HUBUNGAN TEGANGAN INPUT KOMPRESOR DAN TEKANAN REFRIGERAN TERHADAP COP MESIN PENDINGIN RUANGAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH JENIS REFRIGERANT DAN BEBAN PENDINGINAN TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN

Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Suction Line terhadap Kinerja Mesin Pendingin

PENGARUH MEDIA PENDINGIN AIR PADA KONDENSOR TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN

Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin. Galuh Renggani Wilis, ST.,MT

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH KECEPATAN PUTAR POROS KOMPRESOR TERHADAP PRESTASI KERJA MESIN PENDINGIN AC

Analisa Performansi Sistem Pendingin Ruangan dan Efisiensi Energi Listrik padasistem Water Chiller dengan Penerapan Metode Cooled Energy Storage

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008 ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump

PENGARUH KECEPATAN UDARA PENDINGIN KONDENSOR TERHADAP KOEFISIEN PRESTASI AIR CONDITIONING

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Rangkaian Alat Uji Dan Cara Kerja Sistem Refrigerasi Tanpa CES (Full Sistem) Heri Kiswanto / Page 39

UNJUK KERJA MESIN PENDINGIN KOMPRESI UAP PADA BEBERAPA VARIASI SUPERHEATING DAN SUBCOOLING

Sistem pendingin siklus kompresi uap merupakan daur yang terbanyak. daur ini terjadi proses kompresi (1 ke 2), 4) dan penguapan (4 ke 1), seperti pada

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR

BAB II LANDASAN TEORI

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air

Ahmad Farid* dan Moh. Edi.S. Iman Program Studi Teknik Mesin, Universitas Pancasakti Tegal Jl. Halmahera km 1, Tegal *

ANALISA VARIASI BEBAN PENDINGIN UDARA KAPASITAS 1 PK PADA RUANG INSTALASI UJI DENGAN PEMBEBANAN LAMPU. Mustaqim, Rusnoto, Slamet Subedjo ABSTRACT

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Cooling Tunnel

BAB II LANDASAN TEORI

MULTIREFRIGERASI SISTEM. Oleh: Ega T. Berman, S.Pd., M,Eng

ANALISA KEBUTUHAN BEBAN PENDINGIN DAN DAYA ALAT PENDINGIN AC UNTUK AULA KAMPUS 2 UM METRO. Abstrak

AIR CONDITIONING SYSTEM. Oleh : Agus Maulana Praktisi Bidang Mesin Pendingin Pengajar Mesin Pendingin Bandung, 28 July 2009

LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC NPM : NPM :

Pengaruh Variasi Putaran Poros Kompresor Terhadap Performansi Sistem Refrigrasi

ANALISA WAKTU SIMPAN AIR PADA TABUNG WATER HEATER TERHADAP KINERJA AC SPLIT 1 PK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

PENENTUAN EFISIENSI DAN KOEFISIEN PRESTASI MESIN PENDINGIN MERK PANASONIC CU-PC05NKJ ½ PK

Gambar 5. Skematik Resindential Air Conditioning Hibrida dengan Thermal Energy Storage

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI 2012

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split

ANALISA PERUBAHAN DIAMETER PIPA KAPILER TERHADAP UNJUK KERJA AC SPLIT 1,5 PK. Abstrak

Pengaruh Penggunaan Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Efisiensi Mesin Pendingin Siklus Kompresi Uap

BAB II. Prinsip Kerja Mesin Pendingin

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 05, No. 3, Oktober

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. temperatur di bawah 123 K disebut kriogenika (cryogenics). Pembedaan ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara

BAB II LANDASAN TEORI

Analisa Performansi Sistem Pendingin Ruangan dan Efisiensi Energi Listrik padasistem Water Chiller dengan Penerapan Metode Cooled Energy Storage

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Blood Bank Cabinet

Heroe Poernomo 1) Jurusan Teknik Permesinan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, Indonesia

KAJI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK TERMODINAMIKA DARI PEMANASAN REFRIGERANT 12 TERHADAP PENGARUH PENDINGINAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menggunakan jenis laporan eksperimen dan langkah-langkah sesuai standar. Mitshubisi Electrik Room Air Conditioner

berkembangnya entah sudah berapa banyak mesin yang tercipta hingga saat ini. Mulai dari bentuk pengoperasiannya yang secara manual hingga otomatis. Me

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 2013 ISSN X

PENGARUH VARIASI MASSA REFRIGERAN R-12 DAN PUTARAN BLOWER EVAPORATOR TERHADAP COP PADA SISTEM PENGKONDISIAN UDARA MOBIL. Abstrak

ANALISA KINERJA MESIN REFRIGERASI RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI REFRIGERAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 sistem Blast Chiller [PT.Wardscatering, 2012] BAB II DASAR TEORI

Bab IV Analisa dan Pembahasan

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Pengertian Sistem Tata Udara

SISTEM REFRIGERASI. Gambar 1. Freezer

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor

DASAR TEKNIK PENDINGIN

Tugas akhir Perencanan Mesin Pendingin Sistem Absorpsi (Lithium Bromide) Dengan Tinjauan Termodinamika

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya jumlah dan kualitas dari udara yang dikondisikan tersebut dikontrol.

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah...

Bab IV Analisa dan Pembahasan

Program pemeliharaan. Laporan pemeliharaan

PERBANDINGAN UNJUK KERJA FREON R-12 DAN R-134a TERHADAP VARIASI BEBAN PENDINGIN PADA SISTEM REFRIGERATOR 75 W

STUDI KINERJA MESIN PENGKONDISI UDARA TIPE TERPISAH (AC SPLIT) PADA GERBONG PENUMPANG KERETA API EKONOMI

PERFORMANSI RESIDENTIAL AIR CONDITIONING HIBRIDA DENGAN STANDBY MODE MENGGUNAKAN REFRIGERAN HCR-22 UNTUK PENDINGIN DAN PEMANAS RUANGAN

BAB IV METODE PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perbaikan Dan Uji Kebocoran Mesin Pendingin Absorpsi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Air Conditioning (AC) adalah suatu mesin pendingin sebagai sistem pengkondisi

BAB II LANDASAN TEORI. Refrigerasi merupakan suatu media pendingin yang dapat berfungsi untuk

MODUL PRAKTIKUM. Disusun Oleh: MUHAMMAD NADJIB, S.T., M.Eng. TITO HADJI AGUNG S., S.T., M.T.

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Daya tumbuh benih kedelai dengan kadar air dan temperatur yang berbeda

STUDI EKSPERIMEN PENGGUNAAN LPG SEBAGAI FLUIDA PENDINGIN PENGGANTI REFRIGERANT R22 PADA MESIN PENGKONDISIAN UDARA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

TUGAS AKHIR PERANCANGAN ULANG MESIN AC SPLIT 2 PK. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Mencapai Gelar Strata Satu ( S-1 ) Teknik Mesin

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PERKULIAHAN

Laporan Tugas Akhir 2012 BAB II DASAR TEORI

IV. METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS BEBAN PENDINGINAN DAN KALOR UNIT PENGKONDISIAN UDARA DAIHATSU XENIA

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu mesin refrigerasi akan mempunyai tiga sistem terpisah, yaitu:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bahan Penelitian Pada penelitian ini refrigeran yang digunakan adalah Yescool TM R-134a.

ANALISA PERBANDINGAN KONSUMSI LISTRIK PADA AC SPLIT BERBAHAN PENDINGIN R-22 DENGAN AC SPLIT BERBAHAN PENDINGIN MC-22 SUHARTO JONI SANTOSO (L2F304279)

KAJI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK PIPA KAPILER DAN KATUP EKSPANSI TERMOSTATIK PADA SISTEM PENDINGIN WATER-CHILLER

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB III DATA ANALISA DAN PERHITUNGAN PENGKONDISIAN UDARA

PERANCANGAN SISTEM PENDINGIN UNTUK PEMBEKUAN IKAN PADA KONTAINER KAPASITAS 8 TON

PENGARUH PENGGUNAAN KATUP EKSPANSI JENIS KAPILER DAN TERMOSTATIK TERHADAP TEKANAN DAN TEMPERATUR PADA MESIN PENDINGIN SIKLUS KOMPRESI UAP HIBRIDA

Simposium Nasional RAPI XVI 2017 FT UMS ISSN

BAB II DASAR TEORI Prinsip Kerja Mesin Refrigerasi Kompresi Uap

ANALISA PENGARUH ARUS ALIRAN UDARA MASUK EVAPORATOR TERHADAP COEFFICIENT OF PERFORMANCE

Jurnal Pembuatan Dan Pengujian Alat Uji Prestasi Sistem Pengkondisian Udara (Air Conditioning)Jenis Split

