BAB 1 PENDAHULUAN. Acuan Pembangunan kesehatan pada saat ini adalah konsep Paradigma

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. dari genus Aedes,misalnya Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Penyakit DBD dapat

BAB I PENDAHULUAN. 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010), program pencegahan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era reformasi, paradigma sehat digunakan sebagai paradigma

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod Borne Virus, genus

BAB I PENDAHULUAN. tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOYOLALI I

masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN. Bupati dalam melaksanakan kewenangan otonomi. Dengan itu DKK. Sukoharjo menetapkan visi Masyarakat Sukoharjo Sehat Mandiri dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan di 436 kabupaten/kota dari 497 kabupaten/kota sebesar 88%. Angka kesakitan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kemajuan yang cukup bermakna ditunjukan dengan adanya penurunan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional karena upaya memajukan bangsa tidak akan efektif apabila tidak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang akan memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis.

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

SKRIPSI PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP JUMANTIK KECIL SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PELATIHAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI MIN KETITANG

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan bahkan di Asia Tenggara. World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran epidemiologi..., Lila Kesuma Hairani, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui perantara vektor penyakit. Vektor penyakit merupakan artropoda

Skripsi ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: DIAH NIA HERASWATI J

BAB I. dalam kurun waktu yang relatif singkat. Penyakit menular umumnya bersifat akut

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever

SARANG NYAMUK DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DI DESA KLIWONAN MASARAN SRAGEN

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi dan dalam waktu yang relatif singkat. Penyakit jenis ini masih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes,

BAB 1 PENDAHULUAN. selalu diusahakan peningkatannya secara terus menerus. Menurut UU No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan, dalam pasal 152

HUBUNGAN KEBERADAAN JENTIK

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae

SKRIPSI. Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh AGUS SAMSUDRAJAT J

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. umum dari kalimat tersebut jelas bahwa seluruh bangsa Indonesia berhak untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan tantangan yang muncul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial ekonomi dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdarah Dengue (DBD). Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. kelompok B Arthropod Borne Virus (Arboviroses) dan ditularkan oleh nyamuk

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal bagi masyarakat diselenggarakan upaya kesehatan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dewasa (Widoyono, 2005). Berdasarkan catatan World Health Organization. diperkirakan meninggal dunia (Mufidah, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan penyakit yang cepat, dan dapat menyebabkan. kematian dalam waktu yang singkat (Depkes R.I., 2005). Selama kurun waktu

BAB I PENDAHULUAN. Penyebaran penyakit Demam Dengue (DD)/ Demam Berdarah Dengue. merupakan penyakit menular melalui nyamuk (mosquito-borne) yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan berkelanjutan 2030/Suistainable Development Goals (SDGs)

PARTISIPASI REMAJA SMA DALAM PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KECAMATAN SUKOHARJO

BAB I LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. anak-anak.penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sampai saat ini masih

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat Indonesia, disamping mulai meningkatnya masalah

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Oleh karena itu tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan.

PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR. Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh virus dengue, ditularkan

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat. Program PHBS telah dilaksanakan sejak tahun 1996 oleh

BAB I PENDAHULUAN. kejadian luar biasa dengan kematian yang besar. Di Indonesia nyamuk penular

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever

BUPATI PAKPAK BHARAT PROVINSI SUMATERA UTARA

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb.) DALAM MEMBUNUH LARVA Aedes aegypti

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit menular cukup tinggi dan prevalensinya meningkat karena

BAB 1 PENDAHULUAN. jenis penyakit menular yang disebabkan oleh virus Chikungunya (CHIK)

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan program kelanjutan dari

BAB 1 : PENDAHULUAN. ditularkan melalui gigitan nyamuk yang banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis di

BAB I PENDAHULUAN. Dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat karena menyebar dengan cepat dan dapat menyebabkan kematian (Profil

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahunnya. Salah satunya Negara Indonesia yang jumlah kasus Demam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang optimal dipengaruhi oleh empat faktor utama yaitu : faktor

INFORMASI UMUM DEMAM BERDARAH DENGUE

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan faktor..., Amah Majidah Vidyah Dini, FKM UI, 2009

PENINGKATKAN KEMANDIRIAN DASA WISMA KELURAHAN SEKARAN DALAM PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Waktu survival (survival time) merupakan salah satu penelitian yang digunakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

ANALISIS FAKTOR RISIKO PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN HELVETIA TENGAH MEDAN TAHUN 2005

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Chikungunya merupakan penyakit re-emerging disease yaitu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi oleh virus

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu kejadian luar biasa dalam

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko tinggi tertular Demam Dengue (DD). Setiap tahunnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever

Fajarina Lathu INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Haemorraghic Fever

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KUESOINER KECAMATAN :... NAMA SEKOLAH : SD... ALAMAT SEKOLAH :... WILAYAH PUSKESMAS :... TGL. SURVEY :... PETUGAS :...

