Pengaruh Massa Biji Buah Mangga Arum Manis (Mangifera indica L.) Terhadap Kadar Bioetanol

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PRODUKSI BIO-ETANOL DARI DAGING BUAH SALAK ( Salacca zalacca ) PRODUCTION OF BIO-ETHANOL FROM FLESH OF SALAK FRUIT ( Salacca zalacca )

PEMBUATAN BIOETANOL DARI BIJI DURIAN MELALUI HIDROLISIS. Skripsi Sarjana Kimia. Oleh : Fifi Rahmi Zulkifli

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Energi (M BOE) Gambar 1.1 Pertumbuhan Konsumsi Energi [25]

SUBSTITUSI EKSTRAK AMPAS TEBU TERHADAP LAJU KEASAMAN DAN PRODUKSI ALKOHOL PADA PROSES PEMBUATAN BIOETHANOL BERBAHAN DASAR WHEY

PEMANFAATAN SAMPAH SAYURAN SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOETANOL.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Pengaruh Hidrolisa Asam pada Produksi Bioethanol dari Onggok (Limbah Padat Tepung Tapioka) Oleh :

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif yang didukung dengan studi pustaka.

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan energi dunia saat ini telah bergeser dari sisi penawaran ke sisi

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk

ANALISIS KADAR BIOETANOL DAN GLUKOSA PADA FERMENTASI TEPUNG KETELA KARET (Monihot glaziovii Muell) DENGAN PENAMBAHAN H 2 SO 4

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. asam ataupun enzimatis untuk menghasilkan glukosa, kemudian gula

PEMBUATAN BIOETANOL DARI LIMBAH KULIT SINGKONG MELALUI PROSES HIDROLISA ASAM DAN ENZIMATIS

II. METODOLOGI C. BAHAN DAN ALAT

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang

PRODUK BIOETANOL DARI PATI MANGGA (Mangifera Indica L.) DENGAN PROSES HIDROLISA ENZIM DAN FERMENTASI

BIOETHANOL. Kelompok 12. Isma Jayanti Lilis Julianti Chika Meirina Kusuma W Fajar Maydian Seto

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan sudah tidak layak jual atau busuk (Sudradjat, 2006).

FERMENTASI ETANOL DARI SAMPAH TPS GEBANG PUTIH SURABAYA

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014 bertempat di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dimulai dari bulan April 2010 sampai dengan bulan Januari

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat. Sedangkan ketersediaan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara bagian tropis yang kaya akan sumber daya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia dan

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Atomik., 2016, 01 (2) hal 65-70

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Proses Produksi Bioetanol Dari Pati Jagung. Jagung dikeringkan dan dibersihkan, dan di timbang sebanyak 50 kg.

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

I. PENDAHULUAN. biomasa, sedangkan 7% disintesis dari minyak bumi. terjadinya krisis bahan bakar pada masa yang akan datang, pemanfaatan etanol

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama ± 2 bulan (Mei - Juni) bertempat di

BIOETANOL DARI PATI (UBI KAYU/SINGKONG) 3/8/2012

III METODOLOGI PENELITIAN

Mulai. Identifikasi Masalah. Studi Literatur. Pengadaan Alat dan Bahan a. Pengadaan alat b. Pengadaan tetes tebu

PEMBUATAN BIOETANOL DARI RUMPUT GAJAH

BAB III METODE PENELITIAN

Direndam dalam aquades selama sehari semalam Dicuci sampai air cucian cukup bersih

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

Pengaruh Rasio Pelarut dan Berat Yeast pada Proses Fermentasi Pati Keladi (Colocasia esculenta) menjadi Etanol

KADAR GLUKOSA DAN KADAR BIOETANOL PADA FERMENTASI TEPUNG UMBI KETELA POHON (Manihot utilissima pohl) DENGAN PENAMBAHAN H 2 SO 4

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ari Kurniawan Prasetyo dan Wahyono Hadi Jurusan Teknik Lingkungan-FTSP-ITS. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. samping itu, tingkat pencemaran udara dari gas buangan hasil pembakaran bahan

BAB I PENDAHULUAN. disegala bidang industri jasa maupun industri pengolahan bahan baku menjadi

PEMBUATAN BIOETANOL BERBASIS SAMPAH ORGANIK BATANG JAGUNG

BAB I PENDAHULUAN Sebagian besar produksi dihasilkan di Afrika 99,1 juta ton dan 33,2 juta ton

