BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dan patriotisme bela negara, penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia,

BAB I PENDAHULUAN. potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

2.4 Uraian Materi Pengertian dan Hakikat dari Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia Sebagai pendangan hidup bangsa Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau cara lain yang dikenal dan diakui

I. PENDAHULUAN. satu usaha pembangunan watak bangsa. Pendidikan ialah suatu usaha dari setiap diri

KEWARGANEGARAAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI MATA KULIAH PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN. Syahlan A. Sume. Modul ke: Fakultas FEB

BAB I PENDAHULUAN. dan dasar negara membawa konsekuensi logis bahwa nilai-nilai Pancasila harus selalu

MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. negara. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah tentang sistem pendidikan nasional, dirumuskan bahwa:

: Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

(Analisis Semiotika Terhadap Film Garuda di Dadaku)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Produksi film di Indonesia kian hari kian berkembang, mulai dari yang

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. menjadi media hiburan juga berfungsi sebagai media informasi dan sarana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses pembentukan

C. Pembelajaran PKn 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan Jika dirumuskan, adanya pendidikan kewarganegaraan memiliki tujuan antara lain:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Saat ini globalisasi berkembang begitu pesat, globalisasi mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. membuat negera kita aman, bahkan sampai saat ini ancaman dan gangguan

31. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E) A. Latar Belakang

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMP, MTs, DAN SMPLB

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembentukan watak atau karakter (character building), yang mencakup sikap

B. Tujuan C. Ruang Lingkup

2 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan

MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

BAB I PENDAHULUAN. terlarang serta tingginya budaya kekerasan merupakan contoh permasalahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENTINGNYA PEMIMPIN BERKARAKTER PANCASILA DI KALANGAN GENERASI MUDA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

PENGANTAR (PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN) MAKALAH KEWARGANEGARAAN : PENGANTAR (PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas dan dapat diandalkan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baru belum terbentuk. Hal ini karena sendi-sendi kehidupan selama ini dianggap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Venty Fatimah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara demokrasi adalah negara yang kekuatan sejatinya bukan berada

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. telah berupaya meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan pendidikan diharapkan

d. Hak atas kelangsungan hidup. Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan Berkembang.

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. Ideologi negara adalah pedoman hidup dalam penyelenggaraan negara.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepala desa merupakan pimpinan penyelenggara desa berdasarkan

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fundamental bagi pengaturan serta penyelenggaraan Negara. Sejarah telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Dalam menjalani kehidupan sosial dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

BAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai alat pemersatu bangsa demi merebut kemerdekaan (Rawantina,

I. PENDAHULUAN. komprehensif, yakni pendidikan kemampuan mental, pikir, kepribadian. manusia seutuhnya. Tujuan pendidikan adalah menciptakan seseorang

PANCASILA PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Sistem Informasi.

BAB I PENDAHULUAN. Dunia saat ini dilanda era informasi dan globalisasi, dimana pengaruh dari

BAHAN TAYANG MODUL 11 SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2016/2017 RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

PESAN NILAI KESETIAKAWANAN SOSIAL PADA FILM RUMAH TANPA JENDELA NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai

BAB I PENDAHULUAN. kualitas kepribadian serta kesadaran sebagai warga negara yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter dalam mengisi kemerdekaan. Namun, memunculkan jiwa yang

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. oleh tiap-tiap individu sebagai warga negara. Karena itu, apakah negara tersebut

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 26 TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk menjamin

PANCASILA PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN BERMASYARAKAT BERBANGSA DAN BERNEGARA. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. yang tertulis dalam Pembukaan UUD Negara Indonesia Tahun 1945 dalam Alinea

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. perkembangan moral diharapkan mampu berjalan dengan baik, serasi dan sesuai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang utama untuk membentuk karakter siswa yang

ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR

BAB I PENDAHULUAN. di kenal dengan pendidikan civic. Demikian pula masa Presiden Soeharto,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai suku, ras, adat istiadat, bahasa, budaya, agama, serta kepercayaan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 25/PER/M.KOMINFO/12/2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi membuat dunia transparan seolah olah tidak mengenal batas antar Negara.

PEDOMAN POKOK NILAI-NILAI PERJUANGAN YAYASAN LBH INDONESIA DAN KODE ETIK PENGABDI BANTUAN HUKUM INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. boleh merampas hak hidup dan merdeka tersebut.

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BELA NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. Konstitusi atau Undang-Undang Dasar (UUD) menempati tingkatan

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1 Disadur dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-02.KP TAHUN 2010 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI IMIGRASI

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membangun dirinya maupun lingkungan masyarakat, bangsa dan negaranya.

KONSTRUKSI PENDIDIKAN KARAKTER CINTA DAMAI DALAM FILM DI TIMUR MATAHARI (Analisis Semiotik dalam Perspektif PPKn)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kekuasaan atau adat yang berlaku untuk semua orang dengan tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. keadilan sosial. Didalamnya sekaligus terkandung makna tugas-pekerjaan yang harus

PANCASILA SEBAGAI DASAR DAN IDEOLOGI NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. Akhlak sebagai potensi yang bersemayam dalam jiwa menunjukkan

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Pancasila dan Implementasinya

5 Contoh Sikap dan Perbuatan yang Mencerminkan Usaha Pelestarian Lingkungan Hidup sebagai Pengamalan Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah mengungkapkan Pancasila sebagai jiwa seluruh rakyat Indonesia,

TUGAS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MAKALAH DEMOKRASI PANCASILA INDONESIA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 menjelaskan dengan tegas bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas hukum (rechstaat) dan bukan berdasarkan atas kekuasaan (machstaat). Negara tidak boleh melaksanakan aktivitasnya atas dasar kekuasaan belaka, tetapi harus berdasarkan hukum. Hal ini berarti bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara hukum yang demokratis berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, menjunjung tinggi hak asasi manusia dan menjamin segala warga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan. Negara juga wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. Dari situ dapat lihat bahwa penghayatan, pengamalan dan pelaksanaan hak asasi manusia maupun hak serta warga negara untuk menegakkan keadilan tidak boleh ditinggalkan oleh warga negara, setiap penyelenggaran negara, setiap lembaga kenegaraan, dan lembaga kemasyarakatan baik di pusat maupun di daerah. Begitu pula dalam kehidupan manusia di masyarakat baik sebagai pribadi maupun sebagai kolektivitas, senantiasa berhubungan dengan nilai-nilai budaya, hukum dan norma serta moral. Kehidupan masyarakat dimana pun tumbuh dan berkembang dalam ruang lingkup interaksi nilai dan moral yang memberi motivasi dan arah sekalian anggota masyarakat untuk berbuat, bertingkah dan bersikap. Nilai dan norma adalah sesuatu yang berharga, yang berguna, yang indah, yang memperkaya batin, yang menyadarkan manusia akan harkat dan martabat secara universal. Nilai dan norma bersumber pada budi yang berfungsi mendorong, mengarahkan sikap dan perilaku manusia. Nilai dan norma sebagai suatu sistem merupakan salah satu wujud kebudayaan, di samping sistem sosial dan budaya. Nilai dan norma yang dianut dituangkan dalam sebuah produk hukum berupa undang-undang tertulis. 1

2 Nilai-nilai yang hidup dan berkembang dalam masyarakat Indonesia yang menjadi sumber moral dan menjelma dalam wujud aneka ragam kebudayaan daerah, dapat dikembangkan dalam mewujudkan hak dan kewajiban sosial khususnya dalam kerangka hukum, yang menjadi patokan dalam berinteraksi. Sumber-sumber perumusan dalam produk hukum berasal dari nilai-nilai dasar yang terkandung dalam kehidupan sosial bangsa. Nilai-nilai itu tampil sebagai norma dan moral kehidupan yang ditempa dan dimatangkan oleh pengalaman sejarah bangsa Indonesia untuk membentuk dirinya sebagai bangsa yang merdeka, berdaulat dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia, nilai-nilai menjadi sumber inspirasi dan cita-cita untuk diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Hak dan kewajiban, dua kata itu tak terpisahkan satu sama lain. Pemenuhan hak meniscayakan kewajiban, sedangkan pelaksanaan kewajiban mengindikasikan adanya hak. Hak seseorang adalah kewajiban bagi orang lain, begitu pula sebaliknya. Masing-masing memiliki tanggung jawab nyata untuk melihat apa tugas dan kemudian melaksanakannya. Tugas kerangka hukum adalah menyeimbangkan hak dan kewajiban antar individu agar tidak ada individu yang merasa terampas haknya dan tidak ada individu yang merasa benar telah merampas hak orang lain. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui adanya permasalahan tentang bagaimanakah pengetahuan masyarakat di bidang hukum yang dapat mempengaruhi perilaku masyarakat untuk taat pada hukum baik sebagai pribadi maupun kelompok (organisasi). Seperti diketahui kesadaran hukum masyarakat dewasa ini semakin menipis. Melalui media dapat disaksikan para pejabat atau pemimpin yang seharusnya dapat dijadikan contoh, justru banyak yang menjadi tersangka korupsi dan kemudian diadili. Para pemimpin lainnya sibuk memainkan kata-kata untuk bersembunyi dari tanggung jawab atas perbuatannya. Tidak ada kesamaan antara kata-kata dan perbuatan yang dilakukannya. Hal ini menjadi contoh yang tidak baik bagi generasi muda. Sudah bukan rahasia lagi bahwa di lembaga pendidikan, dapat dijumpai perilaku tidak jujur yang dilakukan individu di sekolah. Mulai dari

3 siswa yang menyontek, sering alasan tidak masuk kelas, sering telat masuk kelas, alasan tidak memngerjakan PR dan lain-lain. Dari permasalahan tersebut, apabila tertanam sejak dini akan tumbuh generasi bangsa yang korup. Korupsi adalah bahaya laten bagi bangsa dan negeri ini. Ibarat kanker, korupsi menyebar ke seluruh lapisan masyarakat dan menggerogoti ketahanan negara. Praktik korupsi dimulai dari level terendah hingga yang level pimpinan. Bentuknya bisa suap dan pungutan liar, persekongkolan dan manipulasi uang negara, hingga penyalahgunaan wewenang dalam suatu jabatan. Korupsi memiliki akibat atau dampak negatif yang cukup besar. Korupsi dapat menghancurkan efektivitas potensial semua program pemerintah, dapat mengganggu/menghambat pembangunan dan menimbulkan korban individual dan kelompok. Korupsi juga dapat membahayakan stabilitas dan keamanan masyarakat, merusak nilainilai demokrasi dan moralitas, dan membahayakan pembangunan sosial, ekonomi dan politik. Upaya untuk meminimalkan praktik korupsi ini adalah dengan meningkatkan kesadaran hukum masyarakat. Hal ini dapat dimulai sejak dari bangku sekolah yaitu dengan menanamkan nilai-nilai kesadaran hukum. Ini bukan hanya menjadi tugas pemerintah dan pendidik saja, tetapi juga menjadi tanggung jawab masyarakat secara umum. Untuk pengembangan pendidikan kesadaran hukum di persekolahan mata pelajaran PPKn dan mata pelajaran agama merupakan ujung tombak. Dalam PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) antara lain ada ketentuan bahwa kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dimaksudkan untuk peningkatan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak, dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta peningkatan kualitas dirinya sebagai manusia. Kesadaran dan wawasan termasuk wawasan kebangsaan, jiwa dan patriotisme bela negara, penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup, kesetaraan gender, demokrasi, tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum, ketaatan membayar pajak, dan sikap serta perilaku anti korupsi, kolusi, dan nepotisme.

4 PPKn memiliki misi sebagai pendidikan demokrasi, pendidikan hukum, pendidikan moral/karakter. Sebagai pendidikan demokrasi, esensinya misi PPKn untuk meningkatkan kemampuan partisipasi warga Negara dalam mengembangkan dan memelihara system politik demokrasi Pancasila. Sedangkan sebagai pendidikan hukum misi PPKn adalah mewujudkan warga Negara yang memiliki kesadaran hokum. Selanjutnya sebagai pendidikan karakter misi PPKn adalah membentuk warga Negara yang memiliki sikap dan perilaku yang sejalan dengan nilai-nilai Pancasila dan yang berlaku dalam kehidupan masyarakatnya. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) memiliki visi sebagai nation and character building. Yakni membangun karakter manusia Indonesia yang Pancasilais, karena ideologi Pancasila merupakan identitas bagi bangsa Indonesia. Selain berdimensi identitas, Pancasila juga berdimensi humanitas (sila kedua dan keempat) dan universalitas (sila pertama dan keempat) (Cholisiin,2010: 1). PPKn sebagai pendidikan hukum dimaksudkan adalah pendidikan hukum dalam negara demokrasi yang berdasarkan hukum. Konsekuensi PPKn sebagai pendidikan politik, hukum dan moral/karakter, maka kemampuan berpartisipasi secara bertanggung jawab bagi warga negara harus sejalan dengan peraturan hukum dan norma moral yang berlaku dalam masyarakatnya. Tanggung jawab warga negara (citizen responsibility/civic responsibilities) menurut CCE (1994 :37) antara lain dapat dicontohkan: melaksanakan aturan hukum; menghargai hak orang lain; memiliki informasi dan perhatian terhadap kebutuhan-kebutuhan masyarakatnya; melakukan kontrol terhadap para pemimpin yang dipilihnya dalam melaksanakan tugas-tugasnya; melakukan komunikasi dengan para wakil di sekolah, pemerintah lokal, pemerintah nasional; memberikan suara dalam suatu pemilihan; membayar pajak; menjadi saksi di pengadilan; serta bersedia untuk mengikuti wajib militer, dan sebagainya. Pendidikan hukum dapat menggunakan berbagai media untuk pendidikan kesadaran hukum anti korupsi. Salah satunya melalui media film. Media film selain mengandung unsur hiburan juga mengandung unsur pendidikan yang menyampaikan pesan-pesan moral seperti : kejujuran, keteguhan, toleransi,

5 kebijaksanaan, kesabaran dan sebagainya. Artinya film sebagai media hiburan dan tontonan namun juga sebagai tuntunan yang membawa pesan sebuah nilai-nilai kesadaran hukum bagi generasi muda. Film Kita Versus Korupsi adalah sebuah film yang menceritakan mengenai berbagai hal yang menyinggung mengenai tindak kasus korupsi, ssebuah penyakit sosial dan hukum yang saat ini sedang mewabah dengan begitu hebatnya di kalangan masyarakat Indonesia. Empat film pendek yang ada dalam satuan Kita Versus Korupsi lebih ingin menunjukkan bagaimana sebenarnya sebuah tindakan korupsi sebenarnya dapat berada di berbagai sudut kehidupan keseharian penontonnya. Kumpulan 4 film pendek yang merupakan program kampanye anti korupsi antara lain: 1) Rumah Perkara; 2) Aku padamu; 3) Selamat Siang Risal; 4) Psssttt... Jangan Bilang Siapa-Siapa. Dengan rangkaian cerita yang sederhana, namun disajikan dengan begitu kuat, kualitas teknis yang tidak mengecewakan sekaligus didukung dengan penampilan para pemeran yang mampu menghidupkan setiap karakter yang diperankan, Kita Versus Korupsi adalah film yang sarat dengan pesan-pesan moral kejujuran dan anti korupsi. Pesan tersebut merupakan ideologi yang terkonstruksi dalam isi film Kita Versus Korupsi. Melalui film ini juga, generasi muda bangsa diharapkan dapat belajar nilai-nilai yang sesuai dengan norma dan hukum. Berdasarkan paparan di atas, penulis melakukan pengkajian dalam bentuk penelitian yang berjudul: Nilai-Nilai Kesadaran Hukum Dalam Film Kita Versus Korupsi (Analisis Semiotik dalam Perspektif PPKn). B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut: 1. Perilaku korup telah memasuki hampir seluruh sendi kehidupan bangsa Indonesia. Kasus-kasus korupsi menjadi contoh yang tidak baik bagi generasi muda.

6 2. Upaya meminimalkan perilaku korup di antaranya dengan memberikan pendidikan kesadaran hukum bagi seluruh warga negara 3. Masyarakat memiliki tanggung jawab dalam pendidikan generasi muda. Masyarakat dapat memberikan contoh perilaku yang sadar hukum di antaranya melalui media film. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut: 1. Apakah film Kita Versus Korupsi memiliki nilai pendidikan kesadaran hukum? 2. Bagaimanakah muatan nilai-nilai kesadaran hukum yang ada dalam film Kita Versus Korupsi? D. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mendeskripsikan bahwa film Kita Versus Korupsi memiliki nilai pendidikan kesadaran hukum 2. Untuk mendeskripsikan nilai-nilai kesadaran hukum yang ada dalam film Kita Versus Korupsi E. Manfaat atau Kegunaan Penelitian 1. Manfaat atau Kegunaan Teoritis a. Penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan pendidikan kesadaran hukum bagi warga negara b. Menambah pengetahuan khususnya mengenai wacana pendidikan kesadaran hukum pada siswa melalui media film 2. Manfaat atau Kegunaan Praktis a. Memberikan masukan dan informasi yang berguna bagi mahasiswa terhadap pendidikan kesadaran hukum melalui media film

7 b. Memberi sumbangan pengetahuan dan informasi kepada mahasiswa maupun masyarakat mengenai pentingnya pendidikan kesadaran hukum. F. Daftar Istilah 1. Hukum adalah kristalisasi nilai yang hidup dalam masyarakat. Hukum tiada lain adalah penjelmaan nilai masyarakat tentang kesepakatan hidup bersama 2. Kesadaran hukum adalah seluruh kompleks kesediaan warga masyarakat untuk berperilaku sesuai dengan keharusan yang ditetapkan oleh hukum. Kesadaran hukum akan memotivasi warga masyarakat untuk secara suka rela menyesuaikan segala perilakunya kepada ketentuan hukum perundang-undangan negara yang berlaku. 3. Semiotika adalah studi tentang pertandaan dan makna dari sistem tanda; ilmu tentang tanda, tentang bagaimana makna dibangun dalam teks media; atau studi tentang bagaimana tanda dari jenis karya apapun dalam masyarakat yang mengkomunikasikan makna.