HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN RUHANI DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP PERILAKU PROSOSIAL PADA SANTRI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, individu, dan berketuhanan.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang diciptakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Sebagai makhluk sosial manusia tumbuh bersama-sama dan mengadakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ada dimasyarakat dan biasanya dituntut untuk dilakukan (Staub, dalam Baron

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. individu yang menjalani kehidupan didunia ini. Proses seorang individu dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia dikatakan makhluk sosial yang mempunyai akal pikiran di

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, individu, dan

HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA KARANG TARUNA DI DESA JETIS, KECAMATAN BAKI, KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial,

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN ASERTIVITAS DENGAN PERILAKU PROSOSIAL REMAJA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter. Hal ini sejalan dengan Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN INTENSI ALTRUISME PADA SISWA SMA N 1 TAHUNAN JEPARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. umat islam di Indonesia. Kepercayaan, sikap-sikap dan nilai-nilai masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. penghasilan sebanyak-banyaknya dengan melakukan usaha sekecil-kecilnya. Para

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk saling tolong-menolong ketika melihat ada orang lain yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang diciptakan untuk. dasarnya ia memiliki ketergantungan. Inilah yang kemudian menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) Pendidikan adalah Usaha sadar dan

Tri Windha Isnandar F

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya Indonesia sangat menjunjung tinggi perilaku tolong - menolong,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Prososial. prososial merupakan salah satu bentuk perilaku yang muncul dalam kontak sosial,

BAB I PENDAHULUAN. forum diskusi ilmiah, mempraktikkan ilmu pengetahuan di lapangan, dan. juga dibutuhkan pula oleh orang lain (Zuhri, 2011).

PANCASILA SEBAGAI SISTEM NILAI DISUSUN OLEH: GUSPI AKHBAR PUTRA RIZKI SAHPUTRA M. FAJAR MAULANA RYAN ANDRYAN PUTRA RANGGA FERNANDO

BAB I PENDAHULUAN. yang menyita waktu sehingga banyak individu yang bersikap. sikap egoisme, dan ini menjadi ciri dari manusia modern, dimana individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sekaligus menggiring manusia memasuki era globalisasi ini, agaknya memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan pepatah berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Nilai kesetiakawanan,

BAB I PENDAHULUAN. manusia meskipun dalam kadar yang berbeda. Manusia dimotivasi oleh dorongan

PERILAKU PROSOSIAL ANAK YANG DIASUH OLEH NENEKNYA. NAMA : ERIKA ERMAWATY NPM : KELAS : 3PA07 DOSEN : ERIK SAUT H. HUTAHAEAN, S.Psi, M.

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU ALTRUISME PADA KARANG TARUNA DESA PAKANG NASKAH PUBLIKASI

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Prososial. bersifat nyata (Sarwono, 2002). Di kehidupan sehari-hari terdapat berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. penuh keramahan. Namun akhir-akhir ini banyak ahli yang harus berpikir

BAB II LANDASAN TEORI. sekelompok individu (Eisenberg, 1989). Hudaniah, 2006), menekankan bahwa perilaku prososial mencakup tindakantindakan

ALTRUISME DENGAN KEBAHAGIAAN PADA PETUGAS PMI NASKAH PUBLIKASI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai. Derajat Gelar Sarjana (S-1) Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU ALTRUISME PADA MAHASISWA PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan pertolongan yang justru sangat dibutuhkan.

Manusia hidup di dunia ini tidak hanya cukup

NILAI ANAK BAGI ORANG TUA DAN DAMPAK TERHADAP PENGASUHAN

Kode Etik Guru Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut; Eksistensi spiritualitas guru dalam

KEMAMPUAN BEREMPATI DITINJAU DARI INTERAKSI TEMAN SEBAYA PADA ANAK USIA SEKOLAH

Salah satu perkembangan yang penting dalam kehidupan manusia adalah. masa perkembangan anak, yang merupakan masa pembentukan dan peletakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN BERAGAMA REMAJA MUSLIM DENGAN MOTIVASI MENUNTUT ILMU DI PONDOK PESANTREN

BAB I PENDAHULUAN. kanak-kanak dan masa dewasa (Wong dkk, 2001). Menurut Erik Erikson (Feist &