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) saat ini meningkat. Pada tahun

BAB III METODE PENELITIAN. selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8

Lampiran 1. Hasil identifikasi ubi kayu

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bahan bakar. Sumber energi ini tidak dapat diperbarui sehingga

Teknologi Pengolahan Bioetanol dari Nira Aren

Analisa Penggunaan Bahan Bakar Bioethanol Dari Batang Padi Sebagai Campuran Pada Bensin

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Biokimia Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia semakin tahun

BAB I PENDAHULUAN. Energi merupakan salah satu sumber kehidupan bagi makhluk hidup.

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Agustus 2013 di Laboratorium

BAB I PENDAHULUAN. Bioetanol merupakan salah satu alternatif energi pengganti minyak bumi

BAB I PENDAHULUAN. maka kebutuhan energi juga mengalami peningkatan. Hal tersebut tidak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang kebutuhan bahan bakarnya

PEMBUATAN BIOETANOL DARI BUAH SALAK DENGAN PROSES FERMENTASI DAN DISTILASI

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN SACCHAROMYCES CEREVISIAE TERHADAP TINGKAT PRODUKSI BIOETANOL DENGAN BAHAN BAKU TETES TEBU

KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL PADA FERMENTASI TEPUNG KETELA POHON (Manihot utilissima Pohl) DENGAN DOSIS RAGI DAN WAKTU FERMENTASI YANG BERBEDA

PROSES PRODUKSI ALKOHOL MELALUI FERMENTASI BUAH

PENGARUH KONSENTRASI RAGI TERHADAP KADAR ETANOL HASIL FERMENTASI JERAMI PADI (Oryza sativa) SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN BIOETANOL ALTERNATIF

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - November 2011 :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Noor Azizah, 2014

KUALITAS BIOETANOL LIMBAH PADAT BASAH TAPIOKA DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN WAKTU FERMENTASI YANG BERBEDA. Skripsi

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PEMBUATAAN ARANG AKTIF DARI KULIT PISANG DENGAN AKTIVATOR KOH DAN APLIKASINYA TERHADAP ADSORPSI LOGAM Fe

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014

Teknologi Pengolahan Bioetanol dari Nira Aren

Artikel Penelitian Bidang Fisika, Kimia, Biologi, dan IPA (Murni)

BAB III METODE PENELITIAN. menjadi 5-Hydroxymethylfurfural dilaksanakan di Laboratorium Riset Kimia

BAB I PENDAHULUAN. Ethanol banyak dipergunakan dalam berbagai aspek kehidupan, baik industri

KADAR BIOETANOL LIMBAH TAPIOKA PADAT KERING DIHALUSKAN (TEPUNG) DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KADAR BIOETANOL LIMBAH TAPIOKA PADAT KERING DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA

BAB III METODA PENELITIAN. yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fermentasi yang banyak ditemui dalam produk bir, anggur dan sebagainya.

BAB III METODE PENELITIAN

BIOETANOL DARI LIMBAH KULIT SINGKONG MELALUI PROSES HIDROLISIS SDAN FERMENTASI DENGAN N SACCHAROMYCES CEREVISIAE

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam negeri semakin berkurang, bahkan di

I. PENDAHULUAN. Persediaan bahan bakar fosil yang bersifat unrenewable saat ini semakin

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting, terutama di jaman modern dengan mobilitas manusia yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. minyak bumi pun menurun. Krisis energi pun terjadi pada saat ini, untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan ragi). Di Sulawesi Utara, pengolahan etanol dari nira aren dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. panjang cm dan garis tengah cm. Buah nangka terdiri atas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAHAN DAN METODE. Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

Transkripsi:

Jurnal Fisika Vol.5 No. 1, Mei 2015 18 Pengaruh Massa Biji Buah Mangga Arum Manis (Mangifera indica L.) Terhadap Kadar Bioetanol A.Cristina*, Masturi, N. Istiana, P. Dwijananti, & Sunarno Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang Semarang, Indonesia Email: ameliaacristinaa@gmail.com Abstrak Kebutuhan energi semakin meningkat, namun sumber daya alam atau bahan bakar fosil semakin menurun. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu sumber energi terbarukan untuk mencukupi kebutuhan tersebut. Salah satu alternatif pengganti bahan bakar fosil adalah bioetanol. Bioetanol diproduksi dengan cara fermentasi biji buah mangga arum manis menggunakan ragi roti Saccharomyces cerevisiae. Diketahui biji buah mangga tersebut memiliki kadar karbohidrat sebesar 19,53%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui massabiji mangga yang tepat dalam menghasilkan bioetanol dengan kadar yang tinggi. Penelitian dilakukan dengan pemberian massa biji mangga yang berbeda yaitu 25 gram, 35 gram, dan 45 gram. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa sampel 25 gram, 35 gram, dan 45 gram secara berurutan memiliki kadar etanol sebesar 4,78%; 6,64%; 1,48%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa massa biji mangga 35 gram menghasilkan kadar bioetanol yang tinggi. Kata kunci : biji mangga arum manis (Mangifera indica L.), bioetanol, fermentasi, ragi roti Saccharomyces cerevisiae PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. Bahan tambang yang melimpah ruah merupakan kekayaan negeri yang telah digunakan di berbagai sektor, namun eksploitasi terus menerus tentu menyebabkan habisnya sumber daya ini dari waktu ke waktu. Sektor industri adalah salah satu sektor yang bertumpu pada bahan bakar fosil. Menteri Perindustrian Mohamad Suleman Hidayat menyatakan bahwa saat ini industri masih sangat bergantung pada bahan bakar fosil padahal porsi industri dalam konsumsi energi nasional mencapai 49,4%.Kebutuhan gas industri 2025 diprediksi mencapai 55% dari total kebutuhan energinya. Pada tahun itu, industri akanmembutuhkan gas alam sebanyak 1.553 MMBTU.Selain gas alam, bahan bakar fosil yang menjadi tumpuan industri adalah batu bara. Sebanyak 20,3% energi untuk industri dipenuhi dari batu bara. Pada tahun 2025 dengan skenario biasa, kebutuhan batu bara akan mencapai 26,68 juta ton. Sementara dengan skenario akselerasi, kebutuhan batu bara untuk industri bisa sampai 53,71 juta ton (Kemenperin, 2015). Dengan kebutuhan energi yang semakin meningkat dan sumber daya alam atau bahan bakar fosil yang semakin menurun, dibutuhkan suatu sumber energi terbarukan untuk mencukupi kebutuhan tersebut. Di Indonesia, mangga merupakan tanaman buah yang memberikan sumbangan terbesar ketiga terhadap produksi buah nasional setelah pisang dan jeruk, yaitu 1.627.997 ton atau sekitar 10,07%. Pada periode tahun 2003-2005, Indonesia menduduki urutan kelima sebagai sepuluh besar negara penghasil mangga dunia. Negara penghasil mangga terbesar dunia adalah India mencapai 38,58 %, kedua adalah

19 Cristina dkk, Pengaruh Massa Biji Buah Mangga China sekitar 12,90 %, Thailand mencapai 6,20 %, Meksiko sekitar 5,50 %, dan Indonesia mencapai 5,29 % dari total produksi mangga dunia (Rebin, 2010). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Taty dan Zulpihri (2012), dari 10 gram biji mangga indramayu memiliki kadar karbohidrat 19,53%, lemak 3,80% dan protein sebesar 3,78%. Salah satu alternatif pengganti bahan bakar fosil adalah bioetanol. Bioetanol merupakan etanol yang berasal dari sumber hayati. Bioetanol bersumber dari gula sederhana, amilum dan selulosa. Amilum yang berbentuk polisakarida dapat dihidrolisis menjadi glukosa melalui pemanasan, menggunakan katalis dan pemanfaatan enzim. Glukosa selanjutnya difermentasi menghasilkan etanol. Fermentasi etanol merupakan aktivitas penguraian gula (karbohidrat) menjadi senyawa etanol dengan mengeluarkan gas CO 2. Fermentasi ini dilakukan dalam kondisi anaerob atau tanpa adanya oksigen. Umumnya, produksi bioetanol menggunakan mikroba Saccharomyces cerevisiae. Mikroba ini dapat digunakan untuk konversi gula menjadi etanol dengan kemampuan konversi yang baik, tahan terhadap etanol kadar tinggi, tahan terhadap ph rendah, dan tahan terhadap temperatur tinggi. Salah satu sumber hayati yang memiliki potensi besar sebagai bioetanol adalah biji buah mangga. Biji buah mangga (Mangifera indica L. ) terbukti mengandung karbohidrat dengan kadar 19,53%. Produksi etanol yang menggunakan bahan baku tanaman yang mengandung pati atau karbohidrat, dilakukan melalui proses biokonversi karbohidrat menjadi gula (glukosa) yang larut dalam air (Fitriana, 2009). Glukosa dapat dibuat dari pati-patian dengan menghidrolisis untuk memecahnya menjadi molekul glukosadengan menggunakan asam (misalnya asam sulfat), kemudian dilakukan proses peragian ataufermentasi gula menjadi etanol dengan menambahkan yeast atau ragi (Fitriana, 2009). Pemurnian etanol dilakukan dengan dua tahap, yaitu pemurnian dengan destilasi hingga konsentrasi 95,6% etanol serta dehidrasi etanol untuk mendapatkan etanol absolut. Pemurnian etanol tidak dapat dilakukan hanya dengan satu tahap (destilasi sederhana) karena etanol dan air membentuk campuran azerotrop (Kusuma dan Dwiatmoko, 2009). Prinsip dasar kerja alat destilasi ini yaitu pemisahan yang didasarkan pada perbedaan titik didih atau titik cair dari masing-masing zat penyusun dari campuran homogen. Dalam proses destilasi terdapat dua tahap proses yaitu tahap penguapan dan dilanjutkan dengan tahap pengembangan kembali uap menjadi cair. Dengan melihat kandungan biji buah mangga arum manis dan adanya potensi untuk diolah menjadi bioetanol, maka perlu dilakukan penelitian yang berkaitan dengan pengolahan biji buah mangga tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui massa biji buah mangga arum manis yang tepat dalam menghasilkan bioetanol dengan kadar yang tinggi. METODE Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji buah mangga arum manis (Mangifera indica L.) yang dihaluskan, larutan aquades dan ragi roti Saccharomyces cerevisiae merk Fermipan. Alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain : pisau, penghalus biji mangga arum manis, 3 buah labu Erlenmeyer dan penutupnya, magnetic stirrer, neraca digital, microwave, dangelas kimia. Adapun tahap pertama yang dilakukan yaitu persiapan bahan baku. Biji buah mangga dicuci bersih. Selanjutnya, biji tersebut dikeringkan di bawah terik matahari selama 2 minggu. Kemudian setelah kering, tempurung biji mangga dipisahkan dari daging buah biji mangga dengan cara dikupas. Hasilnya dipanaskan dengan menggunakan microwave, lalu ditumbuk hingga halus. Tahap kedua yaitu proses fermentasi. Biji mangga yang sudah dihaluskan, dimasukkan dalam Erlenmeyer dengan masing masing massa bahan (massa tepung biji mangga) yaitu 25 gram, 35 gram, dan 45 gram. Kemudian ditambahkan aquades sebanyak 100 ml dan diaduk hingga merata dengan menggunakan magnetic stirer. Setelah itu, ragi roti Saccharomyces cerevisiae sebanyak 6 gram dimasukkan ke dalam setiap larutan

