PEMANFAATAN PANAS TERBUANG

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Mesin pengering merupakan salah satu unit yang dimiliki oleh Pabrik Kopi

BAB I PENDAHULUAN. mendirikan beberapa pembangkit listrik, terutama pembangkit listrik dengan

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan

Ditulis Guna Melengkapi Sebagian Syarat Untuk Mencapai Jenjang Sarjana Strata Satu (S1) Jakarta 2015

PEMINAR PENELITIAN DAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT. Oleh: Ir. Harman, M.T.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

Gbr. 2.1 Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DESAIN SISTEM PENGATURAN UDARA ALAT PENGERING IKAN TERI UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI IKAN TERI NELAYAN HERYONO HENDHI SAPUTRO

Pipa pada umumnya digunakan sebagai sarana untuk mengantarkan fluida baik berupa gas maupun cairan dari suatu tempat ke tempat lain. Adapun sistem pen

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PEMILIHAN SISTEM PEMANASAN AIR

BAB I. PENDAHULUAN...

PENINGKATAN UNJUK KERJA KETEL TRADISIONAL MELALUI HEAT EXCHANGER

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. dengan globalisasi perdagangan dunia. Industri pembuatan Resin sebagai

BAB IV PEMBAHASAN KINERJA BOILER

Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas

BAB I PENDAHULUAN. Pembangkit Listrik Tenaga Air Panglima Besar Soedirman. mempunyai tiga unit turbin air tipe Francis poros vertikal, yang

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor

KAJIAN TEORITIK PEMILIHAN HEAT PUMP DAN PERHITUNGAN SISTEM SALURAN PADA KANDANG PETERNAKAN AYAM BROILER SISTEM TERTUTUP

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI

Pengaruh Temperatur Air Pendingin Terhadap Konsumsi Bahan Bakar Motor Diesel Stasioner di Sebuah Huller

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

DESAIN DAN ANALISIS ALAT PENUKAR KALOR TIPE CES

Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah

TINJAUAN PUSTAKA. Df adalah driving force (kg/kg udara kering), Y s adalah kelembaban

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. B. Rumusan Masalah. C. Tujuan

BAB II LANDASAN TEORI

LAPORAN TUGAS AKHIR MODIFIKASI KONDENSOR SISTEM DISTILASI ETANOL DENGAN MENAMBAHKAN SISTEM SIRKULASI AIR PENDINGIN

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Modul Praktikum Penentuan Karakterisasi Rangkaian Pompa BAB II LANDASAN TEORI

Maka persamaan energi,

BAB I PENDAHULUAN. pendinginan untuk mendinginkan mesin-mesin pada sistem. Proses pendinginan

Analisa Pengaruh Variasi Pinch Point dan Approach Point terhadap Performa HRSG Tipe Dual Pressure

Pemanfaatan Energi Gas Buang Motor Diesel Stasioner untuk Pemanas Air

ANALISA PERFORMANSI HEAT EXCHANGER PADA SISTEM PENDINGIN MAIN ENGINE FIREBOAT WISNU I (Studi Kasus untuk Putaran Main Engine rpm)

I. PENDAHULUAN. kebutuhannya demikian juga perkembangannya, bukan hanya untuk kebutuhan

BAB II DASAR TEORI. ke tempat yang lain dikarenakan adanya perbedaan suhu di tempat-tempat

BAB I PENDAHULUAN. BAB I Pendahuluan

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air

TUGAS AKHIR EKSPERIMEN HEAT TRANSFER PADA DEHUMIDIFIER DENGAN AIR DAN COOLANT UNTUK MENURUNKAN KELEMBABAN UDARA PADA RUANG PENGHANGAT

BAB II LANDASAN TEORI

PEMBUATAN ALAT PENGERING SERBUK TEMBAGA DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM REFRIGERASI KOMPRESI UAP

Pompa Air Energi Termal dengan Fluida Kerja Petroleum Eter. A. Prasetyadi, FA. Rusdi Sambada

