PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.1320/HK.205/DRJD/2005 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.2332/AJ.201/DRJD/2008 TENTANG

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT, bahwa dalam rangka peningkatan pelayanan dan

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR: SK.1321/AJ.401/DRJD/2005

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 34 TAHUN 2018 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS PADA MASA ANGKUTAN LEBARAN TAHUN 2018

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : PM. 62 TAHUN 2011 PENGATURAN WAKTU OPERASI KENOARAAN ANGKUTAN BARANG 01 JALAN TOL OALAM KOTA 01 OKI JAKARTA

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR: SK 3229/AJ 401/DRJD/2006 TENTANG TATA CARA PENOMORAN RUTE JALAN

2017, No Bermotor dan Penutupan Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor Pada Masa Angkutan Lebaran; Mengingat : 1. Undang-Undang Republik

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN. NOMOR : 60 Tahun 2006 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.603/AJ 401/DRJD/2007 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Nomor : 1453/HK.402/DRJD/2005

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK 113/HK.207/DRJD/2010 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 62 TAHUN 1993 T E N T A N G ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS MENTERI PERHUBUNGAN,

BENTUK, WARNA DAN UKURAN SURAT PERSETUJUAN PENGANGKUTAN ALAT BERAT DAN PENGANGKUTAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KP.288 TAHUN 2008 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 90 TAHUN 2002 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 85 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERLAKUAN KEWAJIBAN MELENGKAPI DAN MENGGUNAKAN SABUK KESELAMATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN

NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PENGATURAN PEMBATASAN JAM OPERASIONAL KENDARAAN ANGKUTAN TANAH DAN PASIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 65 TAHUN 1993 T E N T A N G FASILITAS PENDUKUNG KEGIATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 51 TAHUN 2005 TENTANG

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.1187/HK.402/DRJD/2002

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.276/AJ-401/DRJD/10 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.2435 / AJ.409 / DRJD / 2007 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Nomor: SK.3315/AJ.405/DRJD/ /HM.101/DRJD/2005 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.984/AJ. 401/DRJD/2005 TENTANG

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Nomor : SK. 75/AJ.601/DRJD/2003. Tentang PENYELENGGARAAN POOL DAN AGEN PERUSAHAAN OTOBUS (PO)

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Nomor: SK.4285/AJ.402/DRJD/2007

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.1186/HK.402/DRJD/2002

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT SELAKU KOORDINATOR PELAKSANA TINGKAT NASIONAL ANGKUTAN LEBARAN TERPADU TAHUN 2006 (1427 H) TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

b. bahwa dalam rangka kebutuhan transportasi dan penanggulangan muatan lebihdi pulau Jawa, diperlukan penetapan kelas jalan;

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : HK.205/1/1/DRJD/2006 TENTANG

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA TA PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Nomor: SK.2891 / AJ.405 / DRJD / 2007 SKK.747/HM.101/DRJD/2005 TENTANG

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Nomor : SK. 3214/HK.402/DRJD/2006 TENTANG

INPRES 3/2004, KOORDINASI PENYELENGGARAAN ANGKUTAN LEBARAN TERPADU *52350 INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (INPRES) NOMOR 3 TAHUN 2004 (3/2004)

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Nomor: SK.2892 / AJ.405 / DRJD / 2007 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMBATASAN ANGKUTAN BARANG PADA RUAS JALAN PROVINSI RUAS JALAN SAKETI-MALINGPING-SIMPANG

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 14 TAHUN 2006 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Kendaraan bermotor dalam perkembangannya setiap hari

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 14 TAHUN 2006 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 5 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN PENIMBANGAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 60 TAHUN 1993 T E N T A N G MARKA JALAN MENTERI PERHUBUNGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI

KEPUTUSAN DI REKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Nomor : SK.1858/ HK.402/ DRJD/ 2003

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR PM 8 TAHUN 2011

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Nomor : SK.1763/AJ.501/DRJD/2003 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 18 TAHUN 2018 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS SELAMA MASA PEMBANGUNAN

4. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas Lalu Lintas, Angkutan Jalan, Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

GUBERNUR GORONTALO KEPUTUSAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 250 / 11 / VI /2015 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 4104/2003 TENTANG

TENTANG MENTERI PERHUBUNGAN

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 22 Tahun 2010 TENTANG PENGENDALIAN LALULINTAS ANGKUTAN BARANG DI RUAS JALAN CADAS PANGERAN GUBERNUR JAWA BARAT,

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG

LAPORAN SEMENTARA ANALISA DAN EVALUASI ANGKUTAN LEBARAN TAHUN 2011 (1432 H) PADA H-7 S.D H+6

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN. NOMOR : 14 TAHUN 2007 KM. 74 Tahun 1990 TENTANG KENDARAAN PENGANGKUT PETI KEMAS DI JALAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 291 /KPTS/013/2013

