ANALISIS PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN DANA KE SEKTOR PERTANIAN DI INDONESIA DENDY SEPTINDO

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. tradisional (traditional interest rate effect), jalur efek harga asset lain (other asset

Analisis Pengaruh Instrumen Moneter Syariah Dan Konvensional Terhadap Penyaluran Dana Ke Sektor Pertanian Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun Pada tahun 2012 hingga 2013 UMKM menyumbang kan. tahun 2013 sektor ini mampu 97,16% dari total tenaga kerja.

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan melalui laju pertumbuhan ekonomi, salah satunya ialah

ANALISIS PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN DANA KE SEKTOR USAHA KECIL MIKRO DAN MENENGAH (UMKM) DI INDONESIA

PERAN PERBANKAN SYARIAH DALAM TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER GANDA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito. Biasanya sambil diberikan balas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

IV. GAMBARAN UMUM. bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS). perbankan syariah. Sedangkan suku bunga kredit, presentase profit dan loss

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hukum Islam. Pembentukan sistem ini berdasarkan adanya larangan dalam agama Islam untuk

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bahan pangan dan bahan baku industri, penyumbang PDB, penghasil devisa. Menurut data RENSTRA KEMENTAN (2015) dalam lima tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN LETTER OF CREDIT PADA BANK MANDIRI SYARI AH

I. PENDAHULUAN. negaranya, yaitu sebagai pemicu pertumbuhan ekonomi, inovasi, dan progres

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat dan stabil. Sistem keuangan negara Indonesia sendiri terdiri dari tiga

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan industri perbankannya, karena kinerja dari perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. moneter yang diambil. Mekanisme transmisi kebijakan moneter merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. bagi hasil. Balas jasa atas modal diperhitungkan berdasarkan keuntungan atau

SKRIPSI ANALISIS EFEKTIVITAS TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER GANDA DI INDONESIA OLEH INGRIT MAGDALENA

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

s}ahibul ma>l. Yang digunakan untuk simpanan dengan jangka waktu 12 (dua belas)

EFEKTIVITAS MEKANISME TRANSMISI MONETER MELALUI JALUR PEMBIAYAAN BANK SYARIAH DI INDONESIA WULANDARI SANGIDI

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berpedoman penuh pada Al-Qur an dan As-Sunnah. Hukum-hukum yang melandasi

BAB I PENDAHULUAN. (Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008). Ditinjau dari segi imbalan atau

BAB 1 PENDAHULUAN. popular bukan hanya di negara-negara Islam tapi bahkan juga di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak

BAB I PENDAHULUAN. syariah dianggap sangat penting khususnya dalam pengembangan sistem ekonomi

I. PENDAHULUAN. Salah satu dari kebijakan ekonomi terpenting dari sebuah pemerintahan di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keuangan atau Financial Intermediatary antar dua pihak, yaitu pihak yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan sebuah lembaga keuangan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. lembaga tersebut mencakup bagian dari keseluruhan sistem sosial masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai negara dengan kuantitas penduduk mus\im terbesar di dunia, institusi

ANALISIS PENGARUH SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI) DAN KINERJA BANK TERHADAP LABA PERBANKAN OLEH LIA AMALIA H

BAB 1 PENDAHULUAN. perbankan, karena perbankan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebagai roda kehidupan bagi perekonomian di seluruh negara-negara dunia. Sangat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dari dunia perbankan. Jika dihubungkan dengan pendanaan, hampir semua

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN KONSEP UANG DALAM SISTEM EKONOMI KAPITALIS DAN SISTEM EKONOMI ISLAM

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk penyimpanan dana, pembiayaan kegiatan usaha atau kegiatan lainnya yang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya.

BAB I PENDAHULUAN. berupa penghimpunan dana dengan berbagai jenis skema maupun

BAB I PENDAHULUAN. nasional Indonesia menganut dual banking system yaitu, sistem perbankan. konvensional menggunakan bunga (interest) sebagai landasan

BAB 1 PENDAHULUAN. nilai-nilai normatif dan rambu-rambu Ilahi (Antonio, 2001).

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Indikator Utama Perbankan Syariah (dalam milyar rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank,

SEKTOR MONETER, PERBANKAN DAN PEMBIAYAAN BY : DIANA MA RIFAH

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kehidupan perekonomian di dunia tidak dapat dipisahkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai upaya kaum muslimin untuk mendasari segenap aspek kehidupan. ekonominya berlandaskan Al-Quran dan As-Sunnah.

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENERAPAN SISTEM LOSS / PROFIT SHARING PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA DI KOPERASI SERBA USAHA SEJAHTERA BERSAMA

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. moneter akan memberi pengaruh kepada suatu tujuan dalam perekonomian.

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan

I. PENDAHULUAN. nasional sangatlah diperlukan untuk mengejar ketertinggalan di bidang ekonomi

BAB III TRANSAKSI SERTIFIKAT INVESTASI MUD}A<RABAH ANTARBANK

1. PENDAHULUAN. dimana kegiatan utamanya adalah menerima simpanan giro, tabungan, dan

BAB I PENDAHULUAN. pelanggan agar tidak berpindah ke perusahaan lain (Susanto, 2008:59). nyata dari sektor perbankan (Lupiyoadi dan Hamdani, 2009).

BAB I PENDAHULUAN jiwa pada tahun 2010 ( Terdapat 87,18% dari

BAB I PENDAHULUAN. dunia, sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw. Al-dunyā mażra ah al-akhirat

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Pertumbuhan Pembiayaan Bank Syariah dan Kredit Bank Konvensional

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh BI-Rate Terhadap Tingkat Pembiayaan Produktif Di BMT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pertama kali yang berdiri di Indonesia yaitu Bank Muamalat dapat membuktikan

BAB IV ANALISIS PERSEPSI NASABAH RENTENIR TENTANG QARD} PADA PRAKTIK RENTENIR DI DESA BANDARAN KECAMATAN BANGKALAN

BAB I PENDAHULUAN. konsumtif sehingga pertumbuhan ekonomi dapat terwujud.

BAB IV ANALISIS WADI< AH MUD{A>RABAH TERHADAP BONUS HAJI GRATIS PADA PT. ANUGERAH NUR NABAWI JOMBANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. moneter, bunga itu adalah sebuah pembayaran untuk menggunakan uang. Karena

BAB II LANDASAN TEORI

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 20/5/PBI/2018 TENTANG OPERASI MONETER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Indonesia, melalui aktivitas investasi. Dengan diberlakukannya kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting didunia

BAB I PENDAHULUAN. karena fungsi utamanya sebagai media untuk bertransaksi, sehingga pada awalnya

PRINSIP PENGELOLAAN LIKUIDITAS BANK SYARIAH Oleh : Ibnudin, M.H.I

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi perbandingan penerapan..., Budi Setiawan, Program 1 Pascasarjana, Universitas 2008 Indonesia

I. PENDAHULUAN. memberikan kontribusi terhadap perekonomian Indonesia. menjadi financial nerve-centre (saraf finansial dunia) dalam dunia ekonomi

Ilmu Ekonomi Bank Sentral dan Kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. pemilik dana. Perbankan di Indonesia mempunyai dua sistem antara lain sistem

I. PENDAHULUAN. menghimpun dana dari pihak yang berkelebihan dana dan menyalurkannya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PROSEDUR DAN APLIKASI PERFORMANCE BOND DI BANK BUKOPIN SYARIAH CABANG SURABAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. hidupnya. Untuk melakukan kegiatan bisnis tersebut para pelaku usaha

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah

PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN INVESTASI DI PT. BANK MUAMALAT INDONESIA, Tbk. MAS UDI FARIDATUSH SHAFIYAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan keuangan syariah. Namun demikian, hingga saat ini market share

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. disetujuinya UU No. 10 Tahun Undang-Undang tersebut mengatur

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. time series. Data time series umumnya tidak stasioner karena mengandung unit

BAB III TEORI PEMBIAYAAN MURABAHAH

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. dengan metode pendekatan syariah Islam yang dapat menjadi alternatif bagi masyarakat,

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

Transkripsi:

ANALISIS PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN DANA KE SEKTOR PERTANIAN DI INDONESIA DENDY SEPTINDO DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Pengaruh Instrumen Moneter Syariah dan Konvensional terhadap Penyaluran Dana ke Sektor Pertanian di Indonesia adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Maret 2016 Dendy Septindo NIM H54110014

ABSTRAK DENDY SEPTINDO. Analisis Pengaruh Instrumen Moneter Syariah dan Konvensional terhadap Penyaluran Dana ke Sektor Pertanian di Indonesia. Dibimbing oleh TANTI NOVIANTI dan DENI LUBIS. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh instrumen moneter syariah dan konvensional terhadap penyaluran dana ke sektor pertanian dari tahun 2009 sampai 2014 dengan menggunakan metode VAR/VECM yang dinalisis melalui Impulse Response Function (IRF) dan Forecast Error Variance Decomposition (FEVD). Hasil penelitian pada model konvensional menunjukkan bahwa suku bunga SBI dan suku bunga kredit berpengaruh negatif signifikan dalam jangka panjang serta suku bunga PUAB memiliki pengaruh positif signifikan terhadap kredit pertanian. Disamping itu, hasil penelitian pada model syariah menunjukkan bahwa bonus SBIS dan ERP berpengaruh negatif signifikan terhadap pembiayaan pertanian serta bagi hasil PUAS berpengaruh signifikan negatif terhadap pembiayaan pertanian. Berdasarkan hasil FEVD, SBI memiliki pengaruh yang besar terhadap kredit pertanian dibandingkan dengan PUAB dan SBK pada model konvensional sedangkan pada model syariah SBIS memiliki pengaruh yang lebih kecil dibandingkan dengan ERP dan PUAS. Kata kunci: Impulse renponse Function, Kredit/Pembiayaan Pertanian, Instrumen Moneter syariah dan konvensional, Variance Decomposition ABSTRACT DENDY SEPTINDO. The effect of Islamic and Conventional Monetary Instrument towards Agriculture Fund Distributions. Supervised by TANTI NOVIANTI and DENI LUBIS. This study aimed to analyze the effect of sharia and conventional monetary instruments to the distribution of agricultural sector funds from 2009 to 2014 and using VAR / VECM which analysed through Impulse response Function (IRF) and the Forecast Error Variance Decomposition (FEVD). Results of research on the conventional models, shows that the SBI interest rate and lending interest rates (SBK) significantly negative effect and interbank rates (PUAB) have a significant positive effect on agricultural credit. In addition, the results of research on the sharia model indicates that the SBIS and ERP significant negative effect on agricultural financing and PUAS significant negative effect on agricultural finance. Based on the FEVD results, SBI has a considerable effect on the agricultural credit compared with SBK and interbank rates (PUAB) on the conventional models whereas the models of sharia, SBIS have a smaller effect than the ERP and PUAS. Keyword: Agricultural credit and agricultural Financing, Impulse response Function, Islamic and Conventional Monetary Instrumens, Variance Decomposition

ANALISIS PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN DANA KE SEKTOR PERTANIAN DI INDONESIA DENDY SEPTINDO Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

PRAKATA Puji syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, karena atas karunia-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Pengaruh Instrumen Moneter Syariah dan Konvensional terhadap Penyaluran Dana ke Sektor Pertanian. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu ekonomi, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh instrumen moneter konvensional dan syariah terhadap penyaluran dana pada sektor pertanian. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua penulis yaitu Ayah Edwar dan Ibu Marweli atas segala do a dan dukungan yang diberikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orang kakak penulis Yoke Oktaviandi dan Eldo Satria yang memberikan dukungan dalam pengerjaan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu Dr. Tanti Novianti, S.P, M.Si dan Bapak Deni Lubis S.Ag, M.A selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan, bimbingan, saran, waktu dan motivasi dengan sabar sehingga penulis dapat menyelsaikan skripsi ini. 2. Bapak Irfan Syauqi Beik, Ph.D dan Bapak Salahuddin El Ayyubi, Lc, M.A selaku dosen penguji pada ujian skripsi yang memberikan saran dan masukan pada penelitian ini. 3. Dosen, staf dan seluruh civitas akademika Departemen IE FEM IPB yang memberikan arahan, bimbingan, dan motivasi untuk penulis. 4. Teman-teman dari Program Studi Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan dan Ilmu Ekonomi Syariah yang telah memberikan saran, masukan, dan bantuan dalam pengerjaan skripsi ini. 5. Keluarga besar Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Minang Bogor (IPMM Bogor) terutama kepada Rahmad Fadli, Irma Bismark, Ajeng Praharti, Gustimona, Wahyu Arisya, Keluarga IKMS dan IKMS 48 yang selalu mendukung dan selalu mengingatkan penulis dalam pengerjaan skripsi. 6. Teman-teman kosan wisma hijau Ahmad Haris, Ibrahim, Noorul Amin, Shofiyanto, Ilfa hidayat, Praditya Riskyanto yang selalu memberi dukungan dan motivasi untuk penulis. 7. Rekan-rekan Hubungan Eksternal BEM FEM IPB yaitu bunga, linda, wilson, ayu, solihin, elita. 8. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam meyelesaikan penulisan skripsi ini. Bogor, Maret 2016 Dendy Septindo

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 4 Tujuan Penelitian 6 Manfaat Penelitian 6 Ruang Lingkup Penelitian 6 TINJAUAN PUSTAKA 6 Transmisi Moneter 7 Islamic Financing chanel 8 Instrumen Moneter 8 Kebijakan Moneter Islam 9 Kebijakan Moneter Ganda 10 Teori Preferensi Likuiditas 11 Bank Syariah dan Bank Konvensioanal 12 Pembiayaan dan Kredit Pertanian 15 PUAB dan PUAS 16 Equivalent rate pembiayaan dan Suku bunga 17 Penelitian Terdahulu 17 Kerangka Pemikiran 18 Hipotesis 20 METODE 20 Jenis dan Sumber Data 20 Metode Analisis 20 Analisis Data 21 HASIL DAN PEMBAHASAN 25 Perkembangan SBI dan SBIS 25 Penyaluran Kredit dan Pembiayaan Pertanian 26

Suku bunga Kredit dan Equivalent Rate Pembiayaan 27 Suku bunga PUAB dan Bagi Hasil PUAS 28 Uji Stasionaritas Data 29 Uji Lag Optimum 30 Uji stabilitas VAR 31 Uji Kointegrasi 31 Hasil Estimasi VECM 32 Impulse Response Function 34 Variance Decomposition 37 SIMPULAN DAN SARAN 40 Simpulan 40 Saran 40 DAFTAR PUSTAKA 41 LAMPIRAN 43 RIWAYAT HIDUP 58

DAFTAR TABEL 1 Perkembangan Jumlah BUS, UUS, dan BPRS 3 2 Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional 14 3 Variabel Penelitian 18 4 Hasil Uji Stasionaritas Data Pada Level 28 5 Hasil Uji stasionaritas Data Pada First Difference 30 6 Perhitungan Lag Optimum 30 7 Hasil Johansen Cointegration Test pada Model I 31 8 Hasil Johansen Cointegration Test pada Model II 32 9 Estimasi VECM Kredit Pertanian 32 10 Estimasi VECM Pembiayaan Pertanian 33 DAFTAR GAMBAR 1 Pertumbuhan PDB Sektor Pertanian 1 2 Pangsa Pasar Kredit Bank Umum 2 3 Pangsa Pasar Kredit dan Pembiyaan Pertanian 5 4 Skema Transmisi Kebijakan Moneter 7 5 Alur Penerapan Sistem Moneter Ganda di Indonesia 11 6 Kurva Permintaan Uang 12 7 Kerangka Pemikiran 19 8 Perkembangan SBI dan SBIS 26 9 Kredit Pertanian Perbankan Konvensional 26 10 Perkembangan Pembiayaan Pertanian 27 11 Perbandingan Suku Bunga dan Equivalent Rate Pembiayaan 28 12 Perbandingan Suku Bunga PUAB dan Bagi Hasil PUAS 29 13 Analisis Impulse Response Function Model I 35 14 Analisis Impulse Response Function Model II 36 15 Analisis Variance Decomposition Function Model I 38 16 Analisis Variance Decomposition Function Model I 39 DAFTAR LAMPIRAN 1 Hasil Uji Stasionaritas Variabel 43 2 Hasil Uji Estimasi VECM Model I 47 3 Hasil Uji Estimasi VECM Model II 52