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan Intelligence Quotient (IQ) yang tinggi, namun pada

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 2 pasal 3. 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya keteraturan, kedamaian, keamanan dan kesejahteraan dalam

BAB I PENGANTAR I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sistematis untuk mewujudkan suatu proses pembelajaran agar siswa aktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan kemajuan teknologi dan komunikasi pada saat ini semakin

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN ALTRUISME. Naskah Publikasi

c. Pengalaman dan suasana hati.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan tolong menolong. Memberikan pertolongan atau menolong sesama termasuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keluarga, lingkungan teman sebaya sampai lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terlarang serta tingginya budaya kekerasan merupakan contoh permasalahaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang besar terdiri atas ribuan kepulauaan

BAB VI PENUTUP. Menanamkan nilai mahabbatulloh dapat meningkatkan keimanan yang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. pemikiran si peneliti karena menentukan penetapan variabel. Berdasarkan Kamus Besar

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang ada dalam diri peserta didik. Pendidikan dianggap sebagai. diatur oleh Undang-Undang Republik Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku altruistik adalah salah satu dari sisi sifat manusia yang dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sosial-emosional. Masa remaja dimulai kira-kira usia 10 sampai 13 tahun

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan merupakan sarana agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. juga memiliki akal pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan. Sebagai

SIKAP REMAJA TERHADAP HUBUNGAN SEKS PRA NIKAH DITINJAU DARI JENIS PENDIDIKAN DAN JENIS KELAMIN. Skripsi

INTERAKSI SOSIAL PADA AKTIVIS IMM DAN KAMMI. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dalam kehidupan sehari-harinya dituntut untuk dapat berperan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah keterbatasan dari teori awal adalah ambiguitas tentang proses pengaruh. Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA PERCAYA DIRI DENGAN INTENSI MENYONTEK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU ALTRUISTIK PADA SISWA SMK BINA PATRIA 2 SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pemaafan. maaf adalah kata saduran dari bahasa Arab, al afw. Kata ini dalam al-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan, bukan hanya terjadi ketika seseorang

BAB I PENDAHULUAN. belajar mengenali kemampuan diri dan lingkungan.

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAYA HIDUP CLUBBING DENGAN RELIGIUSITAS PADA REMAJA DI SMA NEGERI 5 SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. terelakkan. Seluruh lapisan masyarakat tidak terkecuali anak-anak bangsa

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta: Amzah, 2007), hlm Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur an,

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan orang yang ada disekitarnya. Setiap manusia

Tabel 13 : Rekapitulasi angket indikator variabel y pengalaman religiusitas santri BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah SWT yang dikaruniai banyak

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN RUHANI DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP PERILAKU PROSOSIAL PADA SANTRI SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : MIFTAKHUL JANNAH F 100040234 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial dalam kehidupannya selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Manusia dituntut untuk dapat menunjukkan perilaku yang dapat diterima oleh masyarakat dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Perilaku tersebut akan dipengaruhi oleh aspek-aspek dalam diri individu. Perilaku berhubungan dengan keyakinan seseorang terhadap suatu objek (Irwanto, 2001). Perubahan-perubahan yang terjadi dalam suatu masyarakat membuat perilaku yang sering muncul dalam masyarakat cenderung bermuatan negatif. Pada era modernisasi ini banyak orang yang tidak mempedulikan interaksinya dengan lingkungannya. Mereka hanya mengutamakan ego dan kepentingan masing-masing tanpa melihat orang-orang di sekeliling mereka. Era modern membuat manusia kehilangan cintanya kepada yang lain. Rasa saling menghargai dan menyejahterakan semakin menipis. Turmudhi (dalam Yuwono, 2002) melukiskan era ini sebagai era individualistis, egoistis, sifat relasi kontraktual, hanya berdasar pada untung rugi dan eksploitasi yang tidak manusiawi. Produk ilmu pengetahuan dan teknologi tidak dapat dibendung. Disatu sisi hal itu akan membantu proses pengembangan potensi dan kebutuhan manusia, akan tetapi disisi lain akan menjadi ancaman terhadap peradaban umat manusia (Dzakie, 2005)

Pada umumnya manusia menjalani kehidupan diantara manusia dan struktur kehidupan pribadinya dibuat oleh masyarakat. Peran masyarakat dalam meletakkan fondasi kepribadian individu, karakter moral dan perilaku adalah fakta-fakta yang sangat jelas dari kehidupan manusia. Manusia tidak dapat memutuskan hubungan dengan sesamanya atau hidup dalam kesendirian (Lari, 1991). Manusia memiliki potensi dalam dirinya sebagai makhluk jasmaniah dan ruhaniah, baik yang berhubungan dengan dunia material maupun spiritual. Manusia selalu dituntut untuk saling tolong menolong dalam interaksinya dengan sesama. Perilaku tolong menolong itu dalam ilmu sosial termasuk dalam kategori perilaku prososial. Baron & Byrne (1991) mendefinisikan perilaku prososial sebagai suatu perilaku yang ditujukan untuk memberikan pertolongan kepada orang lain. Perilaku prososial ditujukan untuk menolong orang lain dan memberi manfaat yang positif bagi orang lain (Bartal, 1976). Perilaku prososial meliputi aspek menyumbang (donating), bekerjasama (cooperating), memberi (giving), peduli (caring), memberi fasilitas untuk kesejahteraan orang lain (facilitating the wellbeing of the other), menolong (helping) dan berbagi (sharing) seperti yang dikemukakan Sampson dalam Susanto (2006). Aspek-aspek perilaku prososial menurut Bartal (1976) adalah: niat untuk menolong, sukarela untuk menolong, kesiapan untuk menolong, mempunyai rasa kemanusiaan, mempunyai rasa untuk berkorban. Tanggal 27 Mei 2006, gempa terjadi di Yogyakarta. Setiap orang seperti ingin menunjukkan perilaku interpersonal dalam konteks interaksi sosial ditengah bencana, baik langsung maupun tidak langsung. Berbagai media menyajikan

kepada seluruh masyarakat Indonesia, bahkan dunia ragam, sikap dan perilaku peduli, empati, dan simpati dari begitu banyak orang (Soegiyarto, 2006). Ditengah bencana seperti itu perilaku sosial merebak Menunjukkan betapa kemanusiaan tetap di junjung tinggi menempati prioritas utama ditengah kehidupan yang makin sarat masalah, intrik, dan persaingan. Ciri-ciri perilaku prososial menurut Rifai (dalam Susanto, 2006) adalah kerelaan konkret dengan penguat, kerelaan karena perintah atau permintaan, inisiatif diri sendiri, norma-norma, pertukaran secara umum, dan perilaku yang mementingkan orang lain. Perilaku prososial dipengaruhi oleh beberapa aspek dalam diri individu baik secara internal maupun eksternal. Faktor internal individu yang mempengaruhi perilaku prososial seseorang diantaranya adalah tipe kepribadian seseorang (Staub dalam Susanto, 2006) Kepribadian merupakan keseluruhan dari individu yang terorganisir dan terdiri atas disposisi-disposisi fisik serta psikis yang memberi kemungkinan untuk membedakan ciri-ciri yang umum dengan pribadi lainnya (Kartono, 1980). Tiap individu memiliki kepribadian yang berbeda-beda, bahkan tidak ada di dunia ini individu yang memiliki kepribadian sama. Kepribadian manusia dibedakan dalam dua tipe (Jung dalam Suryabrata, 2006) yaitu: tipe ekstrovert dan tipe introvert. Orang ekstrovert dipengaruhi oleh dunia objektif yaitu dunia diluar dirinya. Orientasinya terutama tertuju keluar, pikiran, perasaan dan tindakannya ditentukan oleh lingkungannya baik lingkungan sosial maupun lingkungan non-sosial. Dia bersikap positif dengan masyarakatnya; hatinya terbuka, mudah bergaul, hubungan dengan orang lain lancar. Orang

introvert dipengaruhi oleh dunia subjektif yaitu dunia dalam dirinya. Orientasinya terutama tertuju ke dalam; pikiran, perasaan, serta tindakannya terutama ditentukan oleh faktor-faktor subjektif. Penyesuaiannya dengan dunia luar kurang baik; jiwanya tertutup, sukar bergaul, sukar berhubungan dengan orang lain, kurang dapat menarik hati orang lain. Penyesuaian dengan batinnya sendiri baik. Orang dengan kepribadian ekstrovert akan cenderung lebih sering melakukan perilaku prososial. Penelitian yang dilakukan oleh Susanto (2006) yang berjudul Perbedaan Perilaku Prososial ditinjau dari Tipe Kepribadian pada Anggota Palang Merah Remaja menyatakan bahwa orang dengan tipe kepribadian Ekstravert intensi prososialnya lebih tinggi. Faktor lain yang diduga mempengaruhi munculnya perilaku prososial selain tipe kepribadian adalah tingkat keberagamaan seseorang. Tate dan Miller (dalam Batson dan Brown, 1989) berpendapat bahwa orang yang beragama mempunyai kecenderungan yang lebih besar untuk membantu orang lain dibandingkan dengan orang yang tidak mengenal agama. Penelitian yang dilakukan oleh Batson dan Gray membuktikan bahwa ada hubungan positif antara perilaku menolong dengan tingkat keberagamaan seseorang. Medrich (dalam Batson dan Brown, 1989) mengadakan percobaan dan mendapatkan hasil bahwa kepercayaan dan ketaatan seseorang terhadap Tuhan akan mempunyai hubungan dengan perilaku berderma. Individu yang aktif melaksanakan ibadah hampir selalu melakukan tindakan untuk membantu individu lain disebabkan individu tersebut merasakan dorongan yang kuat untuk membantu orang yang membutuhkan.

Orang yang beragama membutuhkan spiritualitas. Makna spiritualitas lebih luas menitikberatkan pada inti ajaran dan pengalaman langsung manusia dalam berhubungan dengan kekuatan besar diluar dirinya. Spiritualitas merupakan ekspresi dari pelaksanaan keberagamaan, yang didalamnya terdapat ajaran kasih sayang dan pelayanan terhadap sesama (Soegiyoharto, 2006). Hakikat kecerdasan spiritual disandarkan pada kecerdasan jiwa, ruhani, dan spiritual. Menurut Michal Levin dalam spiritual Intellegence, Awakening the Power of Your Spirituality and Intuition menyatakan bahwa pengetahuan spiritual perlu ditancapkan ke ranah kesadaran (dalam Tiar, 2008) Orang yang cerdas secara spiritual sudah merambah kedalam kesadaran spiritual. Kesadaran itu terefleksikan dalam kehidupan sehari-hari, menjadi sikap hidup yang arif dan bijak secara spiritual, toleran, terbuka, jujur, cinta kasih dan lain-lain. Kecerdasan ruhani adalah kecerdasan yang paling sejati tentang kearifan dan kebenaran serta pengetahuan ilahi. Menurut Tasmara (2001) orang-orang yang mampu mencapai ketinggian ruhiyah adalah orang-orang yang memiliki kecerdasan ruhani. Mereka mampu mendengarkan hati nuraninya atau bisikanbisikan kebenaran dalam hatinya yang akan membimbingnya dalam mengambil keputusan atau melakukan pilihan-pilihan. Indikator orang-orang yang mempunyai kecerdasan ruhaniah menurut Tasmara (2001) adalah adanya beberapa unsur berikut: memiliki visi, merasakan kehadiran Allah, selalu berdzikir dan berdoa, cenderung pada kebaikan, memiliki empati, berjiwa besar, dan bahagia melayani. Orang yang sehat ruhani dan keyakinannya akan selalu mempersiapkan diri untuk bergegas menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya

sebagai hamba Allah di hadapan Tuhan dan sebagai khalifah dihadapan makhluk Tuhan (Dzakie, 2005). Penelitian yang dilakukan oleh Yuwono (2002) menunjukkan hasil adanya korelasi yang linier antara religiusitas dengan intensi prososial, yaitu semakin tinggi tingkat religiusitas seseorang maka akan semakin tinggi pula intensi prososial yang dimunculkan, dimana religiusitas merupakan dasar dari terbentuknya kecerdasan ruhaniah. Santri adalah salah satu kelompok individu yang dinilai memiliki kecerdasan ruhaniah. Sejak seseorang menjadi santri, maka saat itu juga individu memasuki sistem kehidupan yang berbeda, yakni sebuah kehidupan yang tidak mendahulukan kepentingan pribadi daripada kepentingan bersama. Pondok pesantren menjadi sebuah media pembelajaran untuk berbagi. Perilaku ini memunculkan suatu mindset berpikir bagi santri (Tiar, 2008). Predikat sebagai orang yang mempunyai kecerdasan ruhaniah yang disandang para santri, menuntut para santri melakukan apa yang diperintahkan Allah. Diantaranya adalah bagaimana hubungannya dengan sesama yang bisa diwujudkan dengan perilaku prososial. Bagaimana kecerdasan yang dimiliki para santri tersebut mempengaruhi perilaku prososial yang dimunculkan dalam masyarakat. Tetapi kenyataannya dalam kehidupan sehari-hari masih banyak dari mereka saat kembali ke masyarakat masih belum bisa mengamalkannya dalam perilaku prososial. Berarti tipe kepribadian dari santri itu sendiri juga mempengaruhi munculnya perilaku prososial.

Berdasarkan uraian sebelumnya maka peneliti mengajukan rumusan masalah apakah ada hubungan antara kecerdasan ruhaniah dan tipe kepribadian ekstrovert dengan perilaku prososial pada santri. Dengan adanya permasalahan seperti dikemukakan diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : Hubungan antara Kecerdasan Ruhani dan Tipe Kepribadian Ekstrovert dengan Perilaku Prososial pada Santri. B. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan ruhaniah dan tipe kepribadian dengan perilaku prososial pada santri. 2. Untuk mengetahui hubungan kecerdasan ruhaniah dengan perilaku prososial pada santri. 3. Untuk mengetahui hubungan tipe kepribadian ekstrovert dengan perilaku prososial pada santri. C. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada : 1. Bagi Direktur Pondok Modern Gontor Putri 1. Diharapkan hasil penelitian dapat menjadi masukan tentang perilaku prososial yang perlu dikembangkan oleh para santri. Perilaku tersebut dapat dimulai terlebih dahulu dari lingkungan pesantren. Direktur Pondok diharapkan dapat menjadikan penelitian ini sebagai acuan dalam menyusun kurikulum

pondok agar lebih meningkatkan kecerdasan ruhani dan mengembangkan potensi kepribadian ekstrovert para santrinya. 2. Bagi Pengasuh Pondok Modern Gontor Putri 1. Dapat menjadi masukan bagi para pengasuh agar lebih meningkatkan kecerdasan ruhani dan mengembangkan potensi kepribadian para santri. Selain itu peran pengasuh juga sangat penting dalam pengembangan pribadi santri. Dengan penelitian diharapkan para pengasuh dapat lebih mengarahkan para santrinya untuk selalu berperilaku prososial. 3. Bagi Santri Pondok Modern Gontor 1 Diharapkan dapat meningkatkan kecerdasan yang dimiliki tidak hanya secara intelektual tetapi juga ruhani dan mengembangkan potensi kepribadiannya menjadi pribadi yang positif sehingga dapat memunculkan perilaku prososial. Para santri dapat terlebih dahulu memerapkan perilaku prososial itu dari dalam podok terlebih dahulu untuk kemudian meluas ke masyarakat. 4. Bagi Orang Tua para Santri Pondok Modern Gontor 1. Diharapkan dapat membimbing anak-anak mereka menjadi pribadi yang memiliki kecerdasan ruhani yang tinggi dan juga pribadi yang ekstrovert. 5. Bagi penulis Penulisan skripsi ini bermanfaat sebagai penerapan disiplin ilmu yang diterima khususnya tentang hubungan antara kecerdasan ruhani dan tipe kepribadian ekstrovert terhadap perilaku prososial pada santri. 6. Bagi Ilmu Psikologi

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi pada perkembangan ilmu psikologi khususnya. 7. Bagi penelitian berikutnya yang sejenis Semoga penelitian ini bisa menjadi inspirasi bagi penelitian berikutnya agar penelitian yang dihasilkan akan lebih baik.