BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal penting yang diperlukan bagi setiap manusia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya peningkatan mutu pendidikan dimasa yang akan datang akan

BAB I PENDAHULUAN. manusia, supaya anak didik menjadi manusia yang berkualitas, profesional,

I. PENDAHULUAN. Rendahnya mutu pendidikan merupakan salah satu masalah yang terus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan dan keterampilan, serta manusia manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha sadar dan terencana untuk memanusiakan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS dan PKn

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh pemerintah, masyarakat dan pengelola pendidikan pada umumnya.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional bertujuan: Untuk mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan serta dipupuk secara efektif dengan menggunakan strategi

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu pembangunan,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki. latihan bagi peranannya di masa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sarana yang penting dalam menyiapkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. manusia agar dapat mengembangkan potensi dirinya, antara lain melalui proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu tolak ukur bagi kehidupan suatu bangsa. Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. semata-mata untuk hari ini melainkan untuk masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai kata kunci untuk menguak kemajuan bangsa. Tujuan Pendidikan Nasional yang tercantum dalam Undang-

I. PENDAHULUAN. kecerdasan, (2) pengetahuan, (3) kepribadian, (4) akhlak mulia, (5)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kunci utama bagi kemajuan suatu bangsa. manusia melalui peningkatan kualitas pendidikan. Undang-Undang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi diera globalisasi dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. dan keterampilan. Menurut Suharjo (2006: 1), pendidikan memainkan peranan. emosi, pengetahuan dan pengalaman peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. Maksudnya bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan suatu peristiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu usaha yang bertujuan untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. Syamsuddin Abin (2007, h. 22) mengatakan bahwa pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk selalu berfikir dan mencari hal-hal yang baru. Pendidikan tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan potensi-potensi siswa dalam kegiatan pengajaran. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. merupakan satu usaha yang sangat penting dan dianggap pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tidak sama, oleh karena itu peserta didik harus berpartisipasi aktif secara fisik dan

BAB I PENDAHULUAN. memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi (Sapriya 2011:11).

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

I. PENDAHULUAN. mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Undang-Undang Nomor 20 Tahun. Berdasarkan hal itu pemerintah terus berupaya mewujudkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang

BAB I PENDAHULUAN. sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini.

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga negara yang baik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. guru yang melaksanakan kegiatan pendidikan untuk orang-orang muda

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasai saat ini suatu bangsa dituntut bersaing dan selalu

BAB I PENDAHULUAN. ketekunan dan keteladanan baik dari pendidik maupun peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan biasanya berawal saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur hidup. Menurut M.J.

BAB I PENDAHULUAN. hal tersebut, pembangunan nasional dalam bidang pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kedudukan guru mempunyai arti penting dalam pendidikan. Arti penting itu bertolak

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan berpikir manusia yang berpengaruh terhadap nilai-nilai dan budaya

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil-hasil penelitian telah dikemukakan didepan, selanjutnya

I. PENDAHULUAN. ataupun tidaknya suatu pendidikan pada bangsa tersebut. Oleh karena itu, saat ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN. dirinya melalui proses pembelajaran dan atau cara lain yang dikenal dan diakui

BAB I PENDAHULUAN. guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam

Eli Santana Siregar. Dosen FKIP Univeristas Muhammadiyah Tapanuli Selatan. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, pengendalian diri dan keterampilan untuk membuat dirinya berguna di

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai suatu ilmu yang mengkaji tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dikatakan berjalan baik apabila mampu berperan secara proporsif,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah pembelajaran, pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, dituntut sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi diperlukan sumber daya manusia yang tangguh. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Pada hakikatnya pendidikan adalah sarana untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sosial budaya dimana dia hidup.

Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi Vo. 4, No. 1, April 2017, Hal ISSN : Copyright 2017 by LPPM UPI YPTK Padang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembentukan manusia sempurna melalui pendidikan, di dalam pendidikan berlaku

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Oleh karena itu, pendidikan menjadi kebutuhan manusia. 1

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pendidikan di Indonesia terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar lahiriah seperti

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal penting yang diperlukan bagi setiap manusia untuk memperoleh pengetahuan, wawasan serta meningkatkan martabat dalam kehidupan. Manusia berhak mendapatkan pendidikan yang layak sesuai perkembangannya. Pendidikan ini diperoleh melalui proses dari pendidikan dasar, menengah, sampai perguruan tinggi. Pengetahuan yang diperoleh melalui pendidikan akan sangat berguna bagi kehidupan akan datang manakala setiap orang mampu memanfaatkan dan mengoptimalkan pendidikan didapatnya selama ini. Manusia harus memahami bahwa pendidikan yang didapatnya selama ini bukan hanya sekadar formalitas belaka. Namun lebih dari itu, pendidikan akan sangat menentukan kehidupan berbangsa dan bernegara yang sejatinya dipupuk dari tingkat dasar. Pendidikan layak diberikan secara optimal, khususnya pada siswa Sekolah Dasar. Pengetahuan diberikan di Sekolah Dasar merupakan pengetahuan dasar siswa berguna untuk melanjutkan kejenjang lebih tinggi. Pendidikan hendaklah membuat manusia menjadi transitif, yaitu suatu kemampuan menangkap dan menanggapi masalah-masalah lingkungan serta kemampuan untuk berdialog tidak hanya sebatas dengan sesama, tetapi juga dengan dunia beserta isinya (Paul Freire dalam Made Pidarta, 2000: 17).

Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran. Sesuai dengan Undang-undang Guru dan Dosen No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 yang menyatakan bahwa: Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Peran aktif siswa sangat dibutuhkan dalam semua mata pelajaran termasuk dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang memadukan konsep-konsep dasar dari berbagai ilmu sosial yang disusun melalui pendekatan pendidikan dan psikologis serta kelayakan dan kebermaknaannya bagi siswa dan kehidupannya (Fakih Samlawi dan Bunyamin Maftuh, 1998: 1). Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar dilaksanakan secara terpadu dengan menggabungkan antara ekonomi, geografi dan sejarah. Penyampaian materi IPS yang luas tersebut tidak cukup hanya dengan model konvensional saja, tetapi juga memerlukan model pembelajaran dapat memudahkan siswa dalam memahami berbagai konsep ilmu sosial diajarkan serta melatih keaktifan siswa. Dalam prakteknya pembelajaran IPS yang terjadi di sekolah-sekolah saat ini lebih menekankan pada metode mengajar secara informatif yaitu guru menjelaskan atau ceramah dan siswa mendengarkan atau mencatat. Metode ceramah merupakan metode yang boleh dikatakan metode tradisional, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara

guru dan siswa dalam proses belajar mengajar (Syaiful Bahri Djamarah, 2006: 97). Pembelajaran dengan metode ceramah merupakan yang paling disenangi oleh guru karena metode ini paling mudah dilaksanakan. Komunikasi yang terjadi dalam proses ini umumnya satu arah yaitu dari guru kepada siswa sehingga pembelajaran terpusat pada apa yang disampaikan oleh guru (teacher centered). Pembelajaran di sekolah-sekolah juga cenderung hanya menekankan pada kemampuan intelektual dan kurang menekankan segi yang lain. Banyak guru menggunakan sistem kompetisi atau persaingan dalam pembelajaran maupun penilaian dilakukan di kelas. Tak sedikit pula guru yang menganggap bahwa metode ini merupakan satu-satunya cara dalam pembelajaran. Metode persaingan juga dapat membuat siswa bersikap individualis bahkan dapat menciptakan suasana permusuhan di kelas. Siswa berlomba-lomba agar mempunyai nilai yang tertinggi di kelasnya sehingga berasumsi jika ingin berhasil harus mengalahkan siswa lainnya. Siswa yang berhasil mendapatkan nilai tinggi sering dimusuhi karena dianggap menjatuhkan teman ataupun dicap "tidak kompak". Siswa yang mendapat nilai terendah atau kalah dalam persaingan bisa menjadi antipati terhadap sesama siswa, pengajar, sekolah, atau bahkan proses pembelajaran yang dilakukan. Seorang pendidik diketahui bahwa profesionalisme seorang guru bukanlah hanya mengembangkan ilmu pengetahuan, tetapi lebih kepada kemampuanya melaksanakan pembelajaran yang menarik untuk siswa sehingga siswa lebih aktif mengikuti pembelajaran (Sugiyanto, 2010: 1). Daya tarik suatu pelajaran terletak

