HUBUNGAN ASUPAN SERAT DENGAN KADAR KOLESTEROL PADA PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER RAWAT JALAN DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

dokumen-dokumen yang mirip
AYU CANDRA RAHMAWATI J

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

Hubungan Asupan Lemak dan Asupan Kolesterol dengan Kadar Kolesterol Total pada Penderita Jantung Koroner Rawat Jalan di RSUD Tugurejo Semarang

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK

HUBUNGAN RASIO LINGKAR PINGGANG PINGGUL DENGAN PROFIL LIPID PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR RISIKO PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

NASKAH PUBLIKASI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Ilmu Gizi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bagian tenggara. RSUD Dr. Moewardi memiliki beberapa program

BAB I PENDAHULUAN. utama kematian di negara dengan pendapatan rendah dan menengah

AKTIVITAS FISIK DAN RASIO KOLESTEROL (HDL) PADA PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI POLIKLINIK JANTUNG RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia.

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB 1 PENDAHULUAN. negara maju dan negara sedang berkembang. Penyakit Jantung Koroner (PJK)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian observasional.dan menggunakan

HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI KARBOHIDRAT DAN KOLESTEROL TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PADA PENDERITA DIABETES

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

NASKAH PUBLIKASI. HUBUNGAN ASUPAN SERAT TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PASIEN RAWAT JALAN DIABETES MELLITUS TIPE II DI RSUD Dr.

B A B I P E N D A H U L U A N

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia penyakit jantung dan pembuluh darah terus meningkat dan

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2009

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah observasional dengan pendekatan Cross-

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.

BAB I PENDAHULUAN. ini, penyakit ini banyak berhubungan dengan penyakit-penyakit kronis di dunia

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Indonesia saat ini juga

HUBUNGAN OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RSUD Dr. MOEWARDI

Jl.Arjuna Utara No. 9, Kebon Jeruk Jakarta Barat

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB I PENDAHULUAN. dan mempertahankan kesehatan dan daya tahan jantung, paru-paru, otot dan sendi.

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

BAB I PENDAHULUAN. sel-sel termasuk sel otak, mengatur proses kerja fisiologi tubuh dan

Mitos dan Fakta Kolesterol

PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) RAWAT JALAN DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HEMAKANEN NAIR A/L VASU FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tanda gangguan metabolisme lipid (dislipidemia). Konsekuensi

HUBUNGAN ASUPAN ZAT GIZI MAKRO DAN PROFIL LIPID DENGAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PASIEN LANSIA DI RUMAH SAKIT ISLAM JEMURSARI SURABAYA

KADAR KOLESTEROL TOTAL PADA USIA TAHUN. E_mail:

BAB I PENDAHULUAN. jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh : LORA INVESTISIA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang masih menjadi masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009

Hubungan Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga dengan Kadar Kolesterol Pasien Hiperkolesterolemia di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Padang Tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

FAKTOR - FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) PADA USIA DEWASA DI RS HAJI JAKARTA


HUBUNGAN ASUPAN ASAM LEMAK JENUH DAN TAK JENUH DENGAN KADAR KOLESTEROL HDL PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RSUD DR. MOEWARDI NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

ASUPAN ENERGI, ASAM LEMAK TAK JENUH GANDA, KOLESTEROL DAN IMT DENGAN KADAR KOLESTEROL DARAH PADA PASIEN JANTUNG KORONER RAWAT JALAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN MOTIVASI MELAKSANAKAN DIET PADA PASIEN DIABETES MELITUS RAWAT JALAN DI RSUD DR. MOEWARDI

PUBLIKASI KARYA ILMIAH

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi Kota Surakarta.

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan darah dan oksigen sesuai kebutuhan. 1 PJK masih menjadi

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Ilmu Gizi. Disusun Oleh : KIKI MEIYANA J

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ASUPAN ASAM LEMAK JENUH, TAK JENUH DAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN KADAR KOLESTEROL HDL PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RSUD DR

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi

BAB I PENDAHULUAN. Usaha pemerintah dan pihak swasta untuk meningkatkan keadaan gizi

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita

HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE PADA PASIEN RAWAT JALAN POLIKLINIK PENYAKIT SYARAF RSUD

Kata kunci : Pola konsumsi ikan, oily fish, non oily fish, kadar kolesterol

GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH SEWAKTU PADA PETUGAS AVIATION SECURITY BANDARA JUWATA TARAKAN DENGAN INDEKS MASSA TUBUH kg/m 2