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-91

V. HASIL UJI UNJUK KERJA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pirolisator merupakan sarana pengolah limbah plastik menjadi

Pendahuluan ENERGI DAN LISTRIK PERTANIAN. Jika Σ E meningkat kegiatan : - ekonomi - ilmu pengetahuan - apresiasi manusia Akan berkembang dengan subur

BAB I PENDAHULUAN. ditimbulkan oleh proses reaksi dalam pabrik asam sulfat tersebut digunakan Heat Exchanger

DESAIN DAN ANALISIS ALAT PENUKAR KALOR TIPE BES

Tekad Sitepu, Sahala Hadi Putra Silaban Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia sebagaian besar bekerja sebagai petani, Oleh karena itu, banyak usaha kecil menengah yang bergerak

MENENTUKAN JUMLAH KALOR YANG DIPERLUKAN PADA PROSES PENGERINGAN KACANG TANAH. Oleh S. Wahyu Nugroho Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK

TUGAS AKHIR PERCOBAAN KUALITAS ETHYLENE DAN AIR PADA ALAT PERPINDAHAN PANAS DENGAN SIMULASI ALIRAN FLUIDA

BAB II DASAR TEORI. Energy balance 1 = Energy balance 2 EP 1 + EK 1 + U 1 + EF 1 + ΔQ = EP 2 + EK 2 + U 2 + EF 2 + ΔWnet ( 2.1)

DESAIN DAN ANALISIS ALAT PENUKAR KALOR TIPE AES

UNJUK KERJA MESIN BENSIN 4 SILINDER TYPE 4G63 SOHC 2000 CC MPI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

AZAS TEKNIK KIMIA (NERACA ENERGI) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Daya tumbuh benih kedelai dengan kadar air dan temperatur yang berbeda

Tugas akhir Perencanan Mesin Pendingin Sistem Absorpsi (Lithium Bromide) Dengan Tinjauan Termodinamika

Bab 1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III SISTEM REFRIGERASI DAN POMPA KALOR

I. PENDAHULUAN. perkebunan kelapa sawit Indonesia hingga tahun 2012 mencapai 9,074,621 Ha.

SKRIPSI / TUGAS AKHIR

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TERMODINAMIKA TEKNIK HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA BAGI VOLUME ATUR. Chandrasa Soekardi, Prof.Dr.Ir. 1 Sistem termodinamika volume atur

PENGARUH BILANGAN REYNOLDS TERHADAP KARAKTERISTIK KONDENSOR VERTIKAL TUNGGAL TIPE CONCENTRIC TUBE COUNTER CURRENT

ANALISIS PERUBAHAN TEKANAN VAKUM KONDENSOR TERHADAP KINERJA KONDENSOR DI PLTU TANJUNG JATI B UNIT 1

BAB I PENDAHULUAN. Perpindahan panas adalah ilmu untuk memprediksi perpindahan energi

ANALISIS ALAT PENUKAR KALOR PADA KETEL UAP

COOLING TOWER. Disusun oleh : Ahmad Andriansyah Pratama ( ) Wiliardy Pramana ( ) Muhamad Wandy Amrullah ( )

I PENDAHULUAN. Pemikiran, dan (6) Tempat dan Waktu Penelitian. bakery oven. Perangkat khusus yang digunakan untuk memanggang produk pastry

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. fenomena serta hubungan-hubunganya. Tujuan penelitian kuantitatif adalah

KATA PENGANTAR. Alhamdulillah, Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah. memberikan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah...

