TINJAUAN PUSTAKA. kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi. Pengembangan

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran matematika. Dengan pemahaman, siswa dapat lebih mengerti akan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk menggolongkan atau mengklasifikasikan sekumpulan objek yang biasanya

BAB II KERANGKA TEORITIS. mempunyai efek, dapat membawa hasil, berhasil guna. Efektivitas menunjukan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran dapat dimaknai sebagai landasan dasar untuk membentuk. atau mendisain program pembelajaran didalam kelas.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir

TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Komunikasi dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat

II. KERANGKA TEORITIS. kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang

TINJAUAN PUSTAKA. yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan. untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadi dalam diri seseorang dan interaksi dengan lingkungannya. Hal ini sesuai

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angkaangka,

II. TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu efektif juga dapat diartikan

BAB II LANDASAN TEORI. Kata komunikasi berasal dari bahasa latincommunicare, berarti. merupakan proses informasi ilmu dari guru kepada siswa.

BAB II KAJIAN TEORI. aktivitas untuk mencapai kemanfaatan secara optimal. yang bervariasi yang lebih banyak melibatkan peserta didik.

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah memperoleh. pengetahuan melalui alat indra yang disampaikan dalam bentuk perangsang

Akhlakul Karimah dan Irni Cahyani STKIP PGRI Banjarmasin

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen utama kebutuhan manusia. Melalui

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir

BAB II KAJIAN TEORI. emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap. baik secara fisik maupun secara mental aktif.

TINJAUAN PUSTAKA. Pemahaman berasal dari kata paham yang menurut Kamus Besar Bahasa

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 02/Tahun XVIII/November 2014

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

TINJAUAN PUSTAKA. siswanya dan dalam perencanaannya berupa suatu metode pembelajaran, agar tercapailah

PENERAPAN MODEL THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan potensi-potensi siswa dalam kegiatan pengajaran. Pendidikan

II. KAJIAN PUSTAKA. menyampaikan sesuatu seperti menjelaskan konsep dan prinsip kepada siswa.

II. TINJAUAN PUSTAKA. melakukan kegiatan belajar sejak dilahirkan. Syah (2006: 92) mengatakan bahwa

TINJAUAN PUSTAKA. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar, diantaranya adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. lemah menjadi kuat, dari tidak bisa menjadi bisa. Seperti diakatakan oleh Slameto

I. PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan zaman di era globalisasi menuntut setiap negara untuk

x y 5x masih siswa yang menjumlahkan suku-suku yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang tepat dan mencapai tujuan yang diinginkan. Efektivitas menekankan pada

TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Untuk

METODE THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS) Model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) merupakan salah satu model

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan pelajaran yang terdiri dari berbagai konsep yang tersusun

II. TINJAUAN PUSTAKA. hidup manusia sebagai makhluk sosial. Pembelajaran kooperatif merupakan. semua mencapai hasil belajar yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang ada dalam pendidikan kita yaitu rendahnya mutu

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Masalah yang muncul pada kehidupan setiap

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya.

EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 4, Nomor 1, April 2016, hlm 24-31

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan dan mengembangkan

I. PENDAHULUAN. manusia. Hampir seluruh aspek kehidupan manusia berhubungan dengan

PENERAPAN TEKNIK PEMBELAJARAN THINK PAIR SQUARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penyelesaian masalah bilangan pengertian tersebut terdapat pada Kamus Besar

PENGGUNAAN COOPERATIVE LEARNING

Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam

Eka Pratiwi Tenriawaru*, Nurhayati B, Andi Faridah Arsal. Program Studi Biologi, Fakultas MIPA Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa memahami konsep-konsep yang sulit dalam pemecahan masalah.

PEMBELAJARAN AKUNTANSI MELALUI METODE KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS)

II. TINJAUAN PUSTAKA. satunya model pembelajaran kooperatif. Secara bahasa kooperatif berasal dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah komunikasi berpangkal pada perkataan latin Communis yang artinya membuat

II. KERANGKA TEORETIS. Sesuatu yang telah dimiliki berupa pengertian-pengertian dan dalam batasan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2007:17) menjelaskan bahwa belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teori Hakikat Pembelajaran Matematika Menurut H.W. Fowler dalam Pandoyo (1997:1) Matematika merupakan mata

Oleh Ayu* Sonedi** Kata kunci: Hasil belajar Ekonomi, Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS)

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR- SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII MTs NEGERI NGRONGGOT NGANJUK

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok manusia dan memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembelajaran IPA di SMP Negeri 3 Pacitan khususnya pada

I. PENDAHULUAN. cara-cara berkomunikasi yang efektif, sehingga dapat dijadikan sebagai. kemampuan pemahaman konsep terhadap materi yang diajarkan.