ABSTRAK GAMBARAN RERATA KADAR KOLESTEROL HDL PADA PRIA DEWASA MUDA OBES DAN NON OBES

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya

PROGRAM STUDI S1 GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya berbagai perubahan dalam kehidupan. Salah satu hal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. perempuan. Artinya bahwa laki-laki mempunyai risiko PJK 2-3x lebih besar

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu

HUBUNGAN ASUPAN SERAT TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PASIEN RAWAT JALAN DIABETES MELLITUS TIPE II DI RSUD Dr. MOEWARDI

RS PERTAMINA BALIKPAPAN

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit

dan rendah serat yang menyebabkan pola makan yang tidak seimbang.

BAB I PENDAHULUAN. suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang

Tingkat Cholesterol Apa artinya, Diet dan Pengobatannya

Transkripsi:

HUBUNGAN ASUPAN SERAT DENGAN KADAR KOLESTEROL PADA PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER RAWAT JALAN DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : SELLY SHINTA DEWI J 300 120 020 PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015

HUBUNGAN ASUPAN SERAT DENGAN KADAR KOLESTEROL PADA PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER RAWAT JALAN DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA Oleh: Selly Shinta Dewi*, Nur Lathifah Mardiyati**, Elida Soviana*** *Mahasiswa DIII Prodi Ilmu Gizi FIK UMS, **Dosen Prodi Ilmu Gizi FIK UMS, ***Dosen Prodi Ilmu Gizi FIK UMS *Email: sellyshintad@gmail.com ABSTRACT RELATIONSHIP BETWEEN FIBER INTAKE AND LEVEL OF CHOLESTEROL IN CORONARY HEART DISEASE OUTPATIENTS AT DR. MOEWARDI HOSPITAL OF SURAKARTA Introduction: Coronary Heart Disease (CHD) is still the highest cause of death in Indonesia. The risk factors that contribute to the incidence of CHD is the risk factors that can not be modified (age, sex, gender) and the risk factors that can be modified (smoking, dyslipidemia, hypertension, obesity, lack of physical activity, diabetes mellitus). Intake of fiber can reduce cholesterol levels by reabsorsing bile in the body, so it can reduce the availability of cholesterol and cholesterol in the blood stream can be reduced. Objective: This study aimed to determine the relationship between fiber intake with cholesterol level in CHD outpatients at Dr. Moewardi Hospital of Surakarta. Methods: The research was an observational design with cross-sectional design. The number of respondents this study amounted to 24 respondents with sequential sampling technique of random sampling. Data collection was conducted in 24 hour recall for 4 days to respondents. The statistical test used Pearson Product Moment tests. Results: The results showed that most respondents had good fiber intake (91.7%) and good cholesterol (95.7%).Statistical test of the relationship between the two variables was obtained with r = 0.035 with significance (p) value of 0.872. Value (p) > 0.05 means that the test was not significant ( H0 ). Conclusion: There was no significant association between fiber intake and cholesterol level inchd outpatients at Dr. Moewardi Hospital of Surakarta. Keywords: fiber intake, cholesterol levels, CHD Bibliography: 34 : 2001-2012

