HASIL BELAJAR MATERI MENGIDENTIFIKASI BANGUN RUANG PRISMA DAN LIMAS SISWA KELAS VIII SMPN 2 PEUKAN BADA PADA MELALUI METODE JIGSAW MENINGKAT (1) Roslina (1), Fithri angelia Permana (1) Pendidikan Matematiaka Universitas Serambi Mekkah, Banda Aceh Email: fith.angelia@gmail.com ABSTRAK. Minat belajar siswa terhadap pelajaran matematika di SMP selama ini dirasakan kurang. Hal ini disebabkan kebanyakan proses belajar mengajar masih berpusat pada guru dan proses penanaman konsep pelajaran bersifat prosedural dan hanya berupa rumus-rumus. Penemuan rumus-rumus dilakukan secara penurunan yang sangat konseptual. Hal ini sangat membosankan siswa dan menyebabkan siswa sukar mengingat rumus-rumus yang sudah dipelajari. Pada Materi Bangun Prisma dan Limas banyak rumus yang harus diingat oleh siswa. Salah satu jalan keluar untuk mengatasi kelemahan tersebut, peneliti mencoba menerapkan strategi pembelajaran koopetarif tipe jigsaw yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa, khususnya pada materi bangun ruang prisma dan limas. Selanjutnya diharapkan bahwa dengan meningkatnya minat belajar dapat berpengaruh langsung pada perolehan nilai siswa. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimankah strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Peukan Bada Aceh Besar pada materi Bangun Ruang Prisma dan Limas?Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pelajaran matematika khususnya materi Bangun Ruang Prisma dan Limas dan secara langsung dapat meningkatkan perolehan nilai siswa. Kata kunci: Bangun Ruang dan Limas, jigsaw Pendahuluan Program pengajaran merupakan jembatan yang menghubungkan materi yang berada dalam setiap tingkatan pendidikan dengan siswa sebagai obyek atau input pendidikan. Program pengajaran kemudian diterjemahkan oleh guru dalam metode dan strategi pengajaran di kelas. Ini berlaku untuk semua mata pelajaran tidak terkecuali matematika. Dalam proses pembelajaran Matematika yang diterapkan di sekolah, kebanyakan guru masih menggunakan metode ceramah yang konvensional dan siswa cenderung hanya mendengarkan penjelasan dari gurunya, sehingga siswa menjadi malas dan bosan. Hal ini juga dialami oleh siswa-siswa SMPN 2 Peukan
Bada kelas VIII semester Genap dalam mempelajari materi Bangun Ruang Prisma dan Limas. Kondisi yang demikian membosankan dalam diri siswa pada akhirnya akan menyebabkan motivasi berprestasi rendah dan mempengaruhi kompetensi belajar menjadi rendah. Hal ini terbukti dari hasil belajar yang di peroleh siswa masih di bawah KKM ( Kriteria Ketuntasan Minimal), hanya 30% yang tuntas, walaupun telah dilakukan remedial, namun hasil belajar rata-rata tetap juga di bawah KKM, hanya meningkat menjadi 35% yang tuntas belajar. Berdasarkan permasalahan diatas, penulis berasumsi bahwa rendahnya hasil belajar siswa kelas VIII SMPN 2 Peukan Bada pada materi Bangun Ruang Prisma dan Limas disebabkan oleh beberapa faktor ektern dan intern yaitu antara lain: metode mengajar guru, relasi antara guru dan murid, penghargaan, kritikan, teguran, umpan balik, dan aktivitas belajar serta minat pribadi siswa. Untuk mengatasi masalah tersebut, penulis merasa perlu untuk mencoba menerapkan suatu metode yang dapat merangsang siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Metode yang dirasa tepat untuk membantu meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Bangun Ruang Prisma dan Limas adalah Jigsaw. Berkenaan dengan latar belakang diatas penulis dapat mengidentifikasi beberapa hal yaitu : a. Pembelajaran yang masih menggunakan metode yang tradisional b. Siswa tidak berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran c. Hasil belajar belum optimal d. guru belum menerapkan metode Jigsaw Berdasarkan permasalahan yang telah di uraikan di atas, maka peneliti berkeinginan untuk melakukan suatu perubahan pembelajaran. Adapun perubahan tersebut adalah melakukan pembelajaran dengan menggunakan metode jigsaw. Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VIII semester genap SMPN 2 Peukan Bada tahun ajaran 2013/2014. dan meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi Bangun Ruang Prisma dan Limas dengan menggunakan metode Jigsaw di kelas VIII SMPN 2 Peukan Bada Tahun ajaran 2013/2014 pada materi Bangun Ruang Prisma dan Limas.
Secara teoritis Penelitian Tindakan Kelas ini bermanfaat untuk mendapatkan teori-teori baru guna peningkatan proses dan matu pendidikan. Penelitian tindakan kelas ini dapat meningkatkan aktivitas dan motivasi siswa dalam pembelajaran sehingga hasil belajar yang lebih baik. Bagi guru dapat dijadikan sebagai acuan motivasi pada guru dalam proses pelaksanaan pembelajaran dan penelitian. Masalah penelitian ini adalah: apakah penggunaan metode Jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar dan aktifitas siswa kelas VIII semester genap SMPN 2 Peukan Bada tahun ajaran 2013/2014 pada materi Bangun Ruang Prisma dan Limas? Kajian Pustaka Hakikat Pembelajaran Matematika Salah satu ciri pengajaran matematika yang disebutkan oleh Kramer Klas (1978) adalah bahwa untuk menimbulkan minat belajar matematika, program pengajaran harus kaya dengan teknik-teknik motivasi. Selain itu, dalam pembelajaran bidang studi matematika sekolah dasar, guru juga harus memperhatikan obyek belajar (siswa), hubungannya dengan tahap pertumbu han kecerdasannya (gagne). Dalam analisis hirarkhis setiap obyek belajar, periode perkembangan anak usiua sekolah dasar adalah periode operasional konkrit (7/8 hingga 11/12 tahun ). Ciri utama kecakapan berpikir periode ini adalah munculnya kecakapan untuk berpikir logis namun masih membutuhkan adanya referensi benda-benda konkrit. Operasional mentalnya sudah sangat tidak bergantung lagi pada subyektifitas (intuisi) dan keegoannya, melainkan sudah mulai tunduk dengan hukum-hukum logis. Belajar matematika pada dasarnya merupakan suatu proses yang diarahkan pada suatu tujuan pembelajaran. Menurut BNSP (2006:342) di dalam standar isi kurikilum tingkat satuan pendidikan pembelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
i. Memahami konsep matamatika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep secara luwes, akurat, efesien, dan tepat dalam menyelesaikan masalah. ii. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh. iii. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. iv. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam memecahkan masalah. Karakteristik Pembelajaran Matematika Matematika merupakan mata pelajaran yang cukup mendasar, hampir di setiap pendidikan diajarkan beberapa sifat dan karakteristik pembelajaran matematika adalah sebagai berikut : i. Pembelajaran matematikan adalah berjenjang (bertahap) ii. Pembelajaran matematika mengikuti metode spiral iii. Pembelajaran matematika menekan pola pikir deduktif iv. Pemebelajaran matematika mengikuti kebenaran kosistensi (suherman, 2003: 68) Pendekatan Kooperatif Teknik Jigsaw Teknik Jigsaw adalah teknik pembelajaran yang berupa permainan antar kelompok, serupa dengan pertukaran kelompok dengan kelompok, di mana setiap siswa ditugasi mengajarkan pengetahuan baru yang diperoleh dari hasil diskusi kelompok untuk diajarkan kepada siswa lain pada kelompok lain. Ini merupakaan alternatif menarik bila ada materi belajar yang bisa disegmentasikan atau dibagibagi dan bila bagian-bagiannya harus diajarkan secara berurutan. Tiap siswa mempelajari sesuatu yang berbeda dengan lainnya yang bila digabungkan dengan materi yang dipelajari oleh siswa lain, membentuk kumpulan pengetahuan atau keterampilan yang padu (Melvin L. Silberman; 1996 : 192).