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses untuk menumbuhkembangkan potensi dalam. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun

BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Kemampuan Komunikasi Matematis

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

Macam-Macam Model Pembelajaran

II. KAJIAN PUSTAKA. Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang

KAJIAN PUSTAKAN. yang mereka dapat dan kegiatan yang mereka lakukan. Menurut Hamalik (2001:

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Peran pendidikan sangat dibutuhkan dalam mempersiapkan dan

JURNAL SKRIPSI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (PTK

mengembangkan berbagai macam tingkat dan jenis sekolah.

BAB II KAJIAN TEORI. A. Minat. 1. Pengertian Minat Belajar. Besar kecilnya minat akan mempengaruhi keberhasilan bagi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

Dedi Kurniawan ABSTRAK

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha untuk menumbuhkembangkan potensi SDM melalui

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Berikut adalah beberapa teori yang relevan mengenai kemampuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. menjalankan pembelajaran di kelas. Ngalimun (2013: 28) mengatakan bahwa

I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses aktualisasi peserta didik melalui berbagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar pada hakikatnya merupakan aktivitas yang utama dalam serangkaian

BAB I PENDAHULUAN. dari ilmu yang lain, dengan kata lain matematika tumbuh dan berkembang

Transkripsi:

8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Kegiatan pembelajaran merupakan proses pendidikan yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi. Pengembangan potensi tersebut ditunjukkan dengan peningkatan kemampuan pada aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Hal tersebut sangat diperlukan untuk hidup, bermasyarakat, berbangsa, serta berkontribusi pada kesejahteraan umat manusia. Kegiatan pembelajaran sebagai aktivitas pemberdayaan potensi peserta didik mestinya berjalan efektif agar kompetensi harapan dapat muncul pada peserta didik. Uno (2007: 29) berpendapat bahwa efektivitas pembelajaran dapat diketahui dengan melihat tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran oleh peserta didik. Mulyasa (2006: 193) menyatakan bahwa pembelajaran dikatakan efektif jika mampu memberikan pengalaman baru dan membentuk kompetensi peserta didik, serta mengantarkan mereka ke tujuan yang ingin dicapai secara optimal. Efektivitas pembelajaran banyak bergantung kepada kesiapan dan cara belajar yang dilakukan oleh siswa itu sendiri, baik yang dilakukan secara mandiri maupun kelompok. Sutikno (2005: 32) mengungkapkan bahwa efektivitas pembelajaran berarti kemampuan dalam melaksanakan pembelajaran yang telah direncanakan

9 yang memungkinkan siswa untuk dapat belajar dengan mudah dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Dengan demikian, efektivitas pembelajaran merupakan tingkat keberhasilan pembelajaran yang dapat diukur melalui ketercapaian tujuan pembelajaran. Ketuntasan belajar merupakan kriteria dan mekanisme penetapan ketuntasan minimal yang ditetapkan di sekolah. Menurut Trianto (2007: 241), penentuan ketuntasan belajar ditentukan sendiri oleh masing-masing sekolah yang dikenal dengan kriteria ketuntasan minimal dengan berpedoman pada tiga pertimbangan, yaitu kemampuan setiap peserta didik yang berbeda-beda, fasilitas (sarana) setiap sekolah yang berbeda-beda, dan daya dukung setiap sekolah yang berbeda-beda. Ketuntasan belajar siswa yang sesuai dengan KKM pelajaran matematika di sekolah mencakup semua kemampuan matematika siswa, termasuk pemahaman konsep siswa. MTs Negeri 2 Bandarlampung menetapkan kriteria ketuntasan minimal adalah minimal 65 dari skala 100. Kemendikbud (2013: 24) menyatakan bahwa pernyataan ketuntasan belajar ini, ditunjukkan melalui hasil tes formatif siswa. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran adalah ukuran keberhasilan dari suatu kegiatan pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran. Efektivitas pembelajaran dilihat dari pencapaian tujuan pembelajaran yang terkait dengan pemahaman konsep matematika siswa. Berdasarkan standar yang ditetapkan oleh pihak MTs Negeri 2 Bandarlampung, tujuan pembelajaran dikatakan tercapai jika lebih dari 65% siswa telah memenuhi kriteria ketuntasan minimal sebesar 65.