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Besaran dan peningkatan rata-rata konsumsi bahan bakar dunia (IEA, 2014)

RANCANGAN EVAPORATOR DAN KONDENSOR PADA PROTIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS AIR LAUT (OCEAN THERMAL ENERGY CONVERSION/ OTEC)

Jadwal Mata Kuliah Semester Ganjil Tahun Ajaran 2017/2018 Jurusan Teknik Mesin - Fakultas Teknologi Industri - Institut Teknologi Medan

DOSEN PEMBIMBING : PROF. Dr. Ir. DJATMKO INCHANI,M.Eng. oleh: GALUH CANDRA PERMANA

Prinsip kerja PLTG dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini : Gambar 1.1. Skema PLTG

ANALISA TERMODINAMIKA LAJU PERPINDAHAN PANAS DAN PENGERINGAN PADA MESIN PENGERING BERBAHAN BAKAR GAS DENGAN VARIABEL TEMPERATUR LINGKUNGAN

BAB II LANDASAN TEORI. Refrigerasi merupakan suatu media pendingin yang dapat berfungsi untuk

I. PENDAHULUAN. dunia yang melibatkan beberapa negara konsumen dan banyak negara produsen

ANALISA PEMAKAIAN BAHAN BAKAR DENGAN MELAKUKAN PENGUJIAN NILAI KALOR TERHADAP PERFOMANSI KETEL UAP TIPE PIPA AIR DENGAN KAPASITAS UAP 60 TON/JAM

POMPA. yusronsugiarto.lecture.ub.ac.id

BAB II DASAR TEORI. Pengujian alat pendingin..., Khalif Imami, FT UI, 2008

PRINSIP KONSERVASI ENERGI PADA TEKNOLOGI KONVERSI ENERGI. Ir. Parlindungan Marpaung HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur

TUGAS AKHIR ANALISIS PENGARUH KECEPATAN ALIRAN FLUIDA TERHADAP EFEKTIFITAS PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER JENIS SHELL AND TUBE

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS PERPINDAHAN PANAS PADA GAS TURBINE CLOSED COOLING WATER HEAT EXCHANGER DI SEKTOR PEMBANGKITAN PLTGU CILEGON

Transkripsi:

2002 Belyamin Posted 29 December 2002 Makalah Pengantar Falsafah Sains (PPS702) Program Pasca Sarjana / S3 Institut Pertanian Bogor Desember 2002 Dosen : Prof Dr. Ir. Rudy C Tarumingkeng (Penanggung Jawab) Prof Dr Zahrial Coto Dr Bambang Purwantara PEMANFAATAN PANAS TERBUANG Oleh: BELYAMIN F161020051/TEP belyamin@yahoo.com Pendahuluan Pada motor bakar atau mesin penghasil panas lain selalu ada panas yang tidak terpakai dan panas ini masih dapat dimanfaatkan untuk pengeringan, menghasilkan air panas, pemanasan ruangan atau penggunaan lainnya. Panas ini jika tidak dimanfaatkan, yang berarti terbuang ke atmosfir, akan menjadi polusi thermal. Selain itu pemanfaatan panas terbuang ini akan menyebabkan motor bakar atau mesin penghasil panas lain lebih ekonomis karena pemanfaatan panasnya lebih optimal. Paper ini akan membahas pemanfaatan panas mulai dari penghitungan panas terbuangnya sampai peralatan untuk pemanfaatan panas terbuang, tetapi tidak dimaksudkan sebagai paper yang membahas secara rinci, melainkan secara garis besarnya. Penghitungan panas terbuang Perhitungan panas terbuang mencakup jumlah, kualitas dan ketersediaannya. Jumlah panas terbuang dihitung dengan rumus laju enthalpy 1

H = m h H = total laju enthalpi aliran panas terbuang, KJ/dt m = laju aliran massa panas terbuang, Kg/dt h = enthalpy spesifik aliran panas terbuang, KJ/kg Sedangkan Laju aliran massanya dihitung dari debit aliran tsb. m = ρ Q ρ = kerapatan bahan, Kg/m 3 Q = debit aliran panas terbuang, m 3 / dt Pemanfaatan panas terbuang ini lebih tergantung pada kesesuaian kualitas dengan pemakaiannya dan pada ketersediaan saat akan digunakan dibanding pada jumlah panas yang tersedia. Kualitas ini ditunjukkan dengan temperaturnya.. Semakin tinggi temperatur semakin berkualitas panas ini dan semakin bermanfaat panas terbuang ini. Agar panas terbuang dapat dimanfaatkan, maka harus ada kesesuaian antara waktu pemakaian dengan waktu pengeluaran (ketersediaan) panas seperti terlihat pada gambar 1 Pada gambar 1a Sumber panas terbuang (garis penuh ) adalah panas terbuang dari oven yang beroperasi pada 200 0 C pada shift 2 sedangkan beban untuk pemanasan dibutuhkan pada shift 1 untuk pemanasan air ke 70 0 C. Dilihat dari jumlah panas, sumber panas terbuang cukup untuk mengatasi beban tetapi kesesuaian waktunya tidak terjadi. Jika seperti ini, beberapa hal dapat dilakukan : Menjadwalkan kembali waktu pengoperasian, menghasilkan air panas pada shift 2 (dengan memanfaatkan panas terbuang) untuk kemudian disimpan dan digunakan pada shift 1 hari berikutnya atau mencari sumber panas lain untuk pemanasan air tsb. Pada gambar 1b sumber panas terbuang (garis penuh), air pendingin kondensor, sangat tidak sesuai antara jumlah dengan bebannya (garis putus-putus). Sedangkan pada gambar 1c sumber dan bebannya sangat sesuai, panas terbuang dari sumber panas ini dapat dimanfaatkan untuk mangatasi beban pemanasan. 2

3

Klasifikasi panas terbuang Temperatur panas terbuang antara 25 0 C dan 1650 0 C dikelompokkan menjadi tiga, kisaran tinggi, menengah dan rendah. Kisaran tinggi antara temperatur 590 0 C dan 1650 0 C. Menengah antara 200 0 C dan 590 0 C. Rendah antara 25 0 C dan 200 0 C. Panas terbuang pada kisaran tinggi dikatakan berkulitas tinggi karena paling berguna dan lebih murah per unit pemanfaatan panasnya dari pada panas kualitas rendah tetapi peralatan yang dibutuhkan pada kisaran ini membutuhkan investasi yang tinggi karena teknologi dan materialnya khusus. Panas pada kisaran tinggi dapat digunakan untuk menghasilkan kerja dengan turbin gas atau turbin uap. Penggunaan panas pada kisaran rendah lebih menyulitkan dan tidak praktis untuk menghasilkan kerja. Jika panas pada kisaran rendah ini akan digunakan, di perlukan pompa kalor untuk menaikkan temperatur sumber agar sesuai dengan temperature beban. Penggunaan panas terbuang pada kisaran ini adalah untuk pemanasan awal cairan ataupun gas. Panas kisaran menengah dapat juga digunakan untuk menghasilkan kerja selain dapat digunakan untuk menggantikan sumber panas untuk proses. Sumber panas kisaran tinggi misalnya adalah panas terbuang dari tungku peleburan logam. Sumber panas kisaran menengah misalnya berasal dari panas gas buang motor bakar dan Sumber panas rendah dari air panas hasil pendinginan mesin las, pompa dll. Survey panas terbuang Untuk melakukan pemanfaatan panas terbuang perlu dilakukan survey panas terlebih dulu. Survey panas terbuang ini merupakan bagian dari audit energi berupa studi tentang sumber panas terbuang dan peluang pemanfaatannya. Survey ini dilakukan beberapa tahap. Tahap satu mengidentifikasi setiap aliran non produk yang mengandung energi yang bukan hanya dilakukan terhadap aliran panas terbuang tetapi juga pada aliran kimia terbuang seperti bahan bakar. Dan tahap dua mempelajari 4

