BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional dapat dilihat dari

BAB 1 PENDAHULUAN. organ tubuh. Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di seluruh dunia saat ini terjadi transisi demografi dimana proporsi

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Manusia akan menjalani proses kehidupan yang memiliki 5 yakni

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah meningkatnya usia harapan hidup (UHH) manusia. Indonesia. Hampir setiap tahunnya negara Indonesia selalu menempati

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

EFEKTIFITAS PEMBERIAN TERAPI MUSIK TERHADAP PENURUNAN GEJALA INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI WERDA RINDANG ASIH II BONGSARI SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KECENDERUNGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lansia adalah individu yang berusia di atas 60 tahun. Lansia umumnya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (2011), pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa jumlah. jiwa dengan usia rata-rata 60 tahun (Bandiyah, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. fisilogis organ tubuhnya (Wahyunita, 2010). Banyak kelainan atau penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang di sebut dengan proses menua (Hurlock, 1999 dalam Kurniawan,

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Lanjut usia biasanya mengalami perubahan-perubahan fisik yang wajar,

BAB 1 PENDAHULUAN. 11% dari seluruh jumlah penduduk dunia (± 605 juta) (World Health. meningkat menjadi 11.4% dibandingkan tahun 2000 sebesar 7.4%.

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran. Meningkatnya proporsi penduduk lanjut usia (lansia) ini, berkaitan

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. periode dewasa akhir atau usia tua. Lansia merupakan bagian dari anggota

BAB I PENDAHULUAN survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang memiliki umur

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia.

ABSTRAK PENGARUH PELAKSANAAN SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI PUSKESMAS KALUKU BODOA MAKASSAR TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, menyebabkan jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat. dan cenderung bertambah lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. menurut tingkatan usia lanjut yakni usia pertengahan (45-59), usia lanjut (60-

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya (Padila, 2013). Pada tahun 2012, UHH penduduk dunia rata rata

BAB I PENDAHULUAN. alamiah. Memasuki masa tua berarti mengalami perubahan baik secara fisiologi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan.

memberikan gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke, Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat

Arifal Aris Dosen Prodi S1 keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proses menua adalah suatu proses menghilangnya kemampuan jaringan

BAB I PENDAHULUAN. 11,34% atau tercatat 28,8 juta orang, yang menyebakan jumlah penduduk

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dapat dikatakan stres ketika seseorang tersebut mengalami suatu

I. PENDAHULUAN. hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Indonesia menurut survey Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006

BAB I PENDAHULUAN. proses alami yang sudah ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa (Nugroho,

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA TAMBAK MERANG GIRIMARTO WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit yang berkaitan dengan faktor penuaanpun meningkat, seiring

BAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Data dari World Health Organization (WHO) mencatat pada tahun 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun. Pada tahun 2010, diprediksi jumlah lansia sebesar 23,9 juta jiwa dengan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lansia didunia sebesar 400 juta berada di Asia (Data Informasi &

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu (Dinkes, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

HUBUNGAN KEBIASAAN MANDI AIR HANGAT DENGAN GANGGUAN POLA TIDUR PADA USIA LANJUT DI DESA CANDEN KRAJAN KALIKOTES KLATEN

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa dihindari. Lanjut usia (lansia) menurut Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA INSOMNIA PADA LANJUT USIA (LANSIA) DI DESA GAYAM KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. memberikan gambaran yang jelas tentang gagal jantung. Pada studinya disebutkan

seseorang. Setiap individu membutuhkan jumlah yang berbeda untuk Kozier(2008) dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah:

BAB I PENDAHULUAN. cenderung lebih cepat. Saat ini di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan penyakit pada lansia. Salah satu gangguan psikologis

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup, sehingga jumlah populasi lansia juga meningkat. Saat ini

SKRIPSI PENGARUH SENAM LANSIA TERA TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS TIDUR LANSIA DI YAYASAN WERDA SEJAHTERA DESA KAWAN KECAMATAN BANGLI

BAB 1 PENDAHULUAN. Untuk mengetahui sampai seberapa jauh perubahan yang terjadi, perlu adanya

BAB I PENDAHULUAN. Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa awal atau muda adalah masa transisi dari remaja ke dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. biasanya progresif dan berhubungan dengan peningkatan respon inflamasi kronik