10 B. Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS Secara harfiah, kooperatif berasal dari kata cooperative yang berarti bekerja sama. Salah satu aktivitas sosial yang membutuhkan kemampuan yang baik dalam kerja sama ialah aktivitas berkelompok. Lie (2004: 12) berpendapat bahwa sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling bekerja sama dalam tugas-tugas yang terstruktur disebut sistem pembelajaran gotong royong atau pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif secara nyata semakin meningkatkan kemampuan sikap sosial dan belajar pada siswa. Slavin (2005: 20) menyatakan bahwa dalam belajar kooperatif, siswa bekerja dalam suatu kelompok saling membantu untuk menguasai bahan ajar. Pada penggunaan model ini, siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil serta diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Suherman (2003: 260) mengartikan kerja kelompok (kooperatif) sebagai bekerja secara bersama-sama untuk menacapai hasil yang lebih baik. Penggunaan pembelajaran kooperatif mengharuskan penghimpunan siswa dalam kelompok kecil untuk saling bekerja sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan sebuah tugas, atau mengerjakan sesuatu bersama-sama. Kegiatan tersebut diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Kelman (Uno, 2007: 13) mengemukakan bahwa di dalam kelompok akan terjadi saling tukar pengaruh sosial antar siswa. Siswa akan saling menerima pengaruh sosial dari siswa lain karena (1) siswa tersebut memang berharap untuk menerimanya, (2) pandangan orang lain atau kelompok lain sesuai dengan salah satu sudut pandang kelompoknya, (3) pengaruh tersebut kongruen dengan sikap atau

nilai yang ia miliki. Keberlakuan tiga hal tersebut dipengaruhi tingkat efektivitas kerja kooperatif pada siswa. 11 Model pembelajaran kooperatif merupakan rangkaian kegiatan belajar yang meliputi semua jenis kerja kelompok yang diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan oleh guru. Menurut Sanjaya (2006: 241), terdapat empat unsur penting dalam pembelajaran kooperatif, yaitu: (1) adanya peserta didik yang terbagi dalam kelompok; (2) adanya aturan kelompok; (3) adanya upaya belajar setiap anggota kelompok; dan (4) adanya tujuan yang harus dicapai. Riyanto (2012: 266) menjelaskan lima prinsip yang mendasari pembelajaran kooperatif sebagai: (1) Positive/independence artinya adanya saling ketergantungan positif, yakni anggota kelompok menyadari pentingnya kerja sama dalam pencapaian tujuan; (2) Face to face interaction artinya antaranggota berinteraksi dengan saling berhadapan; (3) Individual accountability artinya setiap anggota kelompok harus belajar dan aktif memberikan kontribusi untuk mencapai keberhasilan kelompok; (4) Use of collaborative/social skill artinya harus menggunakan keterampilan bekerja sama dan bersosialisasi. Agar siswa mampu berkolaborasi perlu adanya bimbingan guru; (5) Group processing artinya siswa perlu menilai bagaimana mereka bekerja secara efektif. Menurut Ibrahim (dalam Argorekmo, 2013) karakteristik pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut: (1) siswa bekerja dalam kelompok untuk menuntaskan materi belajar; (2) kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki keterampilan tinggi, sedang, dan rendah; (3) bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari

ras, budaya, suku, dan jenis kelamin yang berbeda; dan (4) penghargaan lebih berorientasi kelompok dari pada individu. 12 Suprijono (2010: 59) menyampaikan bahwa prosedur pelaksanaan model pembelajaran kooperatif yang benar akan memungkinkan guru dapat menumbuhkan pembelajaran efektif. Salah satu ciri pembelajaran yang efektif adalah siswa lebih mudah mempelajari sesuatu yang bermanfaat. Hal tersebut diketahui dari perolehan pengetahuan yang didistribusikan dalam bentuk nilai hasil belajar. Tiga konsep pokok yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif adalah: (1) penghargaan kelompok, penghargaan kelompok ini diperoleh jika kelompok mencapai skor di atas kriteria yang disepakati oleh guru dan siswa; (2) pertanggungjawaban individu, pertanggungjawaban ini menitik-beratkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling membentuk dalam kegiatan pembelajaran; (3) kesempatan yang sama untuk berhasil, setiap siswa baik yang berprestasi rendah maupun tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya. Beberapa ciri dari pembelajaran kooperatif adalah setiap anggota memiliki peran, terjadi hubungan interaksi langsung diantara siswa, setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya, guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok, dan guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan. Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) merupakan salah satu model pembelajaran yang dikembangkan dari teori konstruktivisme. Pem-

13 belajaran tersebut merupakan perpaduan antara belajar secara mandiri dan belajar secara berkelompok. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS memberikan kesempatan pada siswa untuk berpikir secara individual, yaitu bekerja sendiri sebelum bekerja sama dengan kelompoknya. Siswa kemudian berbagi ide atau informasi dengan teman sekelasnya. Hal ini dilakukan untuk mencari kesepakatan dalam pemecahan permasalahan yang diberikan oleh guru. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS pertama kali dikembangkan oleh Profesor Frank Lyman dari Universitas Maryland pada tahun 1981 dan diadopsi oleh banyak penulis di bidang pembelajaran kooperatif. Sejak saat itu, model pembelajaran ini dianggap sebagai suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Frank Lyman (Nurhadi, 2004: 67) mengemukakan bahwa metode memberi waktu kepada para siswa untuk berpikir dan merespon serta saling membantu. Langkahlangkah pembelajaran dalam TPS adalah: (1) berpikir (Thinking), guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berkaitan dengan pelajaran dan siswa diberi waktu sekitar satu menit untuk berpikir sendiri mengenai jawaban atau isu tersebut. Tahap ini membantu siswa menginterpretasikan ide mereka sehingga akan merangsang siswa untuk melatih kemampuan komunikasi tertulisnya; (2) berpasangan (Pairing), guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan yang telah dipikirkan. Interaksi selama periode ini dapat menghasilkan jawaban ide bersama jika isu khusus telah diidentifikasi. Proses ini dapat melaju satu langkah dengan meminta satu pasang siswa lain untuk membentuk kelompok berempat dengan tujuan untuk memperkaya pemikiran mereka sebelum berbagi

14 dengan kelompok lain yang lebih besar (kelas). Secara bersama-sama, setiap pasang siswa yang telah bergabung dapat mengemukakan jawaban mereka yang berdasarkan pemikiran bersama sehingga memberikan solusi yang tepat untuk masalah yang diberikan. Tahap pair dalam metode ini juga memungkinkan terjadinya lebih banyak diskusi di antara siswa tentang jawaban yang diberikan. Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 5 menit untuk berpasangan; (3) berbagi (Sharing), pada langkah akhir ini guru meminta pasangan-pasangan tersebut untuk berbagi atau bekerja sama dengan kelas secara keseluruhan mengenai hal yang telah mereka bicarakan. Langkah ini akan efektif jika guru berkeliling kelas dari pasangan yang satu ke pasangan yang lain, sehingga seperempat atau lebih dari pasangan-pasangan tersebut memperoleh kesempatan untuk melapor. Tahap akhir dari pembelajaran kooperatif tipe TPS ini memiliki beberapa keuntungan bagi siswa, diantaranya mereka dapat melihat kesamaan konsep yang diungkapkan dengan cara yang berbeda. Slavin (2005: 257) menjelaskan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TPS sebagai berikut. (1) Ketika guru menyampaikan pelajaran di kelas, para siswa duduk berpasangan dengan timnya masing-masing; (2) Guru memberikan pertanyaan kepada kelas; (3) Siswa diminta untuk memikirkan sebuah jawaban secara individual, lalu saling bepasangan untuk mencapai sebuah kesepakatan terhadap jawaban; (4) Akhirnya, guru meminta para siswa untuk membagi jawaban yang telah mereka sepakati dengan seluruh kelas. Huda (2013: 136) menjabarkan prosedur pelaksanaan pembelajaran koopeatif tipe TPS sebagai berikut. (1) Siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok. Setiap kelompok terdiri dari empat anggota; (2) Guru memberikan tugas kepada setiap kelompok; (3) Masing-masing anggota memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut

sendiri-sendiri terlebih dahulu; (4) Kelompok membetuk anggotaanggotanya secara berpasang-pasangan. Setiap pasangan mendiskusikan hasil pengerjaan individunya; (5) Kedua pasangan lalu bertemu kembali dalam kelompoknya masing-masing untuk membagi hasil diskusinya. 15 Keberhasilan dan kualitas dari kegiatan pembelajaran kooperatif tipe TPS sangat bergantung dari kualitas pertanyaan atau permasalahan yang diberikan pada tahap pertama. Jika pertanyaan atau permasalahan yang diberikan merangsang pemikiran siswa secara utuh, maka keutuhan pemikiran siswa secara signifikan dapat menciptakan keberhasilan model pembelajaran kooperatif tipe TPS. Setelah tahapan-tahapan dari model pembelajaran kooperatif TPS selesai dilaksanakan, maka diberikan tugas atau latihan untuk diselesaikan siswa secara perorangan yang akan menjadi skor perkembangan individu dan skor kelompok. Hal ini dilakukan agar siswa termotivasi untuk meningkatkan kontribusinya dalam kelompok sekaligus menaikkan skor pribadinya. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka langkah-langkah yang akan ditempuh pada penelitian ini yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS adalah: (1) guru menjelaskan kepada seluruh siswa tentang penerapan model pembelajaran TPS sebagai suatu variasi model pembelajaran bagi mereka; (2) guru memberikan pengantar berupa penyampaian sekilas materi pembelajaran; (3) guru memberikan permasalahan kepada siswa dalam bentuk LKS; (4) siswa diminta untuk menyelesaikan permasalahan dalam LKS secara mandiri untuk beberapa saat; (5) siswa diminta untuk saling berpasangan dan mendiskusikan hasil pemikirannya dengan pasangannya tersebut hingga diperoleh kesepemahaman dalam penyelesaian permasalahan; (6) guru memberi kesempatan kepada be-

16 berapa pasangan untuk melaporkan hasil diskusinya di depan kelas, diikuti dengan pasangan lain yang memperoleh hasil yang berbeda sehingga terjadi proses berbagi/sharing pada diskusi kelas; (7) guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil akhir dari diskusi kelas; (8) guru memberikan tugas individu kepada siswa dan harus dikerjalan secara mandiri dan dikumpul pada pertemuan berikutnya sebagai bahan evaluasi terhadap pembelajaran. C. Pemahaman Konsep Matematika Pemahaman konsep terdiri dari dua kata, yaitu pemahaman dan konsep. Pemahaman berasal dari kata dasar paham. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, paham berarti mengerti dengan tepat, sedangkan konsep berarti suatu rancangan. Menurut Purwanto (dalam Harja, 2011) pemahaman adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan siswa mampu memahami arti atau konsep, situasi serta fakta yang diketahuinya. Wardhani (2008: 9) mengartikan konsep adalah ide (abstrak) yang dapat digunakan atau memungkinkan seseorang untuk mengelompokkan/ menggolongkan sesuatu objek. Harja (2011) menyatakan bahwa : Pemahaman konsep adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mengemukakan kembali ilmu yang diperolehnya baik dalam bentuk ucapan maupun tulisan kepada orang lain tersebut benar-benar mengerti apa yang disampaikan. Menurut NCTM (Herdian, 2010) pemahaman konsep matematika dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam mendefinisikan konsep secara verbal dan tulisan. Pada Standar Isi Mata Pelajaran Matematika untuk jenjang pendidikan menengah

17 dinyatakan bahwa salah satu tujuan mata pelajaran matematika di sekolah adalah agar siswa mampu memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. Instrumen penilaian yang mengukur kemampuan pemahaman konsep matematis mengacu pada indikator pencapaian pemahaman konsep. Dalam kaitan itu pada penjelasan teknis Peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas Nomor 506/C/Kep/PP/2004 tanggal 11 November 2004 diuraikan bahwa indikator siswa memahami konsep matematika adalah mampu: (1) menyatakan ulang sebuah konsep; (2) mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya; (3) memberi contoh dan bukan contoh dari suatu konsep; (4) menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis; (5) mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep; (6) menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu; (7) mengaplikasikan konsep atau algoritma pada pemecahan masalah. Pemahaman konsep berpengaruh terhadap tercapainya hasil belajar. Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar atau kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Berkenaan dengan hal tersebut, Keller (dalam Hamalik, 2004: 28) menyatakan bahwa hasil belajar adalah prestasi aktual yang ditampilkan oleh anak sedangkan usaha adalah perbuatan yang terarah pada penyelesaian tugas-tugas belajar. Ini berarti bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh besarnya usaha yang dilakukan oleh anak.