Adapun prosedur dari teknik Jigsaw ini adalah : i. Guru memilih materi belajar yang bisa dipecah menjadi beberapa bagian. Sebuah bagian bisa sependek kalimat atau sepanjang beberapa paragraf, jika materinya panjang, perintahkan siswa untuk membaca tugas mereka sebelum pelajaran. Contohnya antara lain : (1) Modul berisi beberapa point penting, (2) bagian-bagian eksperimen ilmu pengetahuan, (3) sebuah naskah yang memiliki bagian atau sub judul yang berbeda. ii. Menghitung jumlah bagian yang hendak dipelajari dan jumlah siswa. Bagikan secara adil berbagai tugas kepada berbagai kelompok siswa, misalnya jumlah siswa ada 24, sedangkan bagian yang hendak dipelajari ada 4 bagian, maka ada 4 kelompok, setiap kelompok beranggotakan 6 anak (disebut kelompok 6), tiap kelompok mendapat tugas yang berbeda. iii. Setelah waktu belajar selesai, bentuklah kelompok belajar sistem Jigsaw. Kelompok belajar tersebut terdiri dari perwakilan tiap kelompok belajar di kelas. Dalam contoh yang baru saja diberikan, anggota dari tiap kelompok 6, dapat berhitung mulai dari 1, 2, 3, 4, 5, dan 6, kemudian bentuklah sistem kelompok belajar Jigsaw dengan jumlah yang sama. Hasilnya adalah 6 kelompok yang masing-masing beranggotakan 4 anak (kelompok empat). Dalam tiap kelompok 4 ada 1 siswa yang telah mempelajari bagian 1, bagian 2, bagian 3, bagian 4. berikut ini menunjukkan urutannya : Kelompok Belajar Kelompok A : A1, A2, A3, A4, A5, A6 Kelompok B : B1, B2, B3, B4, B5, B6 Kelompok C : C1, C2, C3, C4, C5, C6 Kelompok D : D1, D2, D3, D4, D5, D6 Kelompok Belajar Jigsaw Kelompok I, anggota terdiri dari A1, B1, C1, D1 Kelompok II, anggota terdiri dari A2, B2, C2, D2 Kelompok III, anggota terdiri dari A3, B3, C3, D3 Kelompok IV, anggota terdiri dari A4, B4, C4, D4 Kelompok V, anggota terdiri dari A5, B5, C5, D5
iv. Kelompok VI, anggota terdiri dari A6, B6, C6, D6 Perintahkan anggota kelompok Jigsaw untuk mengajarkan satu sama lain apa yang telah mereka pelajari, setelah itu siswa kembali ke posisi semula dalam rangka membahas pertanyaan yang masih tersisa guna memastikan pemahaman yang akurat. Belajar Aktif Banyak cara dapat dilakukan agar dalam pembelajaran siswa dapat terlibat aktif dan kreatif. Keaktifan dan kreativitas siswa dalam pembelajaran berarti siswa terlibat secara langsung dalam menyampaikan konsep-konsep untuk menyikapi sesuatu dalam berbagai kegiatan fisik seperti : membaca, menulis, menggambar, menganalisis, dan menyimpulkan sesuatu masalah. Kreativitas siswa dalam belajar memiliki beberapa asumsi sebagai berikut: a) Bahwa belajar hanya mungkin terjadi jika siswa terlibat aktif secara mental (intelektual dan emosional ), meskipun dalam hal tertentu juga terlibat secara fisik. b) Siswa memiliki potensi yang dapat dikembangkan melalui berbagai faktor, yang salah satunya adalah kondisi pembelajaran yang kondusif yang diciptakan oleh guru. c) Guru berperan sebagai fasilitator untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif. d) Keaktifan siswa bukan dikotomi, bukan maslah ada atau tidak, melainkan sebuah kontinum, sebuah rentangan dari kadar yang paling rendah sampai kadar yang paling tinggi. (Paulina Panen; 1999: 63) Metodologi Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di kelas VIII semester genap tahun pelajaran 2013/2014 SMPN 2 Peukan Bada Kabupaten Aceh Besar. Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014 dari Maret s.d April 2014.
