A. Gambaran Wilayah. Kabupaten TANAH LAUT

dokumen-dokumen yang mirip
28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INVENTARISASI CEBAKAN BIJIH BESI PRIMER DI KABUPATEN TANAH BUMBU DAN TANAH LAUT KALIMANTAN SELATAN

PROFIL SANITASI SAAT INI

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

PENDAHULUAN. Latar Belakang

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1

DATA MINIMAL YANG WAJIB DITUANGKAN DALAM DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 21 TAHUN 2015

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb.

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

Kajian. Hasil Inventarisasi LP2B. Kabupaten Pemalang Provinsi Jawa tengah

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Spasial

19 Oktober Ema Umilia

Lokasi Sumber Dana Instansi Pelaksana. APBD Prov. APBD Kab.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KONDISI UMUM BANJARMASIN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Lampung yang dikukuhkan berdasarkan Undang-Undang Negara Republik

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH PAPUA

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN I. Luas Wilayah ** Km2 773, ,7864

PENDAHULUAN Latar Belakang

IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM

3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

GUBERNUR PROVINSI KALIMANTAN UTARA

Tabel 2.2. Tingkat Produksi Pertanian di Kabupaten Tegal

Disampaikan Pada: FGD Penyelarasan Road Map Industri & Pasar Baja Nasional Komunitas Teknik Industri Indonesia PII LPPI Kemang, 21 Januari 2015

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV GAMBARAN UMUM

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BATANG TAHUN

LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

S A L I N A N LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN UTARA NOMOR 21 TAHUN 2016

TINJAUAN PUSTAKA. fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud dan Tujuan

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 1. Sejarah Terbentuknya Kabupaten Lampung Barat

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

L E M B A R A N D A E R A H

GAMBARAN UMUM KABUPATEN LAMPUNG BARAT

Transkripsi:

A. Gambaran Wilayah A.1 Letak Geografis Kabupaten Tanah Laut dengan ibukota Pelaihari memiliki wilayah seluas 3.361,35 km². Luas kabupaten ini merupakan 9,71% dari luas Provinsi Kalimantan Selatan. Geografis kabupaten Tanah Laut terletak diantara 114 0 30 20 dan 115 0 23 31 Bujur Timur, serta diantara 3 0 30 33 dan 4 0 11 38 Lintang Selatan. Kabupaten Tanah Laut memiliki batas administrasi sebagai berikut: Batas Utara adalah Kabupaten Banjar, Batas Timur adalah Kabupaten Tanah Bumbu, Batas Selatan adalah Laut Jawa, Batas Barat adalah Laut Jawa. A.2 Topografi Topografi Kabupaten Tanah Laut umumnya merupakan daerah dataran tinggi dan bergunung-gunung yang terdapat dibagian Utara dan Timur, yaitu tersebar di Kecamatan Pelaihari, Jorong, Batu Ampar, Tambang Ulang dan Kintap. Sedangkan dibagian Selatan dan Barat merupakan daerah dataran rendah, pantai, dan rawa-rawa yaitu terdapat di Kecamatan Kurau, Takisung dan Panyipatan. Daerah pasang surut terdapat dipesisir pantai sepanjang 200 km yang merupakan hutan api-api, dan hutan bakau. Tingkat kelerengan tanah umumnya berkisar antara 0 sampai 2 % dan rata-rata ketinggian tanah berkisar antara 0 sampai 7 m di atas permukaan laut. Kemiringan Tanah di Kabupaten Tanah Laut sangat bervariasi yaitu berkisar antara kurang dari 2% hingga lebih dari 40%. Wilayah dengan kelerengan lebih dari Peluang Investasi Daerah 1

40% merupakan wilayah yang dilindungi dengan penyebaran di sekitar Gunung Paikat, Gunung Damar Gusang, Pegunungan Kemuning, dan Batumandi. A.3 Iklim dan Cuaca Beriklim tropis yang dipengaruhi musim hujan dan kemarau.temperatur suatu tempat bergantung pada tinggi rendahnya tempat tersebut terhadap permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Pada tahun 2010 temperatur berkisar antara 20,0 35,2 [ 0 C], kelembaban udara berkisar antara 77,1 85,2 [%], jumlah curah hujan 2.445,6 mm, dan jumlah hari hujan 117 hari. A.4 Pemerintahan Kabupaten Tanah Laut dikepalai oleh seorang bupati. Mulai dari tahun 1966 sampai dengan tahun 2010 telah terjadi sepuluh kali pergantian pemegang jabatan bupati. Bupati dalam melaksanankan tugasnya dibantu oleh 3 (tiga) organisasi perangkat staf pemerintah daerah, yaitu Sektretaris Daerah (Sekda), Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) dan Inspektorat. Bappeda disamping bertugas secara teknis juga mengkoordinasi dan mengintegrasikan usaha penyusunan rencana dan program kerja.inspektorat merupakan unsur pengawasan dengan tugas pokok melakukan pengawasan umum atas jalannya roda pemerintahan daerah sesuai dengan rencana dan peraturan yang berlaku. Daerah Kabupaten Tanah Laut terdiri dari 11 (sebelas) kecamatan, yaitu Panyipatan, Takisung, Kurau, Bumi Makmur, Bati-Bati, Tambang Ulang, Pelaihari, Bajuin, Batu Ampar, Jorong dan Kintap. Jumlah desa yang tersebar di semua kecamatan adalah 135 desa. Tabel A-1 Pembagian Wilayah Kabupaten Tanah Laut No Kecamatan Ibu Kota Luas Wilayah Jumlah [km²] Desa/Kelurahan 1 Panyipatan Panyipatan 336,00 10 2 Takisung Gunung Makmur 343,00 12 3 Kurau Padang Luas 127,00 11 4 Bumi Makmur Handil Babirik 141,00 11 5 Bati-bati Padang 234,75 14 6 Tambang Ulang Tambang Ulang 160,75 9 7 Pelaihari Sarang Halang 379,45 20 8 Bajuin Bajuin 196,30 9 9 Batu Ampar Batu Ampar 548,10 14 10 Jorong Jorong 628,00 11 11 Kintap Kintapura 537,00 14 Kabupaten Tanah Laut Pelaihari 3.631,35 135 Sumber: http://tanahlautkab.bps.go.id, 20 Juli. Peluang Investasi Daerah 2

