PUKULAN LONG FOREHAND

PENDAHULUAN. seperti dirumuskan dalam Undang Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman belajar melalui proses pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Permainan bolavoli merupakan salah satu cabang olahraga permainan

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Tanamodindi Dalam Memukul Bola Kasti dengan Menggunakan Modifikasi Alat Bantu Pemukul dan Bola

BAB I PENDAHULUAN. langsung dengan siswa sebagai yang menjadi objek dan subjek dalam mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rahmat Hidayatuloh, 2013

BAB I PENDAHULUAN. oleh masyarakat di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Munculnya klub-klub

BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya masyarakat, mulai anak usia dini yang ikut serta dalam setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani dan kesehatan pada hakikatnya adalah proses pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Permainan bulutangkis adalah cabang olahraga yang banyak digemari oleh

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek

BAB I PENDAHULUAN. jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, mahluk total,

I. PENDAHULUAN. lapangan bulu tangkis, banyaknya lapangan bulu tangkis ini. menggambarkan betapa populernya cabang olahraga ini di Negara kita.

PEMBANGUNAN KARAKTER MELALUI PERMAINAN TENIS

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. 2.1 Kajian Teori Hakikat Servis Panjang Servis merupakan pukulan dengan raket yang menerbangkan shuttlecock

METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian ini adalah penelitian eksperimen murni diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga saat ini perlu mendapatkan perhatian yang besar, baik untuk

lain adalah untuk mendapatkan kesenangan, memenuhi hasrat bergerak Dalam kehidupan modern ini manusia tidak dapat dipisahkan dengan PENDAHULUAN BAB I

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan olahraga. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari setiap

WISNU NUGROHO, 2016 PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN MOTOR EDUCABILITY TERHADAP PENGUASAAN KETERAMPILAN DASAR TENIS LAPANGAN

BAB I PENDAHULUAN. G. Morgan pada tanggal 9 Februari 1895 di Holyoke Massachusetts (Amerika

I. PENDAHULUAN. mencerdaskan dan meningkatkan taraf hidup suatu bangsa. Bagi bangsa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan sarana paling tepat untuk menjaga kondisi tubuh agar tetap prima dan sehat, disamping

BAB I PENDAHULUAN. badan sesuai dengan fungsinya masing-masing. Manusia sadar dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Baley (2001:13) mengatakan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan. adalah pendidikan kebudayaan, yang didapat secara perorangan,

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan karakter bangsa dari suatu negara. Pendidikan jasmani

di sekolah. Mata pelajaran ini beroreantasi pada pelaksanaan misi berbagai aktivitas jasmani (Depdikbud, 1993: 1).

JURNAL ILMIAH OLAHRAGA. Hikmah Nindya Putri/

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. (human movement) yang dapat berupa aktivitas jasmani, permainan atau

BULU TANGKIS Guru Pendamping : Bapak Hendra

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan secara terencana akan meningkatkan kebugaran jasmani seseorang.

I. PENDAHULUAN. demikian pulah dengan pendidikan jasmani yang di ajarkan di sekolah-sekolah.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha orang dewasa secara sengaja menuju kedewasaan baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. waktu ke waktu baik tingkat daerah propinsi maupun nasional dan internasional. Hal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah pada hakikatnya merupakan lembaga pendidikan yang bertugas untuk membantu mengembangkan seluruh potensi anak didiknya, membekalinya dengan ilmu pengetahuan, sikap dan keterampilan agar kelak dapat bermanfaat bagi bangsa dan negaranya serta mampu melanjutkan estafet pembangunan bangsa. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional RI No. 20 Tahun 2003 menerangkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensinya. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya yaitu manusia berbudi pekerti luhur, memiliki keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Untuk dapat merealisasikan tujuan pendidikan maka sekolah mengambil peranan penting dalam mengemban amanat tersebut. Salah satu upaya untuk mewujudkan kualitas manusia tersebut adalah melalui pendidikan jasmani. Pendidikan jasmani didefinisikan sebagai suatu proses pembelajaran melalui aktifitas jasmani yang dilakukan secara sadar dan sistematis untuk memperoleh

2 pertumbuhan jasmani, kesehatan, dan pembentukan watak serta kepribadian yang harmonis dalam rangka pembentukan manusia Indonesia berkualitas berdasarkan Pancasila. Pendidikan jasmani merupakan fase dari program pendidikan keseluruhan melalui pengalaman gerak memberikan perhatian yang proporsional dan memadai pada domain-domain pembelajaran yaitu psikomotor, kognitif, dan afektif. Adapun materi pokok pendidikan jasmani itu sendiri diklasifikasikan menjadi enam aspek, yaitu: (1) Teknik/ keterampilan dasar permainan dan olahraga, (2) Aktifitas pengembangan, (3) Uji diri/ senam, (4) Aktifitas ritmik, (5) Aquatik (aktifitas air), (6) Pendidikan luar kelas (outdoor). Materi Pendidikan Jasmani pada Sekolah Menengah Atas (SMA), untuk aspek keterampilan olahraga termasuk diantaranya mempraktikkan keterampilan permainan bulutangkis berdasarkan konsep gerak yang benar serta nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Permainan bulutangkis adalah olahraga raket yang dimainkan oleh dua orang atau dua pasang yang saling berlawanan. Permainan ini bertujuan untuk memukul shuttlecock melewati net agar jatuh dibidang lapangan lawan yang sudah ditentukan dan mencegah lawan melakukan hal yang sama. Pada dasarnya permainan ini dimainkan dalam tempo cepat dan membutuhkan reflek gerak yang baik. Beberapa teknik dasar bulutangkis yang dipelajari pada mata pelajaran Pendidikan Jasmani seperti memegang raket, pukulan servis, pukulan forehand, pukulan backhand, pukulan dropshot, pukulan lob dan smash. Teknik-teknik dasar tersebut merupakan dasar untuk dapat bermain bulutangkis dengan baik.

3 Dari beberapa teknik dasar yang dibutuhkan saat bermain bulutangkis, salah satu pukulan yang harus dikuasai ialah pukula lob. Pukulan lob adalah gerak dasar dalam permainan bulutangkis yang bertujuan untuk menerbangkan shuttlecock setinggi mungkin mengarah jauh ke belakang garis lapangan lawan. Pukulan lob itu sendiri merupakan keterampilan yang penting untuk dikuasai oleh pemain karena pukulan ini sangat efektif untuk memaksa lawan untuk kebelakang sehingga daerah pertahanan bagian depan terbuka, dan untuk mengecoh lawan serta merusak konsentrasi lawan. Pukulan lob juga sangat berperan dalam perolehan angka dalam permainan bulutangkis. Namun teknik- dasar tersebut tidaklah dapat secara khusus dilatih selama mata pelajaran Pendidikan Jasmani. Dengan terbatasnya alokasi waktu yaitu hanya 2 x 45 menit, maka untuk mempelajari teknik dasar yang lebih kompleks dalam permainan bulutangkis diperlukan waktu pengembangan diri di luar jam pelajaran yang lebih dikenal dengan istilah ekstrakurikuler. Dalam ekstrakurikuler siswa akan lebih diajarkan mengenai teknik-teknik dasar bermain bulutangkis yang baik. Untuk itulah peneliti mengambil sampel penelitian siswa yang mengikuti ekstrakurikuler bulutangkis, sehingga dapat diperbaiki teknik dasar yang memang belum dikuasai oleh siswa. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti pada siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler bulutangkis di SMA Negeri 5 Bandar Lampung, kemampuan siswa dalam melakukan pukulan lob masih rendah. Dalam hal ini dapat dilihat dari masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam melakukan pukulan lob. Kenyataan ini ditunjukkan dengan banyaknya siswa yang tidak dapat memukul dengan benar ketika sedang melakukan pukulan lob sehingga bola yang dipukul tidak dapat melewati net. Selain itu masih banyak siswa pada saat

4 melakukan lob hanya sampai ditengah lapangan sehingga memudahkan lawan untuk balik menyerang, dan tidak sedikit pukulan lob melebar jauh diluar garis lapangan. Peneliti mengidentifikasi penyebab masih rendahnya kemampuan penguasaan gerak dasar lob adalah karena model pembelajaran yang digunakan masih kurang tepat. Guru perlu mengadakan perbaikan dalam menggunakan model pembelajaran untuk memperbaiki dan meningkatkan hasil pukulan lob yang kuat, akurat, dan bisa mendapatkan poin dalam bermain. Dengan penggunaan model pembelajaran yang tepat akan berpengaruh pula terhadap keberhasilan atau pencapaian dari tujuan pembelajaran itu sendiri, karena dengan model pembelajaran yang sesuai maka tingkat keberhasilan pembelajaran gerak akan mudah dikuasai oleh siswa. Untuk meningkatkan hasil keterampilan pukulan lob dapat dilatih dengan menggunakan model pembelajaran berpasangan dan perorangan. Model pembelajaran berpasangan dan perorangan ini disesuaikan dengan materi, mempertimbangkan situasi dan kondisi serta kebutuhan karakteristik siswa. Maka melalui model pembelajaran tersebut diharapkan dapat memudahkan siswa dalam menguasai gerak dasar dalam permainan bulutangkis terutama gerak dasar pukulan lob. Dari kedua bentuk model pembelajaran tersebut, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan sehingga belum diketahui secara pasti bentuk model pembelajaran mana yang lebih berpengaruh dan baik hasilnya terhadap peningkatan hasil pukulan lob bulutangkis. Oleh karena itu perlu dikaji dan diteliti secara lebih mendalam, baik secara teoritis maupun praktik melalui eksperimen. Untuk mengetahui permasalahan tersebut, kedua bentuk model pembelajaran