Triliun Rupiah PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peran strategis dalam pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional. Peran ini dapat dilihat jumlah tenaga kerja yang diserap oleh sektor pertanian, luas lahan yang digunakan untuk pertanian dan kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik 2014, tenaga kerja di sektor pertanian berjumlah 38 973 033 orang atau sebesar 33.99 persen dari total angkatan kerja. Dari segi luas lahan, sektor pertanian memanfaatkan lahan sebesar 71.33 persen dari seluruh luas lahan yang ada di Indonesia (Hafidhuddin dan Syukur 2008). Selama lima tahun terakhir, jumlah kontribusi sektor pertanian selalu berada dalam tiga sektor yang paling berkontribusi terhadap Produk Domestik Bruto Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2014, sektor yang paling berkontribusi terhadap Produk Domestik Bruto Indonesia yaitu sektor industri pengolahan, sektor pertanian dan sektor perdagangan, hotel dan restoran masingmasing sektor berkontribusi sebesar 23.37 persen, 15.21 persen, dan 14.26 persen. Dilihat dari jumlahnya, kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto Indonesia juga terus bertambah dalam sepuluh tahun terakhir. Pada tahun 2003 sektor pertanian berkontribusi sebesar Rp 329.1 triliun dan pada tahun 2014 menjadi Rp 1 446.7 triliun rupiah. 1600000 1400000 1200000 1000000 800000 600000 400000 200000 0 329125 364169433223 541932 1446722 1310427 985471 1091447 1193453 857197 716656 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik, 2014 Gambar 1 Pertumbuhan PDB Sektor Pertanian Ketersediaan modal menjadi sebuah keharusan dalam mengembangkan sektor pertanian. Untuk memperoleh modal, para pelaku di sektor pertanian dapat mengajukan pembiayaan pada lembaga formal maupun informal. Salah satu lembaga formal yang memberikan pembiayaan adalah perbankan. Berdasarkan data Statistik Perbankan Indonesia tahun 2014 didapatkan bahwa pangsa pasar kredit sektor pertanian dari total kredit bank umum mencapai 5.78 persen. Pangsa pasar kredit pertanian ini meningkat sebesar 0.4 persen jika dibandingkan dengan tahun 2013. Dari data Statistik Perbankan 2014 juga diperoleh bahwa pangsa pasar kredit

2 untuk sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan mencapai 17.98 persen dan 19.51 persen jika dibandingkan dengan pangsa pasar kredit pertanian, pangsa pasar kedua sektor ini hampir tiga kali lipat pangsa pasar sektor pertanian. Meskipun mengalami peningkatan namun pangsa pasar kredit sektor pertanian masih rendah bila kita bandingkan dengan kedua sektor ini. Melihat besarnya kontribusi sektor pertanian terhadap PDB Indonesia, pangsa pasar kredit pertanian seharusnya tidak jauh berbeda dengan sektor perdagangan dan sektor industri pengolahan. 25.00% 20.00% 15.00% 10.00% 5.00% 0.00% 2011 2012 2013 2014 Pangsa Pasar Kredit Sektor pertanian Pangsa Pasar Kredit Sektor industri dan pengolahan Pangsa Pasar Kredit Sektor perdagangan Sumber: Statistik Perbankan Indonesia (SPI), 2014 Gambar 2 Pangsa Pasar Kredit Bank Umum Periode 2011-2014 Rendahnya alokasi kredit untuk pertanian diduga terkait dengan strategi penyaluran kredit perbankan yang lebih diarahkan pada kredit beresiko rendah. Ashari (2010) menjelaskan perkembangan perekonomian yang saat ini belum stabil mendorong perbankan untuk menyesuaikan strategi dengan lebih memfokuskan penyaluran kredit berisiko terkendali, yaitu bersifat jangka pendek dan plafon yang tidak terlalu besar. Kendala yang dihadapi perbankan dalam menyalurkan kredit untuk sektor pertanian antara lain : (1) sektor pertanian sangat tergantung pada musim sehingga dipandang mempunyai resiko tinggi, (2) tata niaga komoditas pertanian banyak yang belum tertata sehingga harga selalu naik turun dan tidak ada kepastian, dan (3) sebagian dana yang dihimpun di bank bersifat jangka pendek (short term funding), sedangkan kredit pertanian sebagian besar berjangka relatif panjang (long term loan), akibatnya ada ketidaksesuaian dalam waktu (mismatch) antara pendanaan dan kredit. Untuk mendorong pertumbuhan sektor pertanian, Pemerintah Indonesia memasukkan program bank khusus pertanian dalam rencana kerja Kementerian Pertanian tahun 2016. Pada program kerja ini dijelaskan bahwa bentuk kegiatan yang akan dilakukan pemerintah berupa inisiasi pendirian atau kajian tentang bank khusus pertanian. Indonesia menerapkan dual banking system setelah diberlakukannya UU No. 10 tahun 1998. Dual banking system adalah pengoperasian bank konvensional dan bank syariah secara bersamaan. Terbitnya UU No. 23 tahun 1999 memberikan tanggung jawab kepada Bank Indonesia untuk mengatur, mengawasi, dan mengembangkan perbankan syariah di Indonesia. Pertumbuhan bank syariah di Indonesia semakin pesat dikarenakan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan produk dan layanan keuangan syariah

serta dukungan penuh dari pemerintah sejak hadirnya industri keuangan syariah di Indonesia. Pada Tabel 1 diperoleh bahwa perkembangan bank syariah memiliki trend yang terus meningkat dan diprediksi akan terus bertambah. Berdasarkan data Statistik Perbankan Indonesia tahun 2014, jumlah bank syariah pada tahun 2009 adalah 169 dan pada tahun 2014 menjadi 198 atau dalam lima tahun terakhir meningkat sebesar 17.16 persen. Peningkatan jumlah bank umum syariah tertinggi terjadi pada tahun 2010, terdapat lima bank umum syariah yang didirikan yaitu Bank Mega Syariah, Bank Victoria Syariah, BCA Syariah, Bank Jabar Banten Syariah, dan Maybank Syariah. Pada tahun 2014, berdiri satu bank umum syariah baru yaitu Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah (BTPN Syariah). Sampai saat ini, perkembangan bank syariah semakin pesat dan menjadikan bank syariah sebagai salah satu lembaga keuangan yang memiliki peran semakin besar dalam perekonomian nasional. Tabel 1 Perkembangan Jumlah Bank Syariah, Unit Usaha Syariah, dan Bank Pembiayaan Syariah Tahun 2009-2014 Kelompok Bank 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Bank Umum Syariah 6 11 11 11 11 12 Unit Usaha Syariah 25 23 24 24 23 22 Bank Pembiayaan syariah 138 150 155 158 163 164 Total Jumlah Bank Syariah 169 184 190 193 197 198 Sumber: Statistik Perbankan Syariah Indonesia, 2014 Perkembangan perbankan syariah secara lebih lanjut dapat dilihat dari jumlah aset, dana pihak ketiga dan pembiayaan. Berdasarkan data Statistik Perbankan Syariah (SPS) tahun 2014 diperoleh bahwa jumlah aset bank syariah mencapai 272.34 triliun rupiah, pembiayaan sebesar 199.33 triliun rupiah dan DPK tumbuh mencapai 217.86 triliun rupiah. Perkembangan industri perbankan syariah menyebabkan transmisi kebijakan moneter tidak hanya memengaruhi bank konvensional tapi juga memengaruhi bank syariah, sehingga Bank Indonesia memiliki tanggung jawab untuk menjalankan operasi moneter konvensional dan syariah. Hal ini membuat Indonesia menjadi salah satu negara yang menerapkan sistem moneter ganda pada sistem perekonomiannya, yaitu penerapan sitem moneter konvensional dan syariah secara bersamaan. Penerapan sistem moneter ganda ini dilandasi oleh UU Bank Sentral No. 23 tahun 1999. Sistem moneter ganda di Indonesia mendorong Bank Indonesia juga menerbitkan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) sebagai instrumen moneter pelengkap Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang selama ini digunakan oleh perbankan konvensional. SBIS merupakan surat berharga yang diterbitkan oleh Bank Indonesia dalam rangka meningkatkan efektifitas mekanisme transmisi moneter dengan prinsip syariah. SBIS telah diterbitkan oleh Bank Indonesia sejak tahun 2008 berdasarkan akad Jua lah. Instrumen moneter ini diterbitkan untuk menggantikan instrumen moneter syariah sebelumnya yaitu Sertikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI). Aturan tentang SWBI dan SBIS dijelaskan pada DSN MUI nomor 36 pada tahun 2002 dan DSN MUI Nomor 64. Perbedaan mendasar terdapat pada akad yang digunakan, pada SWBI digunakan akad wadi ah sedangkan pada 3