B. Potensi Wilayah B.1 Perekonomian Perekonomian Kabupaten Tanah Laut pada tahun 2010 tumbuh sebesar 5,98% (berdasarkan estimasi). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan tahun 2009 yang mencapai 5,77%. PDRB per kapita tahun 2010 atas dasar harga berlaku adalah sebesar Rp. 13.366.474 sedangkan jika dilihat atas dasar harga konstan adalah sebesar Rp. 7.663.673. PDRB per kapita atas dasar harga berlaku Kabupaten Tanah Laut selama periode 2008 2010 tumbuh rata-rata sebesar 8,06%, sedangkan pertumbuhan rata-rata PDRB atas dasar harga konstan dalam periode yang sama hanya sebesar 3,70%. Tabel B-1 Pendapatan Regional Kabupaten Tanah Laut, 2008 2010 Rincian 2008 2009 2010* PDRB atas Dasar Harga Berlaku (Ribu Rupiah) 3.194.802.952 3.586.420.384 3.960.927.239 PDRB atas Dasar Harga Konstan 2000 2.025.926.475 2.142.793.272 2.270.999.327 Pertumbuhan Ekonomi (%) 5,40 5,77 5,98 PDRB Per Kapita atas Dasar Harga Berlaku (Rupiah) Indeks Perkembangan PDRB per Kapita atas Dasar Harga Berlaku (%) Laju pertumbuhan PDRB per Kapita atas Dasar Harga Berlaku (%) PDRB per Kapita atas Dasar Harga Konstan 200 (Rupiah) Indeks Perkembangan PDRB per Kapita atas Dasar Harga Konstan (%) Laju Pertumbuhan per Kapita atas Dasar Harga Konstan 2000 (%) Sumber: Tanah Laut Dalam Angka 2011 Keterangan: r ) : Angka diperbaiki *) : Angka sementara B.2 Kependudukan dan Tenaga Kerja 11.286.305 12.369.569 13.366.474 193,62 212,21 229,31 107,81 109,60 108,06 7.157.006 7.390.498 7.663.673 122,78 126,79 131,48 102,88 103,26 103,70 Jumlah penduduk Kabupaten Tanah Laut pada tahun 2010 berdasarkan hasil sensus penduduk 2010 sebesar 296.333 jiwa. Dari rasio jenis kelaminnya dapat dilihat bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih besar jika dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan. Rasio jenis kelamin Kabupaten tanah laut adalah sebesar 106. Nilai rasio jenis kelamin yang melebihi 100 tersebut dapat juga memberikan gambaran bahwa Kabupaten Tanah Laut merupakan daerah penerima migran, yang artinya bahwa kabupaten ini merupakan daerah yang memiliki potensi ekonomi yang cukup besar sehingga menjadi daerah tujuan migrasi. Peluang Investasi Daerah 3

Tabel B-2 Jumlah Penduduk dan Rumah Tangga Berdasarkan Kecamatan, Tahun 2010 No Kecamatan Penduduk [jiwa] Jumlah Rumah Tangga Sex Ratio 1 Panyipatan 21.151 21.151 100,46 2 Takisung 27.998 27.998 102,20 3 Kurau 11.578 11.578 100,31 4 Bumi Makmur 11.831 11.831 102,10 5 Bati-bati 38.645 38.645 104,72 6 Tambang Ulang 14.925 14.925 104,87 7 Pelaihari 63.895 63.895 103,55 8 Bajuin 15.957 15.957 106,99 9 Batu Ampar 23.233 23.233 107,92 10 Jorong 29.002 29.002 112,89 11 Kintap 38.118 38.118 111,83 Total 296.333 296.333 105,66 Sumber: Tanah Laut Dalam Angka 2011 Berdasarkan data Tanah Laut Dalam Angka 2011 yang diterbitkan oleh BPS, jumlah pencari kerja di Kabupaten Tanah Laut pada tahun 2010 adalah sebesar 6.805 orang. Latar belakang pendidikan dari pencari kerja ini sebagian besar adalah lulusan SLTA yaitu sekitar 56,91%, lulusan D3/S1/S2 sekitar 36,65%, sisanya berpendidikan SLTP kebawah. Tabel B-3 Banyaknya Pencari Kerja yang Terdaftar Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2010 No Tingkat Pendidikan Jumlah 1 SD dan sederajat 33 2 SLTP / sederajat 405 3 SLTA/ sederajat 3.873 4 Sarjana Muda 1.408 5 Sarjana 1.086 Total 6.805 Sumber: Tanah Laut Dalam Angka 2011 B.3 Upah Minimum Kabupaten Upah Minimum Kabupaten (UMP) Tanah Laut, tahun 2007 berjumlah Rp.745.000, tahun 2008 berjumlah Rp.825.000, tahun 2009 berjumlah Rp.930.000, tahun 2010 berjumlah Rp.1.024.500 dan tahun 2011 berjumlah Rp.1.126.000. Tabel B-4 Upah Minimum Kabupaten Tanah Laut Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 745.000 825.000 930.000 1.024.500 1.126.000 Peluang Investasi Daerah 4