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE DI RW III DESA PONCOREJO KECAMATAN GEMUH KABUPATEN KENDAL ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional. Dalam undang-undang Kesehatan No. UU Nomor 36 Tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. Aedes aegypti adalah jenis nyamuk yang tidak. asing di kalangan masyarakat Indonesia, karena

Al Ulum Vol.54 No.4 Oktober 2012 halaman

BAB I PENDAHULUAN. penghujan disebabkan oleh virus Dengue yang ditularkan ke manusia melalui vektor nyamuk

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Acuan Pembangunan kesehatan pada saat ini adalah konsep Paradigma Sehat yaitu pembangunan kesehatan yang memberikan prioritas utama pada upaya pelayanan peningkatan kesehatan (promotif) dan pencegahan penyakit (preventif) dibandingkan dengan upaya pelayanan pengobatan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda (double burden), dimana penyakit infeksi menular masih memerlukan perhatian besar, sementara itu telah terjadi peningkatan penyakit tidak menular seperti penyakit degeneratif. Selanjutnya berbagai penyakit baru (new emerging disease) ditemukan, serta kecendrungan meningkatnya kembali beberapa penyakit yang selama ini sudah berhasil dikendalikan (re-emerging disease) (Depkes RI, 2003). Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah salah satu penyakit menular yang sampai saat ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat menimbulkan dampak sosial dan ekonomi serta berkaitan dengan perilaku manusia. Kerugian sosial yang terjadi antara lain karena menimbulkan kepanikan dalam keluarga, kematian anggota keluarga dan berkurangnya usia harapan hidup penduduk (Depkes RI, 2006).

Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypty, muncul pertama kali pada tahun 1951 di Filipina dan selanjutnya menyebar ke berbagai negara di dunia termasuk di Indonesia. Di Indonesia penyakit DBD ini pertama kali ditemukan di Surabaya dan DKI Jakarta pada tahun 1986, kemudian menyebar ke berbagai daerah dengan jumlah kasus kematian yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Keadaan ini erat kaitannya dengan peningkatan mobilitas penduduk sejalan dengan semakin lancarnya hubungan transportasi serta tersebar luasnya virus dengue dan nyamuk penularnya di berbagai wilayah di Indonesia (Depkes RI, 2004). Penyakit DBD telah menyebar luas ke seluruh wilayah Provinsi Sumatera Utara sebagai Kejadian Luar Biasa ( KLB ) dengan angka kesakitan dan kematian yang relatif tinggi. Berdasarkan data di wilayah Provinsi Sumatera Utara terdapat 8 daerah endemis DBD, yaitu ; Kota Medan, Kabupaten Deli Serdang, Kota Binjai, Kabupaten Langkat, Kabupaten Asahan, Kota Tebing Tinggi, Kota Pematang Siantar dan Kabupaten Karo. Angka kejadian DBD di Propinsi Sumatera Utara dalam lima tahun terakhir terus meningkat, tahun 2005 terjadi 3.790 kasus dengan kematian 68 orang, tahun 2006 terjadi 2.222 kasus dengan kematian 34 orang, tahun 2007 terjadi 4.427 kasus dengan kematian 41 orang, tahun 2008 terjadi 4.401 kasus dengan kematian 50 orang dan tahun 2009 terjadi 4.705 kasus dengan kematian 58 orang (Dinkes. Provinsi Sumut, 2010). Dalam kurun waktu dua bulan (Januari - Pebruari 2010), dilaporkan sebanyak 10 orang meninggal dan 877 lainnya dirawat akibat terjangkit DBD di berbagai

daerah di Sumatera Utara. Berdasarkan data yang diperoleh di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, kasus DBD terbanyak dilaporkan dari Kota Medan yakni 197 dirawat dan 1 orang meninggal. Kemudian, Deli Serdang 170 dirawat dan 3 orang meninggal, Pematang Siantar 129 dirawat dan 5 orang meninggal serta Tanjung Balai 9 dirawat dan 1 orang meninggal. (http://www.waspada, 2010). Kecamatan yang ada di Kota Medan semuanya sudah merupakan daerah endemis DBD. Kecamatan Medan Helvetia, Medan Johor, Medan Sunggal, Medan Kota, Medan Baru, Medan Amplas, Medan Denai, Medan Selayang, Medan Perjuangan dan Medan Petisah merupakan sepuluh kecamatan yang paling tinggi kasusnya. Adapun angka kejadian DBD di Kota Medan dalam lima tahun terakhir adalah sebagai berikut : tahun 2005 terjadi 1.960 kasus dengan kematian 24 orang, tahun 2006 terjadi 1.376 kasus dengan kematian 20 orang, tahun 2007 terjadi 1.917 kasus dengan kematian 18 orang, tahun 2008 terjadi 1.545 kasus dengan kematian 14 orang dan tahun 2009 terjadi 1.940 kasus dengan kematan 18 orang ( Dinkes Kota Medan, 2009). Berdasarkan uraian di atas dapat kita lihat bahwa setiap tahunnya tetap terjadi kenaikan kasus DBD, walaupun selama ini berbagai upaya pencegahan dan penanggulangan telah dilakukan. Dengan melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD (PSN-DBD) melalui gerakan 3M (menguras, menutup, mengubur), Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB), abatisasi selektif, fogging atau pengasapan pada semua lokasi terjangkit.

Selain upaya-upaya yang disebutkan di atas, penyuluhan kesehatan juga merupakan suatu kegiatan yang sudah dilakukan, dimana bertujuan untuk merubah perilaku masyarakat. Penyuluhan kesehatan adalah suatu upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, kelompok dan masyarakat mencakup pengetahuan, sikap dan tindakan (Notoatmodjo, 2007). Penyuluhan pada dasarnya merupakan proses komunikasi dan proses perubahan perilaku melalui pendidikan. Agar kegiatan penyuluhan dapat mencapai hasil yang maksimal, metode dan media penyuluhan perlu mendapat perhatian yang besar dan harus disesuaikan dengan sasaran. Pada penelitian Kustini dan Betty (2007) memperlihatkan bahwa pendidikan kesehatan berpengaruh positif terhadap perilaku aktif pada ibu-ibu terhadap pencegahan DBD. Penelitian Rumondang (2008) juga memperlihatkan bahwa metode ceramah dan film lebih berpengaruh terhadap peningkatan dan pengetahuan pada dokter kecil dalam pemberantasan sarang nyamuk DBD dari pada metode ceramah dan leaflet. Penyuluhan DBD berkaitan erat dengan peran serta masyarakat dalam upaya pencegahan dan penanggulangan DBD. Masyarakat seharusnya memahami bahwa PSN-DBD adalah cara yang paling utama, efektif dan sederhana. Kegiatan ini harus didukung oleh peran serta masyarakat secara terus menerus dan berkesinambungan mengingat nyamuk ini telah tersebar luas di seluruh tempat, baik di rumah-rumah, sekolah dan tempat-tempat umum.

Sampai saat ini penyuluhan kesehatan belum menampakkan hasil yang optimal dilihat dari peran serta masyarakat dalam kegiatan pencegahan DBD yang masih rendah (Suhardiono, 2005), partisipasi orang tua dan wali murid khusunya ibu dalam kegiatan pencegahan DBD di rumah masih sangat rendah (Hasanah, 2005). Sekolah adalah sebagai perpanjangan tangan keluarga dalam meletakan dasar perilaku untuk kehidupan anak selanjutnya, termasuk perilaku kesehatan. Sementara itu populasi anak sekolah di dalam suatu komunitas cukup besar, antara 40 50 %. Oleh sebab itu, promosi atau pendidikan kesehatan di sekolah adalah sangat penting. Di Indonesia bentuk promosi kesehatan di sekolah adalah Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) yang merupakan salah satu upaya kesehatan masyarakat di sekolah (Notoatmodjo, 2005). Di dalam kehidupan bangsa, anak-anak sekolah tidak dapat diabaikan karena mereka inilah sebagai generasi penerus bangsa. Oleh sebab itu, pendidikan di sekolah adalah merupakan investasi (human investment) bagi pembangunan bangsa. Oleh karena itu komunitas sekolah yang terdiri dari murid, guru dan karyawan sekolah adalah merupakan sasaran dari promosi kesehatan di sekolah. Promosi kesehatan di sekolah merupakan langkah yang strategis dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat, karena hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa sekolah merupakan lembaga yang dengan sengaja di dirikan untuk membina dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia, baik fisik, mental, moral maupun intelektual.

Promosi kesehatan melalui komunitas sekolah ternyata paling efektif diantara upaya kesehatan masyarakat yang lain, khususnya dalam pengembangan perilaku hidup sehat. Hal ini disebabkan sekolah merupakan komunitas yang telah terorganisasi, sehingga mudah dijangkau dalam rangka pelaksanaan usaha kesehatan masyarakat, anak sekolah merupakan kelompok yang sangat peka untuk menerima perubahan atau pembaharuan, karena anak sekolah sedang berada dalam taraf pertumbuhan dan perkembangan. Pada taraf ini anak dalam kondisi peka terhadap stimulus sehingga mudah dibimbing, diarahkan dan ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, termasuk kebiasaan hidup sehat (Notoatmodjo, 2005). Penyuluhan lebih efektif dilakukan pada sekolah dengan sasaran pada siswa sekolah dasar. Hal ini disebabkan karena : a. Secara statistik jumlah murid sekolah dasar (SD) adalah yang paling besar, sehingga apabila model yang ditemukan cukup efektif untuk memberikan kontribusi dalam penanggulangan DBD, maka diharapkan daya ungkitnya terhadap pengendalian DBD cukup besar. b. Anak-anak pada usia SD mempunyai rasa ingin tahu yang besar, sehingga antusiasme mengikuti program lebih tinggi dari anak sekolah menengah pertama (SMP)/ sekolah menengah atas (SMA) (Winch dkk, 2002). c. Pendidikan kesehatan paling ideal jika dimulai sejak usia dini, melibatkan seluruh komponen perilakunya, dari aspek kognitif, afeksi dan psikomotor, serta menggunakan pendekatan active learning, sebab dengan pendekatan ini memberikan kesempatan pada seorang anak untuk berpartisipasi secara aktif,

anak-anak bisa memilih apa yang paling baik mereka lakukan dan mereka bisa memberikan makna atas apa yang mereka lihat (Jensen dan Simovska, 2005). Kota Medan mempunyai jumlah sekolah dasar (SD) mencapai 841 unit dengan jumlah siswa sebanyak 272.155 orang ( Profil Kota Medan, 2009). Hal ini merupakan potensi yang besar jika dapat diberdayakan dalam melaksanakan pencegahan DBD di lingkungan masing-masing. Apabila seluruh siswa mempunyai pengetahuan yang baik dan sikap yang positif dapat melaksanakan kegiatan pencegahan DBD akan diharapkan penurunan kasus DBD di Kota Medan. Berdasarkan uraian diatas maka dipandang perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap meningkatkan pengetahuan dan sikap pada siswa sekolah dasar dalam pencegahan DBD sehingga mempunyai dampak pada penurunan kasus DBD. 1.2. Permasalahan Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka yang menjadi permasalahan adalah belum optimalnya penyuluhan DBD yang dilakukan selama ini serta melihat potensi yang besar dari siswa sekolah dasar, maka perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap siswa sekolah dasar dalam pencegahan Demam Berdarah Dengue di Kecamatan Medan Denai.

1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk 1. Menganalisis perbedaan pengetahuan dan sikap sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan tentang Demam Berdarah Dengue. 2. Menganalisis pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap siswa sekolah dasar dalam pencegahan Demam Berdarah Dengue. 1.4. Hipotesis Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Ada perbedaan pengetahuan dan sikap siswa sekolah dasar terhadap pencegahan Demam Berdarah Dengue sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan. 2. Ada pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap siswa sekolah dasar terhadap pencegahan Demam Berdarah Dengue. 1.5. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kota Medan untuk program pencegahan dan pemberantasan Demam Berdarah Dengue melalui pemberdayaan siswa sekolah dasar pada program UKS.

2. Sebagai bahan masukan bagi Instansi Sekolah agar dapat memberdayakan siswa sekolah dasar sebagai potensi yang besar untuk ikut berperan dalam pencegahan dan penanggulangan Demam Berdarah Dengue. 3. Bagi pengembangan ilmu dan pengetahuan dalam bidang kesehatan masyarakat khususnya dalam bidang promosi kesehatan dalam melakukan penyuluhan kesehatan terhadap pencegahan dan pemberantasan Demam Berdarah Dengue.