lebih lanjut asal dari aliran panas terbuang serta mengumpulkan informasi lengkap sehingga dapat dibuat neraca keluar masuk energi sistim yang menghasilkan panas terbuang ini. Peralatan pemanfaatan panas terbuang Peralatan pemanfaatan panas terbuang yang digunakan adalah alat pemindah panas (heat exchanger) untuk memanaskan fluida dingin dengan fluida panas dari aliran panas terbuang. Spesifikasi heat exchanger mencakup kapasitas perpindahan panas, temperatur fluida, penurunan tekanan yang dibolehkan pada masin-masing aliran fluida dan debit fluida memasuki pemindah panas ini. Spesifikasi ini menentukan konstruksi dan biaya pemindah panas yang digunakan. Design yang dipilih merupakan perimbangan antara penurunan tekanan, efektifitas pemindahan panas dan biaya. Peralatan yang dipakai diantaranya rekuperator dan roda panas. 1. Penukar panas dari gas ke gas, rekuperator. Konfigurasi yang paling sederhanan rekuperator logam radiatif yang terdiri dari dua selongsong (tube) logam yang satu sumbu, gambar 2.1. Peralatan ini paling sering digunakan pada pengambilan panas tungku bertemperatur tinggi untuk pemanasan udara yang akan digunakan pada pembakaran tungku tsb. Selongsong terdalam mengalirkan gas buang panas sedangkan selongsong luarnya mengalirkan udara pembakaran dari atmosfir ke ruang bakar tungku tsb. Bentuk umum rekuperator generasi kedua adalah rekuperator selongsong konvektif, gambar 2.2. Kuperator ini merupakan kombinasi antara radiatif dan konvektif. Gas panas dialirkan melalui sejumlah selongsong parallel berdiameter kecil sementara udara untuk pembakaran memasuki ruang yang mengelilingi bagian luar selongsong ini. Udara untuk pembakaran melewati secara menyilang bagian luar pipa panas, satu atau beberapa kali aliran. Jika pipa panas diberi sirip (baffle) maka aliran melalui sirip menjadi dua kali (disebut rekuperator konvektif dua aliran). Rekuperator dua aliran dapat meningkatkan efisiensi pemindahan panas. Kelemahan rekuperator ini adalah pada lapisan (liner) dasar. Jika T masuk gas panas melebihi 1090 0 C, walaupun rekuperator mengurangi konsumsi bahan bakar dan murah tetapi membutuhkan biaya penerapan yang besar sebab dibutuhkan penggantuian pembakar 5

(burner), penggantian diameter pipa yang lebih besar dan membutuhkan pendingin burner temperatur tinggi. 6

2. Roda panas Roda panas ini digunakan pada kisaran panas rendah menengah sampai tinggi. Alat ini awalnya digunakan sebagai pemanas awal udara masuk boiler kemudian dikembangkan menjadi regenerator (pembangkit) panas pada otomotif. Alat ini digunakan pada kisaran 30 0 C sampai 1350 0 C, gambar 3. Roda panas ini terdiri dari piringan berpori dan bahan dengan kapasitas panas yang baik yang berputar diantara dua saluran fluida, yang satu aliran gas dingin, yang lainnya aliran udara panas. Efisiensi pemindahan panas dapat mencapai 90 % dan diameternya dapat mencapai 20 m. Penutup. Pada paper ini telah dikemukakan kemungkinan dimanfaatkannya panas terbuang sehingga dapat mengurangi polusi thermal dan meningkatkan efisiensi pemanfaatan panas. Pembahasan ini adalah secara garis besarnya, jika diperlukan pembahasan lebih detail, maka dibutuhkan penjelasan yang lebih rinci pada penghitungan panas terbuang, survey panas terbuang dan peralatannya. Referensi Turner,W.C, Energy Management Handbook, John Wiley and Sons, 1982 Smith, C.B., Energy Management Principles, Pergamon Press, 1981 7