BAB I PENDAHULUAN. yang dibuat oleh atau dihadapan Notaris sebagai pejabat umum. Notaris sebagai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bentuk perusahaan yang ada di Indonesia seperti firma,

BAB I PENDAHULUAN. Peranan notaris..., E. Paramitha Sapardan, FH UI, hlm. 1. Universitas Indonesia

Perseroan Terbatas. Berlakunya asas preferensi hukum Lex Specialis

BAB I PENDAHULUAN. terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam

JURNAL LEGALITAS AKTA NOTARIS RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM MELALUI MEDIA TELEKONFERENSI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II PROSEDUR PEMBUATAN AKTA KEPUTUSAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM

B A B I PENDAHULUAN. penunjang antara lain tatanan hukum yang mendorong, menggerakkan dan mengendalikan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pasal 1 ayat (3) menentukan secara tegas bahwa negara Republik

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Hukum dan Hak As

KEKUATAN HUKUM AKTA NOTARIS BERKENAAN DENGAN PENANDATANGANAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM (RUPS) PERSEROAN TERBATAS MELALUI MEDIA TELEKONFERENSI

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara bertemu langsung, kini bisa dilakukan jarak jauh dan tanpa. bertatapan muka dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi.

KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK DALAM AKTA PERNYATAAN KEPUTUSAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM MELALUI MEDIA ELEKTRONIK

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan negara merupakan salah satu asas pokok. pembentukan pemerintah Negara Kesatuan Republik

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS

PIAGAM DIREKSI. Piagam ini diterbitkan untuk menjadi panduan Direksi dan anggotanya dalam mengelola dan menjalankan Perseroan. A.

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI

BAB I PENDAHULUAN. bukti dalam ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya

BAB II PENGATURAN TENTANG PERSEROAN TERBATAS DI INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pedoman Komite Nominasi dan Remunerasi. PT Astra International Tbk

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4432, Penjelasan umum.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Definisi Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut Perseroan) menurut

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKUMHAM. Pengesahan Badan Hukum. Perubahan Anggaran Dasar. Data. Perseroan Terbatas. Pengajuan. Tata Cara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PIAGAM KOMITE NOMINASI & REMUNERASI PT. BANK MNC INTERNASIONAL TBK. MARET 2015

HUKUM PERSEROAN TERBATAS (Berdasar UU Nomor 40 Th 2007 tentang Perseroan Terbatas) Oleh: Rahmad Hendra

BAB V PENUTUP. penelitian yang dilakukan beserta dengan pembahasan yang telah diuraikan, dapat

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PIAGAM KOMISARIS. A. Organisasi, Komposisi dan Keanggotaan

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan pasal..., Ita Zaleha Saptaria, FH UI, ), hlm. 13.

2011, No Mengingat : Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar dan Perubahan Data Perseroan Terbatas. 1. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 dapat diartikan. dalam undang-undang serta peraturan pelaksanaannya.

PASAL 1 NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN Ayat (1) s/d (2): Tidak ada perubahan. PASAL 2 JANGKA WAKTU BERDIRINYA PERSEROAN Tidak ada perubahan

Komite Nominasi dan Remunerasi mempunyai tugas dan tanggung jawab:

BAB I PENDAHULUAN. Dari putusan Mahkamah Agung Nomor 2365 K/Pdt/2006 yang penulis analisis dapat

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI PT MANDOM INDONESIA Tbk

B A B II TINJAUAN PUSTAKA. Secara khusus badan usaha Perseroan Terbatas diatur dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN. Tinjauan yuridis..., Ravina Arabella Sabnani, FH UI, Universitas Indonesia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. modal yang sehat, transfaran dan efisien. Peningkatan peran di bidang pasar

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS. PT Mandom. Indonesia

AKTA NOTARIS DALAM PELAKSANAAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM PERSEROAN TERBATAS MELALUI TELEKONFERENSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

MATRIX KOMPARASI PERUBAHAN ANGGARAN DASAR PT GRAHA LAYAR PRIMA Tbk. NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1

I. PENDAHULUAN. kemampuan dan keahlian masing-masing serta cara yang berbeda-beda dalam

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PT MANDOM INDONESIA TBK PASAL 1 DASAR DAN TUJUAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /POJK.04/2014 TENTANG RENCANA DAN PENYELENGGARAAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM PERUSAHAAN TERBUKA

PERANAN NOTARIS DALAM PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS. (Studi di Kantor Notaris Sukoharjo) S K R I P S I

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2012 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERSEROAN TERBATAS

Pedoman Komite Nominasi dan Remunerasi

2 2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara R

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Sekretaris Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi atau pertanggungan timbul karena kebutuhan manusia.

PEDOMAN DEWAN KOMISARIS PT SOECHI LINES Tbk.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mempunyai peran paling pokok dalam setiap perbuatan-perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan tujuan pendirian dari Perseroan Terbatas, tujuan filosofis

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah Negara Hukum. Prinsip dari negara hukum tersebut antara

PT Pelayaran Tempuran Emas Tbk

SYARAT-SYARAT SAHNYA PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS (PT) DI INDONESIA 1 Oleh : Nicky Yitro Mario Rambing 2

BAB I PENDAHULUAN. bertumbuh pesat. Menurut Peneliti terbukti dengan sangat banyaknya

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEDOMAN DAN KODE ETIK DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS PT NUSANTARA PELABUHAN HANDAL Tbk.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI TAHUN 2010 NOMOR 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR : 2 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN P.T. BEKASI PUTERA JAYA

PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Perpustakaan dan Informasi, edisi no.2 Vol.1, 2005, hlm.34.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengawasan majelis..., Yanti Jacline Jennifer Tobing, FH UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum. 1. Hal itu

BAB I PENDAHULUAN. Perseroan Terbatas sebagaimana diatur dalam Undang-Undang. (UUPT) modalnya terdiri dari sero-sero atau saham-saham.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sosialnya senantiasa akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi informasi yang memudahkan kegiatan kehidupan manusia ini sangat

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PT Matahari Department Store Tbk ( Perseroan )

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Untuk

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam setiap hubungan hukum kehidupan masyarakat, baik dalam

Yth. 1. Perusahaan Asuransi; 2. Perusahaan Asuransi Syariah; 3. Perusahaan Reasuransi; dan 4. Perusahaan Reasuransi Syariah di tempat.

Judul buku: Kebatalan dan pembatalan akta notaris. Pengarang: Dr. Habib Adjie, S.H., M.Hum. Editor: Aep Gunarsa

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN HUKUM DAN HAM. PERSEROAN. Daftar. Badan Hukum. Data. Tata Cara.

BAB I PENDAHULUAN. tugas, fungsi dan kewenangan Notaris. Mereka belum bisa membedakan tugas mana

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/42/PBI/2016 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DI BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI. PT Mandom Indonesia

BAB II ASPEK HUKUM MENGENAI PERSEROAN TERBATAS DAN PENERAPAN ASAS PIERCING THE CORPORATE VEIL ATAS TANGGUNG JAWAB DIREKSI

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI PT MULTIFILING MITRA INDONESIA Tbk ( Perseroan )

PEMINDAHAN HAK ATAS SAHAM MENURUT UU NO. 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS (UUPT)

PENGUMUMAN RINGKASAN RISALAH RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM TAHUNAN DAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM LUAR BIASA PT AKASHA WIRA INTERNATIONAL TBK

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PT MULTIFILING MITRA INDONESIA Tbk ( Perseroan )

BAB I PENDAHULUAN. negara yaitu pada bagian Pembukaan (Preambule) Undang Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. perubahan terencana dan terarah yang mencakup aspek politis, ekonomi, demografi, psikologi, hukum, intelektual maupun teknologi.