B.4 Prasarana wilayah Kelistrikan Sebagian besar kebutuhan tenaga listrik di Tanah Laut dipenuhi oleh Perusahaan Umum Listrik Negara Wilayah VI Banjarmasin.Pembangkit listrik yang berada di Kabupaten Tanah Laut terletak di desa Asam-Asam, adalah pembangkit listrik tenaga uap yang menggunakan batubara sebagai bahan bakar dengan kapasitas terpasang sebesar 2 x 65 MW.Jumlah kwh yang dibangkitkan, kwh yang terjual dan jumlah pelanggan listrik terus meningkat setiap tahun. Berikut dibawah ini kondisi kelistrikan Kabupaten Tanah Laut pada tahun 2010: Tabel B-5 Jumlah Pelanggan Listrik, VA Terpasang, kwh Dibangkitkan, kwh Terjual dan Beban Puncak Menurut Kecamatan Tahun 2010 No PLN Ranting Jumlah VA Jumlah kwh Pelanggan Terpasang Dibangkitkan Terjual 1 Pelaihari, termasuk Batu Ampar & Bajuin 19.541 16.671.730 36.131.320 33.282.942 2 Bati-Bati, termasuk Tambang Ulang 9.635 15.670.850 32.625.880 29.758.084 3 Kurau, termasuk Bumi Makmur 4.684 2.539.070 6.131.200 3.911.356 4 Gunung Makmur/ Takisung 5.496 3.934.240 7.583.600 6.697.895 5 Panyipatan 3.811 2.646.340 4.428.800 4.054.803 Sumber: Tanah Laut Dalam Angka 2011 Air bersih Total 43.167 41.462.230 86.900.800 77.705.080 Penjualan air minum kepada pelanggan di Kabupaten Tanah Laut tahun 2009 adalah 713.624 m 3.Penjualan tersebut mengali penurunan pada tahun 2010 menjadi 692.513 m 3. Tabel B-6 Jumlah Pelanggan, Produksi dan Penggunaan Air Minum yang terjual Menurut Kecamatan Tahun 2010 Jumlah Produksi Penggunaan Terjual No Kecamatan Pelanggan [m 3 ] [m 3 ] [m 3 ] 1 Panyipatan 182 19.274 18.027 13.653 2 Takisung 217 21.978 20.930 15.504 3 Kurau 0 0 0 0 4 Bumi Makmur 0 0 0 0 5 Bati-Bati 746 19.101 18.194 13.476 6 Tambang Ulang 0 0 0 0 7 Pelaihari 3.870 767.837 731.793 512.365 8 Bajuin 0 0 0 0 9 Batu Ampar 177 15.044 14.091 10.652 10 Jorong 399 179.105 167.514 126.863 11 Kintap 0 0 0 0 Jumlah 5.591 1.022.339 970.549 692.513 Sumber: Tanah Laut Dalam Angka 2011 Peluang Investasi Daerah 5

Jalan raya Jalan raya merupakan prasarana pengangkutan darat yang penting untuk memperlancar kegiatan perekonomian. Kondisi jalan di Kabupaten Tanah Laut pada tahun 2010 adalah: No Jenis Permukaan Tabel B-7 Panjang Jalan Menurut Permukaan, Tahun 2010 Jalan Negara [km] Jalan Provinsi [km] Jalan Kabupaten [km] Jumlah [km] 1 Aspal 140,76 104,91 435,48 681,15 2 Kerikil 0 0 257,53 257,53 3 Tanah 0 0 153,64 153,64 4 Tidak Dirinci 0 0 56,39 56,39 Total 140,76 104,91 903,04 1.148,71 Sumber: Tanah Laut Dalam Angka 2011 Terdapatnya potensi sumberdaya alam yang dapat dikembangkan: Sumber daya lahan: Luas lahan di Kabupaten Tanah Laut berjumlah 372.930 Ha terdiri dari pemukiman/kampung 4.159 Ha (1,38 %), persawahan 40, 786 (10,94 %), tegalan 10.326 Ha (2,77 %), Kebun campuran 26.246 Ha (7, 04 %), perkebunan 45.424 Ha (12,18 %), Alang alang / semak 80.252 Ha (21, 52 %), hutan sejenis 39.380 Ha (10,70 %), hutan belukar 53. 415 Ha (14, 32 %),Hutan Lebat 65.064 Ha (17,45 %), rawa / danau 5.020 Ha (1,35 %), dan lain lain 1. 490 Ha (0,40 %). Sumber daya Pantai dan Kelautan: Potensi sumber daya pantai, dan kelautan di Kabupaten Tanah Laut saat ini dimanfaatkan untuk usaha perikanan, dan obyek wisata. Potensi penangkapan ikan di laut sebanyak 82.000 ton, perairan umum 1.476 ton, budidaya tambak 16,4 Ha, budidaya kolam 10 Ha, keramba 16,4 Ha dan budidaya mina padi 15,6 Ha. Garis pantai sepanjang kurang lebih 200 Km sangat potensial dimanfaatkan sebagai areal budidaya tambak baik untuk komoditas ikan maupun udang. Disamping itu juga sebagai Obyek wisata seperti Pantai Takisung, Batulima, Batakan, Swarangan, dan lain-lain. Sedangkan untuk kedepan pantai di Kabupaten Tanah Laut cukup prospektif untuk dikembangkan sebagai pelabuhan laut seperti pantai Swarangan, Muara kintap, Asam Asam maupun Muara Sabuhur (Sanipah). Sementara itu dengan berlakunya Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, maka Kabupaten Tanah Laut memiliki wilayah teritori di laut seluas 960 Km2. Kondisi ini tentunya sangat potensial untuk dikembangkan baik sebagai area budidaya perikanan, penangkapan ikan, pemasaran maupun ke pelabuhan. Peluang Investasi Daerah 6

Pelabuhan laut No Perusahaan Bidang Usaha Tabel B-8 Data Pelabuhan Khusus Regional Di Kabupaten Tanah Laut Tahun 2009 Desa Kecamatan Lokasi 1 PT.Restu Mulia Kencana Batubara Pandan Sari Kintap 115 11' 55,3" 2 PT.Astana Karya Batubara Pandan Sari Kintap 115 08' 41,2" 3 PT. Alkatara Batubara Sungai Cuka Kintap 115 19' 31,9" 4 PT. Mandiri Citra Batubara Pandan Sari Kintap 115 11' 34,7" Bersama 5 PT. Dewata Utama Batubara Pandan Sari Kintap 115 09' 0" 6 PT. Surya Sakti Dharma Kencana Sumber: Bidang LLAJ Batubara Kintap Kecil Kintap 115 14' 52,2" BT Koordinat LS 03 55' 54,1" 03 57' 11,1" 03 52' 51,9" 03 56' 19,4" 03 57' 40" 03 52' 33,4" Tabel B-9 Data Pelabuhan Khusus Nasional Di Kabupaten Tanah Laut Tahun 2009 No Perusahaan Lokasi Bidang Koordinat Usaha Desa Kecamatan BT LS 1 PT.Restu Mulia Kencana Batubara Pandan Sari Kintap 115 11' 55,3" 03 55' 54,1" 2 PT.Astana Karya Batubara Pandan Sari Kintap 115 08' 41,2" 03 57' 11,1" 3 PT. Alkatara Batubara Sungai Cuka Kintap 115 19' 31,9" 03 52' 51,9" 4 PT. Mandiri Citra Batubara Kintap 115 11' 34,7" Bersama Pandan Sari 03 56' 19,4" 5 PT. Dewata Utama Batubara Pandan Sari Kintap 115 09' 0" 03 57' 40" 6 PT. Surya Sakti Dharma Batubara Kintap 115 14' 52,2" Kintap Kecil Kencana 03 52' 33,4" Sumber: Bidang LLAJ Pola ruang wilayah kabupaten Tanah Laut menurut draft Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Tanah Laut Tahun 2011 2031 adalah sebagai berikut: B.5 Kawasan lindung Kawasan lindung yang dimaksud adalah kawasan hutan lindung yang terdiri dari: kawasan perlindungan setempat; kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya; dan kawasan rawan bencana alam. Peruntukan dan luas dan kawasan hutan lindung Kabupaten Tanah Laut adalah seperti tabel berikut: Peluang Investasi Daerah 7

Tabel B-10 Kawasan Hutan Lindung Kabupaten Tanah Laut No Peruntukan Luas [ha] 1 Kawasan Suaka Alam (KSA) 27.662 2 Hutan Lindung (HL) 15.861 3 Hutan Produksi Terbatas (HPT) 5.290 4 Hutan Produksi Tetap (HP) 71.658 5 Hutan Produksi Konservasi (HK) 12.174 Sumber: Draft Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Laut Tahun 2011-2031 Hutan lindung (HL) Kabupaten Tanah Laut tersebar di beberapa kecamatan, yaitu Kecamatan Bajuin, Kecamatan Bati-Bati, Kecamatan Batu Ampar, Kecamatan Kurau, Kecamatan Panyipatan, Kecamatan Pelaihari, Kecamatan Takisung dan Kecamatan Tambang Ulang. Kawasan perlindungan setempat terdiri atas: - Kawasan sempadan pantai; berada pada sepanjang pantai Kabupaten Tanah Laut meliputi pantai di Kecamatan Bumi Makmur, Kecamatan Kurau, Kecamatan Takisung, Kecamatan Panyipatan, Kecamatan Jorong dan Kecamatan Kintap dengan ketentuan sebagai berikut a) daratan sepanjang tepian laut dengan jarak minimal 100 m dari titik pasang air laut tertinggi ke darat; b) daratan sepanjang tepian laut yang bentuk dan kondisi fisik pantainya curam atau terjal dengan jarak proporsional terhadap bentuk dan kondisi pantai; C) mempertahankan kelestarian ekosistem pantai (mangrove dan terumbu karang) dengan memperkecil penggunaan/ alih fungsi pantai dari berbagai kegiatan yang menggunakan sempadan pantai. - Kawasan sempadan sungai; direncanakan sebesar kurang lebih 3.737,8 ha terdapat dikawasan sepanjang kiri kanan sungai, termasuk sungai buatan/ kanal/ saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting melestarikan fungsi sungai dengan ketentuan yang diatur dalam RTRW. - Kawasan sempadan irigasi. Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya adalah kawasan yang meliputi kawasan wisata alam (Kecamatan Pelaihari, Kecamatan Batakan), suaka alam (Kecamatan Batakan, Kecamatan Bajuin), kebudayaan dan situs sejarah (Kecamatan Takisung, Kecamatan bajuin). Kawasan rawan bencana alam meliputi: a) kawasan rawan banjir, adanya luapan banjir yang sering terjadi selama musim hujan dalam wilayah DAS yaitu semua kecamatan Bati-Bati; b) kawasan kebakaran, ditetapkan dengan kriteria lahan kritis pada bahan gambut yang telah mengalami proses pengeringan dimusim kemarauakan mudah terbakar dan menghasilkan kabut asap yang lama. Wilayah yang termasuk dalam kawasan ini adalah semua Kecamatan Bati-Bati. Peluang Investasi Daerah 8

B.6 Kawasan budidaya Kawasan budidaya yang dimaksud adalah kawasan yang digunakan sebagai tempat kegiatan untuk melakukan/memenuhi suatu kegiatan ekonomi.pada tabel berikut dijelaskan lebih detail mengenai kawasan peruntukan dan lokasinya di Kabupaten Tanah Laut. Tabel B-11 Kawasan Budidaya Kabupaten Tanah Laut Tahun 2011-2031 No Kawasan Peruntukan Lokasi Luas [ha] Keterangan 1 Permukiman Seluruh kecamatan 6.131,30 Dikembangkan pada pusat-pusat fasilitas umum yang terletak di pusat-pusat pertumbuhan 2 Industri Industri Sedang Kec. Bati-Bati 2.905 Industri pengolahan, pertanian dan pengolahan hasil laut sebagai penunjang minapolitan Industri Besar 3 Pertanian Tanaman Pangan Kec. Jorong dan Kec. Kintap lahan basah Seluruh kecamatan 54.467,14 lahan kering Seluruh kecamatan 66.077,14 Pertanian pangan 45.358 berkelanjutan Hortikultura Kec. Pelaihari 41 Kec. Bajuin 352 Kec. Kintap 132 Kec. Bati-Bati 13 Kec. Batu Ampar 56 Kec. Panyipatan 54 Kec. Takisung 12 Kec. Tambang Ulang 66 Kec. Kurau 24 Kec. Jorong 36 4.357 Industri pertambangan dan perkebunan Kec. Pelaihari, Batu Ampar, Batu Ampar, Panyipatan dan Kurau Pengembangan pusat agropolitan Peluang Investasi Daerah 9

4 Perkebunan Perkebunan rakyat seluruh kecamatan 16.955 Perkebunan negara seluruh kecamatan 3.290 Kawasan pengolahan besar suasta 5 Perikanan seluruh kecamatan 57.078 Perikanan tangkap seluruh kecamatan 6.582,55 Perikanan budidaya Kec. Kintap, Kurau Budidaya air tawar Pengolahan industri ikan 6 Pertambangan Gas metan batubara (GMB) Mineral logam Batubara Mineral bukan logam Batuan Kec. Kintap, Jorong, Panyipatan, Takisung dan Kurau (air laut) Kec. Bati-Bati, Kintap, Jorong, Kurau dan Panyipatan Kec. Bumi Makmur, Kurau, Bati-Bati, Tambang Ulang, Pelaihari, Panyipatan, Jorong, Batu Ampar, Kintap, dan 5 (lima) kilometer lepas pantai selatan Kecamatan Panyipatan, Jorong, dan Kintap Kecamatan Bati-Bati, Tambang Ulang, Pelaihari, Takisung, Panyipatan, Batu Ampar, dan Kintap Kecamatan Bati-Bati, Jorong, Kintap, Penyipatan dan Batu Ampar seluruh kecamatan seluruh kecamatan Budidaya air laut Meliputi industri kecil rumah tangga berbasis minapolitan Peluang Investasi Daerah 10

7 Pariwisata Budaya Alam 8 Lainnya Pesisir dan pulau-pulau kecil Pertahanan dan keamanan kawasan peruntukan dengan menjaga kelestarian dan penghijauan lingkungan dengan menunjang agrobisnis perikanan Kec. Batakan, Takisung, Bajuin Kec. Pelaihari, Takisung situs sejarah Taman wisata alam Sumber: Draft Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Laut Tahun 2011-2031 C. Peluang Investasi Peluang investasi yang diunggulkan pada saat ini di Kabupaten Tanah Laut adalah hilirisasi pengolahan bijih besi sesuai dengan yang telah dicanangkan sebagai program nasional MP3EI. C.1 Profil Peluang Investasi Hilirisasi Pengolahan Bijih Besi Beberapa profil investasi hilirisasi bijih besi yang menjadi informasi penting bagi calon investor adalah sebagai berikut: a. Membutuhkan energi yang besar untukmelakukan peleburan. Peleburan bijih besi membutuhkan energi yang relatif besar, sehingga wilayah yang memiliki energi yang besar dan relatif murah akan menjadi ekonomis bagi industri pengolahan bijih besi. Kabupaten Tanah Laut memiliki pembangkit listrik tenaga uap dengan menggunakan batubara sebagai bahan bakarnya.pembangkit listrik tersebut berada di desa Asam-Asam dan memiliki kapasitas terpasang sebesar 2 x 65 [MW].Batubara di kabupaten Tanah Laut maupun di provinsi Kalimantan Selatan cukup banyak.sehingga investor yang ingin membangun pembangkit listrik sendiri dapat membelinya dari perusahaan-perusahaan penambang batubara yang telah beroperasi (eksis) di Provinsi Kalimantan Selatan maupun di provinsi lainnya di pulau Kalimantan.Berikut sumberdaya dan cadangan batubara setiap Provinsi di Kalimantan. Peluang Investasi Daerah 11

Tabel C-1 Sumber Daya dan Cadangan Batubara Kalimantan, Tahun 2005 No Provinsi Kualitas (Kal/gr, adb) Sumberdaya [Juta Ton] Hipotetik Tereka Tertunjuk Terukur Jumlah Cadangan [Juta Ton] 1. Kalimantan Barat 2. Kalimantan Tengah 6.100 7.100 42,12 378,60 0 0 420,72 0 >7.100 0 104,00 1,32 1,48 106,80 0 42,12 482,60 1,32 1,48 527,52 0 <5.100 0 483,92 0 0 483,92 0 5.100 6.100 0 296,75 5,08 44,36 354,80 4,05 6.100 7.100 114,11 262,72 0 72,64 449,47 0 >7.100 0 247,62 0 77,02 324,64 44,54 114,11 1.291,01 5,08 194,02 1.612,83 48,59 3. Kalimantan Selatan <5.100 0 370,87 0 600,99 971,86 536,33 5.100 6.100 0 4.793,13 301,36 2.526,46 7.620,95 1.287,01 6.100 7.100 0 336,19 33,12 109,64 478,95 44,36 >7.100 0 17,62 0 12,00 29,62 0,14 4. Kalimantan Timur 0 5.517,81 334,48 3.249,09 9.101,38 1.867,84 <5.100 0 201,93 13,76 89,83 305,52 0 5.100 6.100 2.285,84 10.630,35 121,61 2.609,46 15.682,72 941,62 6.100 7.100 502,96 2.611,07 191,77 1.558,62 4.918,92 1.064,82 >7.100 90,11 60,84 4,48 14,40 169,82 65,24 2.878,90 13.504,19 331,62 4.272,31 21.076,98 2.071,68 Sumber: Pusat Sumber Daya Geologi, 2006 b. Kadar kandungan Fe bijih besi di Kabupaten Tanah Laut dibawah 65%. Menurut bulletin sumber daya geologi tahun 2009, hasil analisis komposisi kimia bijih besi Kalimantan Selatan menunjukkan kadar Fe tidak lebih dari 65%, baik pada laterit maupun metasomatik (magnetit dan hematit). Tabel C-2 Komposisi Kimia [%] Bijih Besi di Kalimantan Selatan Tipe Bijih Fe SiO 2 CaO MgO Al 2 O 3 Cr 2 O 3 P S Ni LOI Laterit 40-56 3-12 0,5-2 0,5-2 5-13 1 2,5 0,05-0,1 0,05-0,1 0,015 0,25 5-15 Peluang Investasi Daerah 12

Metasomatik (Magnetit & Hematit) 30-63 3-15 0,5-2 0,5-2 2-15 < 0,1 < 0,1 < 0,1 --- < 2 Sumber: Buletin Sumber Daya Geologi, Volume 4, No. 2, 2009 c. Industri hilirisasi pengolahan bijih besi bukan merupakan daftar negatif investasi menurut Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2010 tentang Daftar Bidang Usaha yang Terbuka Dengan Persyaratan Dibidang Penanaman Modal. d. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 7 Tahun tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral, melarang ekspor bijih besi mentah (sebagai raw material atau ore) melainkan harus diolah terlebih dahulu. Tabel berikut menerangkan batasan minimum pengolahan dan pemurnian komoditas tambang mineral logam yang diambil dari Lampiran I Peraturan Menteri ESDM No. 7 Tahun. Tabel C-3 Batasan Minimum Pengolahan dan Pemurnian Komoditas Tambang Mineral Logam No Bijih/ore Komoditas Mineral Produk Samping/ Sisa Hasil/ Mineral Ikutan Batasan Produk Minimum Untuk Dijual ke Luar Negeri 1 Bijih Besi Hematit Ilmenit Pirit Geotit/ laterit 2 Pasir besi Titanomagnetit Ilmetit Rutil Sumber: Peraturan Menteri ESDM No. 7, Tahun Sponge iron > 85% Fe Pig iron > 94% Fe Sponge iron > 80% Fe Logam paduan (alloy) > 88% Fe Pig Iron > 98% Fe Terak TiO 2 > 98% Logam paduan (alloy) > 65% Ti V 2 O 5 > 14,0% Logam paduan (alloy) > 65% V e. Pelarangan penggunaan jalan umum bagi kendaraan berat industri Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan No. 3 Tahun 2008 tentang Pengaturan Penggunaan Jalan Umum dan Jalan Khusus untuk Angkutan Hasil Tambang dan Hasil Perusahaan Perkebunan, melarang kendaraan berat industri menggunakan jalan umum. Sehingga kendaraan pembawa bahan baku bijih besi harus menggunakan jalan khusus yang telah ditetapkan oleh Gubernur.Hanya hasil tambang yang sudah berupa kemasan dan ditujukan untuk keperluan rumah tangga yang dapat diangkut melalui jalan umum Peluang Investasi Daerah 13

dengan pembatasan tonase sesuai dengan kelas jalan berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku. C.2 Peluang Pasar Pada saat ini konsumsi baja Indonesia adalah sekitar 37 kg/kapita. Dalam jangka menengah dan panjang, konsumsi baja di Indonesia pada tahun 2015 akan mencapai 43 kg/kapita dan pada tahun 2025 mencapai 100 kg/kapita, maka dibutuhkan pembangunan beberapa industri baja yang tersebar di seluruh Indonesia untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk mencapai konsumsi baja pada tahun 2025, maka terbuka peluang pasar sebesar 17,972 juta ton, dengan rincian sebagai berikut: Konsumsi besi baja Indonesia saat ini () adalah 37 kg/kapita dan pada tahun 2025 adalah 100 kg/kapita. Dengan mengasumsikan jumlah penduduk Indonesia pada tahun adalah 244 juta jiwa, maka jumlah besi yang dimiliki/dikonsumsi adalah 244 juta jiwa x 37 kg/kapita = 9.028 juta kilogram = 9,028 juta ton. Dengan mengasumsikan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2025 adalah 270 juta jiwa, maka total besi yang dikonsumsi adalah 270 juta jiwa x 100 kg/kapita = 27.000 juta kilogram = 27 juta ton. Maka dari tahun hingga 2025 akan terjadi penambahan konsumsi besi sebesar: 27 juta ton 9,028 juta ton = 17,972 juta ton. Adanya rencanajangka panjang konsumsi baja seperti yang diuraikan di atasdalam MP3EI 2011 2025, maka peluang pasar dalam negeri untuk hasil produk industri baja akan semakin besar. Tabel C-4 Rencana Pengembangan Industri Baja No Lokasi Industri Kapasitas Produksi [Juta Ton/Tahun] 1 Cilegon 4,5 2 Kalimantan 15 3 Lampung 5 4 Tersebar di Sulawesi, Sumatera, Maluku 5 Sumber: MP3EI 2011 2025 Disamping pangsa pasar yang besar, rantai nilai pada industri baja masih sangat menarik.hal ini terlihat pada perbedaan harga jual produk dan biaya operasional (profit) rata-rata industri melebihi 100%. No Tabel C-5 Rantai Nilai Industri Besi Baja Industri Biaya Operasional [USD/Ton] Harga Jual [USD/Ton] 1 Bijih Besi 25 35 55 60 Peluang Investasi Daerah 14

2 Konsentrat 15 25 100 120 3 Aglomerasi 10 20 180 200 4 Pembuatan besi (peleburan) 50 110 350 400 5 Pembuatan Baja 80-110 ± 700 Sumber: MP3EI 2011 2025 Berdasarkan pohon industri besi/baja yang diterbitkan oleh Kementerian Perindustrian tahun 2011, masih ada 12 (dua belas) jenis industri besi/baja yang belum ada di Indonesia dan tidak dilarang/dibatasi untuk melakukan ekspor, bahkan 7 (tujuh) jenis industri diantaranya mendapatkan insentif dari pemerintah berupa tax holiday dan tax allowance. Tabel C-6 Jenis Industri Besi/Baja yang Belum Ada di Indonesia No Produk Jenis Proses Insentif dan Disinsentif Pemerintah 1 Iron Ore Concentrate Ore Processing Pelarangan/ pembatasan ekspor 2 Pellet Aglomeration Pelarangan/ pembatasan ekspor 3 Sinter Aglomeration Pelarangan/ pembatasan ekspor 4 Iron Sand Concentrate Ore Processing Pelarangan/ pembatasan ekspor 5 Fe-Chrome & Alloys Iron Making Pelarangan/ pembatasan ekspor 6 Hot Bricket Iron Iron Making Tax holiday, tax allowance 7 Hot Metal Iron Making Tax holiday, tax allowance 8 Pig Iron Iron Making Tax holiday, tax allowance 9 Direct Reduced Iron Iron Making Tax holiday, tax allowance 10 Bloom Steel Making & Casting Tax holiday, tax allowance 11 Stainless Steel Slab Steel Making & Casting Tax holiday, tax allowance 12 Stainless Steel Billet Steel Making & Casting Tax holiday, tax allowance 13 Round Billet Hot Forming --- 14 Stainless Steel HRC Hot Forming --- 15 Stainless Steel Rod/Bar Hot Forming --- 16 Heavy Profile, Rail Finished Product --- 17 Stainless Steel Rod, Shaft Bar Finished Product --- Sumber: Kementerian Perindustrian 2011. Peluang Investasi Daerah 15

Gambar C-1 Pohon Industri Besi/Baja Disinsentif Insentif Sumber: Kementerian Perindustrian Tahun 2011 (pelarangan/pembatasan ekspor) (tax holiday, tax allowance) Bloom Heavy Profile, Rail Iron Ore Iron Ore Concentrate Pellet Sponge Iron Round Billet Seamless Pipe Construction Hot Bricket Iron Billet Wire Rod Wire PC-Wire, Wire Rope, Electrode Wire Building Oil & Gas Trans. Rod, Bold, Nut Automotive Sinter Hot Metal Profile, Deformed Bar Ship Pig Iron Bar Shaft Bar Railway Iron Sand Iron Sand Concentrate Direct Reduced Iron Slab Hot Rod Coil Cold Rolled Coil GI-Sheet, Galvanized-Aluminized- Coated-Sheet Tin Plate Agriculture Electronic Casing Plate, Welded-Pipe, Welded- Profile Defense Sudah ada industrinya Scrap Iron/Steel Cast Plate Plate, Heavy-Plate, Welded Pipe, Welded Profile Hosehold Belum ada industrinya Sebagian diimpor Penggunaan akhir Fe-Nickel Alloys Fe-Chrome & Alloys Stainless Steel Slab Stainless Steel Billet Stainless Steel HRC Stainless Steel Rod/Bar Stainless Steel CRC Stainless Steel Sheet Stainless Steel Rod, Shaft Bar Health Food Packaging Mining Ore Processing Aglomeration Iron Making Steel Making & Casting Hot Forming Cold Forming Finished Products Applications/ Industries Peluang Investasi Daerah 16

C.3 Ketersediaan Lahan Ketersediaan lahan bagi calon investor hilirisasi pengolahan bijih besi terdapat di Kecamatan Jorong dan Kintap, sesuai dengan draft Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Laut Tahun 2011-2031, bahwa peruntukan lahan bagi industri besar pengolahan hasil perkebunan dan pertambangan ditempatkan di kecamatan Jorong dan Kintap seluas 4.357 ha (lihat gambar Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Tanah Laut). Kawasan yang ditunjuk oleh pemerintah daerah tersebut tidak dibebaskan (dibeli) oleh pemerintah,tetapi pada kawasan tersebut pemerintah mengijinkan konversi peruntukan lahan menjadi lahan industri besar.pada saat ini lahan-lahan pada kawasan tersebut dimiliki oleh Pemerintah Daerah Tanah Laut, suasta dan masyarakat.dengan demikian calon investor diharapkan langsung melakukan negosiasi pembebasan tanah pada pemiliknya jika ingin melakukan investasi industri hilir besi. Gambar C-2 Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Tanah Laut Tahun 2011-2031 C.4 Ketersediaan Bahan Baku Berdasarkan data yang didapat dari Pusat Sumber Daya Geologi tahun 2008, bijih besi sebagai bahan baku industri hilir besi/baja di kabupaten tanah laut tersebar dibeberapa tempat. Tempat yang memiliki cadangan terkira (probable) besi primer (bijih dan logam) yang besar di Peluang Investasi Daerah 17

Kabupaten Tanah Laut adalah Riampinang, Gunung Tembaga dan Tanjung.Sumber daya besi primer terukur (measured) jumlahnya melebihi 1,5 juta ton, berada di daerah Pontain dan Tebing Siring. Sedangkan sumber daya besi primer tereka (inferred) lebih dari seratus tujuh puluh ribu ton. Tabel C-7 Sumber Daya dan Cadangan Besi Primer di Kabupaten Tanah Laut Tahun 2008 Sumber Daya [Ton] Cadangan [Ton] No Lokasi Tereka Terukur Terkira Bijih Logam Bijih Logam Bijih Logam 1 Pontain --- --- 1.197.000 778.050 --- --- 2 Tebing Siring --- --- 1.149.200 625.049,88 --- --- 3 Riampinang --- --- --- --- 1.149.000 746.850 4 Tanah 132.000 41.870,40 --- --- --- --- Ambungan 5 Tanjung --- --- --- --- 177.200 79.740 6 Gg. Tembaga --- --- --- --- 889.000 556.247,30 7 Melati --- --- --- --- 108 60,48 8 Batukora --- --- --- --- 155 79,67 9 Ulin --- --- --- --- 512 259,07 10 Koratein --- --- --- --- 30 19,97 Jumlah 132.000 41.870,40 2.346.200 1.403.100 2.216.005 1.383.256 Sumber: Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2008 Menurut penggolongan/ metode Mc. Kelvy, penghitungan cadanganbesi primer Kabupaten Tanah laut: ketelitiannya tinggi, layak dan ekonomis untuk dieksploitasi. Sehingga calon investor mendapat kepastian akan adanya ketersediaan bahan baku bijih besi di kabupaten tersebut. Tabel C-8 Penggolongan Sumber Daya dan Cadangan (Mc. Kelvy, 1973) Kelayaka Ekonomis n Marginal Penemuan Sumberdaya Sumberdaya Umum (Measured) Cadangan Mungkin (Possible) Sumberdaya Tereka (Infered) Cadangan Terkira (Probable) Sumberdaya Terunjuk (Indicated) Cadangan Terbukti (Proved) Sumberdaya Terukur (Measured) Tingkat Ketelitian Menurut data yang yang didapat dari Sekretaris Daerah Bidang Penenanaman Modal Pemerintah Kabupaten Tanah Laut pada tahun, penambang bijih besi yang dapat Peluang Investasi Daerah 18

menjadi pemasok bahan baku bagi calon investor industri hilir besi adalah Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan produksi per bulan sebanyak 30.000 ton dan masyarakat dengan luas tambang ± 1.907 ha yang memiliki potensi bijih besi sebesar 50 juta ton. No Tabel C-9 Masyarakat Penambang Bijih Besi (Pemasok Bahan Baku), Tahun 2011 Alamat (Desa, Kecamatan) Koordinat 1 Tebing Siring, Kec. Bajuin 03 0 40 14,88 114 0 55 15,6 2 Sei Bakar Pemalongan, Kec. Bajuin 03 0 47 00,96 114 0 52 39,00 3 Pemalongan, Kec. Bajuin 03 0 48 33,48 114 0 51 32,76 4 Pemalongan, Kec. Bajuin 03 0 47 43,8 114 0 54 38,52 5 Ambungan, Kec. Pelaihari 6 Gn. Melati, Kec. Pelaihari 7 Tampang, Kec. Pelaihari 8 Sungai Riam, Kec. Pelaihari 9 Sumber Mulya, Kec. Pelaihari 10 Tanjung, Kec. Bajuin 11 Ketapang Kec. Bajuin 12 Bumi Jaya, Kec. Pelaihari 03 0 44 31,2 114 0 47 15,72 03 0 50 13,2 114 0 48 14.04 03 0 51 38,52 114 0 46 39,0 03 0 53 17,52 114 0 45 51,12 03 0 52 09,84 114 0 47 17,52 03 0 43 44,04 114 0 50 35,88 03 0 47 09,6 114 0 49 45,48 03 0 49 47,28 114 0 48 26,28 Luas Lahan [Ha] 176,2 451,9 112,3 196 89 44 41 197,8 279 62 164,8 91,7 Total 1.907 Sumber: Sekretaris Daerah Bidang Penenanaman Modal Pemerintah Kabupaten Tanah Laut C.5 Besaran Investasi Tabel C-10 Besaran Investasi Berdasarkan Jenis Industri No Industri Kondisi Investasi Operasional/Ton [USD] Harga Jual/Ton [USD] Keuntungan/Ton [USD] 1. Bijih Besi Minimum 35 55 20 Maksimum 25 60 35 Peluang Investasi Daerah 19

2. Konsentrat Minimum 25 100 75 Maksimum 15 120 105 3. Aglomerasi Minimum 20 180 160 Maksimum 10 200 190 4. Pembuatan Besi (peleburan) 5. Pembuatan Baja Minimum 110 350 240 Maksimum 50 400 350 Minimum 110 700 590 Maksimum 80 700 620 Jika investor mampu mendapatkan bahan baku sebanyak 1 juta ton dari penambang di Kabupaten Tanah Laut, maka nilai investasi yang dibutuhkan yang dibutuhkan berkisar antara 10-700 [juta USD]. C.6 Ketentuan Investasi di Provinsi, Hukum dan Peraturan Terkait Beberapa hukum dan peraturan yang terkait dengan investasi hilirisasi pengolahan bijih besi adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian. 2. Peraturan Menteri Keuangan No. 75/PMK.011/ tentang Penetapan Barang Ekspor yang Dikenakan Bea Keluar dan Tarif Bea Keluar. 3. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 34 Tahun 2009 tentang Pengutamaan Pemasokan Kebutuhan Mineral dan Batubara untuk Kepentingan Dalam Negeri. 4. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 07 Tahun tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melaui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral. 5. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 11 Tahun tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 07 Tahun tentangpeningkatan Nilai Tambah Mineral Melaui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral. 6. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan No. 3 Tahun 2008 tentang Pengaturan Penggunaan Jalan Umum dan Jalan Khusus untuk Angkutan Hasil Tambang dan Hasil Perusahaan Perkebunan. Peluang Investasi Daerah 20