4 SBIS digunakan akad ju alah. Pada instrumen SWBI dengan akad wadi ah, Bank Indonesia tidak menetapkan imbalan pasti atas penempatan SWBI, namun Bank Indonesia hanya memberikan imbalan secara sukarela. Pada instrumen moneter SBIS dengan akad ju alah, Bank Indonesia wajib memberikan imbalan dengan nilai yang telah ditetapkan atas penempatan dana pada SBIS, karena penempatan dana pada SBIS merupakan bentuk partisipasi bank syariah untuk membantu tugas Bank Indonesia dalam pengendalian moneter. Sebagai instrumen moneter, SBI dan SBIS memiliki jalur transmisi tersendiri terhadap sektor riil yang mana instrumen ini akan memengaruhi besarnya pembiayaan dan penyaluran kepada sektor riil. Penyaluran dana ke sektor pertanian melalui perbankan dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya faktor eksternal yaitu instrumen moneter. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan bahwa penelitian mengenai pengaruh instrumen moneter syariah dan konvensional terhadap pembiayaan pertanian di Indonesia penting dilakukan karena akan memengaruhi tindakan perbankan konvensional maupun perbankan syariah dalam menyalurkan dana ke sektor pertanian. Selain itu, hadirnya SBIS sebagai instrumen moneter yang berprinsip syariah diharapkan lebih efektif dalam meningkatkan penyaluran dana perbankan ke sektor pertanian. Untuk menjawab ekspektasi tersebut, penelitian ini akan mengalisis secara kuantitatif pengaruh instrumen moneter terhadap pembiayaan pertanian di Indonesia. Perumusan Masalah Peran sektor pertanian yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia membuat sektor ini menjadi salah satu sektor yang perlu difasilitasi terutama dalam permodalan, perluasan usaha dan keberlanjutannya. Lembaga yang dapat berperan dalam permodalan pada sektor pertanian adalah bank. Bank merupakan lembaga yang menggerakan perekonomian secara riil. Hal ini dijelaskan melalui fungsi perbankan sebagai financial intermediarie, yang mana fungsi bank sebagai lembaga yang menyalurkan dana ke masyarakat dalam bentuk kredit. Berdasarkan data Statistik Perbankan Indonesia tahun 2014, pangsa pasar kredit pertanian sebesar 5.78 persen, nilai ini masih jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan kredit pada sektor perdagangan, hotel dan restoran yang mencapai 19.5 persen dan pangsa pasar kredit sektor industri pengolahan yang mencapai 17.9 persen. Pada pembiayaan perbankan syariah, pangsa pasar pembiayaan pertanian mencapai 2.85 persen dan jauh lebih kecil jka dibandingkan dengan sektor perdagangan, hotel dan restoran yang mencapai 12.15 persen dan sektor industri pengolahan yang mencapai 6.67 persen. Meskipun kontribusi sektor pertanian tergolong besar terhadap PDB Indonesia, namun proporsi pembiayaan dan kredit pertanian yang disalurkan sangat kecil jika dibandingkan dengan sektor lain. Pangsa pasar kredit dan pembiayaan pertanian dalam periode penelitian tidak mengalami pertumbuhan yang besar. Pangsa pasar kredit pertanian perbankan konvensional dari tahun 2009 sampai tahun 2010 mengalami penuruan dari 5.38 persen menjadi 5.15 persen. Pada tahun 2010 sampai tahun 2014, pangsa pasar kredit pertanian mengalami peningkatan, namun peningkatan pangsa pasar kredit pertanian kurang dari satu persen. Pangsa pasar pembiayaan pertanian perbankan syariah dari tahun 2009 sampai tahun 2012 mengalami penurunan dari 2.84 persen menjadi 1.57 persen. Pada tahun 2012 sampai tahun 2014 pangsa pasar pembiayaan

Persen pertanian meningkat menjadi 2.85 persen. Dari tahun 2009 sampai tahun 2014, pangsa pasar pembiayaan pertanian hanya meningkat sebesar 0.01 persen. 5 7.00 6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00-2009 2010 2011 2012 2013 2014 Bank Syariah Bank Konvensional Sumber : Statistik Perbankan Indonesia (SPI), 2014 Gambar 3 Pangsa Pasar Pembiayaan dan Kredit Pertanian Periode Januari 2009 Desember 2014 Kecilnya pangsa pasar pembiayaan dan kredit pertanian kemungkinan dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya faktor eksternal yaitu instrumen moneter. Penelitian ini akan menganalisis pengaruh instrumen moneter konvensional dan syariah terhadap penyaluran dana pada sektor pertanian dengan menggunakan teori mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui jalur kredit dan pembiayaan. Menurut Warjiyo (2004), ketika Bank Indonesia melakukan operasi moneter untuk mencapai sasaran operasionalnya, bank-bank melakukan transaksi dipasar uang untuk mengelola likuiditasnya. Interaksi ini tidak hanya memengaruhi perkembangan suku bunga dipasar uang tapi juga besarnya dana yang dialokasikan bank untuk kreditnya. Pada sektor pertanian, perbankan menyalurkan dana melalui kredit dan pembiayaan yang bersifat jangka panjang. Hal tersebut menjadi masalah tersendiri bagi perbankan, mengingat sebagian besar sumber dana yang ada di perbankan merupakan dana yang dihimpun dari masyarakat dan bersifat jangka pendek, sehingga terjadi mismatch (ketidaksesuaian waktu) yang menyebabkan terganggunya likuiditas perbankan. Untuk mengatasi gangguan likuiditas pada bank, maka bank melakukan transaksi pada instrumen moneter dan pasar uang antar bank untuk mengelola likuiditasnya. Berlakunya sistem perbankan ganda di Indonesia menyebabkan otoritas moneter memiliki tanggung jawab untuk menjaga kestabilan moneter dan sinergi dari kedua sistem untuk meraih kesejahteraan bersama (Ascarya 2012). Berdasarkan penerapan mekanisme tersebut, berarti terdapat pengaruh instrumen moneter konvensional dan syariah terhadap penyaluran dana di perbankan, termasuk kredit dan pembiayaan pertanian. Berdasarkan penjelasan tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh instrumen moneter konvensional terhadap kredit pertanian di Indonesia?

6 2. Bagaimana pengaruh instrumen moneter syariah terhadap pembiayaan pertanian di Indonesia? 3. Bagaimana perbandingan pengaruh instrumen moneter syariah dan konvensional dalam penyaluran dana pada sektor pertanian di Indonesia? Tujuan Penelitian Dari rumusan masalah yang diuraikan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi pengaruh instrumen moneter konvensional terhadap kredit pertanian di Indonesia. 2. Mengidentifikasi pengaruh instrumen moneter syariah terhadap pembiayaan pertanian di Indonesia. 3. Membandingkan sejauh mana pengaruh instrumen moneter syariah dan konvensional dalam penyaluran dana ke sektor pertanian di Indonesia. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat dan masukan bagi pemerintah, masyarakat dan kalangan akademisi: 1. Pemerintah dapat menjadikan penelitian ini sebagai masukan dalam pengambilan kebijakan khususnya dalam mengembangkan sektor pertanian melalui perbankan. 2. Perbankan dapat menjadikan penelitian ini sebagai masukan dalam menjalankan fungsi bank sebagai lembaga intermediasi. 3. Kalangan akademisi dapat menjadikan referensi dalam melakukan penelitian selanjutnya. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk melihat perbandingan pengaruh instrumen moneter konvensional dan syariah terhadap pengembangan sektor pertanian Indonesia. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terbagi dua yaitu instrumen moneter konvensional dan instrumen moneter syariah. Instrumen moneter konvensional direpresentasikan oleh suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan instrumen moneter syariah direpresentasikan melalui bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS). Terdapat dua model dalam penelitian ini yaitu model konvensional dan syariah. Pada model syariah, variabel dependen yang digunakan adalah pembiayaan pertanian dan pada model konvensional variabel yang digunakan kredit pertanian. Variabel independen model syariah yaitu SBIS, PUAS dan Equivalent Rate Pembiayaan, sedangkan pada model konvensional dikgunakan variabel SBI, PUAB, dan suku bunga kredit. Periode waktu yang diambil dalam penelitian ini adalah perekonomian Indonesia dari Januari 2009 sampai dengan Desember 2014.

7 TINJAUAN PUSTAKA Transmisi Moneter Melalui Jalur Kredit Transmisi moneter adalah mekanisme bekerjanya kebijakan moneter sampai memengaruhi sektor riil. Mishkin (2008) menjelaskan bahwa jalur mekanisme transmisi moneter dapat terjadi melalui beberapa jalur, yaitu jalur efek suku bunga tradisional (traditional interest effect), jalur efek harga aset (other asset price effect) dan jalur kredit (credit view). Transmisi moneter melalui jalur kredit terbagi lagi atas lima bagian yaitu penyaluran bank (bank lending channel), jalur neraca (balance sheet channel), jalur tingkat harga yang tidak diantisipasi (unanticipated price level channel), dan jalur efek likuiditas rumah tangga (household liquidity effect). Mekanisme transmisi moneter melalui pinjaman bank (credit view) muncul untuk menangani masalah informasi asimetrik pada pasar keuangan. Pada jalur kredit, transmisi moneter memengaruhi penyaluran dana pada perbankan serta neraca perusahaan dan rumah tangga. Penyaluran dana pada perbankan (bank lending channel) berangkat dari analisis bahwa bank memiliki peran penting dalam sistem keuangan karena dapat menangani masalah informasi asimetrik pada pasar kredit maka peminjam hanya dapat mengakses kredit melalui bank. Berdasarkan asumsi tidak ada substitusi sempurna diantara bank dengan sumber dana lain, maka saat terjadi ekspansi moneter yang akan meningkatkan cadangan perbankan dan deposit bank, maka akan meningkatkan ketersediaan dan kuantitas pinjaman perbankan yang tersedia. Berdasarkan asumsi bahwa peminjam bergantung pada pinjaman perbankan untuk membiayai aktivitasnya, maka peningkatan peminjam pada perbankan akan meningkatkan investasi. Secara skematik, transmisi kebijakan moneter melalui jalur pembiayaan perbankan dijelaskan pada gambar 4 berikut : Ekspansi kebijakan moneter : cadangan dan deposit bank ketersediaan pinjaman dari bank investasi output Sumber: Mishkin (2008) Gambar 4 Skema Transmisi Kebijakan Moneter Jalur Kredit Kebijakan moneter melalui jalur kredit bertujuan untuk mendorong investasi dari sisi supply yang direpresentasikan oleh bank sebagai lembaga intermediasi. Bank Indonesia dapat melakukan kontraksi dan ekspansi moneter dengan menaikkan atau menurunkan suku bunga kebijakan (BI rate) dalam proses trasmisinya. Kebijakan ini akan memengaruhi sisi liabilitas (kewajiban) bank yang didominasi oleh dana pihak ketiga (DPK) yaitu dana masyarakat yang disimpan di perbankan. Ketika ekonomi memanas, Bank Indonesia melakukan kontraksi moneter dengan menaikkan BI rate. Kebijakan ini akan menyebabkan jumlah uang yang beredar di masyarakat akan turun sehingga DPK juga ikut turun. Penurunan DPK akan mengakibatkan penurunan ketersediaan dana yang siap disalurkan perbankan, salah satunya dalam bentuk kredit. Perbankan akan cenderung menaikan suku bunga dana seperti tabungan dan deposito untuk meningkatkan

8 DPK, sehingga berakibat pada kenaikan suku bunga kredit. Permintaan terhadap kredit baru cenderung turun karena suku bunga kredit meningkat dan menyebabkan investasi turun dan memperlambat pertumbuhan ekonomi. Islamic Bank financing Channel Terdapat enam jalur transmisi kebijakan moneter pada ekonomi konvensional antara lain jalur uang, jalur kredit, jalur suku bunga, jalur nilai tukar, jalur harga asset dan jalur ekspektasi. Pada ekonomi islam belum ditemukan teori baku mengenai mekenisme transmisi kebijakan moneter begitu pula dengan jalurjalurnya. Penelitian mengenai jalur transmisi kebijakan moneter syariah sebagian besar masih mengkaji jalur pembiayaan bank syariah (pada ekonomi konvensional disebut jalur kredit). Penelitian dalam bidang ini telah dilakukan diantaranya oleh Rusydiana (2009), Ascarya (2010) dan Sukmana, Raditya dan Salina (2010). Konsep mengenai Islamic Bank Financial Channel menyerupai konsep bank landing channel dalam ekonomi konvensional, namun pada teori ini yang menjadi subjek adalah bank syariah dan yang menjadi objek adalah pembiayaan bank syariah. Sukmana, Raditya dan Salina (2010) merupakan upaya awal untuk mengetahui transmisi moneter melalaui jalur pembiayaan bank syariah di Malaysia terhadap pertumbuhan ekonomi yang dirumuskan sebagai berikut IPI = f (IF, ID, ONIGHT). IPI merupakan industrial production index sebagai proksi pertumbuhan ekonomi/output, IF adalah pembiayaan perbankan syariah, ID adalah dana pihak ketiga perbankan syariah, ONIGHT merupakan suku bunga overnight di pasar uang antar bank sebagai proksi kebijakan moneter. Penelitian serupa juga dilakukan Ascarya (2010) dengan tujuan untuk mengetahui adanya transmisi kebijakan moneter pada jalur pembiayaan melalui perbankan syariah di Indonesia dengan tujuan akhir kebijakan moneter, yaitu pertumbuhan ekonomi dan kestabilan nilai uang. Pada penelitian ini dirumuskan teori transmisi melalui jalur pembiayaan sebagai berikut IPI = f (IFIN, IDEP,PUAS,SBIS) dan CPI= (IFIN,IDEP,PUAS,SBIS). IPI merupakan industrial production index sebagai proksi pertumbuhan ekonomi, CPI merupakan consumer price index sebagai proksi inflasi, IDEP merupakan dana pihak ketiga perbankan syariah, PUAS adalah suku bunga harian di pasar uang antar bank syariah, dan SBIS adalah imbal hasil sertifikat bank Indonesia syariah yang merupakan indikator kebijakan moneter. Terdapat perbedaaan indikator moneter pada penelitian yang dilakukan oleh Ascarya dan Sukmana. Sukmana menggunakan suku bunga harian di pasar uang sebagai indikator moneter sedangkan Ascarya menggunakan bonus SBIS sebagai indikator moneter. Instrumen Moneter Bank Indonesia memiliki beberapa instrumen moneter dalam melakukan kebijakan moneter yaitu Operasi Pasar Terbuka (OPT) atau Open Market Operation, Giro Wajib Minimun (GWM), Fasilitas Diskonto, dan intervensi Mata Uang Asing.

Berikut penjelasan mengenai instrumen moneter yang digunakan oleh Bank Indonesia: a. Operasi Pasar Terbuka. Operasi Pasar Terbuka adalah kegiatan jual beli surat berharga oleh bank sentral yang akan memengaruhi tingkat suku bunga. Operasi ini memiliki dua aktivitas didalamnya, yaitu jual beli surat-surat berharga termasuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS). Kedua instrumen ini digunakan sebagai instrumen utama dalam kebijakan moneter. Hal ini dikarenakan bank Indonesia memiliki SBI dalam jumlah yang memadai untuk mengeksekusi kebijakan kontraksi dan ekspansi yang diambil setelah mempertimbangkan tekanan terhadap inflasi. SBI juga memenuhi tiga syarat utama likuiditas surat berharga yang dapat diperjualbelikan dalam operasi paar terbuka dan diterbitkan secara berkelanjutan serta tersedia setiap saat (Sugiyono, 2003) b. Giro Wajib Minimum Giro Wajib Minimum merupakan ketentuan bank sentral yang mewajibkan bank untuk memelihara sejumlah alat likuid dalam rekening gironya pada bank Indonesia (Warjiyo, 2008). Giro wajib minimum ditetapkan sebesar persentase tertentu dari kewajiban lancar bank. Semakin kecil persentase tersebut maka semakin besar kemampuan bank memanfaatkan cadangannya untuk diberikan kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman dan begitu juga sebaliknya. c. Fasilitas Diskonto Fasilitas diskonto adalah fasiltas kredit yang diberikan oleh bank Indonesia kepada bank dengan tingkat diskonto yang ditetapkan oleh bank Indonesia (Warjiyo, 2008). Dengan penetapan diskonto yang tinggi diharapkan bank akan mengurangi permintaan kredit pada bank sentral yang akibatnya akan mengurangi jumlah uang yang beredar. d. Intervensi Mata Uang Asing Intervensi mata uang asing adalah kebijakan bank sentral untuk memengaruhi jumlah uang beredar atau likuiditas di pasar uang melalui jual beli valuta asing atau cadangan devisa. Apabila bank sentral ingin mengetatkan likuiditas rupiah di pasar uang, bank sentral akan menjual cadangan devisanya. Kebijakan Moneter Dalam Kajian Islam Sistem moneter dan kebijakan moneter sudah dimulai oleh bangsa Quraisy walaupun masih dalam bentuk sederhana. Kahalifah Umar memerintah Islam pada 634-644 M terdapat beberapa kebijakan yang dilakukan pada masa tersebut. Beberapa kebijakan moneter yang diterapkan oleh Umar antara lain : 1. Islam melarang segala sesuatu yang akan berdampak pada bertambahnya gejolak dalam daya beli dan ketidakstabilan nilai uang, misalnya : a. Mengharamkan perdagangan uang, yaitu Mengharamkan riba fadhl. b. Mengharamkan penimbunan. c. Pengawasan ketat terhadap inflasi serta penyelesaian dampak-dampak inflasi. 2. Larangan bermuamalah dengan uang uang palsu. 9

10 3. Melindungi inflasi dengan menghimbau masyarakat untuk menginvestasikan uang, sederhanana dalam belanja, serta melarang berlebih-lebihan dan menghambur-hamburkan uang. 4. Penyatuan moneter melalui percetakan dirham sesuai dengan ketentuan islam, yaitu sebesar enam daniq. Sektor moneter berperan sebagai penyokong sektor riil dalam sudut pandang Islam. Uang dan perbankan sebagai bagian dari sistem moneter harus digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan utama sosio ekonomi Islam (Chapra 1997). Tujuan tersebut antara lain : 1. Kesejahteraaan ekonomi yang luas berdasarkan full employment dan tingkat pertumbuhan optimum. Pertubuhan ekonomi dalam sudut pandang Islam adalah : a. Pertumbuhan ekonomi tidak boleh dicapai melalui produksi barang dan jasa yang tidak penting atau secara moral dipertanyakan. b. Tidak boleh memperlebar jurang antara yang miskin dan kaya dengan jalan mendorong konsumsi yang tidak habis. c. Tidak boleh membahayakan generasi sekarang ataupun generasi mendatang dengan mendegradasikan moral mereka atau lingkungan fisik. 2. Keadilan sosio-ekonomi dan pemerataan distribusi pendapatan dan kesejahteraan, salah satunya melalui mekanisme zakat. 3. Stabilitas dalam nilai uang sehingga memungkinkan medium of exchange dapat dipergunakan sebagai satuan perhitungan, patokan yang adil dalam penanggungan pembayaran, dan nilai tukar yang stabil. 4. Mobilisasi dan investasi tabungan bagi pembangunan ekonomi dengan satu cara yang menjamin pengembalian yang adil bagi semua pihak yang terlibat. 5. Mewujudkan jasa-jasa lain. Mobilisasi tabungan dan investasi tidak hanya diperlukan bagi hal yang bersifat produktif saja, namun juga utuk mengembangkan pasar uang primer dan sekunder, mewujudkan jasa perbankan lain, dan mememuhi kebutuhan akan keuangan non-inflonationary bagi pemerintah. Kebijakan Moneter Ganda di Indonesia Peraturan Bank Indonesia nomor 4/10/PBI/2002 tentang Sertifikat Bank Indonesia (SBI) menyatakan bahwa SBI adalah surat berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia Sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek. SBI diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai salah satu piranti dalam Operasi Pasar Terbuka (OPT). Sedangkan peraturan Bank Indonesia nomor 10/11/PBI/2008 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) menyatakan bahwa SBIS adalah surat berharga dalam jangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia menggunakan akad Ju alah. Kedua instrumen ini memiliki fungsi yang sama yaitu sebagai instrumen Operasi Pasar Terbuka dalam rangka pengendalian moneter dengan tujuan akhir kestabilan nilai rupiah dan tingkat inflasi. SBIS dibuat oleh Bank Indonesia dalam rangka efektivitas mekanisme moneter dengan prinsip syariah. Akad ju alah merupakan jenis akad yang mana

pihak Bank Indonesia (ja il) memberikan sejumlah bonus (ju ul) kepada bank syariah (maj ullah) karena dianggap telah membantu Bank Indonesia dalam melaksanakan kebijakan moneter (mahall al- aqad). Saat akan melakukan transaksi lelang SBIS maka akan diumumkan bahwa Bank Indonesia akan melakukan kebijakan moneter yaitu menyerap likuiditas yang beredar di masyarakat. Bank syariah sebagai maj ullah akan membeli SBIS tersebut dan mendapatkan imbalan tertentu. Jumlah nominal ju ul atau imbalannya harus dibayarkan oleh ja il yang ditetapkan saat terjadinya akad dan harus disepakati oleh kedua belah pihak. 11 Sumber: Ascarya (2012) Gambar 5 Alur Penerapan Sistem Moneter Ganda di Indonesia Transmisi kebijakan moneter tidak hanya memengaruhi perbankan konvensional saja namun juga memengaruhi perbankan syariah, karena mekanisme transmisi juga dapat melalui jalur syariah. Penggunaan instrumen moneter dalam kebijakan moneter ganda dijelaskan oleh Ascarya (2012), bahwa instrumen kebijakan moneter tidak hanya terbatas hanya menggunakan suku bunga saja, tapi juga dapat menggunakan bagi hasil atau margin. Dalam sistem moneter ganda, interest rate pass-through lebih tepat disebut dengan policy rate pass-through, yang mana policy rate untuk konvensional adalah suku bunga, sedangkan policy rate untuk syariah menggunakan bagi hasil atau margin. Teori Prefensi Likuiditas Teori Preferensi Likuiditas menyatakan bahwa tingkat bunga menyesuaikan untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan uang, jika M adalah keseimbangan uang dan P adalah tingkat harga maka M/P adalah penawaran dari keseimbangan uang riil. Teori ini mengasumsikan adanya penawaran uang riil yang tetap dan menegaskan bahwa tingkat bunga adalah sebuah determinan dari berapa banyak uang yang ingin dipegang oleh masyarakat. Alasannya adalah bahwa tingkat bunga adalah biaya peluang (opportunity cost) dari memegang uang, yaitu biaya yang harus ditanggung karena memegang sebagian aset dalam bentuk uang (yang tidak mendapatkan bunga) atau dalam deposito atau obligasi. Ketika tingkat bunga naik, orang-orang ingin memegang uang dalam jumlah yang lebih sedikit.

12 Hal ini menunjukkan bahwa fungsi permintaan uang riil dipengaruhi oleh suku bunga (Mankiw, 2007). Berdasarkan Gambar 6, tingkat bunga akan menyesusaikan untuk menyeimbangkan pasar uang dimana jumlah uang riil yang diminta sama dengan jumlah yang ditawarkan. Apabila tingkat suku bunga diatas keseimbangan maka jumlah uang riil yang ditawarkan akan melebihi jumlah yang diminta. Orang-orang yang memegang kelebihan penawaran uang akan berusaha untuk mengubah sebagian diantaranya menjadi deposito datau obligasi. Bank-bank penerbit obligasi yang lebih suka membayar tingkat bunga yang lebih rendah merespon kelebihan uang dengan mengurangi tigkat bunga sehinga tingkat bunga akan bergerak kembali menuju keseimbangan, begitu juga sebaliknya. Sumber: Mankiw (2007) Gambar 6 Kurva Permintaan Uang Teori Bank Konvensional dan Syariah Bank adalah suatu badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak. Seperti yang dipaparkan dalam UU No.10 tahun 1998 bahwa fungsi dari perbankan sebagai lembaga intermediasi atau penghubung antara sektor keuangan dan sektor riil. Pada saat ini UU No. 21 tahun 2008 digunakan sebagai landasan hukum bagi perbankan untuk beroperasi. Pada UU ini terdapat beberapa perubahan dari UU sebelumnya yaitu penegasan perbedaan kredit dan pembiayaan, penetapan dewan pengawas sebagai pihak terafliasi, dan penjelasan bentuk pembiayaan oleh bank syariah. Perbankan di Indonesia digolongkan menjadi dua yaitu bank konvensional dan bank syariah. Bank konvensional menjalankan kegiatannya dengan menggunakan sistem bunga. Berbeda dengan bank konvensional, bank syariah menjalankan usahanya dengan prinsip syariah. Usaha pembentukan sistem ini didasari oleh larangan umat islam untuk menghimpun atau meminjam bunga atau yang dikenal dengan riba. Secara bahasa riba berarti tambahan (az-zyadadah), karena salah satu bentuk riba adalah meminta tambahan dari sesuatu yang dihutangkan, ada juga yang mengartikan berbunga (an-numu), karena salah satu bentuk riba adalah membuat harta, uang atau yang lainnya (Nawawi, 2012). Adanya larangan ini membuat perbankan syariah hanya mengalokasikan dana pada usaha yang dikategorikan halal.

Penjelasan tentang riba dalam Al-qur an diturunkan secara bertahap. Pada tahap pertama dijelaskan dalam Al-qur an Surat Ar-Ruum ayat 39. Pada ayat ini dijelaskan bahwasannya Allah SWT membenci riba dan perbuatan riba itu tidaklah mendapat pahala di sisi Allah SWT. Pada ayat ini tidak ada petunjuk Allah SWT yang mengatakan bahwasannya riba itu haram. Artinya ayat ini berupa peringatan untuk tidak melakukan hal yang negatif. و م ا آت ي ت م م ن ر ب ا ل ي ر ب و ف ي أ م و ال الن اس ف ل ي ر ب و ع ن د ا لل و م ا آت ي ت م م ن ز ك اة ت ر يد و و ا لل ف أ ول ئ ك ه م ال م ض ع ف و )93 ) Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya). (Qs. Ar-Ruum [30]: 39) Pada tahap kedua penjelasan riba dalam Al-qur an dijelaskan dalam Surat An-Nisa ayat 160-161. Ayat ini mengisahkan tentang orang-orang Yahudi, Allah SWT telah mengharamkan riba kepada mereka namun mereka tetap mengerjakan perbuatan ini. ف ب ظ ل م م ن ال ذ ين ه اد وا ح ر م ن ا ع ل ي ه م ط ي ب ات أ ح ل ت ل ه م و ب ص د ه م ع ن س ب يل ا لل ك ث ير ا )061( و أ خ ذ ه م الر ب ا و ق د ن ه وا ع ن و أ ك ل ه م أ م و ال الن اس ب ال ب اط ل و أ ع ت د ن ا ل ل ك اف ر ين م ن ه م ع ذ اب اأ ل يم ا) 060 ( Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, kami haramkan atas (memakan makanan) yang baik-baik (dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dank arena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah (161). Dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta benda orang dengan jalan yang batil, kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir diantara mereka itu siksa yang pedih. (Qs. An Nisa [4]: 160-161) Pada tahap ketiga penjelasan riba dalam Al-qur an dijelaskan dalam Surat Ali Imron ayat 130. Ayat ini menjelaskan kebiasaan orang Arab saat itu sering mengambil riba dengan berlipat ganda. Ayat ini telah secara jelas mengharamkan perbuatan riba, akan tetapi bentuk pengharaman ayat ini masih bersifat sebagian, yaitu kepada kebiasaan orang saat itu yang mengambil riba dengan berlipat ganda dari modal. Riba yang disebutkan yaitu riba dengan penambahan dari pokok modal dari hutang yang berlipat ganda. ي ا أ ي ه ا ال ذ ين آم ن وا ل ت أ ك ل وا الر ب ا أ ض ع اف ا م ض اع ف ة و ات ق وا ا لل ل ع ل ك م ت ف ل ح و ن Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.(qs. Ali Imron [3]: 130) 13

14 Pada tahap terakhir penjelasan tentang riba terdapat pada Al-qur an Surat Al baqarah Ayat 277dan 278. Ayat ini menjelaskan bahwa Allah SWT dengan tegas mengahramamkan riba. ي ا أ ي ه ا ال ذ ين آم ن وا ات ق وا ا لل و ذ ر وا م ا ب ق ي م ن الر ب ا إ ك ن ت م م ؤ م ن ي ن )722( ف إ ل م ت ف ع ل وا ف أ ذ ن وا ب ح ر ب م ن ا لل و ر س ول و إ ت ب ت م ف ل ك م ر ء وس أ م و ال ك م ل ت ظ ل م و و ل ت ظ ل م و 722( ) Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkanlah sisa-sisa riba, jika memang kamu orang yang beriman. Jika kamu tidak melakukannya, maka terimalah pernyataan perang dari Allah dan rasul Nya dan jika kalian bertobat maka bagi kalian adalah modal-modal, kalian tidak berbuat zalim dan tidak pula dizalimi. (QS. Al Baqarah[2] : 278-279) Tabel 2 Perbedaan antara bank syariah dan bank konvensional No Perbedaan Bank Konvensional Bank Syariah 1 Fungsi dan kegiatan bank 2 Mekanisme dan objek usaha Intermediasi, jasa keuangan Tidak anti riba dan maysir Intermediasi, manager investasi, investor, sosial, jasa keuangan Anti riba dan maysir 3 Prinsip dasar operasi -Bebas nilai (prinsip metralis) -Uang sebagai komoditi -bunga -Tidak bebas nilai (prinsip syariah islam) -Uang sebagai alat tukar dan bukan komoditi -bagai hasil, jual beli dan sewa 4 Prioritas pelayanan Kepentingan Pribadi Kepentingan publik 5 Orientasi Keuntungan Tujuan sosial ekonomi Islam, keuntungan 6 Bentuk Bank komersial Bank komersial, bank pembangunan, bank universal atau multi purpose 7 Evaluasi nasabah Kepastian pengembalian pokok dan bunga (creditwhothiness dan collateral) 8 Hubungan nasabah Terbatas debiturkreditur Lebih hati-hati karena partisipasi dalam resiko Erat sebagai mitra usaha

15 9 Sumber likuiditas jangka pendek 10 Pinjaman yang diberikan 11 Lembaga penyelesai sengeketa Pasar uang, Bank Sentral Komersial dan nonkomersial, berorientasi laba Pengadilan, arbiterase Pasar uang syariah, bank sentral Komersial dan non komersial, berorientasi laba dan nirlaba Pengadilan, Badan Arbiterase Syariah Nasional 12 Resiko Usaha -Resiko bank tidak terkait langsung dengan debitur, resiko debitur tidak terkait langsung dengan bank -kemungkinan terjadi negarive spread -dihadapibersama antara bank dan nasabah menggunagakan prinsip keasilan dan kejujuran -tidak mungkin terjadi negative spread 13 Struktur pengawas Dewan komisaris Dewan komisaris, DPS, DSN 14 Investasi Halal atau haram Halal saja Sumber : Ascarya 2006 Salah satu cara yang dilakukan oleh bank konvensional untuk menyalurkan dana yang dihimpun adalah kredit. Kredit yang diberikan berupa kredit korporasi atau kredit UMKM, dan pihak bank akan mendapatkan bunga atas harga uang yang telah dipinjamkan. Sedangkan pada bank syariah cara yang digunakan untuk menyalurkan dana yang dihimpun adalah melaui pembiayaan dan sistem yang digunakan adalah sistem bagi hasil. Beberapa produk yang dihasilkan oleh perbankan syariah: 1. Produk dengan prinsip jual beli antara lain murabahah, salam, dan istisna. 2. Produk dengan prinsip bagi hasil antara lain musyarakah, mudharabah dan rahn. 3. Produk dengan prinsip sewa antara lain ijarah. Pembiayaan dan Kredit Perbankan Berdasarkan Undang-undang Perbankan Syariah No. 21 tahun 2008, pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa transaksi bagi hasil, sewa menyewa, jual beli atau pinjam meminjam berdasarkan persetujuan bank syariah dengan pihak lain mewajibkan pihak yang dibiayai san atau diberi fasilitas dana tersebut untuk mengembalikan dana tersebut dalam jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan atau bagi hasil. Antonio (2001) menjelaskan bahwa pembiayaan adalah salah satu tugas pokok dari bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan deficit unit. Menurut sifat penggunaannya, pembiayaan terbagi menjadi dua: 1. Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi.

16 2. Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan, maupun investasi. Menurut keperluannya pembiayaan produktif dibagi menjadi dua yaitu pembiayaan modal kerja dan pembiayaan investasi. Berdasarkan Undang-undang No.7 Tahun 1992 tentang perbankan menyatakan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan dan kesepakatan pinjammeminjam antara bank dengan pihak lain, yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan sejumlah bunga imbalan atau pembagian hasil keuntungan. Kredit perbankan dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria : 1. Berdasarkan jangka waktunya, yaitu kredit jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. 2. Berdasarkan tujuan penggunaan dananya, yaitu kredit modal kerja, kredit investasi dan kredit konsumsi. 3. Berdasarkan golongan atau segmentasinya, yaitu kredit sektor UMKM dan non-umkm. PUAB dan PUAS Pasar uang antar bank merupakan salah satu instrumen yang digunakan oleh perbankan dalam mengelola likuiditasnya. Transaksi di pasar uang antar bank terjadi dikarenakan perbankan mengalami kekurangan likuiditas atau kelebihan likuiditas. Kekurangan likuiditas pada perbankan disebabkan oleh perbedaan antara penerimaan dan penanaman dana, sedangkan kelebihan likuiditas pada perbankan dikarenakan dana yang dihimpun belum dapat disalurkan melalui kredit. Perbankan yang mengalami kelebihan likuiditas dapat mengalokasikannya pada pasar uang antar bank dan perbankan yang mengalami kesulitan likuiditas dapat menggunakan PUAB untuk meningkatkan likuiditasnya. Pasar uang antar bank menerapkan bunga pada proses transaksinya. Nilai suku bunga PUAB ditetapkan melalui kesepakatan antara peminjam dan pemilik dana. Sejak tahun 2008, Bank Indonesia menetapkan suku bunga Pasar Uang Antar Bank sebagai sasaran operasional kebijakan moneter, sehingga suku bunga PUAB tidak terlalu melebar dari acuannya (BI rate). Bank Indonesia selalu berusaha untuk menjaga dan memenuhi kebutuhan likuiditas perbankan secara seimbang sehingga terbentuk suku bunga yang wajar dan stabil melalui kebijakan moneter (operasi pasar terbuka). Berkembangnya perbankan dengan prinsip syariah di Indonesia menyebabkan instrumen Pasar Uang Antar Bank tidak dapat diterapkan pada perbankan syariah. Hal ini dikarenkan perbankan syariah tidak boleh menggunakan sistem bunga. Instrumen Pasar Uang Antar Bank yang menggunakan prinsip syariah (PUAS) diterbitkan untuk menjaga likuiditas perbankan syariah. Instrumen PUAS ini diatur dalam peraturan Bank Indonesia NO.2/8/PBI/2000.

17 Equivalent Rate Pembiayaan Dan Suku Bunga Kredit Suku bunga adalah satu komponen utama dalam kebijakan ekonomi konvensional yang berarti biaya yang harus dibayarkan oleh peminjam atas pinjaman yang diterima dan merupakan imbalan dari pemberi pinjaman atas investasinya. Fahmi (2010) menjelaskan bahwa bunga kredit adalah sejumlah nilai uang yang diwajibkan kepada pihak yang meminjamnya dengan perhitungan berdasarkan persentase dan dilakukan berdasarkan periode atau waktu yang ditentukan. Selain itu, pengertian bunga kredit adalah suatu jumlah ganti rugi atau balas jasa atas penggunaan uang oleh nasabah bank, bagi pengusaha kredit berarti nasabah memerlukan suatu likuiditas untuk kegiatan usahanya. Pada bank syariah digunakan sistem bagi hasil. Bagi hasil merupakan komponen terpenting dalam sistem moneter syariah dan merupakan cerminan dari kinerja sektor riil. Pada bank syariah terdapat dua jenis keuntungan dari pembiayaan yang diberikan, yaitu margin keuntungan dan bagi hasil. Margin keuntungan adalah persentase tertentu yang ditetapkan oleh perbankan syariah terhadap produk pembiayaan yang berbasis Natural Certanty Contract atau akad bisnis yang memberikan kepastian pembayaran baik segi jumlah maupun waktu seperti murabahah, ijarah, salam, dan istisna. Sedangkan bagi hasil adalah nisbah yang ditetapkan terhadap produk-produk pembiayaan yang berbasis Natural Certainty Conract atau akad bisnis yang tidak memberikan kepastian pendapatan (return), baik dari segi jumlah maupun waktunya seperti musyarakah dan mudharabah (Karim, 2010). Pada operasionalnya bank syariah menggunakan equivalent rate pembiayaan sebagai indikasi persentase imbalan atas penanaman modal. Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai mekanisme transmisi moneter melalui jalur kredit atau pinjaman sudah cukup banyak dilakukan. Salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Rusydiana (2009), yang menyimpulkan bahwa semakin tinggi SWBI yang ditetapkan Bank Indonesia maka semakin rendah pembiayaan yang dilakukan oleh perbankan syariah. Selain itu, terdapat hubungan yang negatif antara pembiayaan syariah dan SBI. Semakin tinggi SBI maka menyebabkan penurunan pembiayaan syariah dan sebaliknya. Hal ini disebabkan jika Bank Indonesia menaikkan suku bunga maka memicu perbankan konvensional untuk menaikkan suku bunganya, baik pinjaman maupun deposito. Oleh karena itu, daya saing perbankan syariah turun menjadi kurang kompetitif. Penelitian yang dilakukan oleh Ayyuniah (2010) menjelaskan bahwa instrumen moneter konvensional memberikan guncangan yang lebih besar terhadap pertumbuhan sektor riil dibandingkan dengan instrumen moneter syariah karena proporsi instrumen moneter konvensional yang masih mendominasi sampai dengan 97% dari share perbankan nasional. Akan tetapi instrumen moneter syariah memiliki karakteristik yang lebih stabil dibandingkan dengan variabel moneter konvensional. Selain itu disimpulkan bahwa kebijakan moneter baik ekspansif maupun kontraktif dengan instrumen suku bunga SBI tidak mampu memengaruhi jumlah penawaran kredit investasi bank umum. Hal ini menjadi bukti bahwa