PENDAHULUAN Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit jantung yang timbul akibat penyempitan pada arteri koronaria, sehingga mengganggu aliran darah ke otot jantung. Penyempitan dan penyumbatan pada arteri disebabkan oleh aterosklerosis (Lubis,2007). Proses arterosklerosis, berawal dari penumpukan kolesterol terutama Low Density Lipoprotein (LDL) di dinding arteri (Kusmana, 2007). Hal tersebut dapat mengakibatkan pembuluh darah koroner menyempit, sehingga pasokan oksigen dan darah berkurang yang mengakibatkan kinerja jantung terganggu dan menimbulkan nyeri dada (Maulana, 2007). Pada pasien penyakit PJK rata-rata memiliki kadar kolesterol melebihi batas normal. Semakin banyak konsumsi makanan berlemak, maka akan semakin besar peluangnya untuk menaikkan kadar kolesterol total dan menurunkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar HDL darah yang rendah akan berpengaruh pada rasio total kolesterol dan HDL, yang dapat digunakan untuk memprediksi risiko PJK. Semakin tinggi angka rasio total kolesterol dan LDL akan semakin tinggi pula risiko kejadian PJK (Bronchu, 2000). Kadar kolesterol dalam jumlah terlalu banyak di dalam darah dapat membentuk endapan pada dinding pembuluh darah sehingga menyebabkan penyempitan. Penyempitan terjadi pada pembuluh darah jantung dapat menyebabkan PJK. Gaya hidup modern sangat berkaitan dengan faktor yang dapat mempengaruhi kadar kolesterol dalam darah, misalnya dengan sering mengkonsumsi makanan yang mengandung lemah jenuh, kurangnya mengkonsumsi makanan yang mengandung serat, merokok, kurang berolahraga dan stress akan mempengaruhi kadar kolesterol dalam darah (Soeharto, 2004). Penyakit jantung koroner adalah keadaan dimana terjadi ketidakseimbangan antara kebutuhan miokardium atas oksigen dengan penyediaan yang diberikan oleh pembuluh darah koroner (Nazpi, 2010). PJK disebabkan oleh terjadinya penyempitan dan hambatan arteri yang mengalirkan darah ke otot jantung. Apabila penyempitan semakin parah maka akan menyebabkan serangan jantung (Soeharto, 2004). Penyempitan pembuluh darah terjadi karena proses aterosklerosis atau spasme atau kombinasi keduanya. Aterosklerosis yang terjadi karena timbunan kolesterol dan jaringan ikat pada dinding pembuluh darah secara perlahan-lahan, hal ini sering ditandai dengan keluhan nyeri pada dada. Pada waktu jantung harus bekerja lebih keras terjadi ketidakseimbangan antara kebutuhan dan asupan oksigen, hal inilah yang menyebabkan nyeri dada. Apabila pembuluh darah tersumbat sama sekali, pemasokan darah ke jantung akan terhenti dan kejadian inilah yang disebut dengan serangan jantung (Soeharto, 2004). Menurut WHO setiap tahunnya PJK mengakibatkan lebih dari 4,5 juta kematian setiap tahunnya di negara-negara berkembang (WHO, 2012). Hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukkan prevalensi jantung koroner berdasarkan wawancara terdiagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,5 %, dan berdasarkan terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 1,5 %.

Kadar kolesterol serum dan trigliserida yang tinggi dan dapat menyebabkan pembentukan aterosklerosis. Kolesterol dalam darah terbungkus oleh lipoprotein. Lipoprotein yang tinggi (HDL) membawa lemak keluar kemudian diuraikan dan diketahui bersifat protektif terhadap ateroklerosis. Lipoprotein yang berdensitas rendah (LDL) dan yang sangat rendah (VLDL) membawa lemak ke sel tubuh. Aterosklerosis dapat timbul karena konsumsi makanan yang mengandung kadar kolesterol tinggi misalnya jeroan, kuning telur, udang, kerang-kerangan dan daging berlemak. Kolesterol dari makanan diserap oleh usus dan bergabung dengan kilomikron dan diangkut oleh LDL dalam darah untuk dialirkan ke seluruh jaringan tubuh (Tirtawinata, 2006). Hasil penelitian dari Sugeng (2013) menyebutkan bahwa serat di dalam tubuh bersifat hipokolesterolemik, mempunyai efek perlawanan terhadap PJK melalui penurunan kolesterol. Beberapa mekanisme penurunan kolesterol oleh serat adalah menghambat absorbsi kolesterol, menurunkan ketersediaan kolesterol sehingga transfer ke aliran darah berkurang, mencegah sintesis kolesterol, menurunkan energi makanan sehingga mengurangi sintesis kolesterol dan meningkatkan ekskresi empedu. Berdasarkan hasil survey pendahuluan peneliti sebelumnya pada tahun 2015 didapatkan 1014 pasien penyakit jantung koroner di RSUD Dr Moewardi. Oleh karena itu penulis tertarik melakukan penelitian mengenai asupan serat, dengan kadar kolesterol pada penderita penyakit PJK di RSUD Dr Moewardi Surakarta. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan penelitian observasional dengan pendekatan cross-sectional yang bertujuan untuk mencari hubungan asupan serat dengan kadar kolesterol pada penderita penyakit jantung koroner di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Penelitian dilakukan di RSUD Dr. Moewardi Jl. Kolonel Sutarto No. 132, Surakarta, Jawa Tengah dengan alasan : RSUD Dr. Moewardi merupakan Rumah Sakit terbesar yang ada di daerah karesidenan Surakarta, RSUD Dr. Moewardi memiliki ruang instalasi rawat jalan poli jantung untuk pasien PJK, RSUD Dr. Moewardi merupakan salah satu rumah sakit rujukan daerah, sehingga diharapkan sampel yang akan didapatkan bisa mewakili populasi daerah karesidenan Surakarta., RSUD Dr. Moewardi merupakan rumah sakit kelas A sehingga lebih kondusif untuk peneliti menjalankan proses penelitian. Populasi merupakan semua pasien yang akan diteliti. Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh penderita penyakit jantung koroner rawat jalan di poli jantung RSUD Dr Moewardi Surakarta. Sampel Penelitian Sampel merupakan sebagian dari anggota populasi yang telah dipilih menggunakan prosedur tertentu, sehingga dapat mewakili populasinya. Sampel mempunyai kriteria inklusi dan eksklusi dari populasi yang diteliti. Sampel penelitian ini yaitu seluruh penderita