Jurnal Fisika Vol.5 No. 1, Mei 2015 20 tersebut. Erlenmeyer ditutup rapat dengan menggunakan plastik untuk menjaga fermentasi secara anaerob, lalu didiamkan selama 10 hari. Tahap berikutnya adalah proses destilasi/pemurnian. Peralatan destilasi disusun dengan baik dan benar. Kemudian, tombol suhu pada peralatan tersebut diatur pada titik didih 78 C yang mana suhu ini merupakan titik didih etanol. Hasil destilasi tersebut dimasukkan ke laboratorium kimia organikuntuk dilakukan pengujian kadar etanol. Pengujian tersebut menggunakan analisis kromatografi gas atau Gas Chromatography (GC). Setelah luas sampel diperoleh, kadar etanol dihitung dengan menggunakan rumus perhitungan kadar, sebagai berikut : Bubuk biji mangga Proses pengadukan tepung biji mangga dan larutan Aquades menggunakan Magnetic Stirrer Proses Fermentasi dengan luas standar = 538607.0909 au. Berikut ini adalah gambar mengenai tahapan kegiatan dalam penelitian. Proses Destilasi/ Pemurnian Karakterisasi Hasil Destilasi/ Pemurnian HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 1. Tahapan Kegiatan Penelitian Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa volume etanol hasil destilasi maksimum dihasilkan oleh massa biji mangga 25 gram sebesar 11 ml. Namun secara keseluruhan, volume etanol yang dihasilkan mengalami penurunan seiring bertambahnya massa biji mangga. Adapun data hasil destilasi larutan fermentasi ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Data Hasil Destilasi Larutan Fermentasi Massa Biji Massa Ragi No. Mangga (gram) (gram) (jam) Lama Waktu Fermentasi Waktu Destilasi (menit) Suhu Destilasi ( ) 1. 25 6 240 60 78 80 11 2. 35 6 240 60 78 80 8 3. 45 6 240 60 78 80 1 Volume Etanol (ml) Penurunan yang cukup signifikan terjadi pada massa biji mangga 45 gram dengan volume etanol 1 ml. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak glukosa yang tidak difermentasi oleh mikroorganisme menjadi etanol. Padahal, sesuai dengan hasil penelitian Suri dkk (2013) menjelaskan bahwa semakin banyak mikroorganisme yang ada, maka akan semakin banyak pula etanol yang terbentuk. Adapun persamaan reaksi pembentukan etanol dari hasil fermentasi gula oleh ragi, sebagai berikut :

21 Cristina dkk, Pengaruh Massa Biji Buah Mangga Dari volume etanol yang diperoleh, lalu dilakukan pengujian kadar etanol. Massa biji mangga 25 gram menunjukkan luas sampel sebesar 25765.79940 au, sehingga diperoleh kadar etanol sebesar 4.78%. Adapun grafik yang menunjukkan luas sampel tersebut ditunjukkan pada Gambar 1. Gambar 4. Kromatogram Sampel Biji Mangga 45 gram Gambar 2. Kromatogram Sampel Biji Mangga 25 gram Selanjutnya, luas sampel yang diperoleh dari massa biji mangga 35 gram yaitu sebesar 35755.90805 au dengan kadar etanol yang diperoleh sebesar 6.64%. Grafik luas sampel tersebut ditunjukkan pada Gambar 2. Gambar 3. Kromatogram Sampel Biji Mangga 35 gram Pada massa biji mangga 45 gram diperoleh luas sampel sebesar 7991.14789 au, sehingga diperoleh kadar etanol sebesar 1.48%. Grafik luas sampel dari massa bahan tersebut dapat dilihat pada Gambar 3. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, sampel biji mangga 25 gram menghasilkan kadar etanol sebesar 4,78% yang berarti lebih rendah dibandingkan sampel biji mangga 35 gram. Ini dikarenakan jumlah nutrisi yang tersedia tidak sebanding dengan jumlah ragi yang diberikan, sehingga kemampuan mikroorganisme dalam memproduksi etanol menurun yang mengakibatkan kadar etanol pun rendah. Konsentrasi glukosa yang baik untuk pertumbuhan khamir (Saccharomyces cerevisiae) antara 10% - 18% karena konsentrasi glukosa yang tinggi (melebihi 18%) akan menghambat pertumbuhan khamir yang mengakibatkan kadar etanol yang dihasilkan sedikit (Khoiriyati, 2013). Kadar etanol tertinggi dihasilkan oleh sampel biji mangga 35 gram yaitu sebesar 6,64%. Hal ini menjelaskan bahwa meskipun hasil destilasi rendah dibandingkan dengan hasil destilasi sampel biji mangga 25 gram, belum tentu kadar etanol pun rendah karena hasil destilasi tersebut belum menunjukkan kadar etanol yang sebenarnya. Pada saat proses destilasi berlangsung, diasumsikan terdapat uap air yang ikut menguap bersama dengan uap etanol walaupun pada jumlah yang relatif sedikit. Terbukti pada massa biji mangga 35 gram, kemampuan mikroorganisme dalam memproduksi etanol paling tinggi ditunjukkan dengan kadar etanolnya maksimum. Dengan melihat hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap biji durian, perbandingan

Jurnal Fisika Vol.5 No. 1, Mei 2015 22 Saccharomyces cerevisiae dengan massa biji durian agar tercapai hasil etanol yang maksimum adalah 1:25 (Nurfiana dkk, 2009). Untuk perbandingan massa biji mangga sendiri, agar diperoleh kadar etanol yang maksimum dibutuhkan ragi sebesar 1:6 terhadap massa biji mangga. Dengan demikian, untuk mencapai hasil etanol yang maksimum, perbandingan massa biji terhadap ragi adalah berbeda-beda untuk setiap biji buah yang akan diteliti. Lain halnya dengan sampel biji mangga 45 gram. Kadar etanol yang dihasilkan sebesar 1,48% yang termasuk dalam urutan paling rendah. Hal ini dikarenakan Saccharomyces cerevisiaetidak tepat bereaksi dengan semua bahan biji mangga, sehingga etanol yang dihasilkan pun kurang optimal. Produksi bioetanol juga dapat dihasilkan dari beberapa jenis buah-buahan. Daging buah salak mampu menghasilkan bioetanol sebesar 49,92% menggunakan ragi Saccharomyces cerevisiae dengan kadar 5% (b/b) (Thamrin dkk, 2011). Selain itu, menurut Woldu et al. (2015) menunjukkan bahwa bioetanol yang dihasilkan oleh biji buah alpukat sebesar 6,365%, sedangkan biji buah nangka menghasilkan bioetanol sebesar 11,5% (Chongkhong, 2012). PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa pemberian massabiji mangga arum manis (Mangifera indica L.) yang berbeda berpengaruh terhadap kadar bioetanol yang dihasilkan. Massa biji mangga 25 gram menghasilkan kadar etanol sebesar 4,78%. Selanjutnya, massa biji mangga 35 gram menghasilkan kadar etanol maksimum yaitu 6,64%, sedangkan kadar etanol minimum dihasilkan oleh massa biji mangga 45 gram yakni sebesar 1,48%. DAFTAR PUSTAKA Chongkhong S., B. Lolharat, & P. Chetpattananondh. 2012. Optimization of Ethanol Production from Fresh Jackfruit Seeds Using Response Surface Methodology. Journal of Sustainable Energy and Environment 3, 97-101. Fitriana, Lila. 2009. Analisis Kadar Bioetanol Hasil Fermentasi Dari Pati Sagu (Metroxylon sago) Asal Papua. Skripsi. Manokwari: UNP. Kementrian Perindustrian. 2015.Bahan Bakar Fosil Tumpuan Industri.Jakarta: Diperbanyak oleh Koran Tempo. Khoiriyati, N.H. 2013. Pengaruh Konsentrasi Ragi terhadap Kadar Etanol Hasil Fermentasi Jerami Padi (Oryza sativa) sebagai Bahan Pembuatan Bioetanol Alternatif. Surakarta: UMS. Kusuma, D. Sulistia, Dwiatmoko, & A. Adep. 2009. Pemurnian Etanol Untuk Bahan Bakar. Berita Iptek Tahun ke-47 No. 1. Banten: LIPI. Nurfiana, F., U. Mukaromah, V.C. Jeannisa, & Sugili Putra. 2009. Pembuatan Bioethanol dari Biji Durian sebagai Sumber Energi Alternatif. Seminar Nasional V SDM Teknologi Nuklir. Yogyakarta: STTN- BATAN. Rebin & Karsinah. 2010. Varietas Unggul Baru Mangga Merah dari KP Cukurgondang. Iptek Holtikultura No.6. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Suri A., Y. Yusak, & R. Bulan. 2013. Pengaruh Lama Fermentasi terhadap Kadar Bioetanol dari Fermentasi Glukosa Hasil Hidrolisis Selulosa Tanda Kosong Kelapa Sawit ( Elaeisguineensis J. ) dengan HCl 30% menggunakan Ragi Roti. Jurnal Saintia Kimia. 1(2). 1-7. Taty & Zulpihri. 2012. Kandungan Biji Mangga Indramayu ( Mangifera indica L. ). Jakarta : UNJ. Thamrin, R., M.J.R. Runtuwene, & M.S. Sangi. 2011. Produksi Bio-Etanol dari Daging Buah Salak (Salacca zalacca). Jurnal Ilmiah Sains, 11(2): 248-252. Woldu, A.R., Y.N. Ashagrie, & Y.A. Tsigie. 2015. Bioethanol Production from Avocado Seed Wastes Using Saccharomyces cerevisiae. American Journal of Environment, Energy and Power Research, 3(1): 1-9.