PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG BIJI RAMBUTAN TERHADAP WARNA DAN DAYA TERIMA BISKUIT UBI GARUT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2010 mengimpor terigu sebesar kg, untuk tahun

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG BIJI RAMBUTAN TERHADAP WARNA DAN DAYA TERIMA BISKUIT UBI GARUT

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini ketergantungan masyarakat terhadap tepung terigu untuk

EVALUASI MUTU KUKIS YANG DISUBSTITUSI TEPUNG SUKUN

KAJIAN SIFAT FISIKOKIMIA DAN SENSORI TEPUNG UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas blackie) DENGAN VARIASI PROSES PENGERINGAN

PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DAN UJI ORGANOLEPTIK PRODUK OLAHAN MAKANAN DENGAN BAHAN DASAR KENTANG DAN UBI JALAR

PEMANFAATAN TEPUNG UMBI GARUT (Maranta arundinaceae L.) DALAM PEMBUATAN BUBUR INSTAN DENGAN PENCAMPURAN TEPUNG TEMPE SKRIPSI

Tekstur biasanya digunakan untuk menilai kualitas baik tidaknya produk cookies.

EVALUASI MUTU KUKIS BERBAHAN TEPUNG UBI JALAR UNGU (Ipomea batatas L.), TEPUNG TEMPE DAN TEPUNG UDANG REBON (Acetes erythraeus)

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH PERBANDINGAN TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG PATI GARUT (Maranta Arundinacea L) PADA DAYA KEMBANG DAN DAYA TERIMA DONAT NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. seperti selulosa, hemiselulosa, dan pektin. Karbohidrat pada ubi jalar juga

BAB I PENDAHULUAN. Mie merupakan jenis makanan hasil olahan tepung yang sudah. dikenal oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Mie juga merupakan

I PENDAHULUAN. hidup dan konsumsinya agar lebih sehat. Dengan demikian, konsumen saat ini

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan, seperti bagian biji yang dibuang begitu saja.

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengkonsumsi berbagai jenis pangan sehingga keanekaragaman pola

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian. dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan bernilai gizi tinggi seperti kacang

Disusun Oleh. Devie Triyanaa J FAKULTAS

SUBSTITUSI TEPUNG KACANG HIJAU (Phaseolus radiathus L) DALAM PEMBUATAN BISKUIT KIMPUL (Xanthosoma sagittifolium (L) schott)

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi

SIFAT FISIK DAN KESUKAAN SENSORIS KULIT BAKPIA YANG DISUBSITUSI DENGAN TEPUNG SINGKONG NASKAH PUBLIKASI

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu

3.1. Produk Biskuit Brokoli dan Jambu Biji Fresh dan Bubuk B1 B2 B3 B4

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maka perlu untuk segera dilakukan diversifikasi pangan. Upaya ini dilakukan

PEMBUATAN ROMO (ROTI MOCAF) YANG DIPERKAYA DENGAN TEPUNG KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) SEBAGAI SUMBER PROTEIN SKRIPSI OLEH:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dikalangan masyarakat sedang marak mengkonsumsi ubi jalar ungu. Ubi

BAB I PENDAHULUAN. yang rentan mengalami masalah gizi yaitu kekurangan protein dan energi.

PENGARUH KONSENTRASI NATRIUM METABISULFIT (Na2S2O5) DAN LAMA PERENDAMAN TERHADAP KARAKTERISTIK TEPUNG KECAMBAH KEDELAI

BAB I PENDAHULUAN. penderita DM pada tahun 2013 (2,1%) mengalami peningkatan dibandingkan

Bab I. Pendahuluan I-10 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data WHO (2000), 57 juta angka kematian di dunia setiap

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG SUKUN (Artocarpus altilis) DALAM PEMBUATAN MIE BASAH TERHADAP KOMPOSISI PROKSIMAT, ELASTISITAS DAN DAYA TERIMA

I PENDAHULUAN. Pemikiran, 1.6 Hipotesis Penelitian, dan 1.7 Tempat dan Waktu Penelitian.