WALIKOTA SURABAYA KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : / 94 / / 2010 T E N T A N G BADAN PERTIMBANGAN TRANSPORTASI KOTA SURABAYA

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH TENTANG PENGAWASAN MUATAN ANGKUTAN BARANG DI JALAN DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 15 TAHUN 2012

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KRITERIA TEKNIS KENDARAAN BERMOTOR

c. bahwa sehubungan dengan pertimbangan di atas, perlu ditetapkan Persyaratan Teknis Sabuk Keselamatan dengan Keputusan Menteri Perhubungan;

WALIKOTA SURABAYA KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : / 67/ / 2009 T E N T A N G BADAN PEMBINA TRANSPORTASI KOTA SURABAYA

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON TAHUN 2014 SERI BUPATI CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

WALIKOTA SURABAYA KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : /361/ /2010 T E N T A N G FORUM LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN KOTA SURABAYA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2015, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Republik Indonesia Nomor 5587); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang J

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 09 TAHUN 2006 TENTANG KELAS JALAN DAN PENGAMANAN PERLENGKAPAN JALAN DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BUPATI TOLITOLI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN LALULINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

WALIKOTA SURABAYA KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : /51/ /2011 T E N T A N G FORUM LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN KOTA SURABAYA

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR2TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN BONGKAR MUAT BARANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG IZIN TRAYEK DAN PENGENDALIAN LALU LINTAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 04 TAHUN 2003 TENTANG PERLENGKAPAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GRESIK

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 66 TAHUN 1993 T E N T A N G FASILITAS PARKIR UNTUK UMUM MENTERI PERHUBUNGAN,

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 013 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN TENTANG TARIF ANGKUTAN PENYEBERANGAN LINTAS ANTAR PROPINSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN 2010 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

Transkripsi:

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.1320/HK.205/DRJD/2005 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS DAN PENGATURAN ANGKUTAN BARANG PADA MASA ANGKUTAN LEBARAN TAHUN 2005 (1426 H) DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Menimbang : a. bahwa dalam rangka peningkatan pelayanan dan kelancaran arus lalu lintas pada masa Angkutan Lebaran Tahun 2005/1426 H dipandang perlu untuk mengadakan pengaturan lalu lintas dan pengaturan angkutan barang; b. bahwa dengan pertimbangan huruf a, perlu ditetapkan dengan Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat tentang Pengaturan Lalu Lintas dan Pengaturan Angkutan Barang Pada Masa Angkutan Lebaran Tahun 2005(1426 H); Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3480); 2. Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839); 3. Undang Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Tahun 1980 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3186); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan (Lembaran Negara Tahun 1993 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3527); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana Lalu Lintas Jalan (Lembaran Negara Tahun 1993 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3529);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi (Lembaran Negara Tahun 1993 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3530); 7. Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952); 8. Keputusan Presiden R.I. Nomor 102 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005; 9. Instruksi Presiden R.I Nomor 3 Tahun 2004 tentang Koordinasi Penyelenggaraan Angkutan Lebaran Terpadu; 10. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM.61 Tahun 1993 tentang Rambu-rambu Lalu Lintas di Jalan jo Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 63 Tahun 2004 tentang Perubahan Kepmenhub Nomor 61 Tahun 1993 tentang Rambu Rambu Lalu Lintas Jalan; 11. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM.69 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Angkutan Barang di Jalan; 12. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 35 Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang Di Jalan Dengan Kendaraan Umum; 13. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM.43 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perhubungan; 14. Peraturan menteri Perhubungan Nomor KM. 58 Tahun 2005 tentang Rencana Operasi Angkutan Lebaran Terpadu Tahun 2005/1426 H; 15. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP. 230 Tahun 2005 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Penyelenggaraan Angkutan Lebaran Terpadu Tahun 2005/1426 H. MEMUTUSKAN Menetapkan : DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS DAN PENGATURAN ANGKUTAN BARANG PADA MASA ANGKUTAN LEBARAN TAHUN 2005 (1426 H) BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam keputusan ini yang dimaksud dengan : 1. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Perhubungan Darat. 2. Kepala Dinas Propinsi adalah Kepala Dinas Propinsi yang bertanggung jawab di bidang lalu lintas dan angkutan jalan. 3. Kepala Dinas Kabupaten/Kota adalah Kepala Dinas Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab di bidang lalu lintas dan angkutan jalan. 4. Kepolisian RI adalah unit kepolisian di tingkat wilayah atau resor yang bertanggung jawab di bidang lalu lintas. BAB II PENGATURAN LALU LINTAS Pasal 2 Untuk mewujudkan kelancaran dan ketertiban dalam penyelenggaraan Angkutan Lebaran Tahun 2005/1426 H, perlu dilakukan pengaturan lalu lintas dimulai tanggal 27 Oktober 2005 (H-7) pukul 00.00 WIB s/d tanggal 11 Nopember 2005 (H+7) pukul 24.00 WIB. Pasal 3 (1) Pengaturan lalu lintas apabila terjadi kemacetan lalu lintas pada jalur utama di pulau Jawa, dengan pengalihan lalu lintas secara dinamis dan situasional terhadap kendaraan angkutan penumpang tidak umum dan kendaraan angkutan barang ke jalur utama lainnya atau ke jallur alternatif. (2) Pengaturan arus lalu lintas terhadap kendaraan angkutan penumpang umum tetap menggunakan ruas jalan sesuai dengan perijinannya. Pasal 4 (1) Jalur utama di Pulau Jawa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) adalah : a) Jalur Pantai Utara (Pantura) dengan ruas jalan (Jalan Tol Jakarta Cikampek) Pamanukan Lohbener Cirebon Brebes Tegal Semarang. b) Jalur Pantai Selatan dengan ruas jalan (Jalan Tol Jakarta Cikampek) (Jalan Tol Purbaleunyi) Nagrek Tasikmalaya Ciamis Banjar Majenang Wangon Kebumen Purworejo Yogyakarta.