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP AKTA SERTA KEKUATAN PEMBUKTIAN AKTA NOTARIS. A. Pengertian Akta dan Macam-Macam Akta

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menentukan secara tegas bahwa negara Republik Indonesia adalah negara hukum. Prinsip negara hukum menjamin kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum yang berintikan kebenaran dan keadilan. Kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum menjadi landasan filosofis dalam lahirnya Akta Notaris yang dibuat oleh atau dihadapan Notaris sebagai pejabat umum. Notaris sebagai pejabat umum mempunyai wewenang untuk membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian dan penetapan yang diperintahkan oleh peraturan umum atau diminta oleh para pihak yang membuat akta 1. Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris bahwa Akta Notaris adalah akta otentik yang dibuat oleh atau dihadapan Notaris menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. Kebutuhan akan Akta Notaris semakin meningkat sejalan dengan berkembangnya tuntutan akan kepastian hukum dalam berbagai hubungan ekonomi, baik pada tingkat nasional, regional, maupun global. Kebutuhan akan Akta Notaris untuk menjamin kepastian hukum juga diperlukan oleh Perseroan 1 Sudikno Mertokusumo, Arti Penemuan Hukum Bagi Notaris, Renvoi Nomor 12, tanggal 3 Mei (2004: 49) 1

2 Terbatas sebagai subjek hukum buatan (artificial legal entity) dalam melakukan perbuatan hukum. Perseroan Terbatas sebagai subjek hukum buatan tidak memiliki kelengkapan diri untuk dapat melakukan perbuatan hukum, sehingga Perseroan Terbatas harus didukung organ-organ yang dapat mendukung fungsi badan hukum. Organ-organ Perseroan Terbatas terdiri atas Rapat Umum Pemegang Saham, Direksi dan Dewan Komisaris. Organ Perseroan Terbatas berupa Rapat Umum Pemegang Saham adalah Organ Perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam Anggaran Dasar dan/atau Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham dengan melakukan pertemuan fisik secara langsung para peserta Rapat Umum Pemegang Saham dan penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham dengan tidak melakukan pertemuan fisik secara langsung para peserta Rapat Umum Pemegang Saham, namun dimungkinkan semua peserta Rapat Umum Pemegang Saham dapat saling melihat dan mendengar secara langsung serta berpartisipasi dalam rapat seperti menggunakan media telekonferensi, video konferensi, atau sarana media elektronik lainnya. Penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham melalui media telekonferensi diatur dalam Pasal 77 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham

3 melalui media telekonferensi disyaratkan untuk membuatkan risalah rapat yang disetujui dan ditandatangani oleh semua peserta Rapat Umum Pemegang Saham (Pasal 77 ayat (4) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas), namun risalah RUPS yang telah dibuat dengan Akta Notaris tidak disyaratkan untuk ditandatangani oleh semua peserta Rapat Umum Pemegang Saham (Pasal 90 ayat (2) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas). Pembutan Akta Notaris dalam pelaksanaanya RUPS melalui telekonferensi guna perubahan Anggaran Dasar Perseroan Terbatas dapat dilakukan dengan menggunakan 2 cara yaitu Akta yang dibuat langsung oleh notaris dalam bentuk Akta Berita Acara atau Akta Relaas (ambtelijke akten) dan Akta Pernyataan Keputusan Rapat (partij akten). Pelaksanaan RUPS melalui telekonferensi guna perubahan Anggaran Dasar Perseroan Terbatas dibuat ke dalam Akta Pernyataan Keputusan Rapat (partij akten), maka pembuatan Akta Pernyataan Keputusan Rapat dilakukan dengan memberi kuasa kepada salah seorang yang hadir dalam rapat untuk membuat dan menyatakan kembali risalah rapat di hadapan Notaris. Pembuatan Akta Pernyataan Keputusan Rapat (partij akten) tidak memiliki permasalahan yang muncul karena pembuatan Akta Notaris dilakukan secara konvensional. Pelaksanaan RUPS melalui telekonferensi guna perubahan Anggaran Dasar Perseroan Terbatas dibuat ke dalam Akta Berita Acara atau Akta Relaas (ambtelijke akten), maka notaris harus hadir secara langsung mengikuti RUPS

4 guna mencatat segala perbuatan hukum yang terjadi atas suatu keadaan yang didengar, dilihat atau disaksikan oleh notaris sendiri ke dalam Akta Berita Acara. Permasalahan yang muncul dalam pembuatan akta Berita Acara atau Akta Relaas (ambtelijke akten) pada RUPS melalui telekonferensi adalah Notaris dalam pembuatan akta Acara Berita RUPS tidak melakukan pertemuan fisik secara langsung kepada para peserta Rapat Umum Pemegang Saham karena RUPS diadakan melalui telekonferensi. Pasal 16 ayat (1) huruf l juncto Penjelasan Pasal 16 ayat (1) huruf l Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 bahwa Notaris harus hadir secara fisik dalam membacakan akta di hadapan penghadap dengan dihadiri oleh paling sedikit 2 (dua) orang saksi dan menandatangani akta di hadapan penghadap, saksi, dan Notaris. Jika ketentuan Pasal 16 ayat (1) huruf l Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tidak dipenuhi maka Akta Notaris hanya memiliki kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah tangan. Permasalahan tersebut maka akan dilakukan penelitian dengan judul yaitu LEGALITAS AKTA NOTARIS RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM MELALUI MEDIA TELEKONFERENSI. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dirumuskan masalah penelitan sebagai berikut :

5 1. Apakah kehadiran Notaris dalam pembuatan Akta Berita Acara RUPS melalui telekonferensi dapat disamakan dengan kehadiran Notaris secara fisik? 2. Bagaimana pelaksanaan pembuatan Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham melalui media telekonferensi agar memiliki keabsahaan sebagai akta otentik? C. Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk, 1. Mengetahui apakah pelaksanaan RUPS melalui telekonferensi dalam pembuatan akta Berita Acara yang dihadiri Notaris dapat disamakan dengan kehadiran fisik Notaris dalam RUPS. 2. Mengetahui bagaimana pelaksanaan pembuatan Akta Berita Acara rapat umum pemegang saham melalui media telekonferensi agar memiliki keabsahaan sebagai akta otentik. D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi ilmiah bagi perkembangan ilmu hukum khususnya ilmu pengetahuan mengenai perkembangan jabatan notaris sebagai pejabat negara atau pejabat umum di Indonesia dalam pembuatan Akta Notaris Rapat Umum Pemegang Saham melalui media telekonferensi dan ilmu pengetahuan mengenai Rapat Umum

6 Pemegang Saham dalam Perseroan Terbatas yang diadakan melalui media telekonferensi. 2. Manfaat praktis a) Penulis Hasil penelitian dapat menambah pengetahuan penulis khusus mengenai legalitas Akta Notaris Rapat Umum Pemegang Saham melalui media telekonferensi. b) Pemerintah Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan atau saran bagi pemerintah dalam penyusunan peraturan perundang-undangan agar dapat menyempurnakan penyusunan peraturan perundang-undangan terkait peranan dan tanggung jawab notaris dalam pembuatan Akta Notaris yang berkaitan dengan Rapat Umum Pemegang Saham melalui media telekonferensi dan peraturan terkait dengan Rapat Umum Pemegang Saham dalam Perseroan Terbatas. c) Masyarakat Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan jawaban terhadap masyarakat luas khususnya masyarakat yang bentuk usaha Perseroan Terbatas mengenai legalitas Akta Notaris Rapat Umum Pemegang Saham melalui media telekonferensi. d) Notaris

7 Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan referensi bagi notaris dalam menjalankan kewenangan dan tanggung jawab notaris dalam pembuatan Akta Notaris yang berkaitan dengan Rapat Umum Pemegang Saham melalui media telekonferensi E. Keaslian Penelitian Penelitian dengan judul Legalitas Akta Notaris Rapat Umum Pemegang Saham Melalui Media Telekonferensi merupakan karya asli bukan duplikasi atau plagiat dari skripsi sebelumnya. Terdapat beberapa skripsi yang meneliti dengan tema yang sama, tetapi ada perbedaannya, khususnya mengenai rumusan masalah, tujuan penelitian dan hasil yang diperolehnya. Berikut ini adalah beberapa skripis tersebut : 1. Defi Khairani, NPM: 086000144, Fakultas Hukum Universitas Simalungun, Pematangsiantar, judul: Kajian Mengenai Kewenangan Dan Tanggung Jawab Notaris Dalam Hal Pembuatan Akta Pernyataan Keputusan Rapat (AKPR) Perseroan Terbatas, 2012. Kegiatan bisnis sangat marak pada saat sekarang ini. Di Indonesia, pada umumnya, badan hukum yang melakukan kegiatan bisnis adalah berbentuk Perseroan Terbatas. Notaris merupakan pejabat publik yang berwenang membuat notulensi RUPS menjadi APKR, dimana APKR tersebut bersifat partij akten. Realitasnya bila terjadi kesalahan atas APKR Perseroan Terbatas yang telah dibuat, Notaris sering dimintakan pertanggungjawaban oleh RUPS.

8 Penelitian ini membahas mengenai kewenangan dan pertanggung jawaban Notaris dalam hal terjadinya kesalahan atas APKR Perseroan Terbatas yang telah dibuat. Sehubungan dengan itu, maka dalam penelitian ini dibahas secara khusus mengenai dasar hukum kewenangan bagi Notaris dalam membuat APKR Perseroan Terbatas, konsekuensi dari notulensi RUPS yang telah dibuat Notaris menjadi APKR Perseroan Terbatas, dan tanggung jawab Notaris apabila terjadi kesalahan dalam APKR Perseroan Terbatas. Penelitian ini menggunakan metode kajian penelitian kepustakaan dengan dilakukan pengumpulan bahan hukum melalui literatur atau dari sumber bacaan, yang berupa undang-undang, majalah, makalah dan bahan bacaan lainnya yang terkait dengan penelitian ini, yang digunakan sebagai dasar ilmiah dalam pembahasan materi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pasal 15 ayat (1) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, dan Pasal 90 Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas merupakan dasar hukum kewenangan bagi Notaris dalam membuat APKR Perseroan Terbatas. Konsekuensi dari notulensi RUPS yang telah dibuat Notaris menjadi APKR Perseroan Terbatas adalah akta tersebut berubah menjadi akta autentik yang dapat dijadikan sebagai alat bukti yang memberikan suatu kekuatan pembuktian yang sempurna tentang berbagai hal yang termuat didalamnya bagi para organ Perseroan Terbatas maupun terhadap setiap orang, sehingga

9 menciptakan jaminan kepastian hukum. Notaris tidak bertanggung jawab atas kesalahan dalam APKR Perseroan Terbatas. 2. Ilman Adriana Sya ban, NPM: 31605037, Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia, Judul: Tinjauan Hukum Terhadap Rapat Umum Pemegang Saham Yang Dilakukan Melalui Media Telekonferensi Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas Juncto Undang-Undang Nomor 11 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik, 2009. Rapat Umum Pemegang Saham merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam organ perusahaan yang penyelenggaraannya secara tahunan dan sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan, tetapi aspek ini dapat disimpangi kecuali untuk hal-hal tertentu yang diatur secara khusus dalam undang-undang atau Anggaran Dasar Perseroan. Sejalan dengan perkembangan teknologi informasi dalam kegiatan bisnis yang berkembang dengan sangat cepat, kegiatan bisnis pada masa sekarang tidak terlepas dari penggunaan internet sebagai salah satu wujud perkembangan teknologi informasi. Kehadiran internet juga mempengaruhi aktifitas dalam kegiatan suatu perseroan, antara lain Rapat Umum Pemegang Saham secara telekonferensi, sehingga penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham diatur dengan ketentuan dalam Pasal 77 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas tetap dapat dilaksanakan meskipun para pemegang saham berada pada tempat yang berlainan. Namun terdapat beberapa permasalahan yang timbul dalam

10 penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham tersebut seperti bagaimana keabsahan hasil dari Rapat Umum Pemegang Saham melalui media telekonferensi, dan bagaimana mekanisme pelaporan hasil Rapat Umum Pemegang Saham melalui media telekonferensi yang dituangkan dalam Akta Notaris untuk dilakukan pelaporan kepada Menteri Hukum dan HAM. Penulisan hukum ini mengkaji mengenai penyelenggaraan terhadap Rapat Umum Pemegang Saham yang dilakukan melalui media telekonferensi dihubungkan dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas juncto Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Penelitian yang dilakukan penulis bersifat deskriptif analitis dengan pendekatan yuridis normatif. Bahan hukum yang dihasilkan dianalisis secara yuridis kualitatif sehingga hirarki peraturan perundang-undangan dapat diperhatikan serta dapat menjamin kepastian hukum. Berdasarkan hasil penelitian, menurut ketentuan dalam Pasal 15 ayat (1) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan dan ketentuan dalam Pasal 5 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dapat diketahui bahwa hasil keputusan Rapat Umum Pemegang Saham yang dilakukan melalui media telekonferensi dapat digunakan sebagai alat bukti yang sah menurut hukum Negara ini. Mekanisme pelaporan hasil keputusan Rapat Umum Pemegang Saham melalui media telekonferensi yang dituangkan dalam Akta Notaris

11 untuk dilakukan pelaporan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, dilakukan melalui aplikasi Sistem Administrasi Badan Hukum (SABH) dengan menggunakan Dokumen Pendukung Format Isian Akta Notaris model 3 (DIAN 3). F. Batasan Konsep 1. Legalitas adalah kelegalan; perihal atau keadaan sah 2. 2. Akta Notaris adalah akta otentik yang dibuat oleh atau dihadapan Notaris menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris 3. 3. Rapat Umum Pemegang Saham, yang selanjutnya disebut RUPS, adalah Organ Perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam undangundang ini dan/atau Anggaran Dasar 4. 4. Telekonferencing adalah konferensi (rapat) jarak jauh atau komunikasi interaktif antara 2 (dua) orang atau lebih yang terpisah secara geografis 5. 2 3 4 5 Sudarsono, Kamus Hukum, Cetakan Kedua, PERSEROAN TERBATAS Rineka CiPerseroan Terbatasa, Jakarta, (1999 : 244) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Pasal 1 angka 4 Dhanta Rizky, Kamus Istilah Komputer, Grafis dan Internet, Indah, Jakarta, (2010 : 345)

12 G. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam melakukan penulisan hukum ini adalah 1. Jenis Penelitian Hukum Normatif Penelitian hukum normatif merupakan jenis penelitian yang memfokuskan untuk mengkaji penerapan kaidah-kaidah atau norma-norma dalam hukum positif, dengan pertimbangan bahwa titik tolak penelitian pada analisis terhadap Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas terkait Akta Notaris Rapat Umum Pemegang Saham melalui media telekonferensi. 2. Pendekatan Masalah Tipe penelitian yang digunakan yaitu yuridist normatif, maka pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan perundang-undangan (statute approach). Pendekatan perundang-undangan dilakukan untuk menganalisis Undang- Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas serta peraturan lainnya yang terkait sehingga Akta Notaris Rapat Umum Pemegang Saham melalui media telekonferensi mendapatkan kepastian hukum terkait legalitas Akta Notaris tersebut.