POTENSI TEPUNG BIJI NANGKA (Artocarpus heterophyllus) DALAM PEMBUATAN KUKIS DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG TEMPE. Riau. Riau

Disusun Oleh : J

BAB I PENDAHULUAN. bahan pangan lokal, termasuk ubi jalar (Erliana, dkk, 2011). Produksi ubi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I PENDAHULUAN. 6. Hipotesis Penelitian, dan 7. Waktu dan Tempat Penelitian. keperluan. Berdasarkan penggolongannya tepung dibagi menjadi dua, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah pengidap diabetes melitus (diabetesi) di dunia saat ini terus

1 I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

I. PENDAHULUAN. Sayur-sayuran dan buah-buahan adalah jenis komoditi pertanian yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. baik di daerah tropis salah satunya yaitu tanaman munggur. Tanaman ini

BAB I PENDAHULUAN. berjalan berdampingan. Kedua proses ini menjadi penting karena dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai masalah yang berkaitan dengan pangan dialami banyak

I. PENDAHULUAN. kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis

BAB I PENDAHULUAN. berbentuk semi padat yang biasa dikonsumsi sebagai makanan selingan

BAB I PENDAHULUAN. penganekaragaman produk pangan, baik berupa serealia (biji-bijian), tahun terjadi peningkatan konsumsi tepung terigu di

UJI KADAR PROTEIN DAN UJI ORGANOLEPTIK BISKUIT DENGAN RATIO TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG DAUN KELOR

ARTIKEL ILMIAH TINGKAT PENGEMBANGAN DAN DAYA TERIMA BOLU KUKUS YANG DIFORMULASI SEBAGIAN DENGAN TEPUNG SUKUN

I PENDAHULUAN. berlebihan dapat disinyalir menyebabkan penyakit jantung dan kanker. Menurut

NASKAH PUBLIKASI. KUALITAS BISKUIT DENGAN KOMBINASI TEPUNG PISANG KEPOK PUTIH (Musa paradisiaca forma typica) DAN TEPUNG TEMPE

PENGARUH PENAMBAHAN KOSENTRAT PROTEIN IKAN GABUS (Channa striata) TERHADAP MUTU KUE SEMPRONG. Oleh:

I. PENDAHULUAN. Saat ini masyarakat mengkonsumsi mie sebagai bahan pangan pokok

BAB I PENDAHULUAN. bersifat praktis. Salah satu contohnya dalam memenuhi kebutuhan nutrisi

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan Energi Protein (KEP) merupakan salah satu. permasalahan gizi di Indonesia (Herman, 2007). Balita yang menderita KEP

Karakteristik dan Komposisi Kimia Jagung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. ketergantungan terhadap tepung terigu, maka dilakukan subtitusi tepung terigu

TINJAUAN PUSTAKA. berat kering beras adalah pati. Pati beras terbentuk oleh dua komponen yang

POTENSI TEPUNG UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas L.), TEPUNG TEMPE DAN TEPUNG UDANG REBON DALAM PEMBUATAN KUKIS

FORMULASI COOKIES DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG KACANG MERAH DAN TEPUNG KEDELAI : EVALUASI SIFAT SENSORIS, FISIK, DAN KIMIA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. antara lain serealia, palmae, umbi-umbian yang tumbuh subur di hampir

I PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan sumber daya tanaman umbi-umbian, termasuk aneka

PENGARUH BERBAGAI FILLER (BAHAN PENGISI) TERHADAP SIFAT ORGANOLEPTIK BEEF NUGGET

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi

4. PEMBAHASAN 4.1. Analisa Kimia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

KUALITAS MIE BASAH DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG BIJI KLUWIH (Artocarpus communis G.Forst)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepung terigu yang ditambahkan dengan bahan bahan tambahan lain, seperti

BAB I PENDAHULUAN. talas memiliki ukuran granula pati yang sangat kecil yaitu 1-4 µm. ukuran

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengkukusan kacang hijau dalam pembuatan noga kacang hijau.

