BAB I PENDAHULUAN. disabilitas atau disertai peningkatan resiko kematian yang. kebebasan (American Psychiatric Association, 1994).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Menurut data World Health Organization (WHO), masalah gangguan

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada fungsi mental, yang meliputi: emosi, pikiran, perilaku,

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis multi dimensi yang melanda masyarakat saat. ini telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian

EFEKTIVITAS TERAPI GERAK TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang menjadi pintu layanan terdepan dalam. hubungan dengan masyarakat adalah di rumah sakit.

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya distress ( tidak nyaman, tidak tentram dan rasa nyeri ), disabilitas

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) di dalam satu atau lebih. fungsi yang penting dari manusia (Komarudin, 2009).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit kronis yang masih

ANALISIS HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN JUMLAH LIMFOSIT PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA. Skripsi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. retrospektif ditetapkan sebagai saat menopause (Kuncara, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Jiwa menurut Rancangan Undang-Undang Kesehatan Jiwa tahun

BAB I PENDAHULUAN. ketidaktahuan keluarga maupun masyarakat terhadap jenis gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa gangguan jiwa yang terjadi dari tahun ke tahun dan dari. waktu ke waktu akan berdampak negatif pada setiap individu yang

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya adalah masalah tentang kesehatan jiwa yang sering luput dari

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan jumlah penderita gangguan jiwa (Nurdwiyanti,2008),

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu

BAB 1 PENDAHULUAN. Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar glukosa dalam darah

BAB 1 PENDAHULUAN. besar perilaku seksual yaitu, Heteroseksual, Homoseksual dan Biseksual (Lis,

BAB I PENDAHULUAN. yaitu gangguan jiwa (Neurosa) dan sakit jiwa (Psikosa) (Yosep, hubungan interpersonal serta gangguan fungsi dan peran sosial.

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang. Gangguan jiwa adalah sebuah penyakit dengan. manifestasi dan atau ketidakmampuan psikologis atau perilaku yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18. secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Persepsi berasal dari bahasa lathin, persipere: menerima, perceptio:

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan jiwa adalah proses interpesonal yang berupaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi berkepanjangan juga merupakan salah satu pemicu yang. memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. mendasar bagi manusia. World Health Organization (WHO) sejaterah seseorang secara fisik, mental maupun sosial.

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menikah merupakan saat yang penting dalam siklus kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

BAB 1 PENDAHULUAN. yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan

- Sebelum melakukan penetrasi yang dalam, yang harus diutamakan adalah kenyamanan dan kebebasan ibu hamil.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Definisi sehat menurut kesehatan dunia (WHO) adalah suatu keadaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada pertemuan International Conference on Population

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Gambaran Umum Tempat penelitian

BAB I PENDAHULUAN. (Maryam, 2008). Secara umum kondisi fisik seseorang yang telah memasuki usia lanjut

BAB I PENDAHULUAN. emosi, pikiran, perilaku, motivasi daya tilik diri dan persepsi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1966 merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan jiwa tidak lagi hanya berupa gangguan jiwa yang berat

BAB I PENDAHULUAN. Psychiatric Association,1994). Gangguan jiwa menyebabkan penderitanya tidak

BAB I PENDAHULUAN. perannya dalam masyarakat dan berperilaku sesuai dengan norma dan aturan

PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI PADA MURID YANG AKTIF DAN TIDAK AKTIF BEROLAHRAGA DI KELAS II SMA AL-ISLAM I SURAKARTA TAHUN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang

Bab 1. Pendahuluan. remaja dan yang terakhir adalah masa dewasa. Di dalam masa dewasa, setiap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. usia tua di Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77% dan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa gangguan jiwa merupakan penyakit yang sulit disembuhkan, memalukan,

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Klinik Bersalin Ramini Medan Tahun apabila anda tidak bersedia maka saya akan tetap mengahargainya.