BAB I PENDAHULUAN. perubahan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

PENGARUH TERAPI YOGA TERHADAP TINGKAT INSOMNIA PADA LANSIA DI UPT PANTI WREDHA BUDHI DHARMA PONGGALAN UMBULHARJO YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. sangat signifikan, dan setiap tahun di berbagai belahan dunia jumlah

PENGARUH TERAPI MUSIK JAWA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT INSOMNIA PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA MAGETAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak yang berkualitas agar dapat melanjutkan cita-cita bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lanjut usia merupakan suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sel-sel baru, memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak, dan memberi

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan sejak bayi,

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya angka harapan hidup (life expectancy). Dilihat dari masa

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu. Jumlah penduduk pada

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Menurut Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 yang termuat

BAB 1 : PENDAHULUAN. penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Salah satu indikator

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif yaitu eksperimental semu (Quasi Experimental. Design). Tipe penelitian Quasy Eksperimental Design adalah

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

BAB I PENDAHULUAN. seperti sekarang ini, kualitas tidur yang baik jarang dimiliki oleh banyak

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu diteliti dan diatasi (Suyono, 2005). Namun tidak demikian

Oleh Sherli Mariance Sari Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Bina Husada Palembang

BAB I. tahun dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2000, jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan dapat menyebabkan sulit tidur (Potter dan Perry, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki, mengganti, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dapat dihindari oleh setiap orang. Sekarang ini banyak orang yang bertahan dari

BAB I PENDAHULUAN. merupakan istilah bagi individu yang telah memasuki umur di atas 60 tahun (>60

BAB I PENDAHULUAN. terapi lingkungan untuk pasien dengan depresi yaitu Plant therapy di mana tujuan dari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini melibatkan 70 orang responden yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. umur harapan hidup tahun (Nugroho, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi lansia adalah tingkatkan kesehatan. Salah satu aspek utama dari peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2011, pada tahun UHH adalah 66,4

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh pemerintah telah mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara umum antara lain dapat dilihat dari menurunnya angka kematian bayi dan ibu serta meningkatnya angka umur harapan hidup. Lanjut usia (lansia) merupakan tahap akhir dari siklus kehidupan. Hal ini merupakan salah satu kenyataan dan tidak dapat dihindari dimana seseorang mengalami perubahan secara biologis, psikologis maupun sosial. Perubahan ini merupakan suatu proses yang normal terjadi pada semua orang, namun dalam derajat yang berbeda dan tergantung pada lingkungan kehidupan lanjut usia (Stockslanger, 2007). Fakta yang ada saat ini diseluruh dunia jumlah populasi lansia diperkirakan. lebih dari 629 juta jiwa. Di tahun 2025 akan mengalami peningkatan menjadi 1,2 millyar (BPS, 2008) dan diprediksi akan menduduki peringkat negara dengan struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika Serikat, dengan umur harapan hidup diatas 70 tahun (Nugroho, 2008). Laporan Dinkes Kabupaten Bangli tentang laporan lansia Bulan Mei Tahun 2013 menunjukkan bahwa jumlah penduduk lansia yang ada di desa Kawan Kecamatan Bangli berjumlah 11.309 jiwa (25.1%) dari total jumlah lansia yang ada di Kabupaten Bangli 44.943 jiwa (DinKes, 2013)

2 Proses menua merupakan faktor utama terjadinya peningkatan populasi lansia. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu anak, dewasa dan tua. Proses menua ini merupakan proses yang terus-menerus atau berkelanjutan secara alamiah oleh semua manusia. Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan-perubahan yang kumulatif (Nugroho, 2008). Proses menua alami ditandai dengan adanya penurunan atau perubahan kondisi fisik, psikologis maupun sosial dalam berinteraksi dengan orang lain. Gangguan dalam pola istirahat-tidur merupakan salah satu masalah yang dialami dalam proses menua. Keluhan sulit masuk tidur atau mempertahankan tidur atau tetap tidak segar meskipun sudah tidur, terbangun lebih awal, mengantuk yang berlebihan merupakan keluhan yang sering muncul pada lansia yang disebabkan oleh kebosanan, kebiasaan, depresi, penyakit organik, perubahan pola tidur seiring dengan bertambahnya usia yang mana tahap ke-3 dan ke-4 dari siklus tidur lansia terjadi dengan frekuensi yang lebih jarang Potter & Perry. (2006) Survei yang dilakukan oleh Nasional Institute of Health di Amerika mendapatkan bahwa ditahun 1970 total penduduk yang mengalami gangguan tidur (insomnia) 17 % dari populasi. Persentase penderita insomnia lebih tinggi dialami oleh kaum lansia. Di mana 1 dari 4 pada usia 60 tahun mengalami sulit tidur yang serius (Chopra,1994 dalam Purwanto, 2007). Dament et al. tahun 2005 dalam Amir, 2007 melaporkan setiap tahun diperkirakan sekitar 20%-50% orang dewasa melaporkan adanya gangguan tidur dan sekitar 17% mengalami gangguan tidur

3 yang serius. Prevalensi gangguan tidur pada lansia cukup tinggi yaitu sekitar 67%. (Amir,2007) Secara fisiologis, jika seseorang tidak mendapatkan tidur yang cukup maka pikiran, memori, konsentrasi, kesigapan termasuk mood atau suasana hati, membuat keputusan dan berpartisipasi dalam aktifitas harian akan terganggu. Gangguan tidur juga bisa menyebabkan depresi dan menurunnya daya tahan tubuh (Lumbantobing. 2004). Apabila lansia yang sehat mengalami kurang tidur maka akan dapat mengganggu kesehatannya dan jatuh ke kondisi sakit dan apabila lansia yang sakit mengalami gangguan tidur maka akan dapat memperlambat proses kesembuhannya dan dapat pula memperburuk kondisinya dan menimbulkan keluhan baru pada lansia itu sendiri. Penanganan yang selama ini dilakukan di rumah sakit maupun puskesmas untuk mengurangi keluhan gangguan tidur umumnya dengan penatalaksanaan farmakologis dan non-farmakologi yang meliputi pendekatan hubungan antara pasien dan tenaga medis, konseling dan psikoterapi serta sleep hygiene (Japardi 2002). penyembuhan secara non-farmakologis terhadap gangguan tidur pada lansia sangat diperlukan untuk meminimalkan efek terapi farmakologis. Selain itu upaya yang dapat dilakukan dengan cara promotif, yaitu dengan meningkatkan kesehatan pada lansia yang salah satunya dapat dilakukan dengan olahraga atau senam secara teratur (Prayitno, 2002). Senam lansia adalah salah satu bentuk kesegaran jasmani yang ditujukan kepada kelompok lansia (Suroto, 2004). Senam lansia merupakan olahraga ringan yang mudah dilakukan dan tidak memberatkan (Anggriyana,2010) dan juga

4 merupakan salah satu tindakan didalam terapi prilaku yang mengembangkan metode fisiologis melawan ketegangan dan kecemasan. Senam lansia sendiri mempunyai banyak manfaat bagi lansia. Antara lain: membantu tubuh tetap bugar dan segar karena melatih tulang tetap kuat, mendorong jantung bekerja optimal, membantu menghilangkan radikal bebas yang ada didalam tubuh, dapat meningkatkan kemampuan kewaspadaan, pemusatan perhatian, daya ingat serta kemampuan eksekutif. Efek yang lain dengan senam adalah peserta menyatakan bisa tidur lebih nyenyak (Suroto, 2004). Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di Yayasan Werda Sejahtera lingkungan desa Kawan Kecamatan Bangli, pada lansia yang mengeluh memiliki gangguan tidur. Hasil wawancara dari 10 orang lansia, 7 diantaranya mengeluh tidak bisa tidur. Mereka mengeluh sering terbangun 3 sampai 5 kali pada malam hari dan sulit untuk memulai tidur kembali. Mereka juga sering merasa mengantuk pada siang hari sehingga mengganggu aktivitas lansia pada siang hari. Keluhan gangguan tidur yang sering dialami lansia membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini, selain itu lansia yang mengalami gangguan tidur di wilayah ini belum maksimal melakukan senam lansia dan belum adanya evaluasi terhadap kegiatan senam lansia yang telah dilakukan sehingga peneliti tertarik untuk melakanakan penelitian di wilayah desa tersebut. Berdasarkan latar belakang diatas, adanya fenomena menurunnya kualitas tidur pada kaum lansia akibat dari proses menua ini sangat menarik untuk diteliti dan ditelaah lebih lanjut tentang Adakah pengaruh senam lansia tera terhadap peningkatan kualitas tidur pada lansia?