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

HUBUNGAN TEGANGAN INPUT KOMPRESOR DAN TEKANAN REFRIGERAN TERHADAP COP MESIN PENDINGIN RUANGAN Eko Budiyanto Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyan Metro Jl. KH. Dewantara No. 116 Metro Telp. (0725) 45932-42445 Kode Pos 34111 eko_budiyanto99@yahoo.com Abstrak Listrik merupakan sumber energi utama pada peralatan elektronik terutama pada AC ( air conditioner), sehingga besar kecilnya tegangan listrik sangat mempengaruhi kinerja mesin. Selain tegangan listrik, kerja mesin pendingin juga dipengaruhi oleh tekanan refrigeran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tegangan input kompresor dan tekanan refrigeran terhadap COP serta untuk mengetahui perubahan temperatur yang terjadi pada evaporator dan kondensor karena pengaruh tegangan input kompresor dan tekanan refrigeran. Penelitian dilakukan dengan cara melakukan pengambilan data pada AC split dengan tegangan input kompresor yang divariasikan 200V, 210V, 220V, dan 230V (tekanan refrigeran 70 Psi). Selain memvariasikan tegangan input kompresor juga memvariasikan pada tekanan refrigeran yaitu pada tekanan refrigeran 30 Psi, 50 Psi, dan 70 Psi (tegangan input kompresor 220V). Dari hasil perhitungan data diperoleh nilai COP pada tegangan input kompresor 200V, 210V, 220V, dan 230V masing-masing adalah 16,87; 17,855; 19,865; dan 18,23. COP pada tekanan refrigeran 30 Psi, 50 Psi, dan 70 Psi masing-masing adalah 14,980; 17,296; 19,865. Dari besarnya nilai COP pada beberapa varian percobaan didapatkan hasil bahwa tegangan input kompresor yang paling baik adalah 220V dan tekanan refrigeran yang paling baik adalah 70Psi. Kata Kunci : AC, kompresor, tekanan, refrigeran, COP PENDAHULUAN Sekarang ini penggunaan mesin pendingin semakin luas pada masyarakat dari rumah tinggal, perkantoran, hotel, mobil, rumah sakit, dan industri. Pemakaian mesin pendingin bervariasi dari yang berkapasitas kecil, sedang, hingga besar. Mesin pendingin adalah pengaplikasian dari hukum termodinamika yang kemudian muncul istilah refrigerasi dan pengkondisian udara. Bidang refrigerasi dan pengkondisian udara saling berkaitan, tetapi masing-masing mempunyai ruang lingkup yang berbeda. Pengkondisian udara berupa pengaturan suhu, pengaturan kelembaban dan kualitas udara sedangkan refrigerasi digunakan untuk kebutuhan proses tertentu seperti pendinginan untuk rumah tangga, keperluan umum, dan industri antara lain meliputi : cold storage, ice scating rinks, desalting, pemrosesan makanan dan minuman, industri kimia, dan industri manufaktur. Dalam proses pendinginan diperlukan input energi dari luar. Input energi ini berupa energi listrik. Daya listrik berperan penting sebagai sumber energi dan besarnya daya listrik dipengaruhi oleh besar tegangan listrik yang terjadi sehingga besar tegangan listrik dapat berpengaruh terhadap putaran kompresor yang tentu saja berpengaruh pula terhadap kualitas pendinginannya. Mesin pendingin adalah sebuah sistem dengan siklus kerja tertutup, karena berhubungan dengan tekanan fluida yang berada di dalamnya yaitu refrigeran. Refrigeran memiliki banyak jenis, berbeda jenis refrigeran akan berbeda pula besar tekanan yang dibutuhkan dalam proses pendinginan. Selain tegangan listrik, besar tekanan refrigeran juga memberikan pengaruh terhadap hasil pendinginan. Semakin rendah tekanan refrigeran akan membuat kerja kompresor menjadi ringan tetapi hasil pendinginannya akan menurun. Untuk mengetahui pengaruh dari tegangan listrik dan tekanan refrigeran terhadap kinerja mesin pendingin tersebut maka perlu adanya perhitungan data yang menunjukkan hubungan tegangan listrik dan tekanan refigeran terhadap COP (s) mesin pendingin ruangan dengan menvariasikan tegangan input kompresor AC dan menurunkan tekanan refrigerannya. TURBO ISSN 2301-6663 Vol. 3 N0. 1 17

LANDASAN TEORI Pengertian Refrigrasi Refrigerasi adalah sebuah alat siklus yang prinsip kerjanya berdasarkan hukum termodinamika kedua atas pernyataan Clausius yang dapat diungkapkan sebagai berikut : Adalah tidak mungkin membuat sebuah alat yang beroperasi dalam sebuah siklus tanpa adanya efek dari luar untuk mentransfer panas dari media bertemperatur rendah ke media bertemperatur tinggi (Filipno Harahap,1991) Pernyataan tersebut menjelaskan sistem dapat menghasilkan perpindahan kalor dari sumber yang dingin ke sumber yang lebih panas asalkan terdapat masukan berupa kerja atau energi. Prinsip utama mesin refrigerasi adalah untuk menurunkan temperatur agar materi atau ruangan dapat terjaga temperaturnya sesuai dengan kebutuhan dan kenyamanan yang dikehendaki. diinginkan/dipersyaratkan. Selain itu, mengatur aliran udara dan kebersihannya. Sistem penyegaran udara pada umumnya dibagi menjadi dua golongan utama yaitu : 1) Penyegaran udara untuk kenyamanan Menyegarkan udara ruangan untuk memberikan kenyamanan bagi penghuni yang berada didalam ruangan. Kondisi udara yang dirasakan nyaman oleh tubuh manusia adalah berkisar antara : Suhu dan kelembaban : 20 0 C hingga 26 0 C, 45% hingga 55% Kecepatan udara : 0,25 m/s 2) Penyegaran udara untuk industri.menyegarkan udara ruangan karena diperlukan oleh proses, bahan, peralatan atau barang yang ada di dalamnya. 2.1. Perhitungan Dalam Sistem Refrigerasi Siklus Refrigerasi Kompresi Uap Mesin refrigerasi dengan kompresi uap merupakan sistem yang terbanyak digunakan dalam proses refrigerasi. Prinsip dasar uap ini adalah uap ditekan kemudian diembunkan setelah itu tekanannya diturunkan agar cairan itu akan menguap kembali karena menyerap panas lingkungan. Dalam sistem kompresi diperlukan 4 komponen, yaitu kompresor, kondensor, katup ekspansi dan evaporator. Gambar 2. Diagram P h siklus kompresi uap ideal 1. Proses kompresi (1-2) Q w = h 2 h 1 Q w = Besarnya kerja kompresor, (kj/kg) h 1 = Entalpi refrigeran saat masuk kompresor, (kj/kg) h 2 = Entalpi refrigeran saat keluar kompresor, (kj/kg) Gambar 1. Siklus Refrigerasi Kompresi Uap Sistem Pengkondisian Udara Sistem pengkondisian udara/sistem tata udara adalah suatu proses mendinginkan/memanaskan udara sehingga dapat mencapai suhu dan kelembaban yang 2. Proses kondensasi (2-3) Q c = h 2 h 3 Q c = Besarnya panas dilepas di kondensor, (kj/kg) TURBO ISSN 2301-6663 Vol. 3 N0. 1 18

h 2 h 3 = Entalpi refrigeran saat masuk = Entalpi refrigeran saat keluar 3. Proses expansi (3-4) h 3 = h 4 h 3 = Entalpi refrigeran saat keluar h 4 = Entalpi refrigeran saat masuk 4. Proses evaporasi (4-1) pada tekanan standar (70 psi), pasang pengukur temperatur pada pipa masuk evaporator, pipa keluar evaporator, pipa masuk kondensor, pipa keluar kondensor, pipa masuk kompresor, hembusan kondensor, hembusan evaporator, dan pada ruangan. Operasikan sistem, dan atur tegangan pada regulator voltase pada level 220v, catat perubahan temperatur yang ditunjukkan oleh alat ukur setiap 10 menit sampai temperatur ruangan pada kondisi nyaman yaitu 23 0 c, lakukan pengukuran yang sama untuk level 200 v, 210 v, 230 v pada regulator voltase, setelah pengambilan data pada variasi tegangan, regulator diatur pada tegangan normal (220 v), turunkan tekanan menjadi 50 psi, lakukan pengambilan data, turunkan tekanan refrigeran pada 30 psi, lakukan pengambilan data. Q e = h 1 h 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Q e =Besarnya panas yang diserap di h 1 =Entalpi refrigeran saat keluar h 4 = Entalpi refrigeran saat masuk METODE PENELITIAN Desain Alat Uji Unit indoor ac dipasang di dalam ruangan, unit outdoor ac dipasang di luar ruangan, kabel suplai tegangan listrik yang menuju unit outdoor ac dihubungkan dengan input regulator voltase. Output regulator voltase dihubungkan dengan input tegangan listrik unit outdoor ac. Pada tekanan refrigeran standar tegangan listrik divariasikan. Pada tegangan listrik normal tekanan refrigeran divariasikan. Tahap Pengujian Alat Siapkan alat ukur dan unit ac, pasang unit indoor ac pada ruangan, pasang unit outdoor ac, pasang 2 buah pipa penghubung antara indoor unit dan outdoor unit, pastikan pipa terpasang dengan benar dan rapat, pasang kabel suplai tegangan listrik dari indoor unit agar terhubung dengan input regulator voltase, hubungkan output regulator voltase dengan input teganga listrik outdoor unit ac, pasang gauge manifold pada nepel pengisisan, sebelum unit ac diisi refrigeran terlebih dulu divakum dengan mesin vakum, isi refrigeran sampai Hasil Pengujian Alat Dari hasil pengujian dan pengukuran diperoleh beberapa data diantaranya adalah : beban pendinginan, hasil pengukuran pada tegangan 200V, hasil pengukuran pada tegangan 210V, hasil pengukuran pada tegangan 220V, dan hasil pengukuran pada tegangan 230 V. Beban pendinginan adalah 2 orang duduk tenang tanpa aktivitas dengan perolehan kalor 2x100 watt = 200 watt, 1 unit laptop 14 dengan daya 50 watt, 1 buah lampu neon dengan daya 18 watt. Total beban pendinginan = ( 200 + 50 + 18 ) watt = 268 watt. ( Supratman Hara,1982 ). Pembahasan Penyegar udara atau yang biasa disebut Air Conditioner (AC) dirancang dengan mempergunakan bahan atau unsur pendingin (Refrigeran) yang mempunyai sifat mekanis yang dimasukkan ke dalam suatu sistem peredaran udara untuk diedarkan melalui komponen-komponen utama penyegar yang telah dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menghisap atau menyerap suhu panas udara di dalam suatu ruangan dan memindahkan suhu panas udara tersebut keluar ruangan, sehingga tercapailah suatu penyegar udara yang ideal. Kompresor sebagai jantung dari sistem tata udara yang berguna untuk menghisap uap refrigeran dari ruang penampung uap. Ketika di dalam penampung uap, tekanannya diusahakan agar tetap rendah, supaya refrigeran senantiasa berada dalam keadaan uap dan bersuhu rendah. TURBO ISSN 2301-6663 Vol. 3 N0. 1 19

COP COP Lalu ketika di dalam kompresor, tekanan refrigeran dinaikkan sehingga memudahkan pencairannya kembali. Energi yang diperlukan untuk kompresi diberikan oleh motor listrik yang menggerakkan kompresor. Maka daya listrik memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap kerja kompresor. Pada kondisi ideal, besar tegangan listrik adalah 220 V. Namun pada kenyataannya terkadang kondisi tegangan listrik tidak selalu konstan 220 V. Tegangan listrik dibawah 220 V menyebabkan kompresor bekerja terlalu lamban sehingga ketercapaian waktu pendinginan ruangan yang ideal yaitu 23 0 C membutuhkan waktu yang lebih lama. Pada pengolahan data dan perhitungan, tampak bahwa besar tegangan input kompresor memberikan pengaruh yang besar terhadap COP mesin pendingin. Untuk tegangan input kompresor dibawah 220V yaitu 210V dan 200V, semakin kecil tegangan input kompresor membuat nilai COP menurun masing-masing 17,855 dan 16,87. Nilai COP paling tinggi didapat pada input tegangan kompresor 220V yaitu mencapai 19,865; selanjutnya pada tegangan diatas 220V yaitu 230V COP kembali turun menjadi 18,23. 20.5 20 19.5 19 18.5 18 17.5 17 16.5 16.5 16.87 17.855 19.865 200 210 220 230 Tegangan Input ( V ) Tekanan refrigeran 70 Psi 18.23 Gambar 3. Diagram nilai COP pada tegangan input kompresor yang berbeda Selain pada tegangan input kompresor, penurunan COP juga ditunjukkan pada saat terjadi penurunan tekanan refrigeran. Semakin kecil nilai tekanan refrigeran menyebabkan nilai COP menurun. Hasil pengolahan data dan perhitungan menunjukkan nilai COP sebesar 19,865 pada tekanan refrigeran 70Psi, 17,296 pada tekanan refrigeran 50Psi, dan 14,980 pada tekanan refrigeran 30Psi. 25 20 10 5 0 17.296 30 50 70 Tekanan refrigeran ( Psi ) tegangan input kompresor 19.865 Gambar 4. Diagram nilai COP pada tekanan refrigeran yang berbeda Pada tegangan input kompresor 200V membutuhkan waktu 62 menit agar tercapai hanya mencapai 70%. Sistem bekerja pada suhu pengembunan 52 0 C dan suhu penguapan 12 0 C. Pada tegangan input kompresor 210V membutuhkan waktu 55 menit agar tercapai hanya mencapai 70%. Sistem bekerja pada suhu pengembunan 49 0 C dan suhu penguapan 12 0 C. Saat mesin pendingin bekerja, temperatur terendah terjadi pada input evaporator dan temperatur tertinggi terjadi pada output kompresor atau input kondensor. Pada sekitar menit ke 20 awal, refrigeran yang ditampung pada accumulator mencapai titik beku sehingga terjadi bunga es pada bagian luar accumulator, namun hal ini tidak berlangsung lama yaitu sekitar -20 menit. Pada tegangan input kompresor 220V membutuhkan waktu 50 menit agar tercapai pengembunan 0 C dan suhu penguapan 50 0 C. Pada tegangan input kompresor 230V membutuhkan waktu 48 menit agar tercapai pengembunan 49 0 C dan suhu penguapan 13 0 C. Pada tekanan refrigeran 70 Psi membutuhkan waktu 50 menit agar tercapai TURBO ISSN 2301-6663 Vol. 3 N0. 1 20

pengembunan 50 0 C dan suhu penguapan 0 C. Pada tekanan refrigeran 50 Psi membutuhkan waktu 100 menit agar tercapai pengembunan 53 0 C dan suhu penguapan 13 0 C. Pada tekanan refrigeran 30 Psi sampai pada waktu 100 menit hanya konstan suhu ruangan 26 0 C. Kelembaban ruangan hanya mencapai 69 %. Sistem bekerja pada suhu pengembunan 52 0 C dan suhu penguapan 11 0 C. Data dan hasil perhitungan diatas menunjukkan bahwa input tegangan kompresor yang paling baik adalah 220 V dengan menghasilkan COP sebesar 19,865; sedangkan untuk tekanan refrigeran yang paling baik adalah pada tekanan refrigeran 70 Psi dengan menghasilkan COP sebesar 19,865. 2. Hara,Supratman.Stocker,W.f.,Jones,J.W. 1982. Refrigerasi Dan Pengkondisian Udara, Edisi Kedua, Erlangga, Jakarta.. 3. Reynolds, Wilbert F. dan W. Jones, Jerold. 1991. Thermodinamika Teknik. Edisi kedua. 4. Terjemahan Filipno Harahap. Penerbit Erlangga. Jakarta. 5. Ridwan. 1994. Teknik Pendingin. Gunadarma. Depok. 6. Sudjito, Saifuddin Baedoewie, Agung Sugeng, Diktat Termodinamika Dasar, Jakarta, Indonesia. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa : 1. Semakin kecil tegangan input kompresor membuat nilai COP menurun masingmasing 17,855 dan 16,87 pada tegangan input kompresor 210V dan 200V. Nilai COP paling tinggi didapat pada input tegangan kompresor 220V yaitu mencapai 19,865; dan pada tegangan 230V COP kembali turun menjadi 18,23. Semakin rendah tekanan refrigeran juga membuat nilai COP menurun. COP sebesar 19,865 pada tekanan refrigeran 70Psi, 17,296 pada tekanan refrigeran 50Psi, dan 14,980 pada tekanan refrigeran 30 Psi, 2. Perubahan temperatur yang terjadi pada evaporator dan kondensor yaitu masingmasing 12 0 C dan 52 0 C pada tegangan input kompresor 200V, 12 0 C dan 49 0 C pada tegangan input kompresor 210V, 0 C dan 50 0 C pada tegangan input kompresor 220V, 13 0 C dan 50 0 C pada tegangan input kompresor 230V, 0 C dan 50 0 C pada tekanan refrigeran 70Psi, 13 0 C dan 53 0 C pada tekanan refrigeran 50 Psi, dan 11 0 C dan 58 0 C pada tekanan refrigeran 30 Psi. DAFTAR PUSTAKA 1. Arismunandar, Wiranto. H.Saito. 1991. Penyegaran Udara. Edisi keempat, PT. Pradnya Paramita, Jakarta. TURBO ISSN 2301-6663 Vol. 3 N0. 1 21