Subyek dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah siswa kelas VIII SMPN Bada tahun pelajaran 2013/2014 dengan jumlah siswa 19 orang yang terdiri dari 8 orang laki-laki dan 11 siswa perempuan. Data dalam penelitian ini diperoleh dari : a. Observasi terhadap kelas subjek penelitian dan catatan selama tindakan berlangsung. b. Hasil wawancara terstruktur dengan subjek penelitian c. Hasil tes setelah dilakukan tindakan. Prosedur pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengamatan, dilakukan untuk mencatat hal-hal yang dianggap penting seperti keaktifan siswa dan berlangsungnya proses belajar mengajar serta mengamati latar kelas tempat berlangsungnya penelitian. 2. Wawancara, dilakukan untuk menelusuri dan memperoleh gambaran secara mendalam tentang tingkat pemahaman serta kesulitan siswa dalam proses pembelajaran. 3. Tes, Dilaksanakan untuk mengetahui ketercapaian hasil belajar siswa. Tes dilaksanakan pada setiap akhir tindakan dan diberikan secara individu Pada penelitian ini peneliti menggunakan analisisi diskriptif untuk menganalisa data yaitu: hasil belajar dengan cara membandingkan nilai tes setelah siklus I dengan nilai tes setelah siklus II. Keaktifan siswa dinilai melaui pengamatan dengan menggunakan lembar pengamatan baik untuk guru maupun siswa. Indikator keberhasilan penelitian ini adalah meningkatnya hasil belajar, yakni sekurang-kurangnya 80% siswa mendapat nilai di awas nilai KKM yang sudah ditetapkan. Hasil Penelitian dan Pembahasan Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan ternyata siswa memperoleh nilai rata rata pada materi Bangun Ruang Prisma dan Limas 69.7 dengan tingkat ketuntasan 84 %.lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini. Tabel 1. Ketuntasan Belajar Siswa
No Ketuntasan Frekuensi Persentasi 1. Tuntas belajar 16 84 % 2. Belum Tuntas 3 16 % Sumber: Data Primer tahun 2013/2014 Berdasarkan hasil analisis data yang dilaksanakan pada siklus II, secara umum adanya peningkatan hasil belajar siswa. 100% (19 siswa) memperoleh nilai lebih baik dibandingkan dengan nilai pada siklus pertama, walau pun ada 3 siswa yang nilainya lebih tinggi dari siklus pertama tetapi masih belum tuntas. Dalam belajar siswa sudah terarah dan tidak kebingungan lagi dalam menyelesaikan tugas dalam lembar Kerja Siswa. Siswa sudah mulai terbiasa dengan pembelajaran kelompok tipe jigsaw. Siswa juga lebih percaya diri dalam mengemukakan pendapat baik dalam kelompok ahli maupun dalam kelompok asal. Tingkat keaktifan siswa sudah lebih. Hasil observasi terhadap keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar ( bertanya, menjawab pertanyaan, ketepatan waktu dalam menyelesaikan tugas) sudah meningkat 81%. Secara keseluruhan pembelajaran sudah sesuai dengan yang direncanakan. Hanya saja siswa yang aktif pada siklus kedua adalah siswa yang juga aktif pada siklus pertama. Masih ada beberapa siswa yang belum tuntas belajar secara individual. Siswa yang belum tuntas ini adalah siswa yang mempunyai masalah.alternatif dari pemecahan masalah ini adalah akan dilakukan koordinasi kerja dengan guru mata pelajaran lain dan wali kelas untuk mengikuti kegiatan siswa. Selain dari pada itu diberikan belajar tambahan dengan jalan memberikan tugas tugas yang harus diselesaikan oleh siswa tersebut. Kesimpulan Dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1. Penggunaan metode pengajaran jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
2. Penggunaan metode pengajaran jigsaw dapat meningkatkan aktivitas belajar dan keaktifan siswa dalam pembelajaran dikelas. DAFTAR PUSTAKA Hadi, Sutrisno, 2002. Metodologi Research Jilid I. Yogjakarta: Penerbit Andi. Imron, Ali. 1996.Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT Dunia Pustaka Jaya. Roestyah. 1998. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta Slamento. 1995. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta. Sudirman, dkk. 1991. Ilmu Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sudjana, Nana. 1990. Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya