BAB I PENDAHULUAN. hanya 520 ribu badan usaha dengan rasio SPT sekitar 10,4 persen (Surya : 2013).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Perpajakan pasal 1 ayat 1, definisi pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, karena pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang

BAB I PENDAHULUAN. tindakan yang dapat mengurangi beban pajak perusahaan. Pajak. terutang berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan timbal

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari sektor pajak. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara

BAB I PENDAHULUAN. negeri tertarik untuk mendirikan perusahaan guna memanfaatkan sumber daya yang

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa dekade lalu, pajak hanya dianggap sebagai pelengkap

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. persentase terbesar dari total penerimaan negara secara keseluruhan ( Tiaras dan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak memiliki peranan penting dalam perekonomian negara kita. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Pajak memegang peranan penting dalam perekonomian negara kita. Hal ini dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional dapat berjalan dengan baik demi kemajuan dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang Undang Ketetapan Umum dan Tata Cara Perpajakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk keperluan negara diatur dengan undang undang. Hal ini. tarif pajak yang tertuang pada Undang-Undang No.36 tahun 2008 pasal 17

BAB I PENDAHULUAN. berupaya untuk meminimalkan beban pajak perusahaan. Perusahaan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Pengungkapan Corporate Social Responsibility merupakan suatu kewajiban

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak hingga saat ini merupakan aspek ekonomi dan aspek keuangan yang paling penting dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. negara yang utama. Lebih kurang 70% APBN bersumber dari pajak. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Laba perusahaan dalam perpajakan digunakan sebagai dasar. perhitungan pajak. Dalam UU KUP No. 28 Tahun 2007, pajak merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Berikut ini adalah data perbandingan target dan realisasi penerimaan pajak tahun

DAFTARISI HALAMAN PENGESAHAN/PERSETUJUAN SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pembayaran pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang

BAB I PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BAB I PENDAHULUAN. seperti yang tercantum pada pembukaan Undang-Undang Dasar Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang. Pajak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak hingga saat ini masih menjadi primadona dalam penerimaan negara dan

BAB I PENDAHULUAN. Definisi pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 pasal 1 ayat 1,

BAB 1 PENDAHULUAN. selama hidupnya, yaitu kematian dan pajak. Secara umum, hampir seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Pajak menurut undang-undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Menurut Gunadi (2012:9)

BAB I PENDAHULUAN. badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapat

BAB I PENDAHULUAN. pendapatannya. Menekankan pendapatan yang dimaksud adalah dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam negara kita. Hal ini dapat terlihat dalam. Gambar 1.1 Grafik Penerimaan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. undang-undang seperti yang dinyatakan dalam pasal 23A Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan perdagangan dan jasa semakin banyak bermunculan dimana-mana.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan pemerintahannya, negara membutuhkan. pendapatan atau penghasilan. Negara menetapkan dua kelompok utama

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber utama penerimaan negara. Penerimaan ini

BAB I PENDAHULUAN. dan berkembang untuk kelangsungan negara dan kesejahtraan dari masyarakat. pendapatan negara melalui sektor penerimaan pajak.

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional serta menjadi unsur utama untuk

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan umum (Siti Resmi, 2011:1). Fungsi pajak ada 2 yaitu fungsi

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan masyarakat, hal ini ditujukan agar pembangunan tersebut berjalan

BAB I PENDAHULUAN. peranan minyak dan gas bumi terhadap penerimaan negara (Munari,2005:120).

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. sehingga tidak mengherankan ketika pemerintah kemudian membuat aturan

PENDAHULUAN BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. Pajak memiliki peranan penting dalam proses pembangunan suatu bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. dimana semua hasil penerimaan tersebut akan digunakan untuk membiayai

BAB I PENDAHULUAN. Widyawati, 2016). Bahkan secara persentase, setidaknya pajak memenuhi kurang

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini sebagai sumber penerimaan terbesar negara. yang terlihat dalam Tabel 1.1 berikut.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak memiliki peranan yang sangat penting bagi suatu negara. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. sakit, dan lain lain. Karena dari pajak yang dilunasi oleh masyarakat pemerintah. mempunyai dana untuk membangun hal tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) muncul sebagai respons terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak penghasilan yang. suka manajemen perusahaan melakukan tindakan pajak agresif.

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini, sumbangan terbesar untuk pendapatan negara bersumber dari

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. tersebut melakukan penggelapan pajak (tax evasion). Penggelapan pajak merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak merupakan sektor pemasukan tersebesar kas negara. Penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara

@UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, masyarakat sedang dihebohkan dengan adanya penerapan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

HANA MARDIAH, 2016 PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, LEVERAGE, DAN PROFITABILITAS TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi pajak secara umum terdiri atas dua fungsi, yaitu fungsi budgetair

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan perpajakan (

BAB I PENDAHULUAN. kontraprestasi yang langsung dapat digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Negara dalam Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara yang berlandaskan

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya perkembangan teknologi informasi dan semakin majunya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan penerimaan dari sektor pajak sangatlah penting, karena dana

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, perencanaan diperlukan agar laba dapat dicapai dalam perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Salah satu sumber penerimaan negara yang paling besar adalah pajak.

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan digunakan sebagai alat pertanggungjawaban bagi pengurus

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Negara yang paling

BAB I PENDAHULUAN. satu penopang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan potensi pajak yang ada dapat dipungut secara optimal. Langkah-langkah

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang paling besar

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mandiri, maju dan berdaya saing. Karena di bidang ini sektor industri mampu

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu sektor terbesar dari penerimaan negara. Hal ini dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. dari sektor pajak. Lebih dari 70 % pengeluaran Negara dibiayai oleh pajak

BAB I PENDAHULUAN. memperkirakan kinerja perusahaan. Rahman, Moniruzzaman dan Sharif (2013)

BAB I PENDAHULUAN. negara yang terutang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

BAB I PENDAHULUAN. nasional secara bertahap, terencana, dan berkelanjutan. Untuk melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu aspek yang memberikan kontribusi yang besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi melalui pembangunan infrastruktur, aset-aset publik, dan fasilitas umum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan pendapatan terbesar negara yang dikelola pemerintah untuk

BAB I PENDAHULUAN. program-program pembangunan yang dapat dinikmati rakyat. Sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara terbesar yang digunakan untuk membiayai semua pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam potensi untuk menjadi negara yang lebih maju. Akan tetapi pada

BAB I PENDAHULUAN. negeri berupa ekspor dan juga dari penerimaan dalam negeri terutama dari sektor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini pemerintah Indonesia sedang gencar dalam pelaksanaan sadar

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terusmenerus. dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan tumpuan pemerintah dalam menjalankan roda pemerintahan, penerimaan pajak merupakan sumber penerimaan negara terbesar saat ini dari penerimaan negara. Direktorat Jenderal Pajak sebagai bagian dari Kementrian Keuangan Republik Indonesia mempunyai tanggung jawab untuk menarik pajak dari masyarakat (Dumairy : 2007). Berdasarkan sumber Ditjen Pajak pada tahun 2012 jumlah pajak yang terkumpul mencapai Rp 976 triliun atau mengalami pertumbuhan sebesar 19 persen dari tahun sebelumnya. Rata-rata pertumbuhan penerimaan pajak dari tahun 2009-2012 mencapai 17 persen masih dibawah dari target yang diinginkan. Menteri Keuangan Agus Martowardjojo mengatakan jumlah badan usaha yang terdaftar sebanyak 5 juta, yang mau mendaftarkan dirinya sebagai wajib pajak hanya 1,9 juta dan yang membayar pajak/melapor Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak Penghasilan hanya 520 ribu badan usaha dengan rasio SPT sekitar 10,4 persen (Surya : 2013). Pada tabel 1.1 terlihat adanya perbedaan antara penerimaan perpajakan antara penerimaan perpajakan yang dianggarkan dengan yang terealisasi setiap tahunnya. Hal ini mencerminkan penerimaan pajak secara nyata belum memenuhi sesuai dengan yang direncanakan atau yang ditargetkan oleh pemerintah. 1

2 Tabel 1.1 APBN-P Dan Realisasi Penerimaan Perpajakan (dalam triliunan rupiah) Tahun APBN-P Realisasi % APBN-P 2007 492,0 491,0 99,80% 2008 609,2 491,0 108,12% 2009 651,7 619,9 95,12% 2010 743,3 723,3 97,31% 2011 878,7 873,9 99,45% Sumber : Nota Keuangan dan APBN-P tahun anggaran 2007-20011 (Data Diolah Kembali) Menurut Freisel et al (2008) pajak salah satu faktor pendorong dalam banyak keputusan perusahaan. Tindakan manajerial yang dirancang semata-mata untuk meminimalkan pajak perusahaan melalui kegiatan agresivitas pajak menjadi hal yang wajar dari keadaan perusahaan di seluruh dunia. Namun demikiran, agresivitas pajak perusahaan dapat menghasilkan biaya yang signifikan dan keuntungan. Dari sudut pandang sosial pembayaran pajak penghasilan badan menjamin pembiayaan barang publik (Lanis dan Richadson : 2011). Menurut Frank, Lynch dan Rego (2009), agresivitas pajak perusahaan suatu tindakan merekayasa pendapatan kena pajak yang dirancang melalui tindakan perencanaan pajak baik legal (tax avoidance) atau illegal (tax evasion). Walaupun kegiatan perencanaan pajak tidak semua dikatakan melanggar peraturan, tetapi semakin besar cara yang digunakan untuk penghematan pajak oleh perusahaan maka

3 perusahaan tersebut dalam keadaan agresif terhadap pajak (Suryanto dan Supramono : 2012). Dalam penelitian dan literatur lain menjelaskan agresivitas pajak dengan istilah yang berbeda. Menurut Khurana dan Moser (2009) agresivitas pajak sebagai tax planning, demikian dengan Timothy (2010) menyatakan bahwa agresivitas pajak dapat dilihat dengan cara legal yang diperbolehkan oleh hukum yang berlaku (legal tax avoidance) dan tax sheltering (Yoehana : 2013). Menurut Sofjan Wanandi Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) mengatakan perusahaan tambang melakukan penghindaran pajak atau tidak mau membayar pajak karena mereka beralasan pendapatan mereka kecil. Hal ini juga diperkuat oleh Fuad Rahmany Ditjen Pajak dengan adanya kesulitan penagihan pajak pada sektor pertambangan, walaupun menurut mereka pendapatan mereka kecil tapi pendapatan mereka bisa mencapai milyaran rupiah (Septian : 2013). Dalam penelitian Prasetianingrum disebutkan PT. Kutai Timber Indonesia memiliki beban pajak yang cukup besar sehingga perusahaan melakukan perencanaan pajak. Beban pajak yang harus dikeluarkan sebesar Rp 42.637.760.155,2 dan dilakukan perencanaan pajak sehingga beban pajak yang dikeluarkan sebesar Rp 37.8399.921.360,2, perusahaan menghemat beban pajak selisih beban pajak sebelum dengan sesudah perencanaan pajak sebesar Rp 4.794.838.795,0 (Prasetianingrum : 2007). Menurut Asosiasi Perumahan dan Pemukiman Seluruh Indonesia (APERSI) Edy Ganefo adanya dugaan perusahaan properti tidak menghitung pajak sesuai aturan

4 dengan melakukan pencantuman nilai aset sesuai NJOP dan bukan nilai riil sesuai harga pasar, hal ini dianggap merugikan negara. Ditjen Pajak Fuad Rahmany mengatakan bahwa penghitungan PPh perusahaan propeti yaitu 5 persen dari gross revenue dan PPN yaitu 10 persen dari pendapatan, seharusnya dihitung bukan dari NJOP tapi dari harga jual sebenarnya (Putri dan Thertina : 2013). Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah II Yoyok Satiotomo menuding pengusaha di wilayahnya tidak melakukan taat bayar bahkan ada yang melakukan kecurangan. Penerimaan yang didapatnya sampai 17 Mei 2013 sebesar Rp 1,686 Triliun, seharusnya Rp 6,833 Triliun, berarti hanya mencapai 24,17 persen dan dari 800.000 wajib pajak hanya sekitar 20 persen yang taat membayar (Primartantyo : 2013). Bagi perusahaan, pajak dianggap sebagai biaya yang dapat mengurangi penerimaan perusahaan. Hal itu memicu perusahaan untuk mencari cara untuk mengurangi biaya pajak yang harus dikeluarkan oeh perusahaan dengan melakukan pengaturan pajak yang harus dibayar. Oleh karena itu, tidak menutup kemungkinan perusahaan akan menjadi lebih agresif terhadap pajak (Chen, Chen, Chen, & Shelving : 2010). Dalam situs hukumonline.com mengatakan bahwa bila dilihat dari sudut pandang perusahaan, perusahaan lebih mempertimbangkan pengeluaran dana untuk Corporate social Responsibility (CSR) yang dapat mengurangi laba kena pajak. Bagi perusahaan mengeluarkan dana untuk CSR dan membayar beban pajak adalah biaya ganda yang harus dikeluarkan dan dilihat sebagai kerugian peruahaan.

5 Pada masalah yang terjadi dalam pengurangan pajak yang dilakukan oleh perusahaan dengan cara mengeluarkan biaya yang dikeluarkan untuk Corporate Social Responsbility (CSR), hal ini adalah salah satu dari bentuk agresivitas pajak dan dapat digolongkan kegiatan pajak yang agresif. Banyak yang menjadi pertimbangan perusahaan untuk agresif terhadap pengurangan pajak dengan mengeluarkan dana CSR yang dapat mengurangi laba kena pajak, karena perusahaan merasa bahwa tidak hanya pajak terutang tetapi juga CSR sebagai pengurang laba yang di dapat oleh perusahaan. Perusahaan merasa hal ini akan mempengaruhi laba yang di dapat dari yang dikurangin akan mencerminkan kinerja perusahaan yang kurang maksimal, sehingga perusahaan akan lebih agresif terhadap pajak yang terutang. Dalam kutipan Watson (2011) menyatakan bahwa tingkat CSR yang rendah dianggap sebagai perusahaan yang tidak bertanggung jawab secara sosial sehingga mampu melakukan strategi pajak yang lebih agresif dibanding perusahaan dengan tingkat CSR yang tinggi. Banyak hal yang dapat dilakukan perusahaan untuk sebisa mungkin mengurangi pajak terutang. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah CSR berpengaruh terhadap tingkat agresivitas pajak yang dilakukan oleh perusahaan tersebut. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Agresivitas Pajak.

6 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian di atas dapat diidentifikasi masalah tentang Corporat Socal Responsibility (CSR) dengan naik turunnya pajak terutang perusahaan yang melaksanakan CSR tersebut. Dengan hal ini, peneliti bermaksud untuk meneliti pengaruh CSR dengan tingkat pajak terhutang perusahaan yang melakukan CSR atau yang disebut agresivitas pajak. Maka yang ingin ditelit oleh peneliti adalah: Apakah ada pengaruh Corporate Social Rsponsibility (CSR) terhadap agresivitas pajak. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap agrresivitas pajak. 1.3.2 Tujuan penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap agresivitas pajak. 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan data dan informasi bagi pihakpihak yang berkepentingan antara lain: 1. Peneliti, Penelitian ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Widyatama Bandung dan hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan peneliti

7 dalam hal perpajakan terutama mengenai Corporate Social Responsibility (CSR) dan agresivitas pajak. 2. Aparat pajak, Penelitian ini memberikan informasi bagi pihak aparat pajak dalam memahami aspek-aspek yang berpengaruh terhadap penerimaan pajak sebagai salah satu tujuan dari penerimaan pajak terutama pada badan dan sebagai wawasan bagi pembuat keputusan mengenai agresivitas pajak yang tinggi dalam CSR. 3. Bagi perusahaan, Penelitian ini dapat menunjukkan sikap perusahaan terhadap CSR memberikan dampak secara luas tidak hanya pada kinerja perusahaan saja, tetapi juga sikap tanggung jawab terhadap pajak. 4. Investor, Bermanfaat untuk bisa mempertimbangkan keadaan perusahaan terhadap tanggung jawab sosial atau CSR dan mampu melihat keadaan perusahaan juga pada tanggung jawab pajaknya. 5. Pihak lain, Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan menjadi bahan referensi khususnya mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini, dan dapat menjadi bahan acuan untuk penelitian dan analisis berikutnya. 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam penyusunan skripsi ini, maka peneliti akan melakukan penelitian Corporat Social Responsibility (CSR) terhadap agresivitas pajak pada perusahaan jasa telekomunikasi yang listing di Bursa

8 Efek Indonesia (BEI). Data penelitian diperolah dari situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu www.idx.co.id, waktu yang diperlukan peneliti dalam melakukan penelitian dimulai pada bulan Oktober sampai dengan selesai.