BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Adanya waktu tenggang (lead time) merupakan alasan utama bagi perencanaan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. 2.1 Produk Domestik Regional Bruto

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan mengestimasi apa yang akan terjadi pada masa yang akan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Semua barang dan jasa sebagai hasil dari kegiatan-kegiatan ekonomi yang beroperasi

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Seperti diketahui PDRB adalah penjumlahan dari seluruh Nilai Tambah Bruto (NTB)

Hasil penelitian Alfirman dan Sutriono (2006) yang meneliti masalah hubungan. pengeluaran rutin dengan produk domestik bruto (PDB) menemukan bahwa

BAB II TINJAUAN TEORITIS

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

BAB II KONSEP, DEFINISI DAN METODOLOGI

Katalog BPS :

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2010

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan rangkuman dari Indeks Perkembangan dari berbagai sektor ekonomi

BAB 2 LANDASAN TEORI. datang dengan waktu yang relatif lama (assaury, 1991). Secara teoritis peramalan

BAB 1 PENDAHULUAN. atau regional khususnya di bidang ekonomi. Angka-angka pendapatan regional dapat

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

INDIKATOR EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN

PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,2 %

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai 2013

III. METODE PENELITIAN. 2010, serta data-data lain yang mendukung. Data ini diperoleh dari BPS Pusat,

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2007

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebijakan pemerintah dapat diambil secara tepat apabila berdasar pada informasi

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2008

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan: Peserta PPG kompeten dalam menganalisis Pendapatan Nasional.

Produk Domestik Regional Bruto

Profile Daerah Kabupaten Sumedang Tahun

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Berau selama dua tahun ini seiring dan. sejalan dengan perkembangan ekonomi nasional yaitu mengalami pertumbuhan yang

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

Ada tiga pendekatan yang dapat digunakan untuk menghitung pendapatan nasional, yaitu: 1. Pendekatan pengeluaran 2. Pendekatan produksi 3.

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pendapatan Nasional dan Perhitungannya. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

Produk Domestik Bruto (PDB)

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008 SEBESAR -3,94 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

BAB II METODOLOGI 2.1. PENGERTIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2013

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

BAB II KAJIAN PUSTAKA. materi tersebut disampaikan secara berurutan, sebagai berikut.

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN

I. PENDAHULUAN. dapat menikmati hasil pembangunan. Salah satu bukti telah terjadinya

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan

Perbedaan GDP dan GNP

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

ANALISIS KONTRIBUSI SEKTOR INDUSTRI TERHADAP PDRB KOTA MEDAN

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

BAB1 PENDAHULUAN. Perdebatan panjang tentang ekonomi global dan tentang krisis yang melanda

Metodologi Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Beberapa Pendekatan Penyusunan PDRB

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah dapat diukur dari besarnya PDRB di daerah tersebut. Demikian juga dengan

D a f t a r I s i. iii DAFTAR ISI. 2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.9 Sektor Jasa-Jasa 85

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TAHUN 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

PERTEMUAN 5 dan 6 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan pada dasarnya merupakan perkiraan atau dugaan mengenai terjadinya suatu kejadian atau peristiwa di waktu yang akan datang. Peramalan juga dapat diartikan sebagai studi historis untuk menemukan hubungan, kecendrungan dan pola sistematis. Pada hakekatnya banyak keputusan penting yang dilakukan suatu instansi untuk mempertimbangkan kejadian-kejadian yang kemungkinan terjadi di masa mendatang, sehingga memerlukan ramalan tentang keadaan lingkungan masa depan tersebut. Setiap kegiatan ekonomi tidak akan terlepas dari usaha untuk meningkatkan keberhasilan pembangunan untuk mencapai tujuannya pada masa yang akan datang, dimana kebijakan tersebut dilaksanakan. 2.2 Kegunaan dan Peran Peramalan Kegunaan dari peramalan terlihat pada saat pengambilan keputusan. Setiap orang selalu dihadapkan pada masalah pengambilan keputusan. Keputusan yang baik adalah keputusan yang didasarkan atas dasar pertimbangan apa yang akan terjadi pada saat keputusan tersebut dilaksanakan. Apabila ramalan yang telah disusun tersebut tidak tepat, maka keputusan yang diambil tidak akan sesuai dengan keinginan kita. Walaupun demikian perlu diketahui bahwa ramalan tidaklah selalu sama dengan

kenyataan, dimana selalu ada unsure kesalahan. Sehingga yang paling diperhatikan adalah usaha untuk memperkecil kesalahan tersebut. 2.3 Jenis-jenis Peramalan Berdasarkan sifat ramalan yang telah disusun, maka peramalan dapat dibedakan atas dua macam, yaitu : 1. Peramalan kualitatif, yaitu peramalan yang didasarkan atas data kuaitatif pada masa lalu. Hasil peramalan sangat bergantung pada orang yang menyusunnya. 2. Peramalan kuantitatif, yaitu peramalan yang didasarkan atas data kuantitatif pada masa lalu. Hasil peramalan yang dibuat sangat bergantung pada metode yang dipergunakan dalam peramalan tersebut. (Sofjan Assauri, 1984.) Jika dilihat dari jangka waktu ramalan yang disusun, maka peramalan dapat dibedakan atas dua macam, yaitu : 1. Peramalan jangka panjang, yaitu peramalan yang dilakukan untuk penyusunan hasil ramalan yang jangka waktunya lebih dari satu setegah tahun atau tiga semester. 2. Peramalan jangka pendek, yaitu peramalan yang dilakukan untuk penyusunan hasil ramalan dengan jangka waktu yang kurang dari satu seegah tahun atau tiga semester. (Sofjan Assauri, 1984) 2.4 Pengertian dan Kegunaan Metode Peramalan Metode peramalan adalah cara memperkirakan secara kuantatif apa yang akan terjadi pada masa depan, berdasarkan data yang relevan pada masa lalu. Oleh karena metode peramalan didasarkan atas data yang relevan pada masa lalu, maka metode peramalan ini dipergunakan dalam peramalan yang objektif. Sebagaimana diketahui metode peramalan merupakan cara berfikir yang sistematis dan pragmatis atas pemecahan suatu masalah. Disamping itu metode peramalan juga memberikan urutan pengerjaan dan pemecahan atas pendekatan suatu

masalah dalam peramalan. Selain itu, peramalan memberikan cara pengerjaan yang teratur dan terarah, sehingga dengan demikian dapat dimungkinkannya penggunaan teknik-teknik penganalisaan yang lebih maju. Dengan penggunaan teknik-teknik tersebut, maka diharapakan dapat memberikan kepercayaan atau keyakinan yang lebih besar, karena dapat diuji dan dibuktikan penyimpangan atau deviasi yang terjadi secara ilmiah. Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa metode peramalan sangat berguna, karena akan membantu dalam mengadakan pendekatan analisis terhadap tingkalaku atau pola dari data yang lalu. Sehingga dapat memberikan cara pemikiran, pengajarandan pemecahan yang sistematis dan pragmatis, serta memberikan tingkat keyakinan yang lebih besar atas ketetapan hasil ramalan yang dibuat atau disusun. (Sofjan Assauri, 1984) 2.5 Jenis-jenis Metode Peramalan Metode-metode peramalan dengan mengunakan analisa pola hubungan antara variabel yang akan diperkirakan dengan variabel waktu, atau analisa deret waktu, terdiri dari : a. Metode smooting Metode smooting, yang mencakup metode data lewat (past data), metode ratarata kumulatif, metode rata-rata bergerak (moving average) dan metode eksponensial smooting. Metode smooting digunakan untuk mengurangi ketidak teraturan musiman dari data yang lalu maupun dengan membuat ratrata tertimbang dari sederetan data yang lalu. b. Metode Box Jenkins Metode Box Jenkins menggunakan dasar deret waktu dengan model matematis, agar kesalahan yang terjadi dapat sekecil mungkin dan membutuhkan identifikasi model estimasi parameternya. c. Metode Proyeksi Trend dengan Regresi

Metode Proyeksi trend dengan regresi, merupakan dasar garis trend untuk suatu persamaan matematik, sehingga dengan dasar persamaan tersebut dapat di proyeksikan hal yang diteliti untuk masa depan. (SofjanAssauri, 1984) 2.6 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah daerah merupakan serangkaian usaha kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pemerataan hasil-hasilnya dan mengusahakan pergeseran proses kegiatan ekonomi dari sektor primer kearah sekunder dan tersier. Dalam usaha pembanguan nasional yang berkelanjutan dan tepat sasaran dilakukan perencanaan pembangunan yang baik dan didukung oleh saranan dan prasarana perekonomian suatu wilayah. Kondisi perekonomian suatu wilayah dapat dilihat dari pendapatan nasional atau regional. Untuk menghitung angka-angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ada tiga pendekatan yang digunakan, yaitu : 1. Pendekatan Produksi PDRB adalah jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi suatu daerah dalam jangka waktu tertentu (Biasanya satu tahun). PBRB merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu daerah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa faktor produksi tersebut adalah upah dab gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan; semuanya belum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. PDRB mencakup juga penyusutan dan pajak tidak langsung neto (pajak tidak langsung dikurangi subsidi). 2. Pendekatan pengeluaran PDRB adalah komponen permintaan terakhir yang terdiri dari : a. Pengeluaran komsumsi rumahtangga dan lembaga swasta nirlaba b. Konsumsi pemerintah

c. Pembentukan modal tetap domestic bruto d. Perubahan stok e. Ekspor neto (ekspor neto merupakan ekspor dikurangi impor) Secara konsep ketiga pendapatan tersebut akan menghasilkan angka yang sama. Jadi, jumlah pengeluaran akan sama dengan jumlah pendapatan untuk faktorfaktor produksi. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dapat diartikan dalam tiga pengertian, yaitu : a. Menurut pengertian produksi, PDRB adalah jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi didalam suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu (satu tahun). b. Menurut pengerian pendapatan, PDRB adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi disuatu wilayah atau daerah dalam jangka waktu tertentu (satu tahun). c. Menurut pengertian pengeluaran, PDRB adalah jumlah pengeluaran yang dilakukan untuk konsumsi rumahtangga dan lembaga swasta yang tidak mencari keuntungan, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, perubahan stok dan ekspor neto (Ekspor dikurangi Impor). Dari uraian diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa jumlah pengeluaran untuk berbagai kepentingan tadi harus sama dengan jumlah produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan, dan harus sama juga dengan jumlah pendapatan untuk faktorfaktor produksinya. 2.7 Laju Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang sangat penting untuk mengetahui hasil pembangunan yang dilaksankan, khususnya dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana kinerja/aktivitas dari berbagai

sektor ekonomi menghasilkan pendapatan/nilai tambah masyarakat pada suatu periode tertentu. Untuk mengetahui fluktuasi pertumbuhan ekonomi tersebut secara rill dari tahun ke tahun, digunakan PDRB atas dasar harga konstan secara berkala. Pertumbuhan yang positif menunjukkan adanya peningkatan perekonomian, sebaliknya apabila negative menunjukkan terjadinya penurunan kinerja pembangunan yang dilaksanakan. 2.8 Struktur Ekonomi Struktur ekonomi suatu wilayah sangat ditentukan oleh besarnya peranan sektorsektor ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa. Struktur yang terbentuk dari nilai tambah yang diciptakan oleh masing-masing sektor menggambarkan ketergantungan suatu daerah terhadap kemampuan berproduksi dari masing-masing sektor. 2.9 Peranan PDRB terhadap Total PDRB Besarnya nilai PDRB yang dihasilkan oleh setiap daerah selain tergantung dari investasi yang ditanamkan di masing-masing daerah juga sangat dipengaruhi potensi dan kondisi daerah yang bersangkutan. 2.10 Peranan NTB Sektoral terhadap Total NTB Sektoral Sumbangan Kabupaten/Kotamadya dalam pembentukan Nilai Tambah Bruto (NTB) masing-masing sektoral terhadap total NTB sektoral seluruh Kabupaten/Kotamadya cukup bervariasi. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan potensi ekonomi antara wilayah yang satu dengan yang lainnya. Secara keseluruhan, Kota Medan sebagai ibukota Propinsi umumnya mendominasi dalam pembentukan NTB sektoral di Sumatera Utara, khususnya yang berasal dari sektoral tersier dan sekunder.

2.11 PDRB Perkapita PDRB perkapita merupakan gambaran dan rata-rata pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk selama satu tahun di suatu wilayah/daerah. Data statistik ini merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kemakmuran suatu wilayah/daerah. PDRB perkapita diperoleh dari hasil bagi antara PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun yang bersangkutan. Jadi besarnya PDRB perkapita tersebut sangat dipengaruhi oleh kedua variabel diatas. 2.12 Agregat Produk Domestik Regional Bruto Didasarkan kepada konsep perhitungannya, PDRB dibedakan atas tiga pengertian yaitu : PDRB atas dasar harga pasar, PDRN atas dasar harga pasar, PDRN atas dasar biaya faktor produksi. Berikut ini akan diuraikan ketiga konsep tersebut serta agregat PDRB lainnya, antara lain pendapatan regional dan pendapatan perkapita. 2.12.1 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Pasar Angka PDRB atas dasar harga pasar diperoleh dengan menjumlahkan NTB yang timbul dari seluruh sektor perekonomian dalam suatu wilayah/region. NTB mencakup komponen-komponen pendapatan (upah dan gaji, sewa tanah dan keuntungan), penyusutan dan pajak tak langsung neto. Jadi dengan menghitung NTB dari masing-masing sektor dan menjumlahkan NTB seluruh sektor tersebut akan diperoleh atas dasar harga pasar. 2.12.2 Produk Domestik Regional Netto Atas Dasar Harga Pasar Perbedaan antara konsep Bruto dan netto adalah bahwa pada konsep bruto faktor penyusutan masih termasuk didalamnya, sedangkan pada konsep netto komponen penyusutan telah dikeluarkan. Penyusutan yang dimaksud disini

adalah nilaibarang-barang modal tetap (mesin-mesin, peralatan kendaraan, dan sebagainya) yang terjadi selama barang modal tersebut ikut serta dalam proses produksi. Jadi nilai penyusutan dari seluruh sektor/sebsektor ekonomi dijumlahkan maka hasilnya merupakan penyusutan yang dimaksud diatas. Jika PDRB atas dasar harga pasar dengan penyusutan maka akan diperoleh PDRN atas dasar harga pasar. 2.12.3 Produk Domestik Regional Netto Atas Dasar Biaya Faktor Produksi Perbedaan antara konsep biaya faktor produksi dan harga disebabkan karena adanya pajak tidak langsung yang dipungut oleh pemerintah dan subsidi yang diberikan oleh pemerintah kepada unit-unit produksi. Pajak tidak langsung meliputi pajak penjualan, bea ekspor, cukai dan lain-lain, kecuali pajak pendapatan dan perseorangan. Pajak tidak langsug dari unit-unit produksi dibebankan kepada biaya produksi atau langsung dari unit-unit produksi pada pembeli sehingga akibatnya menaikkan harga barang (produksi). Berlawanan dengan pajak tidak langsung yang akibatnya menaikkan harga barang, subsidi yang diberikan oleh pemerintah kepada unit-unit produksi terutama yang dianggap penting untuk memenuhi kebutuhan masyarakat luas, akibatnya adalah menekan/menurunkan harga sehingga harga barang dan jasa dapat lebih dijangkau oleh masyarakat. Dengan demikian, pajak tak langsung dan subsidi mempunyai pengaruh yang berlawanan terhadap harga barang dan jasa (output produksi). Selisih antara pajak tak langsung dan subsidi dalam perhitungan perndapatan regional disebut pajak tak langsung netto. Kalau PDRN atas dasar harga pasar dikurangi dengan pajak tak langsung maka hasilnya adalah PDRN atas dasar biaya faktor produksi.

2.12.4 Pendapatan Regional Dari konsep-konsep yang telah diuraikan diatas, dapat diketahui bahwa PDRB atas dasar biaya faktor produksi sebenarnya merupakan jumlah balas jasa faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi dalam suatu wilayah. PDRB atas dasar biaya faktor produksi merupakan jumlah dari pendapatan yang berupa upah dan gaji, bunga, sewa tanah, serta keuntungan yang timbul, atas pendapatan yang berasal dari wilayah tersebut. Akan tetapi pendapatan yang dihasilkan tadi tidak seluruhnya menjadi pendapatan daerah tersebut, sebab ada sebagaian dari pendaptan yang diterima oleh penduduk daerah lain. Misalnya suatu perusahaan yang beroperasi secara komersil disuatu daerah tetapi modalnya dimiliki oleh penduduk luar daerah tersebut, maka dengan sendirinya keuntungan perusahaan akan menjadi milik penduduk dari daerah tersebut yang menanamkan modalnya diluar daerah maka sebagian keuntungan perusahaan akan mengalir ke dalam daerah tersebut. Kalau PDRB atas dasar biaya faktor produksi tadi dikurangi dengan pendapatan yang mengalir keluar dan ditambah dengan pendapatan yang masuk dari daerah lain, maka hasilnya akan merupakan produk regional netto yaitu merupakan pendapatan yang benar-benar diterima (income receipt) oleh seluruh penduduk yang tinggal didaerah tersebut. Produk regional netto inilah sebenarnya merupakan pendapatan regional. Akan tetapi karena masih sulitnya mendapatkan data tentang arus pendapatan yang mengalir/masuk antar daerahm maka pendapatan regional hingga saat ini masih belum dapat dihitung. Untuk sementara dalam perhitungan ini PDRN atas dasar biaya faktor produksi diasumsikan sama dengan pendapatan regional. Data pendapatan regional adalah salah satu indikator makro yang dapat menunjukkan kondisi perekonomian regional setiap tahun. Manfaat yang dapat diperoleh dari data ini antara lain adalah :

a) PDRB harga berlaku nominal menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu wilayah/regional. Nilai PDRB yang besar menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang besar, begitu juga sebaliknya. b) Pendapatan regional harga berlaku menunjukkan pendapat yang memungkinkan untuk dinikmati oleh penduduk suatu wilayah. c) PDRB harga konstan/rill dapat digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap sektor dari tahun ke tahun. d) Distribusi PRDB harga berlaku menurut sektor menunjukkan struktur perekonomian atau peranan setiap sektor ekonomi dalam suatu wilayah. Sektor-sektor ekonomi yang mempunyai peran besar menunjukkan basis perekonomian suatu wilayah. e) PDRB dan pendapatan regional perkapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDRB dan pendapatan regional per kepala atau per satu orang penduduk. f) PDRB dan pendapatan regional perkapita atas dasar harga konstan berguna untuk mengetahui pertumbuhan nyata ekonomi perkapita penduduk suatu wilayah. 2.12.5 Pendapatan Perkapita Bila pendapatan regional suatu daerah dalam satu tahun tertentu dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun yang tinggal didaerah tersebut, maka diperoleh angka pendapatan perkapita. 2.13 Klasifikasi Lapangan Usaha Seperti diketahui PDRB adalah penjumlahan/agregasi dari seluruh NTB yang dihasilkan oleh setiap kegiatan/lapangan usaha. Dalam perhitungan PDRB seluruh lapangan usaha dikelompokkan menjadi Sembilan sektor ekonomi. Ini sesuai dengan

pembagian yang digunakan dalam perhitungan PDB ditingkat nasional. Hal ini juga memudahkan para analisis untuk membandingkan PDRB antara propinsi dengan Kabupaten/Kotamadya dan antara PDRB dengan PDB. Dengan demikian dalam perhitungan PDRB, kegiatan ekonomi/lapangan usaha dirinci menjadi : 1) Pertanian 2) Pertambangan dan Penggalian 3) Industri pengolahan 4) Listrik, gas dan air bersih 5) Bangunan 6) Perdagangan Hotel dan restoran 7) Pengangkutan dan komunikasi 8) Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 9) Jasa-jasa