penyakit jantung koroner di RSUD Dr Moewardi Surakarta. Jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus besar sampel minimal (Lameshow, dkk, 1997), yaitu : Keterangan : N : Jumlah sampel P: Proporsi populasi sebesar 0,15 Z : nilai sebaran normal baku, besarnya tingkat kepercayaan sebesar 1,96 d : penyimpangan maksimal yang diinginkan (15%) Variabel Penelitian Variabel bebas adalah suatu variabel yang menjadi penyebab munculnya atau berubahnya variabel terikat atau yang mempengaruhi stimulus atau input. Variabel bebas pada penelitian ini adalah asupan serat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat adanya variabel bebas, variabel terikat juga sering disebut dengan respon. Variabel terikat pada penelitian ini adalah kadar kolesterol pada penderita penyakit jantung koroner. Definisi Operasional Definisi operasional merupakan definisi yang membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang diteliti (Notoatmodjo, 2010). Tabel 1. Definisi Operasional Variabel Definisi Operasional Skala Ukur Asupan serat Kadar Kolesterol Jumlah asupan serat yang diamati selama 4 hari, diukur dengan metode recall 24 jam serta di hitung menggunakan software nutrisurvey. Data kadar kolesterol yang dilihat dari data laboratorium pasien Rasio Rasio Teknik Pengambilan Sampling Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan Simple Random Sampling, adapun langkahlangkahnya antara lain sebagai berikut : Membuat data dan alamat pasien Penyakit Jantung Koroner, Merecall pasien Penyakit Jantung Koroner selama 4 hari. Pengumpulan Data a. Data Primer Data primer merupakan data yang di kumpulkan secara langsung dari responden yaitu asupan serat yang di dapatkan dengan recall selama 4 hari berturut turut. b. Data Sekunder Data sekunder dalam penelitian ini didapatkan dari

data pasien yang mengalami penyakit jantung koroner di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Langkah-langkah Penelitian 1. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan adalah : 1) Form Recall 24 jam 2) Kuesioner ketersediaan responden 3) Software Nutri Survey 4) Program SPSS for windows 2. Jalannya Penelitian Proses pengumpulan materi yang akan digunakan untuk proses pembuatan proposal. Apabila proposal disetujui dan mendapat ijin dari kepala RSUD Dr. Moewardi peneliti dapat melakukan penelitiannya. Proses jalannya penelitian adalah sebagai berikut: a. Tahap Persiapan 1) Pembuatan proposal penelitian 2) Ujian proposal penelitian 3) Melakukan koordinasi dengan meminta ijin pada pimpinan tempat penelitian dengan menyerahkan surat izin dari dinas yang terkait. b. Tahap Pelaksanaan 1) Pengumpulan data primer Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden. c. Tahap Akhir Tahap akhir dari penelitian adalah pengolahan data dan analisis data. Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan dengan lima tahapan, yaitu editing (penyuntingan), entry (pemasukan data), tabulating (tabulasi). Penjelasan dari masing-masing pengolahan data adalah sebagai berikut : 1. Editing( penyuntingan ) Editing yaitu memeriksa data, kejelasan penulisan data identitas, data kadar kolesterol responden. 2. Entry ( pemasukan data) Entry yaitu memasukkan data-data penelitian pada program pengolahan data ke dalam komputer. 3. Tabulating ( tabulasi ) Tabulasi merupakan pembuatan tabel semua jawaban yang sudah diberi skor. Dimana memasukkan skor hasil pengambilan data ke dalam tabulasi sehingga memudahkan pengolahan data. Analisis Data Analisis data dilakukan untuk mengelompokkan data berdasrkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan (Sugiono, 2013). Cara analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Analisis univariat Analisis univariat dilakukan pada data tunggal dalam bentuk frekuensi dan prosentase. Analisis univariat

dilakukan untuk mengetahui frekuensi dari data-data yang diolah antara lain jenis kelamin, umur, berat badan, tinggi badan, asupan serat dan kadar kolesterol. 2. Analisis Bivariat Analisis bivariat yaitu analisis yang dilakukan untuk mengetahui hubungan dua variabel meliputi variabel bebas dan variabel terikat. Data yang telah diperoleh dalam penelitian ini diuji kenormalan datanya dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk yang menunjukkan semua data berdistribusi normal dengan menggunakan uji statistik Pearson s Product Moment. Interprestasi analisis hubungan asupan serat dengan kadar kolesterol yaitu : 1) Jika P-value< 0,05 maka H0 ditolak, berarti ada hubungan yang bermakna antara asupan serat dengan kadar kolesterol pada pasien penyakit jantung koroner di RSUD Dr. Moewardi 2) Jika P-value 0,05 maka H0 diterima, berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara asupan serat dengan kadar kolesterol pada pasien penyakit jantung koroner di RSUD Dr. Moewardi Karakteristik Jenis Kelamin 1. Karakteristik Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah pasien PJK yang melakukan rawat jalan di Poli Jantung di RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Jumlah subjek penelitian adalah 24 pasien. a. Karakteristik Jenis Kelamin Data karakteristik subyek berdasarkan jenis kelamin di Poli Jantung Rawat Jalan RSUD Dr. Moewardi dapat dilihat pada tabel 2 berikut : Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%) L P 22 2 91,7% 8,3% Jumlah 24 100 Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan jumlah subjek laki-laki lebih dominan daripada perempuan. Frekuensi subjek laki-laki sebanyak 22 orang (91,7 %) sedangkan frekuensi perempuan sebanyak 2 orang (8,3 %). Prevalensi pada wanita PJK terjadi sekitar 10-15 tahun lebih lambat daripada pria dan resiko meningkat secara drastis setelah monopouse. Menurut Huon (2002) morbiditas penyakit PJK pada laki-laki dua kali lebih besar dibandingkan dengan wanita dan kondisi ini terjadi hampir 10 tahun lebih dini pada laki-laki daripada perempuan. Esterogen endogen bersifat protektif pada perempuan, namun setelah menopouse perempuan menjadi sama rentannya dengan laki-laki. Menurut Silvia dan Loraine (2006) penderita PJK berdasarkan jenis kelamin terbanyak adalah lakilaki karena merupakan faktor risiko yang tak dapat diubah. Namun seiring berjalannya usia, kejadia PJK antar pria dan wanita pada usia > 60 tahun menjadi setara. Hal ini sejalan dengan teori laki-laki mempunyai resiko PJK 2-3x lebih besar daripada wanita. Selain itu gaya hidup laki-laki juga berpengaruh dalam kejadian PJK