5 1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu Adakah pengaruh senam lansia tera terhadap peningkatan kualitas tidur pada lansia di Yayasan Werda Sejahtera desa Kawan Kecamatan Bangli? 1.3 Tujuan Penelitian Dalam penelitian ini peneliti membedakan tujuan penelitian menjadi dua yaitu: 1.3.1 Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh senam lansia tera terhadap peningkatan kualitas tidur lansia di Yayasan Werda Sejahtera desa Kawan Kecamatan Bangli. 1.3.2 Tujuan Khusus Adapun tujuan khususnya adalah sebagai berikut: a. Mengidentifikasi beda antara kualitas tidur lansia sebelum dengan kualitas tidur lansia setelah dilakukan senam lansia tera pada kelompok kontrol. b. Mengidentifikasi beda antara kualitas tidur lansia sebelum dengan kualitas tidur lansia setelah dilakukan senam lansia tera pada kelompok eksperimen. c. Menganalisis beda antara kualitas tidur lansia setelah dilakukan senam lansia tera pada kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian dibagi menjadi dua bagian yaitu: 1.4.1 Manfaat secara teoritis

6 a. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengembangkan ilmu dan keterampilan dalam merawat pasien lansia yang mengalami gangguan tidur. b. Dapat digunakan sebagai dasar untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan senam lansia 1.4.2 Manfaat secara praktis a. Sebagai bahan masukan bagi perawat untuk menggunakan senam lansia sebagai salah satu terapi alternatif untuk mengatasi gangguan tidur pada lansia serta untuk meminimalkan efek penggunaan terapi farmakologis b. Sebagai bahan masukan bagi perawat untuk meningkatkan asuhan keperawatan pada lansia yang mengalami gangguan tidur. c. Membantu pasien terutama pada lansia yang mengalami gangguan tidur agar bisa mengatasi masalahnya secara mandiri dengan melakukan latihan senam karena sangat mudah dan bermanfaat 1.5 Keaslian Penelitian Berdasarkan telaah literature, penelitian yang berkaitan dengan judul dari penelitian ini adalah: 1.5.1 Taat Sumedi (2010) dalam penelitian yang berjudul Pengaruh Senam Lansia terhadap penurunan skala insomnia pada lansia di Panti Wredha Dewanata Cilacap Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen dengan rancangan pretest-posttest without kontrol group. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan total sampling, dengan jumlah sampel sebanyak 16 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Analisa data yang digunakan dengan uji pair t test (pre-post) dan hasilnya

7 bahwa ada pengaruh yang bermakna senam bugar lansia terhadap penurunan skala insomnia di Panti Wredha Dewanata Cilacap dengan nilai signifikasi (p) value = 0.00 lebih rendah dari a = 0,05 Perbedaan dengan penelitian ini antara lain terletak pada variabel dependen, waktu dan tempat penelitian, rancangan penelitian, teknik pengambilan sampel serta jumlah sampel yang diambil. 1.5.2 Jefry Mahardika (2009) dalam penelitian yang berjudul Hubungan keteraturan mengikuti senam lansia dan kebutuhan tidur lansia di UPT PSLU Pasuruan di Babat Lamongan. Penelitian ini menggunakan desain Cross Sectional tanpa ada follow up/ tindak lanjut setelah peneliti melakukan observasi data dengan menggunakan kuesioner. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 20 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Analisa data yang digunakan dengan uji spearman-rank (rho) corellation dan didapatkan nilai p sebesar 0,000 < a = 0,05 berarti ada hubungan keteraturan mengikuti senam lansia dengan pemenuhan kebutuhan tidur lansia di UPT PSLU Pasuruan di Babat Lamongan. Berdasarkan uraian penelitian diatas, terdapat beberapa perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan antara lain terletak pada variabel dependen, waktu dan tempat penelitian, rancangan penelitian, teknik pengambilan sampel, jumlah sampel yang diambil serta analisa data yang digunakan.