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

LEBIH DEKAT & SEHAT DENGAN HYPNOTHERAPY *Oleh : Suci Riadi Prihantanto, CHt (Indigo Hypnosis & Hypnotherapy)

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis seorang

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (2001) stroke adalah tanda tanda klinis mengenai gangguan

I. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tubuh manusia dan akan menyerang sel-sel yang bekerja sebagai sistem kekebalan

BAB I PENDAHULUAN. keluarnya hasil konsepsi dari dalam rahim. Kehamilan membawa perubahan

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan lainnya ( Samuel, 2012). Menurut Friedman, (2008) juga

BAB I PENDAHULUAN. Kecemasan merupakan reaksi terhadap stres yang. dialami sehari-hari (Ebert et al., 2000). Prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

PENGARUH RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. terapi lingkungan untuk pasien dengan depresi yaitu Plant therapy di mana tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. fisik seksual. Kondisi seksualitas yang sehat juga menunjukkan gambaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam

BAB I PENDAHULUAN. muncul dalam masyarakat, diantaranya disebabkan oleh faktor politik, sosial

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, merasa gagal

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan fisik dan juga kelainan fisik yang sering disebut tunadaksa.

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menghambat pembangunan karena mereka tidak produktif. terhadap diri sendiri, tumbuh, berkembang, memiliki aktualisasi diri,

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dengan calon istrinya yang bernama Wida secara

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Organisasi kesehatan dunia (WHO) mendefinisikan kesehatan

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. 1. Inisial : Sdr.

BAB 1 PENDAHULUAN. perilaku berkaitan dengan gangguan fungsi akibat gangguan biologik, sosial,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Gangguan jiwa adalah suatu sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan adanya distress atau disabilitas atau disertai peningkatan resiko kematian yang menyakitkan, nyeri, disabilitas, atau sangat kehilangan kebebasan (American Psychiatric Association, 1994). Salah satu penyakit dari gangguan kejiwaan ini adalah skizofrenia. Skizofrenia adalah suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi gerakan, dan perilaku yang aneh dan terganggu. Skizofrenia tidak dapat didefinisikan sebagai penyakit tersendiri melainkan diduga sebagai suatu sindrom atau proses penyakit yang mencakup banyak jenis dan berbagai gejala (Videback, 2008). Berdasarkan data dari American Psychiatric Association (APA) pada tahun 1995 menjelaskan bahwa di Amerika Serikat angka pasien skizofrenia cukup tinggi (lifetime prevalence rates) mencapai 1/1000 penduduk. Setiap tahun terdapat 300.000 pasien skizofrenia mengalami episode akut dengan prevalensi skizofrenia lebih tinggi dari penyakit Alzheimer, multiper skelosis, pasien diabetes yang memakai insulin, dan 1

2 penyakit otot (muscular dystrophy). 20 % - 50 % pasien skizofrenia melakukan percobaan bunuh diri dan 10 % diantaranya berhasil (mati bunuh diri). Selain itu angka kematian pasien skizofrenia 8 kali lebih tinggi dari angka kematian penduduk pada umumnya (Yosep. 2010). Di Indonesia sekitar 1 % - 2 % dari total jumlah penduduk dmana 99 % pasien RS jiwa adalah penderita skizofrenia (Setiadi, 2006). Pengobatan yang dilakukan pada pasien skizofrenia adalah dengan cara penggunaan obat-obatan psikotropika. Psikotropika adalah obat yang mempengaruhi fungsi perilaku, emosi dan pikiran yang biasa digunakan dalam bidang psikiatri atau ilmu kedokteran jiwa (FKUI, 2007). Berdasarkan penggunaan klinik psikotropik dibedakan menjadi 4 golongan yaitu antipsikosis (major tranquilizer, neuroleptik), antiansietas (minor tranquilizer), antidepresi, antimania (mood stabilizer). Beberapa pengunaan obat obatan ini mempunyai efek samping tersendiri dimulai dari yang ringan sampai ganggguan gerakan permanen. Efek samping dari penggunaan obat obatan psikotropika adalah terjadinya penurunan dan gangguan fungsi seksual dari pasien baik laki-laki maupun perempuan yaitu pada penggunaan klorpromazin (CPZ) yang mengakibatkan amenorea dan penurunan libido pada laki-laki.

