MEDIA MEDIKA INDONESIANA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. rahim yaitu adanya displasia/neoplasia intraepitel serviks (NIS). Penyakit kanker

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. multipara dengan Pap smear sebagai baku emas yang diukur pada waktu yang. bersamaan saat penelitian berlangsung.

BAB 1 PENDAHULUAN. serviks uteri. Kanker ini menempati urutan keempat dari seluruh keganasan pada

Oleh : Duwi Basuki, Ayu Agustina Puspitasari STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto

KARAKTERISTIK PENDERITA KANKER SERVIKS DI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG TAHUN 2010 JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

ABSTRAK GAMBARAN PAP SMEAR ABNORMAL DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER 2015

BAB IV. Hasil dan Pembahasan. positif (Positive Predictive Value/PPV), nilai duga negatif (Negative Predictive

See & Treat untuk Skrining Lesi Prakanker Serviks

BAB I PENDAHULUAN. Kanker leher rahim adalah tumor ganas pada daerah servik (leher rahim)

BAB I PENDAHULUAN. (Emilia, 2010). Pada tahun 2003, WHO menyatakan bahwa kanker merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) adalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. penyakit kanker dengan 70% kematian terjadi di negara miskin dan berkembang. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kedua di dunia dimana konstribusinya 13 % dari 22% kematian yang

3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 HASIL. Korelasi stadium..., Nurul Nadia H.W.L., FK UI., Universitas Indonesia

1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 : PENDAHULUAN. daerah leher rahim atau mulut rahim, yang merupakan bagian yang terendah dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dini. 6,8 Deteksi dini kanker serviks meliputi program skrining yang terorganisasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gambaran masyarakat Indonesia dimasa depan yang ingin dicapai melalui

AKURASI INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT PADA LOW SQUAMOUS INTRAEPITHELIAL LESION DIBANDINGKAN DENGAN KOLPOSKOPI DI POLI GINEKOLOGI RS M.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Agency for Research on Cancer (IARC) diketahui

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN kematian per tahun pada tahun Di seluruh dunia rasio mortalitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. didominasi oleh penyakit menular bergeser ke penyakit tidak menular. Salah satu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Papanicolaou smear atau Pap smear adalah metode yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kanker yang menempati peringkat teratas diantara berbagai penyakit kanker

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN USIA WANITA SAAT COITARCHE DAN LAMA PEMAKAIAN PIL KB KOMBINASI DENGAN KEJADIAN KANKER SERVIKS DI RSUD DR.

SKRIPSI. Disusun Oleh : Iza Aina

Prosiding SNaPP2011 Sains, Teknologi, dan Kesehatan

30/10/2015. Penemuan Penyakit secara Screening - 2. Penemuan Penyakit secara Screening - 3. Penemuan Penyakit secara Screening - 4

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pola penyakit saat ini telah mengalami transisi epidemiologi yang

BAB I PENDAHULUAN. Kanker serviks (leher rahim) adalah salah satu kanker ganas yang

I. PENDAHULUAN. terutama pada daerah transformasi epitel gepeng serviks. Sebagian besar

ABSTRAK. Maria Linawati Sihotang, 2013 Pembimbing I : Dr. dr. Felix Kasim, M.Kes Pembimbing II : dr.rimonta F Gunanegara,SpOG

Kata kunci: Lesi prakanker, IVA Positif, Krioterapi

4. HASIL PENELITIAN. 35 Universitas Indonesia

Deteksi Dini Kanker Serviks dengan Metode Inspeksi Visual Asam Asetat di Depok

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Deteksi Human Papilloma Virus pada Wanita Pekerja Seks Komersial sebagai Penapisan Lesi Prakanker Serviks Uteri

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan manusia tidak dapat melakukan aktivitas sehari-harinya. Keadaan

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KANKER SERVIKS DENGAN KEIKUTSERTAAN IBU MELAKUKAN IVA TEST DI KELURAHAN JEBRES SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULAN. kanker serviks (Cervical cancer) atau kanker leher rahim sudah tidak asing lagi

ABSTRAK GAMBARAN KANKER SERVIKS DI RUMAH SAKIT PIRNGADI MEDAN PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2013

BAB 1 : PENDAHULUAN. dunia. Berdasarkan data GLOBOCAN, International Agency for Research on

BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang paling umum yang diakibatkan oleh HPV. Hampir semua

BAB I PENDAHULUAN. human papilloma virus (HPV) terutama pada tipe 16 dan 18. Infeksi ini

KUESIONER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU DALAM PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI POLI GINEKOLOGI RSUD DR PIRNGADI MEDAN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ABSTRAK INSIDENSI DAN GAMBARAN PENDERITA KANKER SERVIKS DI RSUP DR HASAN SADIKIN BANDUNG TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

GAMBARAN FAKTOR FAKTOR KEJADIAN LESI PRAKANKER LEHER RAHIM DI PUSKESMAS CANDIROTO, KABUPATEN TEMANGGUNG

No. Responden: B. Data Khusus Responden

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh gangguan hormonal, kelainan organik genetalia dan kontak

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut sebagai masa pubertas. Pubertas berasal dari kata pubercere yang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di Amerika Tengah dan Amerika Selatan, Karibia, Sub-Sahara

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X. Bagian Patologi Anatomi, Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Bandung 3

BAB I PENDAHULUAN menyepakati perubahan paradigma dalam pengelolaan masalah

AGE RELATIONSHIP, PARITY AND PERSONAL HYGIENE DIAGNOSIS WITH IVA IN PUSKESMAS BRANGSONG DISTRICT 2 DISTRICT BRANGSONG KENDAL

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization

BAB 6 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian pada 45 penderita karsinoma epidermoid serviks uteri

Pengetahuan dan Sikap Wanita Mengenai Kanker Serviks dan Pap Smear Di RSU. Hermana Lembean Bulan November- Desember Tahun 2013

No. Responden. I. Identitas Responden a. Nama : b. Umur : c. Pendidikan : SD SMP SMA Perguruan Tinggi. d. Pekerjaan :

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

ABSTRACT. CHARACTERISTICS OF CERVICAL CARCINOMA AT HASAN SADIKIN HOSPITAL BANDUNG in 1 JANUARY DECEMBER 2010

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi wanita merupakan hal yang perlu diperhatikan agar suatu

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN DENGAN PELAKSANAAN DETEKSI DINI KANKER SERVIK MELALUI IVA. Mimatun Nasihah* Sifia Lorna B** ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. merupakan jenis kanker yang paling sering terdiagnosis pada wanita (Dizon et al.,

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN DAN KESIMPULAN HASIL PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2010

PROFIL PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM SEE AND TREAT DI TIGA KABUPATEN DI BALI dr I Gusti Putu Mayun Mayura, SpOG

BAB I PENDAHULUAN. Kanker serviks adalah kanker tersering nomor tujuh secara. keseluruhan, namun merupakan kanker terbanyak ke-dua di dunia pada

BAB I PENDAHULUAN. dan mendekati pola di Negara maju (Dalimartha, 2004). maupun orang-orang yang sama sekali tidak berpendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. awal (Nadia, 2009). Keterlambatan diagnosa ini akan memperburuk status

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Kanker Serviks. 2. Seberapa berbahaya penyakit kanker serviks ini?

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya umur harapan hidup sebagai salah satu tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan masyarakat. Kanker menjadi penyebab kematian nomor 2 di

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Bagian/SMF Obstetri Ginekologi dan poliklinik/bangsal

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi merupakan keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker sistim reproduksi meliputi kanker serviks, payudara, indung telur,

SUGIATI. Kata kunci : Deskriptif deteksi dini kanker leher rahim.. Kepustakaan : 20 ( )

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU WANITA DALAM MELAKUKAN DETEKSI DINI METODE PAP SMEAR DI PUSKESMAS PAMOLOKAN KABUPATEN SUMENEP

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP BIDAN MENGENAI TEKNIK INSPEKSI VISUAL ASETAT (IVA) DALAM SKRINING KANKER SERVIKS DI PUSKESMAS KOTA PADANG

I. PENDAHULUAN. Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan

BAB I PENDAHULUAN. di dunia. Berdasarkan data Internasional Agency For Research on Cancer

STUDI D IV KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN

HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN KANKER SERVIKS UTERI DENGAN FAKTOR RISIKO MENIKAH USIA MUDA JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

I. PENDAHULUAN. pada wanita dengan penyakit payudara. Insidensi benjolan payudara yang

BAB 6 PEMBAHASAN. Penelitian ini mengikutsertakan 61 penderita rinitis alergi persisten derajat

Transkripsi:

Media Medika Indonesiana M Med Indones MEDIA MEDIKA INDONESIANA Hak Cipta 2008 oleh Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro dan Ikatan Dokter Indonesia Wilayah Jawa Tengah Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) untuk Deteksi Dini Lesi Prakanker Serviks Sapto Wiyono *, T. Mirza Iskandar *, Suprijono * ABSTRACT Visual acetic acid inspection (IVA) for early cervix pre cancer lesion detection Background: In 1985 WHO and had recommended an alternative approach, the down staging concept of cervical malignancy with visual inspection with acetic acid (VIA) for developing countries. Displastic cervical epithelial cells will make an acethowhite appearance with VIA. It is important to know the sensitivity and specificity of VIA for early detection of cervical precancer lesion. Methods: A hundred and twenty subjects who fullfilled inclution criteria had Pap test, VIA and four quadrant biopsy. Fortyfive subjects came from Gynecology and fertility clinic at Dr. Kariadi hospital and seventy five subjects came from Indonesian Cancer Foundation Semarang. From all of these examination the sensitivity, specificity, positive predictive value and negative predictive value were calculated by 2x2 tabel. Biopsy result was considered as gold standard. Results: Based on biopsy result there were 32 cases (26.7%) with normal finding, 31 cases (25.81%) with chronic cervicitis, 50 cases (41.6%) with chronic cervicitis with mild dysplasia, 3 cases (2.5%) with chronic cervicitis and moderate dysplasia, 2 cases (1.7%) with non specific inflammation, 2 cases (1.7%) with chronic cervicitis and mild dysplasia, 1 cases (0.8%) with malignancy. The sensitivity of Pap test was 55%, specificity 90%, PPV 84% and NPV 69% whether VIA had sensitivity 84%, specificity 89%, PPV 87% and NPV 86%. Conclusions: Visual inspection with acetic acid has high sensitivity for early detection of cervical precancer lesion. Keywords: VIA, acetowhite, early detection, cervical precancer lesion. ABSTRAK Latar belakang: Tahun 1985 WHO merekomendasikan suatu pendekatan alternatif bagi negara yang sedang berkembang dengan konsep down staging terhadap kanker serviks dengan pemeriksaan IVA. Epitel serviks yang mengalami displasia akan memberikan gambaran acethowhile dengan pemeriksaan IVA. Untuk itu perlu diketahui seberapa besar sensitivitas dan spesifisitas dari pemeriksaan VIA dalam mendeteksi dini lesi prakanker serviks. Metode: Seratus dua puluh peserta penelitian, 45 berasal dari poliklinik ginekologi dan FER RSUP Dr. Kariadi dan 75 berasal dari YKI Cabang Semarang yang memenuhi kriteria penerimaan sampel dilakukan pemeriksaan tes Pap, IVA dan biopsi empat kuadran. Terhadap hasil pemeriksaan ini dilakukan perhitungan sensitivitas, spesifisitas, nilai duga positif maupun nilai duga negatif. Hasil: Berdasarkan hasil pemeriksaan biopsi didapatkan 32 subyek (26,7%) dengan hasil normal, 31 (25,8%) dengan servisitis kronis, 50 (41,6%) dengan servisitis kronis dengan displasia ringan, 3 (2,5%) servisitis kronis dengan displasia sedang, 2 (1,7%) dengan radang tidak spesifik dengan displasia ringan, 2 (1,7%) dengan radang tidak spesifik dan 1 (0,8%) dengan keganasan serviks. Sensitivitas untuk tes Pap 55%, spesifisitas 90%, nilai duga positif 84%, nilai duga negatif 69%, sedang sensitivitas pemeriksaan IVA 84%, spesifisitas 89%, nilai duga positif 87% dan nilai duga negatif 86%. Simpulan: Pemeriksaan IVA mempunyai sensitivitas yang tinggi untuk deteksi dini lesi prakanker serviks. * Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Kariadi Semarang, Jl. Dr. Sutomo No. 18 Semarang 116 Volume 43, Nomor 3, Tahun 2008

Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) untuk Deteksi Dini Keganasan PENDAHULUAN Sampai saat ini pemeriksaan sitologi dengan tes Pap masih merupakan pemeriksaan standar deteksi dini lesi prakanker serviks. Dalam laporan WHO tahun 1986 di negara-negara yang maju diperkirakan 40-50% wanita berkesempatan untuk melakukan skrining dengan tes Pap, sementara di negara berkembang diperkirakan hanya 5% yang berkesempatan menjalani skrining. 1-3 Tahun 1985 WHO merekomendasikan suatu pendekatan alternatif bagi negara yang sedang berkembang dengan konsep down staging terhadap kanker serviks, salah satunya adalah dengan cara Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA). 3-5 Pengolesan asam asetat 3-5% pada serviks pada epitel abnormal akan memberikan gambaran bercak putih yang disebut acetowhile. Gambaran ini muncul oleh karena tingginya tingkat kepadatan inti dan konsentrasi protein. Hal ini memungkinkan pengenalan bercak putih pada serviks dengan mata telanjang (tanpa pembesaran) yang dikenal sebagai pemeriksaan IVA. 6-9 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketepatan dari IVA dalam mendeteksi secara dini lesi prakanker serviks. Dengan penelitian ini diharapkan dapat mengetahui ketepatan dari IVA sehingga bila metode ini memiliki ketepatan yang tinggi dalam deteksi dini lesi prakanker serviks, maka dapat dijadikan sebagian metode skrining alternatif. METODE Penelitian ini merupakan uji diagnostik untuk mengetahui ketepatan metode IVA dan tes Pap untuk deteksi dini lesi prakanker serviks, dengan pemeriksaan biopsi empat kuadran sebagai baku emasnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan potong lintang. Penelitian dilakukan di Poliklinik Ginekologi/FER RSUP Dr. Kariadi Semarang dan Yayasan Kanker Indonesia (YKI) Semarang. Penelitian dilaksanakan mulai Januari Juli 2004. Syarat penerimaan sampel adalah pasien bersedia mengikuti prosedur penelitian, sudah menikah, pasien dengan salah satu faktor risiko sebagai berikut: umur saat menikah <20 tahun, penderita umur >30 tahun, riwayat/akseptor kontrasepsi hormonal, mempunyai keluhan keputihan/perdarahan kontak, multiparitas, pekerja seks komersial, perokok. Sampel ditolak bila: pasien sudah didiagnosis keganasan serviks secara histopatologi, pasien terdiagnosis hamil, riwayat pemakaian obat intravagina dalam 1 minggu terakhir, menstruasi atau terjadi perdarahan pada saat pemeriksaan, tidak tampak sambungan skuamokolumnar daerah transformasi. Untuk menerima atau menolak hipotesis dalam membandingkan persentase sensitivitas tes Pap dan IVA agar mempunyai peluang 80% (power=1- ) dalam mendeteksi suatu perbedaan sensitivitas sebesar 18% dengan menggunakan kemaknaan ( ) 5% (two tail test) dibutuhkan besar sampel (n) adalah 120. Subyek penelitian dipilih berdasarkan metode consecutive sampling. Data yang diperoleh dihitung dengan tabel 2x2, kemudian dilakukan perhitungan sensitivitas, spesifisitas, nilai duga positif dan nilai duga negatif. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pemeriksaan biopsi dari 120 sampel diperoleh 32 (26,7%), dengan hasil normal, servisitis kronis 31 (25,8%), servisitis kronis dengan displasia ringan 50 (41,6%), servisitis kronik dengan displasia sedang 3 (2,5%), radang tidak spesifik 2 (1,7%), radang tidak spesifik dengan displasia ringan 2 (1,7%) dan 1 (0,8%) dengan keganasan serviks. Dari hasil pemeriksaan tes Pap, pemeriksaan IVA dan biopsi masing-masing didapatkan hasil positif sebanyak 37 untuk tes Pap, pemeriksaan IVA positif 54 dan biopsi empat kuadran sebanyak 56 peserta. Dari 120 peserta yang memenuhi kriteria penelitian memiliki karakteristik demografik dan karakteristik medik sesuai Tabel 1 dan 2. Tabel 1. Karakteristik demografi peserta penelitian Variabel Rerata (SD) atau n (%) Umur (tahun); rerata (SD) 41,1 (9,38) Kategori umur (tahun); n (%) 20-29 14 (11,7) 30-39 40 (33,3) 40-49 41 (34,2) 50-59 23 (19,2) 60-69 2 (1,7) Umur menikah (tahun); rerata (SD) 20,1 (4,0) Kategori umur menikah; n (%) < 20 tahun 62 (51,7) 20 tahun 58 (48,3) Jumlah pernikahan; n (%) 1X 118 (98,3) > 1X 2 (1,7) Tingkat pendidikan; n (%) SD 36 (30,0) SMP 34 (28,3) SMA 35 (29,2) Perguruan Tinggi 15 (12,5) Pekerjaan; n (%) Ibu Rumah Tangga 77 (64,2) Wiraswasta 16 (13,3) Pegawai negeri sipil 15 (12,5) PSK 12 (10,0) Volume 43, Nomor 3, Tahun 2008 117

Media Medika Indonesiana Tabel 2. Karakteristik medik peserta penelitian Variabel Rerata (SB) atau n (%) Paritas, rerata (SB) 2,9 (1,71) Kategori paritas; n (%) Nullipara 5 (4,2) Primipara 14 (11,7) Multipara 84 (70) Grandemultipara 17 (14,2) Jumlah anak; n (%) 3 82 (68,3) > 3 38 (31,7) Akseptor KB; n (%) Tidak 35 (29,2) Ya 85 (70,8) Metode kontrasepsi; n (%) Bukan hormonal 27 (22,5) Hormonal 58 (48,3) Jenis kontrasepsi; n (%) Pil 20 (16,7) Suntik 34 (28,3) Spiral 17 (14,2) Susuk 4 (3,3) Kondom 1 (0,8) MOW/MOP 9 (7,5) Keluhan Tidak 43 (35,8) Ya 77 (64,2) Jenis keluhan; n (%) Keputihan 59 (49,2) Perdarahan pervaginam 4 (3,3) Perdarahan kontak 5 (4,2) Lain-lain 9 (7,5) Hasil pemeriksaan tes Pap Dari 120 peserta yang dilakukan pemeriksaan tes Pap didapatkan 83 kasus dikategorikan negatif dan 37 kasus dikategorikan positif. Perbandingan hasil tes Pap dengan biopsi ditampilan pada Tabel 3. Tabel 3. Sensitifitas, spesifisitas, nilai duga positif, dan nilai duga negatif dari hasil pemeriksaan tes Pap Tes Pap Biopsi Positif Negatif Jumlah Positif 31 6 37 Negatif 25 58 83 Jumlah 56 64 120 Sensitifitas 55% (95% Cl : 42 s.d. 68); Spesifisitas 90% (95% Cl : 83 s.d. 98); Nilai duga positif 84% (95% Cl : 71 s.d. 96); Nilai duga negatif 69% (95% Cl : 60 s.d. 80) Pada tabel 3 diketahui sensitifitas tes Pap 55% untuk deteksi lesi prakanker dengan spesifisitas 90%, nilai duga positif 84%, nilai duga negatif 69%. Dijumpai 25 subyek (20,8%) dengan hasil negatif semu. Hasil uji diagnostik menunjukkan bahwa tes Pap tidak cukup sensitif untuk digunakan sebagai metode penapisan lesi prakanker atau keganasan serviks. Nilai diagnostik tes Pap akan meningkat apabila digunakan pada kelompok dengan kemungkinan kejadian keganasan cukup tinggi. Hasil pemeriksaan IVA Hasil pemeriksaan IVA dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Sensitifitas, spesifisitas, nilai duga positif, dan nilai duga negatif dari hasil pemeriksaan IVA IVA Biopsi Positif Negatif Jumlah Positif 47 7 54 Negatif 9 57 66 Jumlah 56 64 120 Sensitifitas 84% (95% Cl : 74 s.d. 94); Spesifisitas 89% (95% Cl : 81 s.d. 97); Nilai duga positif 87% (95% Cl : 78 s.d. 96); Nilai duga negatif 86% (95% Cl : 78 s.d. 95) Sensitifitas dari pemeriksaan IVA untuk deteksi dini lesi prakanker serviks adalah 84%, spesifisitas 89%, nilai duga positif 87%, nilai duga negatif 86%. Hasil uji diagnostik menunjukkan bahwa pemeriksan IVA memiliki sensitifitas dan spesifisitas yang tinggi untuk digunakan sebagai metode penapisan lesi prakanker atau keganasan serviks uteri. Nilai diagnostik dari pemeriksaan IVA akan meningkat apabila digunakan pada kelompok dengan kemungkinan kejadian keganasannya tinggi. Tingginya angka positif semu (13%) menunjukkan hasil pemeriksaan IVA positif membutuhkan pemeriksaan yang lebih lanjut untuk konfirmasi diagnosis. Kesesuaian hasil tes Pap dan pemeriksaan IVA Tabulasi silang hasil tes Pap dan pemeriksaan IVA ditampilkan pada Tabel 5. Tabel 5. Kesesuaian hasil tes Pap dengan pemeriksaan IVA Tes Pap IVA Positif Negatif Jumlah Positif 31 (25,8%) 23 (19,2%) 54 (45,0%) Negatif 6 (5,0%) 60 (50,0%) 66 (55,0%) Jumlah 37 (30,8%) 83 (69,2%) 120 (100%) X 2 =35.51 Df = 1 p<0,001 118 Volume 43, Nomor 3, Tahun 2008

Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) untuk Deteksi Dini Keganasan Data pada tabel 5 menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna pada distribusi frekuensi hasil tes Pap dan pemeriksaan IVA. Uji kesesuaian antara hasil tes Pap dan pemeriksaan IVA menunjukkan kesesuaian derajat sedang (nilai Kappa=0.5). Berdasarkan hasil uji kesesuaian tersebut tampak bahwa tes Pap dan pemeriksaan IVA tidak dapat saling menggantikan (not interchangeable). Pada tabel tampak ada 6 kasus tes Pap positif tetapi hasil tes IVA negatif (5.0%). Hal ini diperkirakan karena pemeriksaan IVA tidak dapat mencapai lingkungan dalam endoserviks. Tes pararel Tes pararel adalah perhitungan berdasarkan subyek yang benar-benar positif untuk IVA dan tes Pap serta benar-benar negatif berdasarkan IVA dan tes Pap. Tabel 6. Sensitifitas, spesifisitas, nilai duga positif, dan nilai duga negatif dari hasil uji diagnostik pararel tes Pemeriksaan Biopsi Positif Negatif Jumlah Tes Pap (+) 29 2 31 IVA (+) Tes Pap (-) 7 53 60 IVA (-) Jumlah 36 55 91 Sensitifitas 81% (95% Cl: 68 s.d. 9); Spesifisitas 96% (95% Cl: 91 s.d. 100); nilai duga positif 94% (95% Cl: 85 s.d. 100); nilai duga negatif 88% (95% Cl: 80 s.d. 97) Tabel 6 menunjukkan bahwa dengan tes pararel, maka tampak nilai sensitifitas yang tinggi yaitu 81% dan disertai dengan peningkatan nilai spesifisitas menjadi 96%. Hal tersebut berarti dengan menggabungkan pemeriksaan IVA dengan tes Pap, maka 81% kasus lesi prakanker atau keganasan dapat dideteksi dan dapat menyingkirkan kemungkinan adanya lesi prakanker atau keganasan sebanyak 96% pada wanita sehat. PEMBAHASAN Rerata usia peserta pada penelitian ini adalah 41,1 tahun, dengan usia terbanyak 34,2% pada kelompok usia 40 sampai 49 tahun. Berdasarkan laporan WHO tahun 1992, kanker serviks ditemukan paling banyak pada usia setelah 40 tahun dan lesi derajat tinggi pada umumnya dapat dideteksi sepuluh tahun sebelum terjadi kanker dengan puncak terjadinya displasia pada usia 35 tahun. Rerata paritas pada penelitian ini 2,9 dan 31,7% memiliki anak lebih dari 3. Penelitian di Bali tahun 2000 menunjukkan 32% penderita kanker serviks paritas lebih dari empat. Peneliti lain juga menyatakan paritas lebih dari tiga mengakibatkan naiknya frekuensi kanker serviks menjadi 3 kali, multiparitas juga berkaitan erat dengan usia menikah yang pada umumnya ditemukan pada pernikahan muda. 10,11 Usia menikah dari peserta penelitian ini mempunyai rentang antara 13 tahun sampai 35 tahun dengan rerata 20,1 tahun dan 51,7% menikah pada usia kurang dari 20 tahun. Faktor risiko usia menikah yang berhubungan dengan kejadian kanker serviks adalah semakin dini seorang perempuan melakukan hubungan seksual semakin tinggi risiko terjadinya kanker serviks sehingga semakin besar pula kemungkinan ditemukannya lesi prakanker. Hal ini disebabkan pada usia tersebut terjadi perubahan lokasi sambungan skuamokolumner sehingga relatif lebih peka terhadap stimulasi onkogen. 11 Pekerjaan dari peserta penelitian ini dikelompokkan menjadi empat yaitu ibu rumah tangga, pegawai negeri sipil, pekerja swasta dan pemijat yang merangkap sebagai PSK. Kelompok pemijat juga bekerja sebagai pekerja seksual, sehingga merupakan kelompok risiko tinggi. Pekerja seksual merupakan kelompok risiko tinggi oleh karena tingginya kemungkinan infeksi HPV. Studi epidemiologik menunjukkan 90-95% kanker serviks berkaitan dengan infeksi HPV yang ditularkan melalui hubungan seksual. 7,8,10 Dahulu kontrasepsi hormonal merupakan faktor predisposisi kanker serviks, namun saat ini masih merupakan kontroversi. ACOG tidak lagi memasukkan sebagai faktor predisposisi kanker serviks, namun peneliti lain tetap memasukan pil KB kombinasi sebagai faktor predisposisi terjadinya kanker serviks. Sedang depoprovera dan susuk merupakan kontrasepsi hormonal (progesteron) yang bersifat protektif terhadap pengaruh estrogen. Penggunaan IUD berpotensi terjadinya servisitis kronik akibat iritasi kronik dari benang sehingga akan memudahkan terjadinya infeksi, di samping itu iritasi kronik dapat menyebabkan transformasi sel epitel normal menjadi epitel displastik, yang reversibel setelah pengangkatan IUD. Perubahan-perubahan ini merupakan akibat suatu proses iritasi, infeksi, ulserasi, penyembuhan dan perbaikan yang berulang kali. 11 Dari uraian di atas berdasarkan usia menikah, paritas, kontrasepsi, usia pertama kali hubungan seksual tergolong risiko rendah sedang kelompok risiko tinggi karena bekerja sebagai pekerja seksual (10%). Hubungan hasil pemeriksaan IVA, tes Pap dan histopatologi Hasil uji diagnostik pemeriksaan IVA menunjukkan bahwa pemeriksaan IVA mempunyai sensitifitas (84%), spesifisitas (89%) dan nilai duga positif (87%), serta nilai duga negatif (88%) yang tinggi. Walaupun demikian tampak nilai spesifitas, dan nilai duga positif tidak jauh berbeda dengan tes Pap. Temuan ini sebanding dari penelitian-penelitian sebelumnya seperti di Jakarta Volume 43, Nomor 3, Tahun 2008 119

Media Medika Indonesiana didapatkan sensitifitas IVA 90,9%, spesifisitas 99,9%, nilai duga positif 83,3% dan nilai duga negatif 99,8%, sedang laporan dari JHPIEGO dan Univesitas Zimbabwe mendapatkan sensitifitas IVA 77% dengan spesifisitas 64%. 3-5 Uji diagnostik tes Pap tampak tidak cukup sensitif (55%) tetapi memiliki spesifitas yang tinggi (90%), nilai duga positif (84%) dan nilai duga negatif (69%). Cukup rendahnya hasil sensitifitas disebabkan cukup tingginya nilai negatif semu (20,8%), nilai negatif semu dari tes Pap dilaporkan antara 15%-25%. 11 Untuk mendapatkan hasil tes Pap yang baik, setiap tahap dalam pemeriksaan mulai dari pengambilan sediaan, fiksasi, transportasi, pewarnaan dan interpretasi harus dilakukan dengan benar, bila salah satu tahapan di atas tidak dilakukan dengan benar, maka akan mempengaruhi hasil pemeriksaan. Tingginya negatif semu pada penelitian ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain karena minimalnya lesi sehingga belum memberikan hasil positif pada tes Pap, adanya eksudat inflamasi dan debris nekrotik yang dapat mengganggu kualitas sediaan di samping faktor-faktor lain seperti di atas yang mungkin terjadi. 7-9 Walaupun demikian tingginya nilai spesifisitas dan nilai prediksi positif dapat memberikan gambaran bahwa hasil positif pada tes Pap adalah cukup dapat diandalkan sebagai pemeriksaan penapis. Hasil ini sesuai dengan kepustakaan yang mengatakan sensitifitas dari pemeriksaan tes Pap yang bervariasi antara 50-98% dengan spesifisitas 93%, laporan dari JHPIEGO dan Universitas Zimbabwe mendapatkan hasil sensitifitas tes Pap 44,3% dan spesifisitas 90,6%. Sebuah systematic review terhadap 92 penelitian mendapatkan sensitifitas tes Pap yang bervariasi antara 37-87% dengan spesifisitas antara 86-100%. 11,12 Hasil uji diagnostik pararel antara tes Pap dengan pemeriksaan IVA dapat meningkatkan nilai sensitivitas, spesifisitas dan nilai duga positif pemeriksaan. Berdasarkan hasil di atas, tampak bahwa pemeriksaan IVA yang lebih sederhana dan lebih cepat memberikan hasil sensitivitas yang tinggi sebagai penapis adanya lesi prakanker serviks. Berdasarkan hasil uji diagnostik paralel, dianjurkan untuk melakukan paralel tes khususnya pada kelompok yang berisiko tinggi. Apabila hasil tes paralel positif dapat dilanjutkan dengan biopsi atau pemeriksaan lain yang spesifik. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian inspeksi visual asam asetat (IVA) untuk deteksi dini lesi prakanker serviks dapat disimpulkan bahwa nilai sensitivitas dari pemeriksaan IVA untuk deteksi dini lesi prakanker serviks adalah 84%, spesifisitas 89%, nilai duga positif 87% dan nilai duga negatif 86%. Selain itu uji diagnostik paralel tes Pap dan IVA menunjukkan nilai sensitifitas adalah 81% dan disertai dengan peningkatan nilai spesifitas menjadi 96% dan peningkatan nilai duga positif mencapai 94% serta nilai duga negatif 88%. Selanjutnya inspeksi visual asam asetat (IVA) mempunyai sensitivitas tinggi untuk deteksi dini lesi prakanker serviks. SARAN Berdasarkan simpulan bahwa inspeksi visual asam asetat (IVA) mempunyai sensitivitas yang tinggi untuk deteksi dini lesi prakanker serviks dan mengingat faktor kemudahan, biaya dan efektifitas maka pemeriksaan IVA dapat digunakan sebagai alternatif untuk deteksi dini lesi prakanker serviks, serta diperlukan penyebarluasan teknik pemeriksaan IVA pada petugas kesehatan terutama bidan, sehingga kelainan serviks pada tahap dini dapat diketahui. Khusus untuk alur penulisan diusulkan untuk pelayanan primer dan sekunder sebagai berikut : Pada pelayanan primer pola yang digunakan adalah sebagai berikut: Pada pelayanan sekunder pola yang digunakan adalah sebagai berikut: NEGATIF NEGATIF TES PAP POSITIF DAFTAR PUSTAKA IVA POSITIF KOLPOSKOPI NEGATIF KOLPOSKOPI IVA POSITIF 1. Azis MF. Masalah kanker serviks di Indonesia. Dalam: Pelatihan tes pap dan IVA Pra PIT XII POGI. Palembang; 2001. 2. Kampono N. Permasalahan penanggulangan kanker serviks di Indonesia. Dalam: Lokakarya kanker serviks: metoda alternatif skrining/semarang; 1999. 3. Gaffikin L, Blumenthal PD, Brechin SJG, editors. Alternative for cervical cancer screening and treatment in low- 120 Volume 43, Nomor 3, Tahun 2008

Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) untuk Deteksi Dini Keganasan resource settings. Baltimore: JHPIEGO Corporation; 1997. 4. Nuranna L. Skrining kanker serviks dengan metode skrining alternative: IVA. Cermin Dunia Kedokteran. 2001; 133:5-8. 5. Sjamsuddin S. Pencegahan dan deteksi dini kanker serviks. Cermin Dunia Kedokteran. 2001; 133:9-14. 6. University of Zimbabwe/JHPIEGO Cervical Cancer Project. Visual inspection with acetic for cervical-cancer screening: Test qualities in a primary care setting. Lancer. 1999; 353: 856-7. 7. Sherris J, Herdman C. Preventing cervical cancer in lowresource setting. Outlook. 2000; 18:1-8. 8. Hartono P. VIA (Visual Inspection with aceti Acid) pengamatan servik secara langsung setelah diolesi asam asetat, sebagai alternatif penapisan dan deteksi dini kanker serviks. Dalam: Era baru penatalaksanaan lesi prakanker serviks. Surabaya; 2001:hal.1-8. 9. Hatch KD, Hacker NF. Intraepithelial disease of cervix, vagina and vulva. In: Berek JS, Adashi EY, Hillard PA, editors. Novak s gynecology. 12 th ed. Baltimore: William & Wilkins, 1996; p.447-86. 10. Hanafi I, Octaviyanti D, Indarti J, Moegni EM, Prihartono J. Efektivitas pemeriksaan inspeksi visual dengan asam asetat oleh bidan sebagai upaya mendeteksi lesi prakanker serviks. Obstetri ginekologi Indonesia. 2003; Vol 27(1):59-66. 11. Remoue F, Jacobs N, Miot V, Boniver J, Delvenne P. High intraepithelial expressio zone of the uterine cervix. Am J Obstet Gynecol. 2003;189:1661-5. 12. Nanda K, McCory DC, Myers ER, Bastian LA, Hasselblad V, Hickey JD et al. Accuracy of the papanicolaou test in screening for and follow-up of cervical cytologic abnormallities: a systematic review. Ann intern Med. 2000;132: 810-9. Volume 43, Nomor 3, Tahun 2008 121