BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Keberhasilan dalam proses belajar mengajar dipengaruhi oleh beberapa faktor. Yang pertama faktor internal yaitu yaitu faktor yang ada dalam diri siswa meliputi motivasi belajar yang tinggi dan bakat yang dimiliki siswa. Yang kedua ialah faktor eksternal yang meliputi guru, orang tua serta lingkungan masyarakat. Keberhasilan pengajaran juga tergantung pada keberhasilan murid dalam proses belajar mengajar, sedangkan keberhasilan murid tidak hanya tergantung pada sarana dan prasarana pendidikan, kurikulum maupun metode. Guru juga merupakan salah satu faktor penting dalam meningkatkan prestasi murid, salah satunya dalam penggunaan metode pembelajaran yang tepat pada setiap materi yang disajikan. Untuk mencapai keberhasilan itu sebagai seorang guru harus dapat merubah paradigma pendidikan yang ada dari pembelajaran yang berpusat pada guru diubah menjadi berpusat kepada siswa. Permasalahan dalam hal ini guru dituntut untuk mengejar target materi yang cukup banyak dan harus diselesaikan pada setiap semester. Jadi untuk mengejar target itu, banyak guru yang mengabaikan metode-metode pembelajaran yang ada, guru hanya menggunakan metode ceramah dalam proses pembelajaran, sehingga siswa terlihat bosan dan pasif, bahkan ada yang bermain sendiri pada saat proses pembelajaran berlangsung. Sepertihalnya pada siswa SD Negeri 2 Karangrejo. Padahal sekarang ini banyak metode pembelajaran yang menyenangkan yang dapat membuat siswa lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran, akan tetapi dengan banyaknya metode pembelajaran yang ada, guru harus dapat memilih metode pembelajaran yang tepat. Pembelajaran matematika merupakan proses pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga peserta didik memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari (Muhsetyo, 2007). Salah satu komponen yang menentukan ketercapaian kompetensi adalah penggunaan model pembelajaran matematika, yang sesuai 1
2 dengan keterlibatan aktif peserta didik dalam kegiatan pembelajaran, seperti yang sudah diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas ) tentang standar proses. Proses pembelajaran matematika yang sesuai dengan standar proses yaitu dalam kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Dari penjelasan tersebut dapat dilihat bahwa untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika, diperlukan adanya interaksi yang aktif antara guru dengan peserta didik. Sehingga, strategi pembelajaran yang dilakukan bukan lagi berpusat pada guru (Teacher Centered) melainkan strategi pembelajaran yang juga melibatkan siswa aktif di dalamnya. Namun demikian, belum semua proses pembelajaran memenuhi standar tersebut. Salah satunya yang terjadi di SD Negeri 2 Karangrejo Kabupaten Wonosobo. Hasil pengamatan pembelajaran matematika di SD tersebut menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran matematika yang dilaksanakan belum memenuhi standar proses yang sudah ditentukan pemerintah. Pada saat proses pembelajaran matematika, terlihat bahwa model pembelajaran tersebut cenderung berpusat pada guru dan kurang melibatkan siswa untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran matematika. Hal tersebut tidak sesuai dengan standar proses dengan pendidikan. Menurut Soedjadi (Muhsetyo, 2007) sebagai pengetahuan matematika mempunyai ciri- ciri khusus antara lain ilmunya yang abstrak dan konsisten dalam operasi, fakta dan konsep yang ada di dalamnya. Ciri matematika yang tidak sederhana ini membuat matematika tidak mudah untuk dipelajari siswa. Apalagi jika guru hanya menggunakan model pembelajaran yang monoton dan kurang mengaktifkan siswa. Sehingga diperlukan adanya jembatan yang dapat menghubungan pembelajaran matematika dengan siswa, untuk dapat mengaktifkan suasana dalam pembelajaran. Permasalahan tersebut menjadi tantangan pendidik seperti halnya dalam memilih model pembelajaran matematika