pada dua hal yaitu oleh mata pelajaran itu sendiri dan cara guru mengajar Degeng dalam (Sugiyanto, 2010:1). Satu cara yang diterapkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa selama di kelas adalah penerapan model pembelajaran, dalam proses belajar mengajar. Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan (Syaiful Sagala, 2010: 62). Model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide (joyce dalam Agus Suprijono, 2011: 46). Penerapan model pembelajaran yang bervariasi sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa karena dengan menggunakan model pembelajaran. Pusat pembelajaran bukan lagi terletak pada guru melainkan pusat pembelajaran pada siswa. Siswa bukan lagi sebagai objek dalam pembelajaran namun sebagai subjek pembelajaran. Model pembelajaran yang dapat diterapkan oleh seorang guru dalam melatih peserta didik dalam berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan temannya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan model pembelajaran guru akan dapat mengembangkan keterampilan intelektual, sosial, dan personal siswa. Pembelajaran yang melibatkan siswa akan menjadikan pembelajaran lebih bermakna sehingga diharapkan materi dapat tersampaikan dengan maksimal. Penerapan model pembelajaran yang tepat memegang peranan penting proses pembelajaran, khususnya pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di

Sekolah Dasar. Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai mata pelajaran yang dapat memperluas wawasan siswa tentang informasi dan pengetahuan dunia luar agar siswa diharapkan mampu menghadapi dan menangani kompleksitas kehidupan di masyarakat yang seringkali berkembang secara tidak terduga. Perkembangan seperti itu dapat membawa berbagai dampak yang sangat luas (Djojo Suradisastra, 1991: 4). Untuk menjelaskan kehidupan yang kompleks seperti masalah sosial ataupun fenomena yang terjadi di sekitar kita tidak dapat didekati dengan cara terpisah-pisah. Hal ini merupakan pendorong bagi guru untuk tidak menerapkan satu macam pendekatan ataupun model pembelajaran yang monoton. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD, SMP, IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial (Sa dun Akbar dkk, 2010: 77). Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar merupakan salah satu penanaman konsep berpikir luas kepada siswa. Hal tersebut berarti bahwa siswa dapat menemukan pengetahuan yang baru dan luas melalui pemberian mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar. Siswa dapat mempelajari mata pelajaran ini dengan menemukan informasi baru yang aktual terkait mata pelajaran IPS. Hal ini dikarenakan ilmu-ilmu sosial tidak terukur secara mutlak dan tetap, berbeda dengan ilmu sains yang telah memilki berbagai konsep khusus dan mutlak terkait ilmu alam berdasarkan hasil uji coba maupun berbagai penelitian para ahli di bidang sains. Ilmu sosial memiliki kemungkinan perubahan yang tinggi dan akan terus dapat berkembang sesuai dengan perkembangan zaman (Djojo Suradisastra, 1991: 5).

Model-model pembelajaran yang dianggap cocok untuk pembelajaran IPS, diantaranya adalah model-model rumpun sosial, misalnya kooperatif (Sa dun Akbar dkk, 2010: 186). Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelas kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Sugiyanto, 2010: 37). Model pembelajaran kooperatif terdapat beberapa macam teknik, salah satu teknik tersebut adalah teknik Make a Match. Dengan menggunakan Make a Match siswa diajak untuk belajar sambil bermain, dengan cara saling menjodohkan kartu yang dimilikinya sehingga pembelajaran IPS menjadi lebih menarik dan siswa dapat menyukai pembelajaran IPS dan dapat dengan mudah memahami isi materi di sampaikan oleh guru sehingga hasil belajar siswa akan meningkat. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara peneliti dengan guru kelas IV SD Negeri Limbasari pada tanggal 20-26 januari 2012 terhadap pembelajaran IPS yang belum optimal. Siswa hanya mendengarkan dan mencatat penjelasan dari guru. Siswa cenderung pasif, meskipun ada materi yang belum jelas baginya. Hal itu terjadi karena sebagian siswa tidak memperhatikan saat pembelajaran. Pembelajaran masih bersifat teacher centered bukan student centered. Guru juga belum menerapkan berbagai model pembelajaran. Alasan utamanya karena dengan metode konvensional yang biasa digunakan oleh guru selama ini, akan mempermudah dalam proses pembelajaran. Penerapan model pembelajaran yang belum optimal mengakibatkan siswa menjadi bosan. Siswa hanya diberikan buku teks pelajaran yang berisi bermacam-

macam materi untuk dipelajari tanpa menggunakan metode dan model pembelajaran yang merangsang siswa aktif dan tertarik untuk mengikuti pelajaran, terutama pada mata pelajaran IPS yang cakupan materinya sangat luas. Kenyataan yang terjadi di SD Negeri Limbasari pembelajaran IPS hanya dilaksanakan 2 jam/ minggunya. Keterbatasan waktu itulah yang ikut menyebabkan sulitnya materi pelajaran IPS tersampaikan dengan baik. Hal tersebut akan berdampak pada cara belajar siswa yang hanya menghafal, membuat siswa tidak kreatif dalam memahami materi, dan siswa cenderung pasif dalam proses pembelajaran. Berdasarkan wawancara antara peneliti dengan siswa bahwa ada kendala dalam pembelajaran IPS yaitu banyak siswa menganggap bahwa mata pelajaran IPS membosankan jika dibandingkan dengan mata pelajaran lain. Hal yang demikian mengakibatkan nilai pada pelajaran IPS siswa lebih rendah dari mata pelajaran lain. Adapun perbandingan antara nilai IPS dan nilai mata pelajaran lain dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 1. Rata-rata Nilai Ujian Semester Tahun Ajaran 2011/2012 No Mata pelajaran Rata-rata 1 Matematika 69,25 2 IPA 67,87 3 B.Indonesia 65,37 4 Pkn 62,12 5 IPS 53, 45 Sumber : Dokumentasi Guru Berdasarkan hasil belajar IPS siswa pada ujian semester 1 tahun ajaran 2011/2012 di SD Negeri Limbasari bahwa nilai rata-rata mata pelajaran IPS lebih rendah dibandingkan dengan nilai mata pelajaran lainya. Hasil belajar siswa di

sekolah sangat dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan kualitas pembelajaran selama di kelas. Hal ini dapat dilihat bahwa guru cenderung lebih menekankan pada satu metode saja. Guru mengajar hanya sekedar menyampaikan materi tanpa memberikan inovasi baru agar siswa tertarik dan senang mempelajarinya. Untuk mendapatkan hasil belajar yang diharapkan dibutuhkan pembelajaran yang berkualitas. Untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam proses belajar mengajar maka pembelajaran yang selama ini berlangsung harus diperbaiki, salah satunya dengan menerapkan model Cooperative Learning teknik Make a Match dalam pembelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial), karena dengan menggunakan teknik Make a Match siswa akan belajar mengenai suatu konsep dalam suasana yang menyenangkan sehingga siswa lebih mudah memahami materi yang diberikan dan teknik ini dapat digunakan dalam semua mata pelajaran serta semua tingkatan usia anak didik. Teknik model pembelajaran kooperatif adalah Make a Match (mencari pasangan) yang dikembangkan oleh Lorna Curran dalam (Miftahul Huda 2011: 135). Dalam teknik ini, siswa mencari pasangan sambil mempelajari suatu konsep atau topik tertentu dalam suasana yang menyenangkan. Teknik ini dapat diterapkan untuk semua mata pelajaran dan semua tingkatan kelas. Dalam teknik Make a Match siswa diharapkan saling bekerja sama. Keunggulan teknik ini yaitu siswa akan belajar mengenai suatu konsep dalam suasana yang menyenangkan, melalui bermain sambil belajar memasangkan kartu jawaban dan pertanyaan.

Penerapan teknik ini akan lebih mengaktifkan siswa dalam pembelajaran sehingga membuat pembelajaran lebih bermakna karena adanya keterlibatan siswa secara aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Melalui teknik ini, siswa juga akan terlatih untuk mengungkapkan gagasan, pendapat dan kritikan terhadap orang lain. Melalui penerapan model Cooperative Learning teknik Make a Match, maka pembelajaran IPS di sekolah akan lebih disukai siswa. Anak usia SD yang berumur antara 7-12 tahun adalah anak yang gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk bermain bersama-sama, melalui model Cooperative Learning teknik Make a Match siswa dapat bekerja sama menyelesaikan suatu materi pelajaran. Siswa dapat membangun sendiri pengetahuanya, sehingga konsepkonsep IPS yang abstrak dapat mudah dipahami dan lebih bermakna. Hal ini terjadi karena Make a Match merupakan model pembelajaran kooperatif yang membagi siswa menjadi beberapa kelompok dan proses pembelajaranya siswa dikondisikan seperti melakukan permainan, sehingga siswa akan lebih termotivasi dalam belajar sehingga hasil belajar akan meningkat. Berdasarkan latar belakang di atas, maka model pembelajaran yang dapat menjawab berbagai permasalahan tersebut adalah model pembelajaran kooperatif dengan teknik Make a Match. Penulis ingin mengkaji masalah ini dengan mengadakan penelitian mengenai pengaruh cooperative learning teknik Make a Match terhadap hasil belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri Limbasari.

B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, dapat diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut. 1. Siswa kurang aktif dalam pembelajaran IPS karena pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered) 2. Proses pembelajaran yang kurang menarik perhatian siswa sehingga mata pelajaran IPS menjadi membosankan. 3. Guru belum menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik Make a Match. 4. Hasil belajar IPS masih rendah jika dibandingkan dengan hasil belajar mata pelajaran lain. C. Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan berbagai keterbatasan yang ada pada penulis, maka pembahasan dalam penelitian ini akan dibatasi sesuai dengan identifikasi masalah yang ada pada poin ketiga. Guru belum menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik Make a Match. Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini hanya pengaruh cooperative learning teknik Make a Macht terhadap hasil belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri Limbasari. D. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah tersebut, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.

Adakah pengaruh yang signifikan dari penggunaan model cooperative learning teknik Make a Match terhadap hasil belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri Limbasari. E. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Model Cooperative Learning teknik Make a Match terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SD Negeri Limbasari. F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun praktis. 1. Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran dalam usaha-usaha yang mengarah pada pengembangan pembelajaran IPS di tingkat Sekolah Dasar. Hasil penelitian ini diharapkan juga dapat menjadi bahan kajian bagi usaha penelitian lanjutan, perbandingan, maupun tujuan lain yang relevan. Dapat menjadi bahan pertimbangan mengambil kebijakan khususnya di bidang pendidikan.

2. Praktis a. Bagi Sekolah Memberikan informasi dengan adanya pengembangan pembelajaran dan motivasi berprestasi merupakan bahan pertimbangan untuk menyusun kurikulum dalam usaha meningkatkan hasil belajar. b. Bagi Guru Memberikan informasi bahwa dalam meningkatkan kualitas maupun prestasi belajar siswa diperlukan kreativitas dalam proses pembelajaran yang berlangsung di sekolah agar anak tidak merasa jenuh dalam belajar sehingga dapat menarik perhatian siswa serta mendorong siswa untuk berprestasi dalam bidang akademik. c. Bagi siswa Mempermudah siswa dalam memahami materi dengan bermain mencocokkan kartu yang mereka pegang. d. Bagi peneliti Menambah wawasan peneliti sebagai calon guru bahwa untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa dapat dicapai dengan menggunakan model Cooperative Learning teknik Make a Match.