3 Gejala yang tampak dari penderita skizofrenia mengakibatkan terjadinya penurunan pada beberapa fungsi baik dalam lingkungan maupun dirinya sendiri. Gejala-gejala yang tampak pada klien skizofrenia ini dapat menimbulkan ketidakberdayaan berat dalam kemampuan berpikir, memecahkan masalah, afek terganggu dan tentunya relasi sosial pasien pun terganggu. Salah satu dari akibat gejala tersebut yaitu produktivitas yang terganggu. Namun sebagai manusia yang mempunyai kebutuhan biologis kebutuhan seksual merupakan sesuatu hal yang harus diperhatikan karena tidak terlepas dari kehidupan seseorang tetapi pemenuhannya bisa disalurkan melalui cara yang berbeda - beda sesuai dengan keinginan individu termasuk pada pasien skizofrenia (Ratnaningsih, dkk 2010) dan juga pada pasangan hidupnya yaitu suami atau istri. Seks juga sangat penting dalam kehidupan rumah tangga bahkan untuk rumah tangga yang didalamnya ada penderita skizofrenia. Hal ini diungkapkan oleh Abdurrahman (2011) bahwa kehidupan seks adalah satu bagian penting dalam kehidupan kita, meskipun seks bukanlah satu-satunya sisi dalam kehidupan yang kita jalani Menurut Sunaryo (2004), salah satu faktor yang mendorong manusia berperilaku menurut Freud adalah energi

4 psikis berupa libido seksual. Libido seksual inilah yang dibutuhkan individu dalam melaksanakan relasi atau hubungan seksual. Relasi seksual secara normal adalah mekanisme manusia yang vital untuk meneruskan keturunan dan menjaga agar manusia tidak punah. Pada relasi seksual yang normal kedua belah pihak yaitu laki laki dan perempuan menghayati bentuk kenikmatan dan puncak kenikmatan seksual (orgasme). Dalam melaksanakan tujuan pemenuhan kebutuhan seksual terutama pencapaian kenikmatan seksual atau orgasme tersebut, individu baik wanita maupun pria melakukan suatu tindakan yang bisa membuat tercapainya orgasme yaitu dengan cara melakukan hubungan seks (Coitus) dan masturbasi. Coitus adalah bersenggama, bersetubuh, masuknya penis pria dalam vagina wanita. Sedangkan masturbasi dalam kerangka berfikir secara umum adalah suatu pemenuhan kebutuhan seks yang diakhiri dengan suatu kepuasaan tersendiri yang dirasakan oleh individu yang melakukannya. Stimulasi terhadap alat kelamin yang dilakukan secara manual atau menggunakan suatu objek yang bertujuan untuk mencapai kenikmatan seksual (Meeks, dkk 1982). Pemenuhan kebutuhan seksual merupakan salah satu permasalahan yang cukup penting dalam kehidupan keluarga khususnya pasangan hidup dari pasien skizofrenia yang sering

5 sekali pemenuhan kebutuhan ini tidak tercapai. Pada saat pemenuhan kebutuhan seksual tersebut tidak tercapai, akan terjadi beberapa hal yang ditunjukan oleh individu yang melakukan hal tersebut dengan disertai akibat yang akan ditimbulkan, misalnya pasangan akan marah, sedih, dan kecewa sehingga melakukan pemuasan seksual secara individual (masturbasi) dan lain lain. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan penulis di Rumah Sakit Jiwa daerah Dr. Amino Gondohutomo selama 3 minggu pada bulan Juni 2012, diperoleh data awal dari 5 informan yaitu 3 wanita (istri dari pasien skizofrenia) dan 2 pria (suami dari pasien skizofrenia) yang dilakukan dengan cara wawancara mendalam (in depth interview). Dalam wawancara mendalam ini penulis mempertanyakan beberapa hal yang menyangkut dengan kondisi hubungan seksual pasangan hidup dari pasien skizofrenia yaitu mencakup frekuensi, tingkat kepuasan, lamanya waktu yang dibutuhkan dan gambaran keadaan alat kelamin dari pasangan hidup pasien skizofrenia saat menjalani rawat jalan. Jumlah frekuensi hubungan seks yang didapatkan pasangan hidup pasien skizofrenia (informan) rata rata adalah 1 minggu 1 kali yang terjadi setelah suami/istri mengalami gangguan kejiwaan. Tingkat kepuasaan yang didapatkan yaitu

6 sangat puas walaupun dengan frekuensi hubungan seks yang hanya 1 minggu 1 kali serta situasi pencapaian orgasme yang bervariasi. Bervariasi yang dimaksudkan adalah orgasme tersebut tercapai bukan hanya pada kondisi penetrasi yang lama maupun cepat tapi situasi ini bisa tercapai hanya dengan melakukan oral seks atau hanya dengan foreplay (pemanasan). Waktu yang dibutuhkan saat berhubungan seks juga bervariasi antara 10 30 menit berhubungan seks tergantung kondisi fisik dari informan maupun pasangan hidupnya (dalam hal ini pasien skizofrenia). Waktu tersebut belum termasuk dengan proses foreplay (pemanasan sebelum melakukan hubungan seks) yang menurut para informan tidak terlalu lama hanya membutuhkan waktu 5 10 menit. Para informan juga memberikan sedikit gambaran tentang alat kelamin pasangannya sebelum, saat, dan setelah berhubungan seks (terjadinya penetrasi penis ke vagina). Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang tinjauan pemenuhan kebutuhan seksual pasangan hidup pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo, Semarang.

7 1.2 RUMUSAN MASALAH Bagaimana cara pasangan hidup pasien rawat jalan skizofrenia RSJD Dr. Amino Gondohutomo, Semarang melaksanakan pemenuhan kebutuhan seksualnya? 1.3 FOKUS PENELITIAN Berdasarkan latar belakang diatas maka, dapat dilihat fokus masalah yaitu penulis ingin mengetahui bagaimana pemenuhan kebutuhan seksual pasangan hidup pasien rawat jalan skizofrenia Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang? 1.4 TUJUAN 1.4.1 TUJUAN UMUM Mengetahui bagaimana pemenuhan kebutuhan seksual pasangan hidup pasien rawat jalan skizofrenia 1.4.2 TUJUAN KHUSUS 1. Mengetahui frekuensi hubungan seks setelah pasangan mengalami skizofrenia 2. Mengetahui tingkat kepuasan setelah melakukan hubungan seks 3. Mengetahui waktu yang dibutuhkan saat berhubungan seks 4. Mengetahui keadaan alat kelamin pasangan

8 5. Mengetahui perilaku yang ditunjukan partisipan dalam hubungan seks 1.5 MANFAAT 1. Bagi Rumah Sakit : memberikan gambaran tentang pemenuhan kebutuhan seksual pasangan hidup pasien skizofrenia sehingga memudahkan rumah sakit untuk membantu dalam memberikan saran atau pendapat bagi pasangan hidup pasien skizofrenia dalam hal pemenuhan kebutuhan seksual. 2. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan : Sebagai bahan pengembangan ilmu pengetahuan dan referensi yang berguna dalam keperawatan jiwa menyangkut dengan pemenuhan kebutuhan seksual pasangan hidup pasien skizofrenia 3. Bagi Partisipan : sebagai pengetahuan untuk memberikan gambaran secara mendalam tentang masalah pemenuhan kebutuhan pasangan hidup pasien skizofrenia. 4. Bagi Peneliti : Memberikan wawasan baru dalam melihat maupun berinteraksi dengan masalah seksualitas pasangan hidup pasien skizofrenia secara holistik.