(2) Pengalihan antar jalur utama dari jalur Pantura ke jalur Selatan atau sebaliknya sebagaimana dimaksud Pasal 3 ayat (1) dapat melalui ruas jalan: a) Cileunyi Sumedang Kadipaten Palimanan b) Tegal Slawi Prupuk Bumiayu Ajibarang Wangon c) Semarang Ungaran Bawen Secang Magelang Purworejo (3) Jalur alternatif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) dapat melalui ruas jalan Sadang Subang Cijelag Kadipaten Majalengka Cikijing Kuningan Ciledug Ketanggungan Slawi. (4) Jalur alternatif selain sebagaimana dimaksud ayat (3) dapat ditentukan secara regional atau lokal sesuai keadaan di lapangan. Pasal 5 (1) Dalam pelaksanaan pengaturan lalu lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1), perlu dilakukan pemasangan rambu petunjuk serta rambu larangan dan/atau perintah di lokasi pengalihan lalu lintas; (2) Bagi pengemudi yang melanggar antrian akan dilakukan penindakan hukum dan dikenakan pasal pelanggaran rambu lalu lintas oleh Petugas Kepolisian RI yang didahului dengan sosialisasi secara berkesinambungan. BAB III PENGOPERASIAN ANGKUTAN BARANG Pasal 6 Untuk mendukung kelancaran pada masa puncak angkutan Lebaran, kendaraan pengangkut bahan bangunan dan kendaraan pengangkut barang bersumbu lebih dari 2 (dua), truk tempelan, truk gandengan dan kontainer mulai tanggal 30 Oktober 2005 (H-4) pukul 00.00 WIB s/d tanggal 3 November 2005 (H1)) pukul 24.00 WIB di Pulau Jawa dilarang beroperasi, kecuali untuk angkutan BBM, ternak, bahan pokok (beras, gula pasir, terigu, minyak goreng, cabe merah, bawang merah, kacang tanah, daging sapi, daging ayam dan telur), pupuk, susu murni dan barang antaran pos. Pasal 7 (1) Untuk pengangkutan barang-barang ekspor/impor dengan kontainer yang menuju/dari dan ke pelabuhan Tanjung Priok, Tanjung Perak dan Tanjung Mas serta sebaliknya tidak diperbolehkan beroperasi kecuali mendapat persetujuan tertulis (dispensasi) dan tidak mengganggu kelancaran lalu lintas pada jalur utama Angkutan Lebaran 2005/1426 H. (2) Persetujuan sebagaimana dimaksud ddalam ayat (1) dengan penetapan ruas jalan yang dilalui dan jadual waktu diberikan oleh Kepala Dinas Propinsi tempat asal keberangkatan kendaraan. (3) Tanda persetujuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) wajib dipasang pada kaca depan kendaraan.