I PENDAHULUAN. Karakteristik tepung yang digunakan akan menentukan karakteristik cookies yang

mi. Sekitar 40% konsumsi gandum di Asia adalah mi (Hoseney, 1994).

I. PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

HASIL DAN PEMBAHASAN

KOMPARASI UJI KARBOHIDRAT PADA PRODUK OLAHAN MAKANAN DARI TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG BIJI RAMBUTAN (Nephelium lappaceum Linn)

BAB I PENDAHULUAN. oleh konsumen rumah tangga dan industri makanan di Indonesia. Tepung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dibuat dengan menambahkan santan, gula merah, daun pandan dan. pisang.menurut Veranita (2012), bolu kukus adalah bolu yang berbahan

PEMANFAATAN TEPUNG KIMPUL

PENGARUH PERBANDINGAN TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG BIJI NANGKA TERHADAP KOMPOSISI PROKSIMAT DAN SIFAT SENSORIK KUE BOLU KUKUS

I PENDAHULUAN. Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. SUSENAS 1999 sampai dengan 2007 menunjukkan bahwa pola konsumsi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan kue tradisional, salah satu jenis kue tradisional di

PENDAHULUAN. terigu dari negara Timur Tengah seperti Turki, Srilanka, dan Australia. Impor

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah penduduk indonesia setiap tahun menyebabkan

SUBTITUSI TEPUNG UBI JALAR DALAM PEMBUATAN BOLU GULUNG SWEET POTATO FLOUR SUBSTITUTION OF ROLL CAKE

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

SIFAT ORGANOLEPTIK, OVERRUN, DAN DAYA TERIMA ES KRIM YANG DIBUAT DARI CAMPURAN SUSU KEDELAI DAN SUSU SAPI DENGAN PERBANDINGAN YANG BERBEDA

PENGARUH TEPUNG KOMPOSIT JAGUNG (Zea mays l), KACANG HIJAU DAN UBI JALAR KUNING TERHADAP TINGKAT PENGEMBANGAN DAN DAYA TERIMA BOLU KUKUS

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. ubi jalar merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi ketergantungan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pengganti nasi. Mi termasuk produk pangan populer karena siap saji dan

Transkripsi:

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG BIJI RAMBUTAN TERHADAP WARNA DAN DAYA TERIMA BISKUIT UBI GARUT PUBLIKASI ILMIAH Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Penyelesaian Program Studi Stara 1 pada Jurusan Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Oleh: RADEN RORO AYUNING DYAH PRADIPTA J 310 110 023 PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016 i

ii

iii

4

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG BIJI RAMBUTAN TERHADAP WARNA DAN DAYA TERIMA BISKUIT UBI GARUT Abstrak Biskuit garut adalah biskuit yang terbuat dari tepung garut. Biskuit garut akan disubstitusikan dengan tepung biji rambutan. Dampak dari substitusi tepung biji rambutan akan memberikan pengaruh warna dan daya terima terhadap biskuit ubi garut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh substitusi tepung biji rambutan terhadap warna dan daya terima biskuit ubi garut. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan substitusi tepung biji rambutan yaitu 0%, 5%, 10%, dan 15%. Data analisis warna, dan daya terima biskuit ubi garut dianalisis menggunakan uji statistik one way Anova dan kemudian jika ada perbedaan dilanjutkan uji Duncan dengan taraf signifikansi 95%.Hasil nilai kecerahan (L) tertinggi adalah 45,96. Nilai kemerahan (a) tertinggi adalah 11,12. Nilai kekuningan (b) tertinggi adalah 25,81.Skor daya terima warna tertinggi adalah 5,27, untuk aroma adalah 5,17, untuk rasa adalah 5,03, untuk tekstur adalah 5,43 dan untuk keseluruhan adalah 5,27. Kesimpulan : Ada pengaruh warna terhadap pengaruh substitusi tepung biji rambutan terhadap biskuit ubi garut. ada pengaruh daya terima terhadap pengaruh substitusi tepung biji rambutan terhadap biskuit ubi garut. biskuit yang paling disukai adalah biskuit ubi garut dengan substitusi tepung biji rambutan 0%. Saran : Berdasarkan daya terima panelis, disarankan substitusi 15% tepung biji rambutan pada bisuit ubi garut. Kata Kunci: Tepung Biji Rambutan, Tepung Ubi Garut, Warna, Daya Terima, biskuit Abstract Arrowroot biscuits is biscuit made from arrowroot flour. Rambutan seeds flour can be used as substituents of arrowroot biscuit. The impact of the rambutan seeds flour substitution will effect of colors and acceptabillity on arrowroot biscuits. The purpose of this study was to determine the effect the substitution of rambutan seeds flour on colors and acceptabillity of arrowroot biscuit. The completely randomized design was used in the research with 4 treatments substitution of tempeh flour were 0%, 5%, 10%, and 15%. Data of color, and acceptabillity of arrowrot biscuit were analyzed using one-way ANOVA and followed by Duncan at significance level of 95%. The higher value of lightness colour of arrowroot biscuits is 45,96.The higher value of redness colour is 11,12. The higher value of yellowness colour is 25,81. The higher score of colour acceptabillity is 5,27. The higher score of flavor acceptability is 5,17 The higher score of taste acceptabillity is 5,03. The higher score of texture acceptabillity is 5,43 and the higher score of overall acceptabillity is 5,27. There is an effect by the substitution of rambutan seeds flour to the colour of arrowroot biscuits. There is an effect by the substitution of rambutan seeds flour to the acceptability of arrowroot biscuits. Based on acceptabillity of arrowroot biscuit, to substitute 15% rambutan seed in arrowroot biscuits. Keywords: Rambutan Seed Flour, Arrowroot Flour, Colour, Acceptabillity, Biscuits. 1

1. PENDAHULUAN Ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap konsumsi tepung terigu cukup tinggi. Berbagai produk pangan yang diolah, sebagian besar menggunakan tepung terigu. Berdasarkan data BPS (2012) Indonesia pada tahun 2010 mengimpor terigu sebesar 69.489.302 kg, untuk tahun 2011 Indonesia mengimpor terigu 69.877.802 kg. Ini memperlihatkan perkembangan tingkat konsumsi gandum masyarakat per kapita dari tahun ke tahun semakin meningkat. Indonesia memiliki banyak jenis bahan pangan lokal yang dapat digunakan untuk menunjang ketahanan pangan nasional. Bahan pangan lokal tidak hanya tersedia dalam jumlah besar tetapi juga memililki nilai produktivitas tinggi dan kandungan gizi yang baik. Tanaman garut (maranta arundinacea L.) telah dirancang pemerintah sebagai salah satu komoditas bahan pangan yang memperoleh prioritas untuk dikembangkan karena memiliki potensi sebagai pengganti tepung terigu (Husniarti, 2001). Umbi garut mengadung karbohidrat sebesar 85,2 gram dan zat besi sebesar 1,5 gram yang lebih tinggi dengan kandungan lemak sebesar 0,20 gram yang lebih rendah dibandingkan tepung terigu yang hanya mengandung karbohidrat sebesar 77,3 gram, zat besi sebesar 3,5 gram dan lemak sebesar 1 gram. Umbi garut dapat diolah menjadi tepung oleh karena kandungan karbohidrat yang tinggi, di industri makanan tepung umbi garut digunakan sebagai pengental, zat penstabil, pengenyal makanan, bumbu, sup, permen, pudding dan es krim. Salah satu contoh produk pangan yang sekarang banyak beredar di pasaran adalah biskuit. Biskuit merupakan salah satu jenis kue kering yang renyah dan agak keras dengan rasa yang beraneka ragam (Matz, 1962). Biskuit termasuk dalam jenis kue kering yang tidak memerlukan protein tinggi pada pembuatannya sehingga tepung garut dapat digunakan sebagai alternatif bahan dasar dalam pembuatan biskuit (Marsono et al, 2005). Menurut Marsono (2002) Djaafar, et al., (2010) umbi garut memiliki nilai gizi lebih karena indeks glikemiknya lebih rendah (14) dibanding umbi-umbian lainnya, seperti gembili (90), kimpul (95), ganyong (105) dan ubi jalar (179). Indeks glikemik menyatakan ukuran kenaikan kadar gula darah seseorang setelah mengkonsumsi makanan yang bersangkutan. Makin tinggi indeks glikemik, berarti makanan tersebut makin tidak baik dikonsumsi, terutama bagi penderita diabetes. 2