13 3. Bahan Hukum Bahan hukum yang digunakan dalam penelitian hukum ini terdiri dari: a) Bahan hukum primer Berupa bahan hukum yang terdiri dari aturan hukum yang diurutkan berdasarkan hirarki peraturan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, yakni: 1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 117) 3) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106) 4) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 58) 5) Kitab Undang Undang Hukum Perdata b) Bahan hukum sekunder Bahan Hukum sekunder yaitu bahan hukum yang sifatnya menjelaskan bahan hukum primer. Bahan hukum sekunder dalam penelitian ini berupa bahan hukum sekunder yang diperoleh dari textbook, jurnal-jurnal hukum, pendapat-pendapat para ahli hukum/doktrin, bahan hukum yang bersumber dari internet, hasil-hasil

14 penelitian ilmiah atau pertemuan-pertemuan ilmiah para ahli hukum terkati dengan Akta Notaris Rapat Umum Pemegang Saham melalui media telekonferensi. 4. Prosedur Pengumpulan Bahan Hukum a) Studi Kepustakaan Studi kepustakaan dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan (library research) terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yaitu dengan cara mencari bahan hukum dalam peraturanperaturan terkait dan penjelasannya, dokumen-dokumen resmi dan tulisan-tulisan yang berkaitan dengan materi yang diteliti. b) Wawancara Wawancara dilakukan secara langsung terhadap nara sumber yang terdiri dari: 1) Notaris Yogyakarta Wahyu Wiryono, S.H 2) Notaris Surabaya Habib Adjie, S.H M.Hum Wawancara dilakukan dengan bentuk pertanyaan terbuka dan terstruktur tentang legalitas Akta Notaris Rapat Umum Pemegang Saham melalui media telekonferensi. 5. Pengelolahan dan Analisis Bahan Hukum Bahan-bahan hukum yang berasal dari peraturan perundangan, studi kepustakaan, diuraikan, dihubungkan sehingga membentuk pemahaman dan pendalaman dalam alur logika hukum. Bahan hukum sekunder dianalisis

15 dengan mendeskripsikan dan memperbandingkan pendapat hukum yang diperoleh dari narasumber dengan bahan hukum primer sehingga berdasarkan analisis tersebut ditarik kesimpulan, dengan mempergunakan metode berpikir deduktif yaitu metode berpikir yang berangkat dari proposisi umum yang kebenarannya telah diakui (diyakini/diasiomatik) yang berakhir pada suatu kesimpulan (pengetahuan baru) yang bersifat khusus, dalam hal ini untuk mengetahui apakah pelaksanaan RUPS melalui telekonferensi dalam pembuatan Akta Berita Acara yang dihadiri Notaris dapat disamakan dengan kehadiran fisik Notaris dalam RUPS dan bagaimana pelaksanaan pembuatan Akta Berita Acara rapat umum pemegang saham melalui media telekonferensi agar memiliki keabsahaan sebagai akta otentik. H. Sistematika Skripsi Penelitian ini disusun berdasarkan sistematika yang terbagi dalam tiga bab. Masing-masing bab terdiri dari sub-sub bab guna lebih memperjelas ruang lingkup dan cakupan permasalahan yang diteliti. Garis besar sistematika penulisan hukum ini terdiri dari: BAB I: PENDAHULUAN Berisi uraian latar belakang masalah muculnya problematika hukum mengenai legalitas Akta Notaris Rapat Umum Pemegang Saham melalui media telekonferensi. Selanjutnya ditentukan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian, batasan konsep, metode penelitian yang

16 menentukan arah penelitian dan ruang lingkup pembahasan dan sistematika penulisan. BAB II : PEMBAHASAN Bab ini menjelaskan mengenai kehadiran Notaris dalam pembuatan Akta Berita Acara RUPS melalui Telekonferensi yang dapat disamakan dengan Kehadiran Notaris Secara Fisik. Bab ini dilanjutkan dengan penjabaran mengenai pelaksanaan pembuatan Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham melalui media Telekonferensi agar memiliki keabsahaan sebagai Akta Otentik. Bab ini terdapat sub-sub yang menguraikan tentang Notaris dan Akta Berita Acara RUPS melalui telekonferensi. BAB III: PENUTUP Bab ini terdiri atas Kesimpulan yang merupakan jawaban atas permasalahan yang diangkat. Bab ini berisikan beberapa saran yang dirumuskan oleh penulis dan diharapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat.