2015 PERAN PENDIDIKAN BUDAYA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KESADARAN SEJARAH DI KALANGAN SISWA SMA YAYASAN ATIKAN SUNDA

dokumen-dokumen yang mirip
2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

2015 PENANAMAN NILAI-NILAI KESUND AAN MELALUI PROGRAM TUJUH POE ATIKAN ISTIMEWA D I LINGKUNGAN SEKOLAH KABUPATEN PURWAKARTA

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Atik Rahmaniyar, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

BAB I PENDAHULUAN. objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai

2015 PEMBELAJARAN MUATAN LOKAL KE PUI AN PERSATUAN UMAT ISLAM SEBAGAI UPAYA MENANAMKAN KESADARAN SEJARAH

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Budi Utomo, 2014

BAB I PENDAHULUAN. penindasan bangsa lain, pada era global ini harus mempertahankan. identitas nasional dalam lingkungan yang kolaboratif.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. masyarakat, bangsa, dan negara sesuai dengan pasal 1 UU Nomor 20 Tahun 2003.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. dilestarikan dan dikembangkan terus menerus guna meningkatkan ketahanan

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. generasi muda untuk mempunyai jiwa kemanusiaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kepemimpinan adalah bagian dari kehidupan manusia, dan haruslah

TEKS DESKRIPSI BUDAYA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Manusia pada hakikatnya adalah sebagai makhluk individu dan

BAB I PENDAHULUAN. para pejabat Kementerian Pendidikan Nasional, Kepala Dinas Pendidikan di daerah,

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang berdiri diatas keberagaman suku,

PERAN PROGRAM REBO NYUNDA TERHADAP PARTISIPASI SISWA DALAM MELESTARIKAN BUDAYA LOKAL

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

MASYARAKAT DAN KESADARAN BUDAYA. Oleh: Resti Nur Laila, Atika Widayanti, Krissanto Kurniawan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terkenal sebagai salah satu negeri terbesar penghasil kain tenun tradisional yang

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi merupakan fenomena budaya yang tidak dapat terhindarkan

I. PENDAHULUAN. suku bangsa, ras, bahasa, agama, adat-istiadat, maupun lapisan sosial yang ada

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan era globalisasi saat ini telah membawa kemajuan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang terkenal akan kekayaannya, baik itu

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai. Budaya dan nilai-nilai yang dipandang baik dan dijunjung tinggi oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yuvenalis Anggi Aditya, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rezki Puteri Syahrani Nurul Fatimah, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahkluk sosial yang berbudaya mempunyai peran

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang utama untuk membentuk karakter siswa yang

BAB I PENDAHULUAN. Sastra secara nyata memang berbeda dengan psikologi. Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan mudah dan cepat, yakni dengan penggunaan handphone

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses yang ditempuh oleh peserta didik

a. Hakekat peradaban manusia Koentjaraningrat berpendapat bahwa kata peradaban diistilahkan dengan civilization, yang biasanya dipakai untuk menyebut

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Bayu Dwi Nurwicaksono, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam

Pendidikan Vokasi Bercirikan Keunggulan Lokal Oleh: Istanto W. Djatmiko Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. beraneka ragam. Begitupun negara Indonesia. Dengan banyak pulau dan suku

BAB I PENGERTIAN FILSAFAT INDONESIA PRA MODERN

2015 PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketamansiswaan merupakan kekhususan pendidikan di lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Selain keberagaman kebudayaan Indonesia, juga dikenal sebagai negara

I. PENDAHULUAN. tinggi yang mencapai puncaknya. Seiring berkembangnya zaman, rasa. nasionalisme dikalangan pemuda kini semakin memudar.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang

BAB V MODEL PELESTARIAN NYANYIAN MBUE-BUE PADA MASYARAKAT MUNA SULAWESI TENGGARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi dan modernisasi yang sedang berjalan pada saat ini,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

2015 KONTRIBUSI PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL TERHADAP KEPEDULIAN SOSIAL DI KALANGAN SISWA SMA.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai ragam suku bangsa yang memiliki jenis kebudayaan yang beragam pula.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk budaya mengandung pengertian bahwa

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia dikenal dengan keanekaragaman suku bangsa dan berbagai

Rumusan Isu Strategis dalam Draft RAN Kepemudaan PUSKAMUDA

BAB I PENDAHULUAN. kearifan. Tradisi Mesatua di Bali lambat laun semakin tergerus dengan roda

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi negara Indonesia akhir-akhir ini sangat mengkhawatirkan.

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. yang diperkirakan akan semakin kompleks. 1

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN RELEVAN

TRIANI WIDYANTI, 2014 PELESTARIAN NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM MENJAGA KETAHANAN PANGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kepribadian dan perilaku mereka sehari-hari. Krisis karakter yang

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sore itu latihan angklung yang dilakukan oleh sebagian siswa di SMA Yayasan Atikan Sunda yang merupakan bagian dari kegiatan sekolah nampak hambar sepertinya ada yang kurang, terasa antusiasnya tidak seperti biasa. Di antara percakapan singkat antar mereka dapat ditangkap kesan tersebut seperti muncul pertanyaan masihkah perlu hal tersebut dilakukan. Saat masuk kelas pun terlihat diantara percakapan mereka kadang diselingi umpatan atau panggilan temannya dengan nama binatang dengan ringannya keluar dari mulut mereka lalu diakhiri dengan tawa seolah-olah hal itu menjadi hal yang biasa. Kondisi itu menjadi biasa bila dilakukan diluar lingkungan lainnya namun akan menjadi lain bila hal itu dilakukan dalam lingkungan sekolah yang dengan terang-terang melabelkan diri sebagai sekolah berbasis budaya Sunda. Dari hal-hal kecil yang terjadi itu menimbulkan keresahan di mata penulis, jangan-jangan memang benar telah terjadi pergesaran dan lunturnya budaya lokal yang ada di kalangan peserta didik. Ketakutan akan terjadi pergeseran nilai-nilai dan hilangnya normanorma, bahkan peninggalan kebudayaan sudah seharusnya dipikirkan sejak lama jauh sebelum bangsa ini kemudian melihat secara satu persatu hilangnya budaya tersebut. Tidak lagi perlu dihindari bahkan ditakuti, melainkan perlu dilakukan suatu upaya lebih dan ekstra bagi kita untuk kemudian kembali mengenalkan budaya bangsa ini (Rosidi, 2004; Koentjaraningrat,1990). Budaya yang dikembangkan tidaklah sebatas budaya yang terdapat dalam kearifan lokal suatu wilayah, melainkan budaya Indonesia yang kemudian mampu diimplikasikan dalam kehidupan dan karakter pendidikan di seluruh pelosok negeri ini.

Maraknya semangat untuk mengembangkan kearifan lokal pada masyarakat yang tumbuh beberapa waktu terakhir ini menimbulkan pertanyaan apakah timbul secara alami atau dipaksakan? Pertanyaan itu tentunya muncul bukan begitu saja namun karena keingintahuan kita terhadap fenomena itu. secara fitrah memang manusia memiliki keinginan untuk belajar dan mengamati hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan disekelilingnya. Bila munculnya karena ada dorongan dalam dirinya maka hal itu patut kita syukuri sebagai hal yang positif berarti manusia ingin kembali keakar budayanya. Namun bila munculnya karena faktor paksaan maka pertanyaan makin banyak lagi, dari mulai siapa yang memaksa, kenapa, bagaimana dan mengapa. Tentunya untuk menjawab pertanyaanpertanyaan itu dibutuhkan kajian yang lebih mendalam tentang kemunculan semangat menghidupkan kearifan lokal. Manusia sebagai mahluk berakal dan berbudaya selalu berupaya untuk mengadakan perubahan-perubahan. Dengan sifatnya yang kreatif dan dinamis manusia terus berevolusi meningkatkan kualitas hidup yang semakin terus maju. Kebudayaan merupakan karya manusia yang mencakup diantaranya filsafat, kesenian, kesusastraan, agama, penafsiran dan penilaian mengenai lingkungan. Dalam pengertian yang sederhana dan umum makna pendidikan adalah sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Kesan budaya memang tidak akan pernah luntur dari Bangsa Indonesia. Bangsa yang begitu besar dan memiliki nilai-nilai luhur yang dapat memberikan contoh keteladanan yang baik dalam kehidupan baik sosial, agama, maupun dalam hal toleransi antar suku. Bukanlah menjadi hal yang mudah pada saat ini, kehidupan sosial masyarakat Indonesia mulai maju seiring dengan berkembangnya era perdagangan bebas, dan masuknya informasi yang begitu luas, baik dari media sosial maupun

media maya seperti internet, dan sebagainya. Tidak bisa dipungkiri juga, perkembangan teknologi dan informasi yang begitu pesat membawa arah perkembangan negeri ini menjadi begitu dinamis, dan memiliki multikulturalisme yang begitu tinggi. Pada umumnya orang mencoba mewariskan berbagai hal untuk generasi penerusnya. Menurut Eagleton, peranan budaya pun ikut berubah sejak kerajaan atau kesatuan politik menjadi negara-bangsa pada zaman modern (2000,hlm. 61-64). Oleh karena itu, budaya memainkan peranan penting untuk mempersatukan masyarakat dalam bahasa bersama (shared language), peninggalan budaya, sistem pendidikan atau nilai bersama (shared value). Dengan demikian juga, budaya memainkan peranan politik di dalam pembentukan negara-bangsa dan identitas budaya sekaligus ikut memainkan peranan penting selanjutnya pada setiap masyarakat. Namun segelintir masyarakat menilai bahwa kebudayaan Sunda di Jawa Barat khususnya Bandung semakin luntur. Menyikapi kenyataan ini, Budayawan Hawe Setiawan (2001) menyatakan, bahwa saat ini dirinya melihat tiga kelompok kebudayaan yang ada di Jawa Barat, ketiga kelompok kebudayaan tersebut terdiri dari kebudayaan yang masih tersisa namun sudah ditinggalkan masyarakat, kemudian kebudayaan yang mampu mempengaruhi masyarakat dan juga budaya yang sedang tumbuh dan berkembang guna mempengaruhi masyarakat dikemudian hari. Dengan adanya tiga kelompok kebudayaan tersebut, Hawe mengatakan bahwa kekhawatiran yang saat ini dirasakan masyarakat sangat wajar terjadi. Sebab, budaya dan nilai-nilai kesundaan yang sudah ada kini telah hilang seiring perkembangan jaman. Sunda merupakan kebudayaan masyarakat yang tinggal di wilayah barat pulau Jawa. Dengan berjalannya waktu telah tersebar ke berbagai penjuru dunia. Sejak dari awal hingga kini, budaya Sunda terbentuk sebagai satu budaya luhur di Indonesia. Namun, modernisasi dan

masuknya budaya barat lambat laun mengikis keluhuran budaya Sunda, yang membentuk etos dan watak manusia Sunda. Makna kata Sunda sangat luhur, yakni cahaya, cemerlang, putih, atau bersih (Rosidi, 2010; Ekadjati,1995). Makna kata Sunda itu tidak hanya ditampilkan dalam penampilan, tapi juga didalami dalam hati. Karena itu, orang Sunda yang 'nyunda' perlu memiliki hati yang luhur pula. Itulah yang perlu dipahami bila mencintai, sekaligus bangga terhadap budaya Sunda yang dimilikinya. Setiap bangsa memiliki etos, kultur, dan budaya yang berbeda. Namun tidaklah heran jika ada bangsa yang berhasrat menanamkan etos budayanya kepada bangsa lain. Karena beranggapan, bahwa etos dan kultur budaya memiliki kelebihan. Kecenderungan ini terlihat pada etos dan kultur budaya bangsa kita, karena dalam beberapa dekade telah terimbas oleh budaya bangsa lain. Arus modernisasi menggempur budaya nasional yang menjadi jati diri bangsa. Budaya nasional kini terlihat sangat kuno, bahkan ada generasi muda yang malu mempelajarinya. Kemampuan menguasai kesenian tradisional dianggap tak bermanfaat. Rasa bangsa kian terkikis, karena budaya bangsa lain lebih terlihat menyilaukan. Kondisi memprihatinkan ini juga terjadi pada budaya Sunda, sehingga orang Sunda kehilangan jati dirinya (Ekadjati,1995,hlm.45). Untuk menghadapi keterpurukan kebudayaan Sunda, ada baiknya kita mempelajari, dan mengumpulkan kepingan-kepingan budaya yang berserakan selama ini. Banyak petuah bijak dan khazanah ucapan nenek moyang jadi berkarat, akibat tidak pernah tersentuh pemiliknya. Hal ini disebabkan keengganan untuk mempelajari dengan seksama, bahkan mereka beranggapan ketinggalan zaman. Bila dipelajari, sebenarnya pancaran etika moral Sunda memiliki khazanah hikmah yang luar biasa. Hal itu terproyeksikan lewat tradisinya. Salahsatu cara untuk memproyeksikan nilai-nilai tersebut melalui lembaga sekolah, dalam hal Sekolah Menengah Atas Yayasan Atikan Sunda (YAS) yang berada di

bawah organisasi Daya Sunda mencoba membawanya dalam tahapan yang aplikatif. Transfer nilai-nilai budaya paling efektif adalah melalui proses pendidikan. Dalam masyarakat modern proses pendidikan tersebut didasarkan pada program pendidikan secara formal. Oleh sebab itu dalam penyelenggarannya dibentuk kelembagaan pendidikan formal. Seperti dikemukakan Hasan Langgulung (1995) bahwa pendidikan mencakup dua kepentingan utama, yaitu pengembangan potensi individu dan pewarisan nilai-nilai budaya. Maka sudah jelas sekali bahwa kedua hal tersebut pendidikan dan kebudayaan berkaitan erat dengan pandangan hidup suatu masyarakat atau bangsa itu masing-masing. Kedua hal tersebut tidak dapat dipisahkan karena saling membutuhkan antara satu sama lainnya. Dikatakan dengan pendapat tersebut bahwa pendidikan dalam hubungan dengan individu dan masyarakat, akan tetapi dapat dilihat bagaimana garis hubung antara pendidikan dan sumber daya manusia. Dari sudut pandangan individu pendidikan merupakan usaha untuk mengembangkan potensi individu, sebaliknya dari sudut pandang kemasyarakatan pendidikan adalah sebagai pewarisan nilai-nilai budaya. Dalam pandangan ini, pendidikan mengemban dua tugas utama, yaitu peningkatan potensi individu dan pelestarian nilai-nilai budaya. Manusia sebagai mahluk berbudaya, pada hakikatnya adalah pencipta budaya itu sendiri. Budaya itu kemudian meningkat sejalan dengan peningkatan potensi manusia pencipta budaya itu. Karena memang perlu dilakukan pendidikan yang berbasis budaya lokal. Pendidikan berbasis budaya lokal Sunda merupakan proses pendidikan yang penting dalam sistem persekolahan di Jawa Barat, karena bagaimana mungkin seseorang dapat menghargai perbedaan yang terjadi di masyarakat jika dia sendiri tidak mengenal budayanya, tidak mengenal adat istiadat yang berkembang di tengah masyarakat. Adalah suatu hal

yang keliru jika anak-anak sekarang dijauhkan dari tatanan nilai budaya masyarakatnya karena untuk menjadi Indonesia atau untuk menjadi warga dunia seseorang tidak perlu meninggalkan nilai budaya aslinya. Berkaitan dengan pendidikan etnik dalam proses pendidikan di sekolah, Banks (1986) menguraikan bahwa pada tahapan awal anak didik perlu diperkenalkan terlebih dahulu dengan nilai budayanya sebelum nilai budaya di luar kelompok masyarakatnya. Pada tahapan berikutnya, anak baru diperkenalkan dengan tatanan nilai budaya global. Proses ini diperlukan agar generasi muda tidak kehilangan Identitas budayanya ketika melakukan kontak dengan orang di luar kelompok etniknya. Di kota bandung khususnya untuk merealisasikan hal tersebut pemerintah kota mengeluarkan hari tematik salah satunya Rebo Nyunda. Kegiatan Rebo Nyunda adalah sebuah program dari pemerintah Kota Bandung sebagai bagian dari hari-hari tematik yang berlaku di kota tersebut. Program ini digagas oleh Walikota Bandung Ridwan Kamil. Program ini muncul karena adanya kekhawatiran dari segelintir masyarakat akan lunturnya kebudayaan Sunda di Jawa Barat, khususnya di Kota Bandung, padahal budaya Sunda adalah budaya lokal dari kota ini. Dengan demikian, program ini menjadi salah satu program untuk melestarikan budaya Sunda. Sebenarnya program ini merupakan salah satu usaha Pemerintah Kota Bandung untuk mengimplementasikan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 9 Tahun 2012 pasal 10 ayat 1b yang menyebutkan bahwa setiap hari Rabu ditetapkan sebagai hari berbahasa Sunda dalam semua kegiatan Pendidikan, Pemerintahan dan kemasyarakatan. Dalam kegiatan ini, masyarakat Kota Bandung di himbau menggunakan pakaian Sunda yakni kebaya dan kain batik sebagai bawahan bagi perempuan serta iket kepala batik dan bila memungkinkan menggunakan pangsi bagi laki-laki. Selain iket kepala, para laki-laki juga bisa menambahkan hiasan kujang sebagai penghias iket tersebut.

Bersamaan dengan menggunakan pakaian Sunda, setiap hari Rabu juga warga Bandung diharapkan menggunakan Bahasa Sunda untuk berkomunikasi dengan orang lain. Komunikasi dalam Bahasa Sunda ini digunakan baik di dalam instansi pemerintahan, sekolah-sekolah maupun dalam rapat-rapat resmi yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Bandung Bila dihubungkan dengan pendidikan sejarah yang berfungsi sebagai pembentukan identitas bangsa (Kartodirdjo, 1989). Maka pendidikan sejarah memiliki posisi yang penting, sebab identitas itu berhubungan dengan karakteristik perwatakan yang tumbuh dan melembaga dalam proses pengalaman sepanjang kehidupan bangsa. Dengan demikian kepribadian dan identitasnya bertumpu pada pengalaman kolektif, yaitu pada sejarahnya. Dalam konteks pembentukan identitas bangsa, maka pendidikan sejarah mempunyai fungsi yang fundamental. Menurut Collingwood (2001) pembentuk identitas nasional suatu bangsa tiada lain adalah sejarah. Bahkan dikatakan bahwa pengetahuan sejarah selain sangat fundamental dalam pembentukan identitas nasional juga sumber inspirasi yang sarat makna dalam pengembangan kesadaran sejarah para generasi muda. Soedjatmoko (1983) mengatakan bahwa kesadaran sejarah merupakan orentasi intelektual dan sikap jiwa yang perlu untuk memahami secara tepat faham kepribadian nasional. Lebih lanjut dikatakan bahwa kesadaran sejarah akan mampu membimbing manusia kepada pengertian mengenai diri sendiri sebagai bangsa. Memahami betapa pentingnya kesadaran sejarah, maka pengembangan pendidikan sejarah merupakan tuntutan untuk melahirkan generasi bijaksana yang mampu menyelesaikan permasalahan bangsa dengan bijaksana. Pendidikan sejarah harus mampu menanamkan kesadaran dan kebanggaan akan kegemilangan masa lalu bangsa melalui pewarisan nilai

(transmission of culture), tradisi esensialisme yang selalu menghendaki pengembangan intelektual tinggi (excellent) dan mampu memanfaatkannya dalam menjawab tantangan masa kini dan masa mendatang (Hasan, 2012 hlm 40). Mempelajari sejarah tidak ada artinya bila tidak disertai pemahaman akan nilai yang terkandung, fungsi dan manfaatnya. Menurut Ismaun (2005) melalui berbagai kajian yang dalam terhadap berbagai pendapat dan pengalaman orang-orang bijak di masa lalu, sekalipun nilainilai dalam sejarah itu hanya berupa pengalaman-pengalaman manusia, tapi tidak bisa dibantah bahwasanya manusia itu pada umumnya gemar menggunakan pengalaman-pengalaman itu sebagai pedoman atau contoh untuk memperbaiki kehidupannya. Sedangkan fungsi sejarah pada hakekatnya adalah untuk meningkatkan pengertian atau pemahaman yang mendalam dan lebih baik tentang masa lampau dan juga masa sekarang dalam inter relasinya dengan masa datang. Yayasan Atikan Sunda (YAS) mencoba mengembangkan sekolah yang berbasis budaya dengan berakar pada sejarah. Jika kita menelaah visi misi sekolah maka hal itu tercermin dengan jelas. Dengan mempelopori penggunaan bahasa sunda sebagai bahasa pengantar pada hari-hari tertentu dan penggunan atribut kesundaaan serta ekstrakurikuler yang berdasar pada kebudayaan, jauh sebelum pemerintah kota mewajibkan sekolah menyelengarakan program Rebo Nyunda. Sehingga terbentuklah opini di masyarakat bahwa SMA Yayasana Atikan Sunda adalah sekolah yang melestarikan budaya sunda. Sehingga tingkah polah, prilaku civitas akademika menjadi cerminan bagi masyarakat. Belum lagi para inohong nya merupakan tokoh yang berpengaruh dibidang kebudayaan diantaranya seperti R. Hidayat Suryalaga (alm), Adil A. Fadilakusumah, H. Danumihardja dan UU Rukmana.

Hal ini cukup menarik untuk dikaji lebih jauh bagaimana peranan pendidikan budaya sunda terhadap kesadaran sejarah siswa yang berada dalam sebuah sekolah yang berlandaskan budaya. Dan bila dihubungkan dengan penjelasan Ismaun diatas dihubungkan dengan realitas yang ada maka kita bisa melihat Pandangan masyarakat secara umum pada kesadaran sejarah mulai melemah. Hal ini terlihat dari pola aktivitas masyarakat yang selalu mengulang kesalahan-kesalahan masa lalu yang dilakukan kembali. Rendahnya kesadaran sejarah ini dapat dilihat dari cara bagaimana mereka memandang masa lalunya. Kepesimisan terhadap sejarah terlihat dari pola belajar siswa di kelas, atau memandang terhadap sejarah yang hanya sebagai pelajaran pelengkap yang tidak bermakna. Sehingga nampaknya akan menarik di kaji bagaimana peranan pendidikan budaya sunda terhadap peningkataan kesadaran sejarah siswa di SMA Yayasan Atikan Sunda. 1.2 Fokus Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, kesadaran sejarah perlu terus dikembangkan di kalangan generasi muda. Hal tersebut dilakukan untuk membuat masyarakat lebih bijaksana dalam menjalani kehidupan dan masa yang belum pasti, paling tidak kesadaran sejarah akan mengantarkan kita untuk tidak mengulangi kesalahan-kesalahan masa lampau. Fokus pada penelitian ini adalah mengenai bagaimana peran pendidikan budaya Sunda dalam meningkatkan kesadaran sejarah di kalangan siswa SMA Yayasan Atikan Sunda 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan deskripsi latar belakang dan fokus penelitian di atas, permasalahan penelitian ini yaitu bagaimanakah peran pendidikan budaya Sunda dalam peningkatan kesadaran sejarah siswa di SMA Yayasan

Atikan Sunda? Atas dasar permasalahan tersebut dapat dirumuskan pertanyaan penelitian berikut ini. 1. Bagaimana Manifestasi Pendidikan Budaya Sunda di Sekolah Menengah Atas Yayasan Atikan Sunda? 2. Bagaimana kesadaran sejarah siswa di Sekolah Menengah Atas Yayasan Atikan Sunda? 3. Bagaimana mengimplementasikan nilai-nilai Budaya Sunda dalam pembelajaran sejarah di Sekolah Menengah Atas Yayasan Atikan Sunda untuk meningkatkan kesadaran sejarah siswa? 4. Kendala apa yang dihadapi guru dalam mengimplementasikan nilainilai sunda pada pembelajaran sejarah di Sekolah Menengah Atas Yayasan Atikan Sunda untuk meningkatkan kesadaran sejarah siswa? 1.4 Tujuan Penelitian Secara umum tujuan penelitian ini yaitu menemukan informasi tentang peran pendidikan budaya Sunda pada sekolah yang berbasis budaya dalam rangka meningkatkan kesadaran sejarah siswa. Secara lebih spesifik penelitian ini bertujuan, antara lain sebagai berikut. 1. Mengkaji dan menganalisis tentang pendidikan budaya Sunda di Sekolah Menengah Atas Yayasan Atikan Sunda 2. Mengkaji dan menganalisis kesadaran sejarah siswa di Sekolah Menengah Atas Yayasan Atikan Sunda 3. Mengetahui mengimplementasikan nilai-nilai budaya sunda pada pembelajaran sejarah di Sekolah Menengah Atas YAS dalam meningkatkan kesadaran sejarah siswa.

4. Memberikan gambaran kendala yang dihadapi guru dalam mengimplementasikan nilai-nilai sunda pada pembelajaran sejarah di Sekolah Menengah Atas Yayasan Atikan Sunda dalam meningkatkan kesadaran sejarah siswa. 1.5 Manfaat Penelitian Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, peneliti juga berharap penelitian ini dapat memberi manfaat, khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi pembaca. Adapun manfaat penelitian ini adalah 1. Manfaat secara Teoritik Penelitian ini dilakukan untuk menambah khazanah penelitian pendidikan tentang budaya lokal dalam hubungannya dengan pembelajaran Sejarah. Diharapkan dengan mengkaji tentang pendidikan yang berlandaskan budaya lokal maka diharapkan berkontribusi terhadap proses meningkatnya kesadaran sejarah siswa. 2. Manfaat Praktis a. Bagi sekolah dengan melakukan penelitian ini maka lembaga sekolah dapat membuat kebijakan yang lebih meningkat implementasi dari nilai-nilai budaya lokal b. Bagi pemerintah dengan melakukan penelitian ini maka dapat mengevaluasi dan meningkatkan kebijakan tentang penerapan nilai-nilai budaya lokal di lembaga pendidikan sebagai sarana pewarisan kebudayaan 1.6 Klarifikasi Konsep

1.6.1 Pendidikan Budaya Sunda Pendidikan budaya Sunda yang dimaksud dalam penelitian ini adalah upaya pembelajaran yang mengembangkan sistem nilai budaya Sunda dan mampu mengimplementasikan dalam kehidupan sebagai individu dan anggota masyarakat. Hal dasar yang tertanam dalam konsepsi nilai-nilai budaya Sunda tersebut adalah adanya informasi yang (harus) diteruskan dari satu generasi ke generasi setelahnya. 1.6.2 Kesadaran Sejarah Kesadaran sejarah adalah orientasi intelektual yang bersifat kreatif, mawas diri, dan introspeksi yang tiada hentinya. Dalam hal ini mencakup usaha menempatkan diri dan eksistensi hidupnya dalam konfigurasi sosiokulturalnya, sehingga menimbulkan kesadaran akan lokasi dirinya dalam kehadiran kehidupan keseluruhannya. Kesadaran diri dapat dimaknai sadar akan keberadaan dirinya sebagai individu, sebagai makhluk sosial termasuk sadar sebagai bangsa dan sadar sebagai makhluk ciptaan Tuhan. 1.6.3 SMA Yayasan Atikan Sunda Sekolah Menengah Atas Yayasan Atikan Sunda (YAS) yang dimaksud merupakan sekolah menengah atas yang berlokasi di jalan PHH Mustapa No. 115 Bandung yang berada di bawah Yayasan Atikan Sunda berada dalam organisasi sosial Daya Sunda. 1.7 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika dalam penulisan Tesis ini terdiri dari lima bab yaitu bab pertama pendahuluan berisi tentang latar belakang penelitian yang berisi tentang alasan-alasan mengapa penelitian ini layak untuk dilakukan kemudian fokus penelitian berisi tentang apa yang akan diteliti setelah itu ada rumusan masalah yang berisi tentang pertanyaanpertanyaan penelitian. Tujuan dan manfaat penelitian merupakan bagian selanjutnya dari bab pendahuluan ini yang isinya tentang apa saja tujuan yang ingin dicapai dan manfaat dari penelitian yang akan dilakukan. Setelahnya ada bagian klarifikasi konsep yang berisi tentang penjelasan terhadap konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini. Pada bagian akhir bab pendahuluan berisi sistematika penulisan tesis ini. Bab ke dua berisi tentang landasan teori yang digunakan penulis untuk mengkaji masalah yang akan diteliti. Dalam bab dua ini penulis menggunakan beberapa teori diantaranya tentang Pewarisan Nilai, teori Kontak Budaya kemudian tentang kearifan lokal dan Pendidikan Sejarah. Landasan teori ini seiring dengan perkembangan penelitian teori yang digunakan pun akan disesuaikan dengan keadaan lapangan. Mengingat ini adalah penelitian kualitatif maka landasan teori ini hanya lah acuan awal yang digunakan, dan bisa berubah sesuai dengan temuan yang didapatkan selama penelitian. Bab ketiga dalam tesis ini berisi tentang metodologi penulisan yang digunakan dalam penelitian ini. Pendekatan yang penulis ambil dalam penelitian ini menggunakan kualitatif dengan metode Etnografi. Maka pada bagian ini berisi tentang subjek penelitian, tempat penelitian, teknik pengumpulan data dan tekni analisis data. Bab keempat dari tesis ini akan berisi hasil kajian penelitian yang dilakukan di sekolah menengah atas Yayasan Atikan Sunda. Di jelaskan secara deskripstif naratif berdasarkan hasil temuan-temuan selama penelitian ini dilakukan. Dan yang terakhir Bab lima akan berisi

kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan beserta rekomendasirekomendasi pada beberapa pihak untuk menindak lanjuti hasil penelitian ini.