3 yang menarik, mudah dipahami siswa, menggugah semangat, berpusat pada siswa dan pada akhirnya menjadikan siswa mencintai matematika. Dari observasi yang telah dilakukan pada pembelajaran matematika di kelas V SD Negeri 2 Karangrejo dari 23 siswa hanya 6 atau 26,08% yang mendapatkan nilai diatas KKM (70), sisanya 17 siswa atau 73,91% mendapat nilai dibawah 70. Dalam pembelajaran ini guru hanya menggunakan metode ceramah dan cerita, sehingga siswa kurang aktif dan tidak memperhatikan penjelasan guru. Untuk memperjelas keteranagan di atas, maka dibuatlah tabel Nilai Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Negeri 2 Karangrejo, sebagai berikut: Tabel 1.1 Nilai Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Negeri 2 Karangrejo Persentase No Nilai Jumlah siswa KKM (70) (%) 1 < 70 17 73,91% Belum tuntas 2 70 6 26,08% Tuntas Jumlah siswa 23 Berdasarkan permasalahan yang diuraikan diatas salah satu metode pembelajaran yang memungkinkan murid belajar secara aktif, efektif dan efisien adalah metode pembelajaran kooperatif tipe Make A Match, dalam metode tersebut siswa dituntut untuk berpartisipasi aktif dalam mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana aktif dan menyenenangkan. Dengan metode pembelajaran kooperatif tipe Make A Match akan terjalin asosiasi-asosiasi antara pertanyaan-pertanyaan sebagai stimulus dan jawaban-jawaban sebagai respon dan juga terjalin interaksi dan kerjasama antar siswa (Agus Suprijono, 2009:20) Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran matematika materi materi operasi hitung campuran bilangan bulat pada SD Negeri 2 Karangrejo melalui pembelajaran kooperatif tipe Make A Match.
4 1.2.Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, teridentifikasi beberapa maasalah yang harus ditindaklanjuti antara lain: 1. Kurangnya aktifitas siswa dalam belajar matematika karena pembelajaran yang masih berpusat pada guru. 2. Rendahnya hasil belajar siswa dalam pelajaran matematika yang belum mencapai KKM yang ditetapkan yaitu 70. 3. Belum digunakan model pembelajaran yang tepat karena guru hanya menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi, karena metode ceramah lebih cocok apabila digunakan dalam pembelajaran yang bersifat hafalan seperti pelajaran IPS. 1.3.Rumusan Masalah Melalui refleksi diri dan diskusi dengan teman sejawat daiketahui bahwa penyebab siswa mendapatkan hasil yang kurang memuaskan adalah penjelasan guru yang terlalu abstrak karena guru tidak memilih dan menggunakan alat peraga yang tepat dalam pembelajaran. Berdasarkan latar belakang, maka permasalahan dalam penelitian dapat dirumuskan sebagia berikut : Apakah dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi operasi hitung campuran bilangan bulat siswa kelas V semester 2 SD Negeri 2 Karangrejo Kabupaten Wonosobo tahun 3013/2014? 1.4.Tujuan Penelitian Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Matematika materi operasi hitung campuran bilangan bulat melalui pembelajaran kooperatif tipe Make a Match siswa kelas V semester 2 SD Negeri 2 Karangrejo Kabupaten Wonosobo tahun 2013/2014.
5 1.5.Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi guru a. Untuk mengetahui kekurangan maupun kelebihan dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. b. Untuk meningkatkan kemampuannya lagi dalam menggunakan pembelajaran kooperatif tipe make a match. 2. Bagi siswa a. Meningkatkan hasil belajar dan mengurangi kesalahan konsep melalui pembelajaran kooperatif tipe make a match. b. Siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. 3. Bagi sekolah a. Hasil penelitian ini sebagai salah satu masukan bagi sekolah dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran yang bermuara pada peningkatan mutu sekolah melalui pembelajaran kooperatif tipe make a match.