KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN Nomor 195.1/Kpts/OT.210/4/2002

dokumen-dokumen yang mirip
KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN Nomor 194.1/Kpts/OT.210/4/2002

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN Nomor : 136/Kpts/OT.210/2/2002

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN Nomor : 393/Kpts/OT.130/6/2004 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENGUJIAN MUTU PRODUK TANAMAN MENTERI PERTANIAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN Nomor 285/Kpts/OT.210/4/2002

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN Nomor : 392/Kpts/OT.130/6/2004 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 60/Permentan/HK.060/8/2007 TENTANG UNIT PERCEPATAN PENCAPAIAN SWASEMBADA DAGING SAPI TAHUN 2010

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 95/Kpts/KL.500/2/2003 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN Nomor 287/Kpts/OT.210/4/2002

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN Nomor 286/Kpts/OT.210/4/2002

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN Nomor 284/Kpts/OT.210/4/2002

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN Nomor : 289/Kpts/OT.210/4/2002

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 663/Kpts-II/2002 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PERBENIHAN TANAMAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 665/Kpts-II/2002 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI MENTERI KEHUTANAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN Nomor : 292/Kpts/OT.210/4/2002

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 664/Kpts-II/2002 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PERSUTERAAN ALAM MENTERI KEHUTANAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 391/Kpts/OT.130/6/2004 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 80 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI TEMANGGUNG BUPATI TEMANGGUNG,

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN Nomor : 82/Kpts/OT.210/1/2002

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN/ DEWAN HARIAN KETAHANAN PANGAN NOMOR : 456/Kpts/OT.160/7/2006 TENTANG

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN BLITAR

SURAT KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 629/Kpts/OT.140/12/2003 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BESAR VETERINER MENTERI PERTANIAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 253/Kpts/OT.140/4/2004 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 44/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENGUJIAN MUTU ALAT DAN MESIN PERTANIAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KOORDINASI PERGURUAN TINGGI SWASTA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 109 TAHUN 2000 TENTANG DEWAN GULA NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN:

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH

KEPMEN NO. 182 TH 2003

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 403/Kpts/OT.210/6/2002 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR PENGEMBANGAN MEKANISASI PERTANIAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KOORDINASI PERGURUAN TINGGI SWASTA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 11/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN PONTIANAK

SURAT KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 488/Kpts/OT.160/10/2003 TENTANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 1998 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

SURAT KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 632/Kpts/OT.140/12/2003 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 71/Permentan/OT.140/12/2010 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 82 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2003 TENTANG DEWAN GULA INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 390/Kpts/OT.130/6/2004 TENTANG

SURAT KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 630/Kpts/OT.140/12/2003 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL SAPI PERAH

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77/HUK/2013 TENTANG TIM KOORDINASI PROGRAM KESEJAHTERAAN SOSIAL ANAK NASIONAL TAHUN 2013

SURAT KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 489/Kpts/OT.160/10/2003 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.557/Menhut-II/2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PEMANTAUAN PEMANFAATAN HUTAN PRODUKSI

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 25/PRT/M/2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BENDUNGAN MENTERI PEKERJAAN UMUM,

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 031/0/2002 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 63 TAHUN 2016

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 41/Permentan/OT.140/9/2006 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 205/Kpts/OT.210/3/2003 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 92 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA KECAMATAN

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN Nomor : 402/Kpts/OT.210/6/2002 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENGUJIAN MUTU ALAT DAN MESIN PERTANIAN

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 194/Kpts/KP.150/4/2002 TENTANG KOMISI PESTISIDA MENTERI PERTANIAN,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 109 TAHUN 2000 (109/2000) TENTANG DEWAN GULA NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KOORDINASI PERGURUAN TINGGI SWASTA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 26/Permentan/OT.140/2/2007 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 43 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI INSPEKTORAT KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR,

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 112/Kpts/OT.210/2/2003 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PROYEK DESENTRALISASI PENYULUHAN PERTANIAN DAN KEHUTANAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