diantaranya adalah merokok, pola makan, tingkat stress, dan lain-lain yang dalam kemaknaannya tidak diteliti pada penelitian ini. Karakteristik Umur Data karakteristik subyek berdasarkan umur di Poli Jantung Rawat Jalan RSUD Dr. Moewardi dapat dilihat pada Tabel 3 Umur (tahun) 40 50 51 60 61 70 71 80 Frekuensi Persentase (%) 2 8,3% 13 54,2% 7 29,2% 2 8,3% Jumlah 24 100 Berdasarkan tabel 3 menunjukkan rata-rata pasien PJK mayoritas pasien berusia antara 51 60 dengan persentase 54,2% dengan jumlah pasien 13 orang. Pasien berusia antara 61 70 tahun dengan persentase 29,2% dengan jumlah pasien 7 orang. Pasien berusia 40 50 dan 71 80 dengan persentase yang sama yaitu 8,3 dengan jumlah pasien 2 orang. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Stangl (2002) bahwa usia antara 40-60 tahun merupakan usia yang rentan mengalami PJK. Periode usia yang rentan terkena PJK adalah pria > 45 tahun dan wanita pada usia setelah monopouse yaitu > 45 tahun. Pendapat yang sama disebutkan oleh Anwar (2004) sebagian besar kasus kematian terjadi pada laki-laki umur 35-44 tahun dan mengalami peningkatan dengan bertambahnya umur. Kadar kolesterol laki-laki dan perempuan meningkat sampai umur 20 tahun, pada laki-laki meningkat sampai umur 50 tahun sedangkan pada perempuan sebelum menopouse (45-50 tahun) lebih rendah daripada laki-laki dengan umur yang sama. Karakteristik Subjek menurut Asupan Serat Asupan serat merupakan karakteristik sampel yang diteliti. Asupan serat yang dikonsumsi oleh sampel. Asupan serat antara sampel satu dengan sampel lainnya memiliki perbedaan. Karakteristik sampel menurut asupan serat dapat dilihat pada Tabel 4. Asupan Serat (gram/hari) 10 20 21 30 Frekuensi Persentase (%) 22 91,7% 2 8,3% Jumlah 24 100 Berdasarkan Tabel 4 yang merupakan tabel distribusi sampel menurut asupan serat menyatakan bahwa sebagian besar sampel memiliki asupan serat yang tergolong cukup baik. Asupan serat yang tergolong baik adalah 25-35 g/hari. Menurut mayer konsumsi makanan berserat bagi orang dewasa dianjurkan paling sedikit 10-13 gram per 1000 kalori. Konsumsi serat makanan yang dianjurkan untuk pria dewasa sebanyak 27-35 gram perhari (rata-rata konsumsi energi 2100 kalori perhari). American Diet Associaton (ADA) juga merekomendasikan serat makanan bagi orang dewasa sebanyak 25-30 gr/hr. Hal tersebut tidak sesuai dengan hasil penelitian Puslitbang Gizi Depkes RI tahun 2007 menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi serat penduduk Indonesia perhari hanya 12,5 atau baru sepertiga dar kecukupan serat yang dianjurkan 25-35 g perhari. Penelitian yang dilakukan Yuli (2008) membuktikan bahwa diet pemberian tinggi serat berpengaruh terhadap kadar kolesterol pasien

PJK dengan jumlah serat yang diberikan tinggi yang dihitung dalam gram rata-rata asupan seratnya sebesar 32,3920 gram/2000 kalori perhari kemudian diberikan asupan serat tinggi yaitu 25 gram/1000 kalori perhari atau 46,0073 gram/2000 kalori perhari. Karakteristik Subjek menurut Kadar Kolesterol Asupan kolesterol merupakan karakteristik subjek yang diteliti. Asupan kolesterol antara subjek satu dengan subjek lainnya memiliki perbedaan. Karakteristik sampel menurut asupan kolesterol dapat dilihat pada Tabel 5. Kadar Kolesterol (mg/dl) 100 150 151 200 201 250 Frekuensi Persentase (%) 13 10 1 54,1% 41,6% 4,16% Jumlah 24 100 Berdasarkan Tabel 5 yang merupakan tabel distribusi sampel menurut kadar kolesterol menyatakan bahwa sebagian besar sampel memiliki kadar kolesterol yang baik. Kadar kolesterol minimal dalam penelitian yaitu 100-150 mg/dl dengann persentase 54,1% dan frekuensi 13 orang. Kadar kolesterol antara 151-200 mg/dl dengan persentase 41,6% dan frekuensi 10 orang. Kadar kolesterol maksimal antara 201-250 mg/dl dengan persentase 4,16% dan frekuensi 1 orang. Kadar kolesterol total diklasifikasikan menjadi tiga jenis ( Bahri, 2004) yang pertama adalah klasifikasi tinggi yaitu >240 mg/dl, klasifikasi sedang yaitu 200-235 mg/dl dan klasifikasi normal yaitu <200 mg/dl. Pasien yang rawat jalan di poli jantung rata-rata memiliki kadar kolesterol yang normal. Hal itu dapat disebabkan karena para pasien rutin berobat jalan selama > 2 tahun sehingga pasien telah mendapatkan edukasi dan materi dari dokter yang menangani setiap bulannya. Hubungan Asupan Serat dengan Kadar Kolesterol Analisa bivariat dilakukan untuk menegetahui hubungan antara variable bebas dan variable terikat. Analisa bivariat dilakukan dengan menggunakan korelasi pearson. Berdasarkan hasil perhitungan analisis hubungan asupan dengan kadar kolesterol pada penderita PJK diperoleh hasil bahwa hubungan kedua variabel sebesar 0,035 dengan keeratan hubungan lemah, sedangkan signifikansi (p) sebesar 0,872. Nilai (p) > 0,05 berarti bahwa pengujian tidak signifikan (H0 ditolak). Dengan demikian tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan serat dengan kadar kolesterol pada pasien PJK rawat jalan di RSUD Dr. Moewardi. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa asupan serat yang tinggi dapat menurunkan kadar kolesterol. Serat larut dapat menurunkan kadar kolesterol darah. Pada saluran pencernaan, serat larut dapat mengikat empedu dan menurunkan jumlah empedu yang ada dalam tubuh untuk direabsorbsi. Dengan mereabsorbsi empedu, tubuh dapat menggunakan kolesterol dari darah untuk membuat empedu yang baru dimana empedu berfungsi untuk membantu mencerna lemak disebut juga empedu sebagai reabsorbsi dan recycle lemak. Tidak adanya hubungan ini dimungkinkan karena sebagian besar subjek telah

melakukan konsultasi dan pengobatan rawat jalan dengan rutin. Subjek penelitian rata-rata cekup satu hingga dua bulan sekali dan telah berobat rawat jalan > 2 tahun. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Maryanto (2013) bahwa mekanisme penurunan kolesterol oleh serat adalah menghambat absorbsi kolesterol, sehingga dapat menurunkan ketersediaan kolesterol dan transfer ke aliran darah dapat berkurang. Serat dapat menjerat lemak dalam usus yang berarti serta larut mencegah penyerapan lemak oleh tubuh, sehingga serat membantu mengurangi kadar kolesterol dalam darah. Serat bersifat menyerap asam empedu, yang kemudian akan terbuang dengan feses. Jumlah asam empedu akan berkurang karena diikat oleh serat makanan sehingga akan terbentuk asam empedu baru dari kolesterol dalam darah. Dengan demikian konsentrasi koleterol dalam darah akan menurun. Penurunan kadar kolesterol dalam darah mengurangi terjadinya kemungkinan penyumbatan pembuluh darah jantung (Harland, 2001). Kesimpulan 1. Rata-rata asupan serat cukup baik yaitu 91,7% pasien dengan asupan serat antara 10-20 g perhari. 2. Kadar kolesterol penderita penyakit PJK rata-rata cukup baik yaitu 95,7% pasien dengan kadar normal (<200 mg/dl) 3. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tidak ada hubungan yang signifikan Saran antara asupan serat dengan kadar kolesterol penderita penyakit PJK di RSUD Dr. Moewardi Surakarta 1. Bagi RSUD Moewardi Surakarta Hasil penelitian dapat digunakan untuk memperoleh data hubungan asupan serat dengan kadar kolesterol pasien PJK rawat jalan di RSUD Dr Moewardi Surakarta. 2. Bagi peneliti selanjutnya Untuk peneliti lebih lanjut disarankan mempertimbangkan faktor risiko lain yang berkaitan dengan terjadinya penyakit jantung koroner terutama pola makan yang baik. DAFTAR PUSTAKA Bronchu, M., et al. Coronary risk profiles in men with coronary disease: effects of body composition, fat distribution, age and fitnes. Coronary Artery Diseases. 2000. Dalam: Lipoeto I, Dr., MMedsci, PHD. 2006. Zat Gizi dan Makanan pada Penyakit Kordiovaskuler. Andalas, University Press. Huon H. Gray, Keith D. Dawkins, John M. Morgan, Iain A. Simpson, Lecture notes cardiology, Edisi 4, Erlangga Medical Series, Jakarta, 2002, 107-150. Iman Soeharto, 2004. Jantung Koroner dan Serangan

Jantung, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Maulana, M. 2007. Penyakit Jantung Pengertian, Penanganan, dan Pengobatan. Jogjakarta, Penerbit Kota Hati Notoatmodjo, S. 2007. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Cetakan Pertama. PT Rineka Cipta. Jakarta S.L., Jameson, J. L., eds., Harrison s Principles of Internal Medicine. 16th ed. USA: McGraw-Hill 1434-1435. Sylvia A. Price, Lorraine M. Wilson, 2006 Patofisiologi konsep klinis proses proses penyakit, Edisi 4, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1994, 528-556. Tirtawinata, Tien Ch.2006. Makanan dalam perspektif Al Quran dan ilmu gizi Jakarta: Balai penerbit FKUI.