18 Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan salah satu indikator untuk menentukan terkuasai atau tidaknya konsep yang telah diajarkan kepada siswa selama kegiatan pembelajaran. Dalam penelitian ini, hasil belajar tersebut berupa nilai yang diperoleh siswa berdasarkan hasil tes pemahaman konsep. D. Kerangka Pikir Kegiatan pembelajaran merupakan proses pendidikan yang diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa pada aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Peningkatan kemampuan ini, hanya akan terjadi jika pembelajaran berlangsung secara efektif. Efektivitas pembelajaran dapat diukur melalui keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran. Salah satu tujuan pembelajaran matematika ialah siswa memperoleh pemahaman konsep yang sesuai dengan ideide matematika. Pemerolehan pemahaman konsep yang utuh pada siswa dapat terjadi jika pembelajaran berorientasi kepada siswa. Hal ini menyaratkan agar siswa berperan aktif dalam pembelajaran sehingga siswa memperoleh pengalaman belajar yang bermakna pada dirinya. Dengan demikian, pemahaman yang diperoleh melalui pembelajaran dapat tertanam kuat pada diri siswa dan berdampak pada perilaku siswa dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran kooperatif tipe TPS merupakan salah satu model pembelajaran yang berorientasi kepada siswa. Melalui pembelajaran ini, siswa akan mengalami tiga tahapan belajar. Tahapan pertama yang akan dialami siswa ialah think. Pada tahap tersebut, siswa secara individual diarahkan untuk mengerahkan seluruh kemampuan yang dimilikinya untuk memahami suatu konsep matematika. Tahap

19 berikutnya yang akan dialami siswa adalah pair. Pada tahap ini, siswa diarahkan untuk berdiskusi secara berpasangan untuk memperoleh pemahaman yang lebih kuat terhadap konsep-konsep yang ada dalam pembelajaran. Tahap terakhir yang dialami siswa ialah share. Pada tahap ini, siswa diarahkan untuk membagi pemahaman yang telah mereka dapatkan dari diskusi berpasangan kepada seluruh siswa di kelas. Dalam proses ini, akan terjadi saling tukar pendapat antar pasangan di kelas hingga mereka memperoleh pemahaman yang tepat terhadap suatu konsep. Dengan demikian, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat menjadi salah satu alternatif bagi guru untuk mengefektifkan pembelajaran. Efektivitas pembelajaran dapat diukur melalui keberhasilan siswa dalam memiliki pemahaman yang tepat terhadap konsep-konsep matematika. Bila merunut pada kondisi siswa di MTs Negeri 2 Bandarlampung, pembelajaran kooperatif tipe TPS digunakan dalam penelitian agar setiap siswa mampu berpikir kritis, kreatif, dan inovatif terhadap pembelajaran matematika. Pembelajaran bermula dari proses peserta didik mengamati dan guru menanyakan, siswa diarahkan untuk berpikir (think) dan akhirnya memunculkan rasa ingin tahu lebih mengenai materi pembelajaran. Pada tahap ini, setiap siswa diharapkan memiliki sebuah pendapat untuk dijadikan bahan diskusi secara berpasangan dengan teman sebangku (pair). Selanjutnya hasil diskusi secara berpasangan ini akan dipresentasikan (share) dan didiskusikan kembali secara bersama-sama dalam forum kelas. Presentasi dilakukan dengan mengambil beberapa pasangan siswa untuk menyampaikan hasil diskusi yang diperoleh sebelumnya.

20 Ketika proses diskusi kelas berakhir, guru memberikan simpulan untuk menutup diskusi. Dalam simpulan ini, guru mengarahkan agar siswa memiliki pemahaman konsep yang sama mengenai materi pembelajaran tersebut. Indikasi siswa memiliki kemampuan pemahaman konsep matematis dapat dilihat melalui perolehan hasil instrumen tes pada siswa. Sesuai KKM yang ditetapkan oleh MTs Negeri 2 Bandarlampung, maka dapat diketahui efektivitas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS yang ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa. Jika lebih dari 65% siswa telah memenuhi KKM sebesar 65 maka model pembelajaran kooperatif tipe TPS dikatakan efektif ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa. E. Anggapan Dasar Anggapan dasar penelitian ini adalah faktor lain yang mempengaruhi pemahaman konsep matematika siswa, selain model pembelajaran dianggap memiliki kontribusi yang sama. F. Hipotesis 1. Hipotesis Umum Hipotesis umum penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS efektif ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa kelas VII MTsN 2 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2014/2015.

21 2. Hipotesis Khusus Hipotesis khusus penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS efektif jika persentase siswa yang mencapai nilai KKM lebih dari 65%.