BUPATI GUNUNGKIDUL BUPATI GUNUNGKIDUL,

SURAT KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 390/Kpts/TP.600/5/1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM NASIONAL PENGENDALIAN HAMA TERPADU MENTERI PERTANIAN,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 43/Kpts/Tp.270/1/2003 TENTANG

BUPATI BANTUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 487/Kpts/OT.160/10/2003 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 54 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN TEMANGGUNG

2017, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); MEMUTUSKAN: Menetapka

PERATURAN MENTERI PERTANIAN Nomor : 05/Kpts/OT.140./1/2005 TENTANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 1996 TENTANG PEMBANGUNAN PULAU NATUNA SEBAGAI KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI TERPADU

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 95/Perrrentan/ar.140/12/2011 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2007 NOMOR: 25 PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR: 25 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 08/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2000 TENTANG BADAN KEBIJAKSANAAN DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN NASIONAL

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BARRU

PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 77 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 33/Permentan/OT.140/7/2006 TENTANG PENGEMBANGAN PERKEBUNAN MELALUI PROGRAM REVITALISASI PERKEBUNAN

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

SURAT KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 628/Kpts/OT.140/12/2003 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR PENGUJIAN DAN SERTIFIKASI OBAT HEWAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 10/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

SURAT KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 618/Kpts/PD.140/12/2003 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR KARANTINA TUMBUHAN MENTERI PERTANIAN,

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP-148/MEN/2001 PENGGUNAAN DAN PENGEMBANGAN KEAHLIAN DAN

PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 136 TAHUN 1999 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN

Transkripsi:

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN Nomor 195.1/Kpts/OT.210/4/2002 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PROYEK PENGEMBANGAN INDUSTRI MASYARAKAT PERKEBUNAN PUSAT MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menciptakan distribusi pendapatan dan nilai tambah secara adil diantara pelaku usaha perkebunan serta membangun masyarakat perkebunan yang berbudaya industri dengan landasan efisiensi, produktifitas dan berkelanjutan, perlu dikembangkan Kawasan Industri Masyarakat Perkebunan; b. bahwa proyek pengembangan kawasan industri masyarakat perkebunan pusat sebagai penunjanmg dalam melaksanakan tugas teknis Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan di bidang pengembangan kawasan industri masyarakat perkebunan serta mengkoordinasikan beberapa proyek pola UPP berbantuan di lingkup Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan; c. bahwa berdasarkan hal tersebut di atas, dan untuk kelancaran tugastugas Proyek agar lebih berdayaguna dan berhasilguna, maka dipandang perlu menetapkan Organisasi dan Tata Kerja Proyek Pengembangan Kawasan Industri Masyarakat Perkebunan Pusat dengan Keputusan Menteri Pertanian; Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman ( Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3478); 2. Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 2000 tentang Pelaksanaan Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara; 3. Keputusan Presiden Nomor 102 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen; 4. Keputusan Presiden Nomor 109 Tahun 2001 tentang Oraganisasi dan Tugas Eselon I Departemen; 5. Keputusan Presiden Nomor 228/M Tahun 2001 tentang Pembentukan Kabinet Gotong Royong; 6. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 01/Kpts/-OT.210/1/2001 juncto Keputusan Menteri Pertanian Nomor 354.1/Kpts/OT.210/7/2001 tentang Kelengkapan Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pertanian; 7. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 99/Kpts/-OT.210/1/2001 juncto Keputusan Menteri Pertanian Nomor 392/Kpts/OT.-210/7/2001 tentang Kelengkapan Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pertanian;

Memperhatikan : 1. Loan Agreement Nomor 14.69-INO 2. Loan Agreement Nomor 350-ID 3. Loan Agreement Nomor 1186-INO 4. Loan Agreement Nomor INP-22 5. Loan Agreement Nomor 1351-INO 6. Loan Agreement Nomor 1258-INO MEMUTUSKAN : Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PROYEK PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI MASYARAKAT PERKEBUNAN PUSAT. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam keputusan ini yang dimaksud dengan : 1. Proyek pengembangan kawasan industri masyarakat perkebunan pusat yang selanjutnya disebut PROYEK KIMBUN Pusat, adalah proyek sebagaimana dimaksud dalam program pengembangan agribisnis berbaris perkebunan pusat. 2. Proyek pengembangan perkebunan rakyat pola UPP Berbantuan, yang selanjutnya disebut proyek pola UPP Berbantuan yang dibentuk berdasarkan Loan Egreement seperti proyek IPM, STCPP, EISCDP, SPL-OECF, SRADP dan SADP, adalah bagian proyek yang berada dibawah koordinasi proyek kimbun pusat. Pasal 2 Proyek Kimbun Pusat mempunyai tujuan : a. memfasilitasi Peningkatan Kesejahteraan petani dan kualitas pelaku usaha perkebunan; b. meningkatkan produksi dan produktifitas usaha perkebunan; c. memfasilitasi peningkatan penyediaan bahan baku industri hilir perkebunan; d. memfasilitasi peningkatan mutu produk penyediaan lapangan kerja; e. mendorong pengembangan industri masyarakat perkebunan (kimbun) yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan; f. menumbuhkan kelembagaan ekonomi rakyat; g. meningkatkan pembinaan diservikasi pangan. Pasal 3 Ruang Lingkup Proyek meliputi : Kegiatan Pelayanan dan bimbingan serta pengawasan pengembangan Agribisnis barbaris perkebunan pada kawasan industri masyarakat perkebunan yang diarahkan untuk meningkatkan

produktifitas, kelembagaan petani, asistensi petani komoditi melalui upaya pelatihan, pengelolaan dan pemanfaatan sumbardaya secara optimal dalam pengembangan perkebunan. BAB II ORGANISASI PENYELENGGARA PROYEK Pasal 4 Untuk penyelenggaraan proyek dibentuk Organisasi penyelenggara proyek yang terdiri dari : a. Tim Pembina Proyek. b. Pengelola Proyek. Bagian Kesatu TIM PEMBINA PROYEK Pasal 5 (1) Direktur Jenderal Bina Produksi perkebunan adalah penanggung jawab dan pembina proyek; (2) Dalam menyelenggarakan tugas selaku penanggung jawab dan pembina proyek, Direktur Jenderal Bina Produksi Perkebunan dibantu oleh Tim Pembina Proyek. Pasal 6 Tim Proyek mempunyai tugas : a. memberikan saran pertimbangan kepada Direktur Jenderal Bina Produksi Perkebunan selaku penanggung jawab proyek dalam merumuskan kebijakan operasional dan pengendalian pelaksanaan proyek; b. melakukan pemantauan pelaksanaan proyek melalui pengkajian laporan pelaksanaan proyek atau pemantauan langsung ke lokasi; c. menyampaikan laporan berkala setiap 3 (tiga) bulan sekali kepada Direktur Jenderal Bina Produksi Perkebunan selaku penanggung jawab proyek, dengan tembusan kepada eselon I terkait. Pasal 7 (1) Tim Pembina Proyek adalah pejabat eselon II di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan dengan susunan keanggotaan yang terdiri dari ketua, sekretaris, dan anggota, di angkat dan diberhentikan oleh Direktur Jenderal Bina Produksi Perkebunan. (2) Sekeretaris Tim Pembina Proyek mempunyai tugas membantu ketua Tim Pembina Proyek dalam : a. mempersiapkan penyelenggaraan rapat; b. mempersiapkan bahan/materi yang akan dibahas dalam rapat; c. menyusun risalah dan rumusan hasil rapat;

d. menyiapkan laporan berkala setiap 3 (bulan) bulan. Bagian Kedua PENGELOLA PROYEK Pasal 8 Proyek Kimbun Pusat dipimpin oleh seorang pemimpin Proyek yang berada di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Bina Produksi Perkebunan. Pasal 9 Proyek KIMBUN Pusat menyelenggarakan fungsi : a. Penyusunan dan penyiapan rencana pengembangan agribisnis berbaris perkebunan; b. Pelaksanaan kegiatan peningkatan kualitas dan produktivitas sumber daya manusia; c. Pelaksanaan pembinaan pola pengelolaan sumber daya lahan untuk kepentingan pembangunan yang berwawasan lingkungan; d. Pelaksanaan kegiatan pembangunan sarana dan prasarana perkebunan untuk mendukung pembangunan agribisnis yang berbudaya industri dengan landasan efisiensi. Proyek KIMBUN Pusat terdiri dari : Pasal 10 a. Proyek Pengembangan KIMBUN Pusat b. Bagian Proyek Pengendalian Hama Terpadu Perkebunan Rakyat/PHT-PR (IPM) c. Bagian Proyek Pengembangan Unit Pengelolaan Karet Rakyat/PPUPKR (STCPP) d. Bagian Proyek Pengembangan Perkebunan Rakyat Wilayah Timur Indonesia/P2RWTI (EISCDP) e. Bagian Proyek Pengembangan Infra Struktur di Areal Perkebunan Perkebunan (SPL-OECF) f. Bagian Proyek Pengembangan Usaha Tani Lahan Kering Sulawesi (SRADP) g. Bagian Proyek Pengembangan Budidaya Terpadu Irian Jaya (SADP) BAB III SUSUNAN ORGANISASI PROYEK Pasal 11 (1) Susunan Organisasi Proyek sebagaimana dimaksud dalam Pasal I terdiri dari : a. Pemimpin Proyek; b. Asisten Pemimpin Proyek Bidang Administrasi dan Perencanaan; c. Asisten Pemimpin Proyek Bidang Operasional; d. Asisten Pemimpin Proyek Bidang Monitoring dan Evaluasi;

e. Bendaharawan Proyek. (2) Susunan Organisasi Proyek sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 huruf b, c, d, e, f, dan g mengacu pada keputusan Menteri Pertanian tentang Pe4mbentukan Organisasi Proyeknya masing-masing.. (3) Ketentuan Atasan langsung masing-masing bagian proyek sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mangacu pada keputusan ini. Pasal 12 Struktur Organisasi Proyek sebagaimana tercantum pada lampiran keputusan ini. BAB IV URAIAN TUGAS PROYEK PENGEMBANGAN KIMBUN PUSAT Pasal 13 (1) Pemimpin Proyek mempunyai tugas menyelenggarakan kegiatan proyek yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan terhadap pencapaian tujuan proyek; (2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pemimpin proyek menyelenggarakan fungsi; a. pelaksana kegiatan administrasi proyek dan penyusunan anggaran proyek serta penyebarluasan informasi proyek lingkup Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan; b. persiapan dan pengusulan rencana tahunan berupa DUP/DIP serta menetapkan rencana operasional (RO) proyek; c. penyusunan organisasi, uraian tugas dan tata kerja serta pengisian personalia dalam pelaksana proyek; d. pengaturan penerimaan, pengalokasian serta penyaluran pembiayaan; e. penyelenggaraan pengendalian pelaksanaan kegiatan dalam rangka kelancaran dan keberhasilan pelaksanaan proyek, baki fisik maupun keuangan; f. pemeriksaan kas proyek sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali; g. penentuan penggunaan uang serta pengiriman surat pertanggungjawaban keuangan proyek sesuai dengan ketentuan yang berlaku; h. penyampaian laporan sesuai ketentuan tepat pada waktunya kepada unit-unit kerja lingkup Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan dan instasi terkait. i. Penghimpunan laporan tahunan proyek dan bagian proyek lingkup proyek pengembangan KIMBUN Pusat. (3) Pemimpin proyek diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Pertanian atas usul Direktur Jenderal Bina Produksi Perkebunan (4) Dalam melaksanakan tugas, pemimpin proyek dibantu oleh 3 (tiga) orang Asisten pemimpin proyek dan seorang Bendaharawan Proyek.

Pasal 14 (1) Asisten pemimpin proyek Bidang Administrasi dan perencanaan, mempunyai tugas membantu pemimpin proyek dalam melaksanakan koordinasi dan pengawasan dalam rangka pencapaian tugas proyek; (2) Untuk melaksanakan tugas dimaksud pada ayat (1) Asisten pemimpin proyek Bidang Administrasi dan Perencanaan menyelenggarakan fungsi; a. pelaksana koordinasi dan pengawasan atas seluruh kegiatan proyek; b. penyusunan petunjuk kegiatan dan anggaran proyek; c. penyusunan anggaran proyek; d. penyelenggaraan proses revisi DIP/PO; e. pemberian saran dan pertimbangan kepada pemimpin proyek, dalam rangka kelancaran pelaksanaan dan keberhasilan pencapaian tujuan proyek; f. pengolahan dan penilaian pengajuan permintaan pembiayaan kegiatan dari semua unsur pelaksana proyek; g. pengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan pengadaan bahan-bahan/peralatan proyek; h. pelaksanaan kegiatan/pemeliharaan material proyek; i. penyelenggaraan kegiatan administrasi proyek, pengadaan komputerisasi perkantoran, penyelesaian inventaris barang kekayaan negara; j. pengolahan laporan yang disampaikan oleh unsur pelaksana proyek serta penyusunan laporan sesuai dengan ketentuan yang berlaku; k. penyelenggaraan pemantauan perkembangan bagian proyek; l. pemantauan perkembangan proyek pengembangan KIMBUN di daerah. (3) Asisten pemimpin proyek Bidang Administrasi dan perencanaan diangkat dan diberhentikan oleh Direktur Jenderal Bina Produksi Perkebunan atas usul pemimpin proyek; Pasal 15 (1) Asisten pemimpin proyek Bidang Operasional mempunyai tugas membantu pemimpin proyek dalam melaksanakan kegiatan bidang operasional. (2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Asisten pemimpin proyek bidang operasional menyelenggarakan fungsi: a. penyelenggaraan koordinasi, bimbingan teknis dan administrasi, serta pelaksanaan pelaksanaan kegiatan proyek; b. pemberian saran dan pertimbangan kepada pemimpin proyek dalam rangka kelancaran operasional proyek; c. penyusunan dan penyampaian laporan serta persiapan perencanaan untuk kegiatan proyek/bagian proyek; d. penyelenggaraan pemantauan perkembangan bagian proyek; e. pemantauan perkembangan proyek pengembangan KIMBUN di daerah

(3) Asisten pemimpin proyek bidang operasional diangkat dan diberhentikan oleh Direktur Jenderal Bina Produksi Perkebunan atas usul pemimpin proyek. Pasal 16 (1) Asisten pemimpin proyek bidang monitoring dan Evaluasi mempunyai tugas membantu pemimpin proyek dalam melaksanakan kegiatan bidang monitoring dan evaluasi. (2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Asisten pemimpin proyek bidang monitoring dan Evaluasi menyelenggarakan fungsi : a. penyelenggaraan koordinasi, bimbingan teknis dan administrasi, serta pelaksanaan pelaksanaan pengawasan atas pelaksanaan kegiatan proyek; b. pemberian saran dan pertimbangan kepada pemimpin proyek dalam rangka monotoring dan Evaluasi proyek; c. penyusunan dan penyampaian laporan, serta mempersiapan kegiatan monitoring dan Evaluasi pelaksanaan fisik; d. pengendalian pelaksanaan pengadaan barang dan jasa, monitoring dan evaluasi proyek; e. penyelenggaraan monitoring dan evaluasi perkembangan proyek; f. pemantauan perkembangan bagian proyek pengembangan KIMBUN daerah. (3) Asisten pemimpin proyek Bidang Monitoring dan Evaluasi diangkat dan diberhentikan oleh Direktur Jenderal Bina Produksi Perkebunan atas usul pemimpin proyek; Pasal 17 (1) Pelaksana proyek mempunyai tugas membantu Asisten pemimpin proyek di dalam melaksanakan kegiatan proyek sesuai dengan rencana dan jadwal yang telah ditetapkan dalam rencana operasional (RO) proyek di bidangnya masing-masing yang dikoordinasikan dengan penanggung jawab kegiatan (2) Pelaksana proyek mempunyai tugas membantu pelaksana utama di dalam melaksanakan kegiatan proyek di bidangnya masing-masing sesuai dengan rencana dan dan jadwal yang telah ditetapkan dalam rencanaoperasional (RO) proyek; (3) Uraian tugas bagi pelaksana utama/pelaksana proyek ditetapkan oleh pemimpin proyek; (4) Pelaksana Utama, penanggung jawab kegiatan dan pelaksana proyek di angkat dan diberhentikan oleh pemimpin proyek, dan bertanggung jawab kepada pemimpin proyek melalui Asisten pemimpin proyek di bidangnya masing-masing. Pasal 18 (1) Bendaharawan proyek mempunyai tugas menerima, menyimpan, membayar dan membukukan keuangan proyek, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; (2) Untuk dapat melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Bendaharawan proyek menyelenggarakan fungsi : a. penerimaan, penyimpanan dan pengadaan pembayaran atas suatu tagihan sesuai dengan persetujuan pemimpin proyek;

b. pengajuan surat permintaan pembayaran (SPP) melalui SPP-LS atau SPP-GU; c. penyelenggaraan pembukuan/pencatatan secara tertib mengenai keuangan proyek; d. penyimpanan bukti kas secara berurutan, beraturan dan aman; e. pembuatan laporan keadaan kas pembangunan (LKKP); f. pemberian data mengenai dana anggaran yang telah digunakan dan yang masih tersedia manurut tolok ukur dan janis pengeluaran; g. pemungut pajak-pajak negara dan menyetor seluruh pajak yang dipungut sebulan sekali; (3) Bendaharawan Proyek dibantu oleh beberapa orang pembantu Bendaharawan. (4) Bendaharawan proyek diangkat dan diberhentikan olah Menteri Pertanian atas usul Direktur Jenderal Bina Produksi Perkebunan. BAB V ATASAN LANGSUNG PEMIMPIN PROYEK Pasal 19 Atasan langsungpemimpin proyek adalah pejabat Eselon II di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan selaku penanggung jawab dan pembina sehari-hari kegiatan pelaksanaan proyek yang diangkaty dan diberhentikan oleh Direktur Jenderal Bina Produksi Perkebunan. BAB VI PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PROYEK Pasal 20 Pembinaan dan pengawasan proyek dilakukan oleh Direktur Jenderal Bina Produksi Perkebunan, yang sehari-hari dilakukan oleh atasan langsung pemimpin proyek sebagaimana dimaksud dalam pasal 19. Pasal 21 (1) Pembinaan dan Pengawasan yang dilaksanakan meliputi: a. Koordinasi perencanaan kegiatan proyek dalam rangka mengintegrasikan kebijakan Menteri dengan kepentingan daerah; b. Koordinasi dalam pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan proyek. (3) Hasil pelaksanaan pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaporkan kepada Direktur Jenderal Bina Produksi Perkebunan selaku penanggung jawab program.

BAB VII LAPORAN PROYEK Pasal 22 (1) Pemimpin proyek membuat laporan (2) pelaksanaan proyek yang dikelolanya secara bulanan, triwulan, dan tahunan serta laporan akhir/purna proyek sesuai dengan ketentuan paraturan perundang-undangan yang berlaku. (3) Pemimpin proyek membuat laporan pelaksanaan bagian proyek yang dikelolanya secara bulanan, triwulan, dan tahunan serta laporan akhir/purna proyek sesuai dengan ketentuan paraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 23 (1) Laporan pemimpin proyek sebagaimana dimaksud dalam pasal 22, ayat (1) disampaikan kepada Menteri Pertanian c.q. Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian, Ketua BAPPENAS, Direktur Jenderal Anggaran dengan tembusan kepada Direktur Jenderal terkait sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Laporan pemimpin bagian proyek sebagaimana dimaksud dalam pasal 22 ayat (2) disampaikan kepada pimpinan proyek. BAB VIII TATA KERJA Pasal 24 (1) Dalam melaksanakan tugasnya, para pemimpin satuan organisasi proyek wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi baik dalam lingkungan masing-masing, maupun antar satuan kerja proyek serta instansi lain diluar proyek sesuai tugas masingmasing. (2) Setiap pimpinan satuan organisasi proyek wajib mengawasi bawahanya masing-masing dan bila terjadi penyimpangan agar mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai dengan paraturan perundang-undangan yang berlaku. (3) Pimpinan satuan organisasi proyek wajib mengikuti dan memenuhi petunjuk dan bertanggung jawab kepada atasan masing-masing serta menyampaikan laporan berkala tepat pada waktunya. (4) Laporan yang diterima oleh pimpinan satuan organisasi proyek dari bawahan wajib diolah dan dipergunakan sebagai bahan untuk penyusunan laporan lebih lanjut dan untuk memberikan petunjuk kepada bawahan. (5) Asisten pemimpin proyek, menyampaikan laporan kepada pemimpin proyek dan pemimpin proyek menyampaikan laporan berkala kepada Menteri Pertanian melalui Direktur Jenderal Bina Produksi Perkebunan. (6) Dalam menyampaikan laporan kepada atasan, tembusan laporan wajib disampaikan kepada satuan organisasi lain yang secara fungsional mempunyai hubungan kerja.

(7) Pelaksanaan koordinasi antar Bagian Proyek dengan proyek mencakup kegiatan administrasi penyelenggaraan proyek termasuk mekanisme penyusunan anggaran tahunan dan revisi melalui proyek. BAB IX PEMBIAYAAN Pasal 25 Segala biaya yang diperlukan sehubungan dengan diterbitkanya keputusan ini dibebankan pada anggaran Direktur Jenderal Bina Produksi Perkebunan, malalui anggaran DIP proyek pembinaan peningkatan produksi pangan perkebunan pusat. BAB XI KETENTUAN PENUTUP Pasal 26 Dalam hal purna proyek, pemimpin proyek/bagian Proyek menyerahkan seluruh hasil kegiatan proyek kepada Direktur Jenderal Bina Produksi Perkebunan yang selanjutnya diteruskan kepada Menteri Pertanian untuk ditetapkan statusnya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 27 Hal-hal yang belum cukup diatur dalam keputusan ini diatur lebih lanjut oleh Direktur Jenderal Bina Produksi Perkebunan. Pasal 28 Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dan berlaku surut terhitung sejak tanggal 1 Januari 2002 Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 1 April 2002 MENTERI PERTANIAN ttd PROF.DR.IR.BUNGARAN SARAGIH, M.Ec

SALINAN : Keputusan ini disampaikan kepada Yth, 1. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan; 2. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian; 3. Mentari Keuangan; 4. Menteri Perindustrian dan Perdagangan; 5. Menteri Kehutanan; 6. Mentari Tenaga Kerja dan Transmigrasi; 7. Menteri Negara Perencanaan dan Pembangunan Nasional/Ketua BAPPENAS; 8. Menteri Negara Pemukiman dan Prasarana Wilayah; 9. Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah; 10. Pejabat Eselon I lingkup Departemen Pertanian; 11. Kepala Dinas yang Menangani Bidang Perkebunan Propinsi Seleruh Indonesia.