(4) Pengaturan arus lalu lintas dan realisasi persetujuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) harus dilaporkan kepada Direktur Jenderal pada hari pertama setelah pemberian persetujuan. BAB IV PENGGOPERASIAN JEMBATAN TIMBANG Pasal 8 (1) Untuk mendukung kelancaran lalu lintas pada masa angkutan Lebaran, pengoperasian jembatan timbang di seluruh Indonesia ditutup mulai tanggal 27 Oktober 2005 (H-7) pukul 00.00 WIB s/d tanggal 11 November 2005 (H+7)) pukul 24.00 WIB. (2) Penutupan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan oleh Kepala Dinas Propinsi setempat. BAB V PELAKSANAAN PENGATURAN LALU LINTAS DAN PENGGOPERASIAN ANGUTAN BARANG Pasal 9 (1) Pelaksanaan pengaturan arus lalu lintas dilakukan oleh : a. Kepolisian RI; b. Dinas Propinsi; c. Dinas Kabupaten/Kota; d. Pengelola Jalan Tol. (2) Kepolisian RI sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a mempunyai tugas : a. mengkoordinaskani pengaturan arus lalu lintas dalam zona pengendaliannya; b. pengamanan dan pengawasan lalu lintas; c. penindakan terhadap pelanggaran lalu lintas di jalan; d. pengendalian lalu lintas sepeda motor secara berkelompok. (3) Dinas Propinsi sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b mempunyai tugas : a. penetapan jalur arternatif angkutan lebaran sesuai kewenangannya; b. koordinasi dengan Polisi dalam pengaturan arus lalu lintas; c. penerbitan dispensasi angkutan kontainer dari dan ke pelabuhan ekspor impor; d. menutup jembatan timbang selama H-7 sampai dengan H+7; e. melakukan kebijakan untuk dispensasi angkutan kontainer sesuai dengan kondisi daerah masing-masing;

f. melakukan penindakan terhadap pelanggaran pengoperasian kendaraan angkutan barang; g. melaksanakan manajemen dan rekayasa lalu lintas di jalan angkutan lebaran sesuai kewenangannya; h. melaporkan kebijakan yang berkaitan dengan angkutan lebaran kepada Direktur Jenderal selaku koordinator penyelenggaraan angkutan lebaran tingkat Nasional; i. melakukan sosialisasi peraturan ini melalui media massa, spanduk atau selebaran maupun petugas lapangan kepada masyarakat. (4) Dinas Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf c mempunyai tugas : a. penetapan jalur alternatif angkutan lebaran; b. berkordinasi dengan Polisi dalam pengaturan lalu lintas; c. melakukan penindakan terhadap pelanggaran pengoperasian kendaraan angkutan umum; d. melaksanakan manajemen dan rekayasa lalu lintas di jalan untuk jalur angkutan lebaran sesuai kewenangannya; e. melaporkan kebijakan yang berkaitan dengan angkutan lebaran kepada Direktur Jenderal selaku koordinator penyelenggaraan angkutan lebaran tingkat Nasional; f. melakukan sosialisasi peraturan ini melalui media massa, spanduk atau selebaran maupun petugas lapangan kepada masyarakat (5) Pengelola jalan tol sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf c mempunyai tugas : a. berkoordinasi dengan Polisi dan Dinas Perhubungan dalam pengaturan arus lalu lintas di jalan tol; b. melaporkan kondisi lalu lintas dan kejadian kepada Direktur Jenderal segera mungkin. BAB VI PENGAWASAN DAN SANKSI Pasal 10 Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Direktorat Jenderal mengawasi pelaksanaan peraturan ini Pasal 11

Pelanggaran terhadap larangan dan perintah sebagaimana ketentuan tersebut dalam peraturan ini dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan perundangundangan lainnya yang berlaku. BAB VII PENUTUP Pasal 12 Peraturan ini mulai berlaku sejak ditetapkan dan berakhir pada akhir masa pelayanan angkutan lebaran (H+7) tanggal 11 Nopember 2005. Ditetapkan di : Jakarta Pada tanggal : 26 September 2005 DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT ttd Ir. ISKANDAR ABUBAKAR, MSc. NIP. 120 092 889 Tembusan Yth.: 1. Menteri Sekretaris Kabinet; 2. Menteri Perhubungan; 3. Menteri Dalam Negeri; 4. Menteri Perindustrian; 5. Menteri Perdagangan; 6. Menteri Pekerjaan Umum; 7. Menteri Komunikasi dan Informatika; 8. Panglima TNI; 9. Kapolri; 10. Ka Babinkam POLRI; 11. Gubernur, Bupati dan Walikota di wilayah Lampung, Pulau Jawa dan Bali 12. Sekjen Departemen Pehubungan; 13. Inspektur Jenderal Departemen Perhubungan; 14. Direktur Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum; 15. Direktur Lalu Lintas Mabes POLRI; 16. Para Kepala Dinas Perhubungan /Dinas LLAJ Propinsi di seluruh Indonesia; 17. Dirut BUMN di lingkungan Ditjen Perhubungan Darat; 18. Direktur Utama PT. Jasa Marga (Persero); 19. Direktur Utama PT. Jasa Raharja (Persero); 20. Ketua DPP ORGANDA.