Salah satu cara untuk meningkatkan kandungan gizi biskuit untuk penderita diabetes adalah dengan menambahkan tepung biji rambutan. Menurut Melisa (2006), biji rambutan dipilih karena mengandung polifenol. Polifenol banyak ditemukan dalam buah-buahan, sayuran serta biji-bijian. Polifenol sebagai salah satu sumber antioksidan, yang mampu menangkal radikal bebas yang dapat menganggu sistem metabolisme maupun fungsi dan susunan sel di dalam tubuh (Setiawan, 2010). Berdasarkan penelitian Rahayu (2013), bahwa seduhan biji rambutan memiliki efek mengurangi tingkat gula darah dan berat badan yang diuji coba pada tikus. Penambahan tepung biji rambutan akan memberi pengaruh warna dan daya terima pada biskuit tepung garut. Menurut Maemunah (2008), produk yang dihasilkan dari tepung biji rambutan akan memberikan warna kuning kecoklatan yang dipengaruhi dari biji rambutan yang memiliki warna asli kuning. Warna merupakan parameter yang pertama yang menentukan tingkat penerimaan konsumen terhadap suatu produk. Pengukuran warna pada biskuit dapat diperoleh tiga nilai yang diubah menjadi tiga rotasi warna yaitu L. a. b. Nilai L merupakan parameter yang menyatakan cahaya pantul yang menghasilkan warna kromatik putih, abu-abu dan hitam. Parameter ini memperlihatkan tingkat kecerahan (light). Nilai a menyatakan warna kromatik dari hijau sampai merah, dengan nilai a+ dari 0 hingga 100 untuk merah dan nilai a dari 0 hingga (-80) untuk warna hijau. Nilai b menyatakan warna kromatik biru dan kuning, dengan nilai b positif untuk warna kuning 0 dari 0 hingga 70 dan nilai b negatif dari 0 hingga (-70) untuk warna biru (Soekarta, 1990). Berdasarkan latar belakang tersebut perlu dilakukan penelitian tentang subtitusi tepung biji rambutan terhadap warna dan daya terima biskuit ubi garut. 2. METODE Penelitian ini menurut jenisnya merupakan penelitian eksperimen. Rancangan penelitian yang dilakukan adalah rancangan acak lengkap dengan 4 (empat) perlakuan substitusi. Perlakuan A : Substitusi tepung biji rambutan 0% Perlakuan B : Substitusi tepung biji rambutan 5% Perlakuan C : Substitusi tepung biji rambutan 10% Perlakuan D : Substitusi tepung biji rambutan 15%. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Warna Warna pada bahan dan produk pangan dibentuk oleh adanya pigmen yang alami terkandung pada bahan pangan atau pewarna yang sengaja di tambahkan. Warna biskuit garut dengan substitusi tepung biji rambutan 0%, 5%, 10% dan 15% meliputi L, a dan b yang dapt dilihat pada Tabel 1: 3

Tabel 1. Warna Biskuit Substitusi L a b 0% 45,96 d ± 0,457 6,95 a ±0,326 25,76 c ± 0,429 5% 44,46 c ± 0,822 7,55 a ± 0,578 25,24 bc ± 0,347 10% 37,53 b ± 1,020 11,12 b ± 0,017 25,81 b ± 0,707 15% 34,66 a ± 0,382 10,90 b ± 0,285 23,59 a ± 0, 182 Nilai p 0,000 0,000 0,002 Hasil uji anova menunjukan bahwa ada pengaruh substitusi tepung biji rambutan terhadap nilai L,a dan b biskuit garut yang ditunjukan dengan nilai signifikan <0,005. a. Kecerhan (L) Nilai L yang paling tinggi adalah biskuit garut dengan substitusi tepung biji rambutan 0% sebesar 45,96. Nilai L yang paling rendah adalah biskuit dengan substitusi tepung biji rambutan sebesar 15% sebesar 34,66. Semakin tinggi substitusi tepung biji rambutan maka tingkat nilai kecerahan biskuit garut semakin menurun. Hal ini sesuai dengan penelitian Maemunah (2008) yang menyatakan bahwa penambahan substitusi tepung biji rambutan akan memberikan warna kuning kecoklatan pada cake. Warna kuning kecoklatan yang dihasilkan dipengaruhi dari biji rambutan yang memiliki warna asli kuning kecoklatan dan hasil produk yang dihasilkan akan berwarna agak gelap. Reaksi Maillard juga merupakan salah satu penyebab yang mempengaruhi nilai kecerahan pada biskuit garut. Reaksi Maillard merupakan reaksi browning non enzimatis yang berkaitan dengan gugus gula pereduksi seperti fruktosa, laktosa dan maltosa dalam suasana panas menyebabkan warna bahan makanan menjadi kecoklatan. Reaksi Maillard pada biskuit dapat terjadi karena proses pemanggangan dengan suhu diatas 1150C (Winarno, 2006). b. Kemerahan (a) Nilai a paling tinggi terdapat pada substitusi tepung biji rambutan 10% sebesar 11,12. Nilai b terendah terdapat pada substitusi tepung biji rambutan 0% sebesar 6,95. Nilai kemerahan pada biskuit disebabkan oleh kandungan pigmen antosianin pada biji rambutan. Antosianin merupakan pigmen alam yang menghasilkan warna merah yang banyak terdapat pada bunga dan buahbuahan. Menurut De Man (1997), pigmen antosianin terdapat dalam cairan sel tumbuhan, 4

senyawa ini berbentuk glikosida dan menjadi penyebab warna merah yang banyak terdapat pada buah dan sayur. c. Kekuningan (b) Nilai b paling tinggi terdapat pada substitusi tepung biji rambutan 10% sebesar 25,81 sedangkan nilai b terendah pada substitusi 15% sebesar 15%. Warna kuning yang dihasilkan pada biskuit akibat adanya senyawa flavonoid pada tepung biji rambutan. Flavonoid merupakan pigmen tumbuhan dengan warna kuning, kuning jeruk dan merah yang dapat ditemukan pada sayur dan buah-buahan. Senyawa ini berperan penting dalam menentukan warna, rasa, bau serta kualitas nutrisi makanan (Lenny, 2006) 2. Daya Terima Daya terima pada biskuit ubi garut dengan substitusi )%, 5%, 10% dan 15% meliputi warna, aroma, rasa, tekstur dan keseluruhan yang dapat dilihat pada Tabel 2: Substitusi Tepung Rambutan Tabel 2. Daya Terima Biskuit Warna Aroma Rasa Tekstur Keseluruhan 0% 5.27 b ± 1,388 5.10 b ± 1,322 4.90 b ± 1,470 5.43 b ± 1,006 5.27 b ± 1,230 5% 4.57 b ± 1,524 4.53 ab ± 1,548 4.50 b ± 1,676 5.00 b ± 1,414 4.63 b ± 1,426 10% 3.43 a ± 1,431 3.87 a ± 1,456 3.33 a ± 1,348 3.93 a ± 1,258 3.70 a ± 1,179 15% 4.90 b ± 1,398 5.17 b ± 1,147 5.03 b ± 1,273 5.10 b ± 1,094 5.10 b ± 1,094 Nilai p 0.000 0.001 0.000 0.000 0.000 Hasil uji anova menunjukan ada pengaruh substitusi tepung biji rambutan terhadap daya terima warna, aroma, rasa, tekstur dan keselurhan biskuit ubi garut dengan nilai signifikan <0,005. a. Warna Skor daya terima tertinggi adalah biskuit dengan substitusi 0% sedangkan skor terendah adalah biskuit dengan substitusi 10% tepung biji rambutan. Turunnya kecerahan biskuit garut mempengaruhi daya terima panelis terhadap biskuit. Substitusi tepung biji rambutan 10% menyebabkan biskuit berwarna kuning kecoklatan yang tidak disukai oleh panelis. b. Aroma Skor daya terima tertinggi adalah biskuit dengan substitusi 15% sedangkan skor terendah adalah biskuit dengan substitusi 10% tepung biji rambutan. Tingginya substitusi tepung biji rambutan memberikan aroma yang kuat akibat reaksi Maillard. Reaksi Maillard dalam makanan dapat berfungsi untuk menghasilkan flavor dan aroma (Azizah, 2012). c. Rasa Skor daya terima tertinggi adalah biskuit dengan substitusi 15% sedangkan skor terendah adalah biskuit dengan substitusi 10% tepung biji rambutan. Panelis paling suka terhadap biskuit 5

garut dengan substitusi tepung biji rambutan sebesar 15%, hasil ini menyatakan bahwa rasa pahit yang ditimbullkan oleh polifenol pada biji rambutan dapat diterima oleh panelis. Hal ini sesuai dengan penelitian Ristiana (2014) yang menyatakan bahwa rasa pahit yang ditimbulkan oleh penambahan substitusi biji rambutan masih bisa diterima oleh panelis, substitusi tepung biji rambutan dibawah 50% masih dapat diterima oleh panelis. d. Tekstur Skor daya terima tertinggi adalah biskuit dengan substitusi 0% sedangkan skor terendah adalah biskuit dengan substitusi 10% tepung biji rambutan. Panelis paling menyukai biskuit dengan substitusi 0% tepung biji rambutan. Biskuit garut substitusi 0% menggunakan 100% tepung ubi garut. menurut Winarno (2006) kadungan amilosa sebesar 17-20% pada tepung garut akan memberikan sifat keras terhadap tekstur. Kandungan inilah yang akan mempengaruhi daya terima pada biskuit. Pengaruh oleh bahan dasar, ketebalan cetakan dan suhu oven dapat menghasilkan tekstur biskuit. Proses pencampuran bahan, pencetakan dan pemanggangan juga berpengaruh terhadap biskuit (Ristiana, 2014). e. Keseluruhan Skor daya terima tertinggi adalah biskuit dengan substitusi 0% sedangkan skor terendah adalah biskuit dengan substitusi 10% tepung biji rambutan. Penilaian panelis terhadap kesukaan keseluruhan dipengaruhi oleh warna, aroma, rasa dan tekstur (W, A, R dan T) panelis lebih menyukai biskuit dengan substitusi 0% tepung biji rambutan, tetapi nilainya tidak berbeda nyata dengan substitusi 15%. PENUTUP 1. Kesimpulan Ada pengaruh substitusi tepung biji rambutan terhadap warna L (kecerahan), a (kemerahan) dan b (kekuningan) biskuit ubi garut. semakin tinggi substitusi tepung biji rambutan terhadap biskuit garut maka nilai kecerahannya (L) cenderung menurun. Semakin tinggi substitusi tepung biji rambutan terhadap biskuit garut maka nilai kemerahannya (a) cenderung semakin turun. Semakin tinggi substitusi tepung biji rambutan terhadap biskuit garut maka nilai kekuningannya (b) cenderung menurun. Ada pengaruh daya terima warna, aroma, rasa, tekstur dan keseluruhan biskuit ubi garut. Daya terima terhadap warna dan tekstur tertinggi adalah pada substitusi 0%. Daya terima terhadap aroma, rasa dan keseluruhan tertinggi adalah pada substitusi 15%. 2. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka disarankan untuk mensubstitusi biskuit ubi garut dengan tepung biji rambutan sebesar 15%, karena merupakan produk yang paling disukai oleh panelis. 6

DAFTAR PUSTAKA Azizah, H. N. 2012. Pengaruh Penggunaan Tepung Tempe Sebagai Bahan Pensubstitusi Daging Sapi Terhadap Komposisi Proksimat Dan Daya Terima Sosis. Skripsi thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura. 2011. Produksi, Luas panen dan Produktivitas Hortikultura di Indonesia. BPS. DeMan, J. M. 1997. Kimia Makanan (2 nd Penerbit ITB Press. Bandung. Ed). Diterjemahkan oleh: Kosasih Padmawinata. Husniarti, I. S. Utami dan S. Rahayu. 2001. Substitusi Terigu Dengan Pati Garut (Maranta arundianaceae L) Pada Pembuatan Roti Tawar. Majalah Ilmu dan Teknologi Pangan Pertanian. 21(1): 15-21. Lenny. 2006. Senyawa Flavonoid, Fenil Propanoid dan Alkaloid. Universitas Setia Budi, Surakarta. Maemunah. 2008. Komparasi Uji Karbohidrat Pada Produk Olahan Makanan Dari Tepung Terigu Dan Tepung Biji Rambutan (Nephelium lappaceum Linn). Skripsi thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Marsono, Y., 2002. Indeks Glisemik Umbi-umbian. Agritech 22 (1): 13-16. Marsono, Y., P. Wiyono, dan Zaki Utama, 2005. Indeks Glikemik Produk Olahan Garut (Maranta arundianaceae L) dan Uji Sifat Fungsionalnya pada Model Hewan Coba. Laporan RUSNAS Diversifikasi Pangan Pokok Tahun 2005. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Melisa, Asrianti. 2006. Telaah Fitokimia Biji Rambuatan (Nephelium lappaceum L). Bandung: Sekolah Farmasi ITB. Rahayu. 1995. Mempelajari Pembuatan Cookies Dengan Substitusi Tepung Tempe. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian Institute Pertanian Bogor 7

Rampengan, V.J Pontoh dan D.T. Sembel., 1985. Dasar-dasar Pengawasan Mutu Pangan. Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Bagian Timur, Ujung Panjang. Ristiana, Linda. 2014. Aktivitas Antioksidan Dan Tingkat Kesukaan Konsumen Terhadap Biskuit Dengan Substitusi Tepung Biji Rambutan Dan Penambahan Kubis Merah (Brassica oleraceae). Skripsi thesis, Universitas Muhammadiyah Setiawan, E. 2013. Evaluasi Mutu Kukis Berbahan Tepung Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L), Tepung Tempe dan Tepung Udang Rebon (Acetes erythraeus). Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Riau, Pekanbaru Soekarta, S. T. 1990. Dasar-Dasar Pengawasan Mutu Dan Standarisasi Mutu Pangan. IPB Press. Bogor. Winarno, F. G. 2006. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Winarno dan Rahayu, 1994. Bahan Tambahan Makanan dan Kontaminan. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. 8