5 tersebut di atas dapat diajarkan pada siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di SMA Negeri 5 Bandar Lampung. Dari latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Pengaruh Model Pembelajaran Berpasangan dan Perorangan Terhadap Hasil Pukulan Lob Pada Siswa Ekstrakurikuler Bulutangkis Di SMA Negeri 5 Bandar Lampung. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut : 1. Kemampuan penguasaan gerak dasar lob siswa masih rendah. 2. Model pembelajaran yang digunakan dalam latihan masih kurang tepat. 3. Belum digunakannya model pembelajaran berpasangan dan perorangan dalam proses pembelajaran. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang telah di uraikan di atas, untuk memudahkan penelitian perlu pembatasan yang berdasarkan tujuan dari penelitian ini, maka penelitian ini terbatas pada pengaruh model pembelajaran berpasangan dan perorangan terhadap hasil pukulan lob pada siswa ekstrakurikuler bulutangkis di SMA Negeri 5 Bandar Lampung. D. Rumusan Masalah Sesuai latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas,

6 maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Apakah model pembelajaran berpasangan berpengaruh terhadap hasil pukulan lob pada siswa eksktrakurikuler bulutangkis di SMA Negeri 5 Bandar Lampung? 2. Apakah model pembelajaran perorangan berpengaruh terhadap hasil pukulan lob pada siswa eksktrakurikuler bulutangkis di SMA Negeri 5 Bandar Lampung? 3. Manakah yang lebih berpengaruh antara model pembelajaran berpasangan dan perorangan terhadap peningkatan hasil pukulan lob pada siswa eksktrakurikuler bulutangkis di SMA Negeri 5 Bandar Lampung? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran berpasangan terhadap hasil pukulan lob pada siswa eksktrakurikuler bulutangkis di SMA Negeri 5 Bandar Lampung. 2. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran perorangan terhadap hasil pukulan lob pada siswa eksktrakurikuler bulutangkis di SMA Negeri 5 Bandar Lampung. 3. Untuk mengetahui yang lebih berpengaruh antara model pembelajaran berpasangan dan perorangan terhadap hasil pukulan lob pada siswa eksktrakurikuler bulutangkis di SMA Negeri 5 Bandar Lampung.

7 F. Manfaat Penelitian Dengan penelitian ini penulis berharap dapat memberikan manfaat bagi : 1. Bagi Peneliti Melatih kemampuan dalam merencanakan dan melaksanakan model latihan tepat guna meningkatkan keterampilan bermain bulutangkis. 2. Bagi siswa ekstrakurikuler bulutangkis Sebagai bahan acuan dalam pembelajaran pukulan lob bulutangkis bagi siswa yang dijadikan objek penelitian. 3. Bagi pelatih maupun guru Pendidikan Jasmani Sebagai bahan pertimbangan dan bahan acuan dalam mengelola proses pembelajaran pukulan lob dalam permainan bulutangkis. 4. Bagi Program Studi Penjaskes Sebagai salah satu acuan dalam bahan pengkajian dan analisis Ilmu Biomekanik untuk diaplikasikan dalam praktik pembelajaran maupun kepelatihan olahraga prestasi, khususnya bulutangkis baik disekolah maupun Universitas. G. Ruang Lingkup Penelitian Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah : 1. Tempat penelitian ialah di Gedung Sumpah Pemuda (GSP) Way Halim. 2. Objek penelitian yang diamati adalah hasil pukulan lob dalam permainan bulutangkis melalui model pembelajaran berpasangan dan perorangan. 3. Subjek yang diamati adalah siswa ekstrakurikuler bulutangkis di SMA Negeri 5 Bandar Lampung.

8 H. Penjelasan Judul 1. Pengertian pengaruh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:849) ialah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang. 2. Model Pembelajaran menurut Joyce dan Weil dalam Rusman (2011:132) menjelaskan bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merencanakan bahan pembelajaran dan membimbing pembelajaran dikelas atau yang lain. Model pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian ini yaitu model pembelajaran berpasangan dan model pmbelajaran perorangan. 3. Pengertian Hasil menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:391) adalah sesuatu yg diadakan (dibuat, dijadikan, dsb) oleh usaha. 4. Pukulan lob (Overhead lob) menurut Syahri Alhusin (2007:41) ialah pukulan yang dilakukan dengan memukul shuttlecock dari atas kepala, posisinya dari belakang lapangan dan diarahkan keatas pada bagian belakang lapangan lawan. 5. Pengertian ekstrakurikuler menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:291) yaitu suatu kegiatan yang berada diluar program yang tertulis didalam kurikulum seperti latihan kepemimpinan dan pembinaan siswa.