2014, No Republik Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia T

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR 12/PERMEN-KP/2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN IKAN MAS MERAH NAJAWA

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43/KEPMEN-KP/2016 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.47/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA MERAH NILASA

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19/KEPMEN-KP/2015 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI BATANGHARI

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA SALINA

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/KEPMEN-KP/2016 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.23/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA NIRWANA II

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PENETAPAN STATUS PERLINDUNGAN PENUH IKAN PARI MANTA

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN BENIH SEBAR IKAN LELE MANDALIKA

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.48/MEN/2012 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/KEPMEN-KP/2013 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN IKAN PAPUYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 2 - Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 20 Mei 2013 MENTERl KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. SHARIF C. SUTARDJO

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.09/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA SRIKANDI

- 2 - Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 2 Juli 2013 MENTERl KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, ttd SHARIF C. SUTARDJO

IKAN HARUAN DI PERAIRAN RAWA KALIMANTAN SELATAN. Untung Bijaksana C / AIR

2 Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Le

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Cuvier (1829), Ikan tembakang atau lebih dikenal kissing gouramy,

PERKEMBANGAN BISNIS DAN DAYA SAING IKAN HIAS INDONESIA. Peluang Bisnis Masyarakat Urban

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 134, Tambahan

TINJAUAN PUSTAKA. Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Oleh

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN UDANG GALAH GI MACRO II

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Pasal 4. Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

SWAMP EELS (Synbranchus sp.) JENIS YANG BARU TERCATAT (NEW RECORD SPECIES) DI DANAU MATANO SULAWESI SELATAN *)

IKAN LOU HAN (Cichlasoma sp)

-2- MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANG PELEPASAN IKAN LELE MUTIARA.

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.66/MEN/2011 TENTANG

Uji Organoleptik Ikan Mujair

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. : Actinopterygii. : Cypriniformes. Spesies : Barbichthys laevis (Froese and Pauly, 2012)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Subclass: Telostei. Ordo : Ostariophysi

II. TINJAUAN PUSTAKA. : Octinopterygii. : Cypriniformes. Spesies : Osteochilus vittatus ( Valenciennes, 1842)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan nila menurut Trewavas (1982), dalam Dirjen Perikanan

2.1. Ikan Kurau. Klasiflkasi ikan kurau (Eleutheronema tetradactylum) menurut. Saanin (1984) termasuk Phylum chordata, Class Actinopterygii, Genus

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.59/MEN/2011 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Sungai Tabir merupakan sungai yang berada di Kecamatan Tabir Kabupaten

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan induk jantan lele Clarias mossambius yang

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18/KEPMEN-KP/2015 TENTANG PELEPASAN IKAN GABUS HARUAN

I. PENDAHULUAN. Waduk merupakan salah satu bentuk perairan menggenang yang dibuat

II. TINJAUAN PUSTAKA

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELEPASAN IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO) MARWANA

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELEPASAN IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO) JAYASAKTI

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 45/MEN/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13/PERMEN-KP/2014 TENTANG JEJARING KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 15/MEN/2009 TENTANG

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas induk pokok (Parent Stock)

Mutiara yang Masuk ke Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia;

BUDIDAYA BELUT (Monopterus albus)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai. Secara ekologis sungai

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.715, 2014 KEMEN KP. Perlindungan. Bencana Alam. Nelayan. Pembudidaya Ikan. Petambak Garam. Perubahan.

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan Baung menurut Kottelat dkk.,(1993) adalah sebagai. Nama Sinonim :Hemibagrus nemurus, Macrones nemurus

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUDIDAYA IKAN NILA MUHAMMAD ARIEF

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock)

TINJAUAN PUSTAKA. strain baru ikan maskoki yang tersebar di seluruh dunia (Lingga dan Susanto

2 Perikanan tentang Pedoman Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Kelautan dan Perikanan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan karena lingkungan air tawar memiliki beberapa kondisi, antara lain:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus) merupakan salah satu ikan

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.29/MEN/2012 TENTANG

I. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan lele dumbo adalah jenis ikan hibrida hasil persilangan antara C. batracus

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR KEP.79/MEN/2009 TENTANG PELEPASAN VARIETAS IKAN NILA LARASATI SEBAGAI BENIH BERMUTU

Pasal II. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 17 Oktober 2014 MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. SHARIF C.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2012 TENTANG REHABILITASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.24/MEN/2008 TENTANG JENIS IKAN BARU YANG AKAN DIBUDIDAYAKAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.24/MEN/2008 TENTANG JENIS IKAN BARU YANG AKAN DIBUDIDAYAKAN

2017, No Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran N

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/PERMEN-KP/2016 TENTANG

PENGELOLAAN INDUK IKAN NILA. B. Sistematika Berikut adalah klasifikasi ikan nila dalam dunia taksonomi : Phylum : Chordata Sub Phylum : Vertebrata

2. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Ikan Belida (Chitala lopis) (Dokumentasi BRPPU Palembang, 2009)

II. TINJAUAN PUSTAKA

SIKLUS REPRODUKSI TAHUNAN IKAN RINGAN, TIGER FISH (Datnioides quadrifasciatus) DI LINGKUNGAN BUDIDAYA AKUARIUM DAN BAK

2016, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) SAGO

II. TINJAUAN PUSTAKA

2 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3260); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan United Nations Convention on the La

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelas : Crustacea. Ordo : Decapoda. Webster et al., (2004), menyatakan bahwa lobster merupakan udang air tawar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/PERMEN-KP/2014 TENTANG SISTEM LOGISTIK IKAN NASIONAL

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/KEPMEN-KP/2015 TENTANG PELEPASAN UDANG GALAH SIRATU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Hias Air Tawar di Indonesia 1. Angelfish ( Pterophyllum Scalare 2. Blackghost ( Apteronotus Albifrons

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 33 ayat (2)

Transkripsi:

No.714, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN KP. Larangan. Pengeluaran. Ikan. Ke Luar. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/PERMEN-KP/2014 TENTANG LARANGAN PENGELUARAN IKAN HIAS ANAK IKAN ARWANA, BENIH IKAN BOTIA HIDUP, DAN IKAN BOTIA HIDUP DARI WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA KE LUAR WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pembinaan dan peningkatan nilai tambah dan daya saing ikan hias anak ikan arwana, benih ikan botia hidup, dan ikan botia hidup perlu mengatur larangan pengeluaran ikan hias tertentu dari wilayah Negara Republik Indonesia ke luar wilayah Negara Republik Indonesia; b. berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan tentang Larangan Pengeluaran Ikan Hias Anak Ikan Arwana, Benih Ikan Botia Hidup, dan Ikan Botia Hidup Dari Wilayah Negara Republik Indonesia Ke Luar Wilayah Negara Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara

2014, No.714 2 Republik Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5073); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 199, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4020); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4779); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penelitian dan Pengembangan Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4840); 5. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 55 tahun 2013 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 125); 6. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara sebagaimana telah diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 56 Tahun 2013 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 126); 7. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 41/P Tahun 2014; 8. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.15/MEN/ 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan;

3 2014, No.714 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANG LARANGAN PENGELUARAN IKAN HIAS ANAK IKAN ARWANA, BENIH IKAN BOTIA HIDUP, DAN IKAN BOTIA HIDUP DARI WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA KE LUAR WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini, yang dimaksud dengan: 1. Ikan Hias adalah ikan yang dipelihara untuk hiasan atau pajangan, untuk dilihat dan dinikmati keindahan warna, corak, dan bentuknya yang memiliki daya tarik tersendiri dan diperdagangkan sebagai komoditas hidup. 2. Pengeluaran adalah kegiatan mengeluarkan ikan hias dari wilayah Negara Republik Indonesia keluar wilayah Negara Republik Indonesia; 3. Orang adalah orang perseorangan atau badan usaha baik berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum. Pasal 2 Tujuan Peraturan Menteri ini adalah untuk membatasi pengeluaran ikan hias anak ikan arwana, benih ikan botia hidup, dan ikan botia hidup dengan ukuran tertentu dari wilayah Negara Republik Indonesia ke luar wilayah Negara Republik Indonesia. Pasal 3 (1) Setiap orang dilarang mengeluarkan ikan hias anak ikan arwana (Scleropages formosus dan Scleropages jardini), benih ikan botia hidup (Cromobotia macracanthus), dan ikan botia hidup (Cromobotia macracanthus) dari wilayah Negara Republik Indonesia ke luar wilayah Negara Republik Indonesia. (2) Anak ikan arwana (Scleropages formosus dan Scleropages jardini) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berukuran kurang dari 12 cm dengan pos tarif/kode HS 0301.11.10.00. (3) Benih ikan botia hidup (Cromobotia macracanthus) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berukuran kurang dari 3,5 cm dengan pos tarif/kode HS 0301.11.10.00.

2014, No.714 4 (4) Ikan botia hidup (Cromobotia macracanthus) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berukuran diatas 10 cm dengan pos tarif/kode HS 0301.11.10.00; (5) Deskripsi ikan hias sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Pasal 4 (1) Jenis dan ukuran ikan hias anak ikan arwana (Scleropages formosus dan Scleropages jardini), benih ikan botia hidup (Cromobotia macracanthus), dan ikan botia hidup (Cromobotia macracanthus) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) dilarang dikeluarkan dari wilayah Negara Republik Indonesia ke luar wilayah Negara Republik Indonesia dengan pertimbangan: a. menjaga ketersediaan sumber daya ikan hias; b. meningkatkan keanekaragaman sumber daya hayati; c. meningkatkan nilai tambah perekonomian di dalam negeri; d. menjaga kelestarian sehingga tidak merusak ekosistem dan lingkungan hidup; dan/atau e. berdasarkan perjanjian internasional atau kesepakatan yang ditandatangani dan diratifikasi oleh Pemerintah. (2) Pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didukung dengan telah diterbitkannya: a. Standar Nasional Indonesia Nomor 7843 : 2013 tentang Ikan Hias Botia (Botia spp.) Syarat Mutu dan Penanganan; dan b. Standar Nasional Indonesia Nomor 7736 : 2011 tentang Ikan Hias Arwana (Scleropages formosus) Syarat Mutu dan Penanganan. Pasal 5 Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Keputusan Menteri Pertanian Nomor 214/Kpts/Um/V/1973 tentang Larangan Pengeluaran Beberapa Jenis Hasil Perikanan dari Wilayah Republik Indonesia ke luar Negeri, khususnya yang terkait dengan ikan hias air tawar jenis botia (Botia Macracanthus) ukuran 15 cm keatas (calon induk) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 6 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

5 2014, No.714 Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 28 Mei 2014 MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, SHARIF C. SUTARDJO Diundangkan di Jakarta pada tanggal 3 Juni 2014 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, AMIR SYAMSUDIN

2014, No.714 6 LAMPIRAN: PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/PERMEN-KP/2014 TENTANG LARANGAN PENGELUARAN IKAN HIAS ANAK IKAN ARWANA, BENIH IKAN BOTIA HIDUP, DAN IKAN BOTIA HIDUP DARI WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA KE LUAR WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA A. Anak Ikan Arwana 1. Scleropages formosus a. Klasifikasi DESKRIPSI Filum : Chordata Kelas : Actinopterygii Bangsa : Osteoglossiformes Suku : Osteoglossidae Marga : Scleropages Spesies : Scleropages formosus (Müller and Schlegel, 1840) Nama Dagang : Asian bonytongue Nama Umum : Siluk, Kaleso, Arwana pinok b. Gambar c. Ciri-ciri morfologi 1) bentuk badan memanjang pipih ke samping, ukuran dapat mencapai 50 cm 2) sisik amat besar dan keras berderet bagus seperti genting

7 2014, No.714 3) mempunyai 2 (dua) sungut pendek dan lunak di bibir bawah 4) mempunyai banyak jenis tergantung warnanya (hijau, putih, merah) 5) daerah penyebaran di perairan Kalimantan dan Sumatera d. Karakteristik Biologi 1) arwana jantan memelihara anaknya di dalam mulut sampai anaknya dapat berenang mencari makan 2) dapat dibudidayakan di kolam-kolam dengan kondisi air netral dan suhu sekitar 27 0 C 3) pakan Arwana berupa karnivora, ikan kecil, sampai serangga dan anak katak (percil) 2. Scleropages jardini a. Klasifikasi Filum : Chordata Kelas : Actinopterygii Bangsa : Osteoglossiformes Suku : Osteoglossidae Marga : Scleropages Spesies : Scleropages jardini (Weber and Beaufort, 1913) Nama Dagang : Jardini Nama Umum : Jardini b. Gambar c. Ciri-ciri morfologi 1) bentuk badan memanjang pipih ke samping, ukuran dapat mencapai 50 cm

2014, No.714 8 2) sisik amat besar dan keras berderet bagus seperti genting 3) mempunyai 2 (dua) sungut pendek dan lunak di bibir bawah 4) warna badan perak agak pink keunguan 5) daerah penyebaran di perairan Papua dan Australia d. Karakteristik Biologi 1) arwana jantan memelihara anaknya di dalam mulut sampai anaknya dapat berenang mencari makan 2) satu ekor induk dapat mengerami 40 60 anakan 3) dapat dibudidayakan di kolam-kolam dengan kondisi air netral dan suhu sekitar 27 0 C 4) pakan Arwana berupa karnivora, ikan kecil, sampai serangga dan anak katak (percil) B. Benih Ikan Botia Hidup dan Ikan Botia (Cromobotia macracanthus) 1. Klasifikasi Filum : Chordata Kelas : Osteichthyes Sub Kelas : Actinopterygii Ordo : Teleostei Sub Ordo : Cyprinoidea Famili : Cobitidae Genus : Chromobotia Species : Chromobotia macracanthus Bleeker Berdasarkan hasil penelitian terakhir oleh Kottelat et al., (2004) Botia dimasukkan dalam Genus Chromobotia, sehingga namanya menjadi Chromobotia macracanthus Bleeker. 2. Gambar

9 2014, No.714 3. Ciri-ciri morfologi a. bentuk tubuh ikan botia adalah agak bulat memanjang dan agak pipih ke samping. b. kepala agak meruncing pipih ke arah mulut (seperti torpedo). c. badan bersisik, mulut agak ke bawah, dengan 4 (empat) pasang sungut di atas patil/duri di bawah mata yang akan ke luar apabila merasa ada bahaya. d. warna ikan kuning cerah dengan 3 (tiga) garis lebar atau pita hitam lebar. Pita pertama melingkari kepala melewati mata, yang kedua di bagian depan sirip punggung dan yang ketiga memotong sirip punggung bagian belakang sampai ke pangkal ekor. e. sirip perut/anal berpasangan, sirip punggung tunggal dan sirip bercagak agak dalam. f. sirip berwarna merah oranye, kecuali sirip punggung yang terpotong garis hitam. 4. Karakteristik Biologi a. penyebaran ikan botia banyak terdapat di sungai-sungai Sumatera bagian Selatan dan Kalimantan. Hidup dalam kelompok mulai dari hulu sampai ke muara. b. habitat ikan botia berada di daerah sungai dengan kondisi air ber-ph yang agak asam antara 5,0 7,0 dengan suhu 24 0 C 30 0 C. c. ikan botia hidup di daerah dengan arus kuat (hulu) yang jernih dan dasar berpasir dan bebatuan, dengan kedalaman sekitar 2 meter, sedangkan benih ikan botia hidup di daerah yang berarus lemah, dasar berlumpur dan keruh (turbidity tinggi) dengan kedalaman 5 10 meter. d. ikan botia termasuk jenis ikan omnivora atau pemakan apa saja, walaupun pakan hidup lebih disukai. Pakan alami ikan botia adalah organisme dasar perairan, seperti cacing rambut (Tubifex sp.) atau larva serangga dasar seperti cacing darah (Cironomus sp.), juga terkadang memakan udang-udang kecil. e. ikan botia hidup di dasar perairan dan aktif mencari makan pada malam hari (nocturnal), pada siang hari umumnya hanya diam bersembunyi, termasuk ikan yang pemalu sehingga lindungan atau sembunyian dalam pemeliharaan amat diperlukan. f. daerah penangkapan ikan botia adalah di perairan yang tenang yaitu rawa-rawa dan sungai bagian hilir. Benih ikan botia umumnya ditangkap di nursery ground yaitu di tempat air pasang sampai ke hilir sungai. Penangkapan dilakukan dengan menggunakan alat tangkap bubu dari bambu, dipasang di mulut sungai ke arah rawa-rawa.

2014, No.714 10 g. benih ikan botia banyak ditangkap pada musim hujan yaitu antara bulan Oktober sampai Januari yang mengindikasikan bahwa waktu tersebut adalah musim ikan botia memijah, sementara pada musim kemarau tidak ada benih ikan botia di alam. SHARIF C. SUTARDJO MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, ttd.