Orang tua REMAJA provinsi Bengkulu Perlu waspada ( hasil survey rpjmn tahun 2011)

dokumen-dokumen yang mirip
ADOLESCENT UNWANTED PRAGNANCY DIKALANGAN REMAJA BENGKULU

Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Pria di Provinsi Bengkulu Rendah

Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Pria di Provinsi Bengkulu Rendah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikatakan masa yang paling menyenangkan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja tertinggi berada pada kawasan Asia Pasifik dengan 432 juta (12-17 tahun)

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).

Lampiran 1 Nama Lengkap : Jenis Kelamin : P / L (coret yang tidak perlu ) Umur :

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .

BAB I PENDAHULUAN. Bapak Psikologi Remaja yaitu Stanley Hall. Pendapat Stanley Hall pada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

TINJAUAN HASIL SURVAI INDIKATOR KINERJA RPJMN 2015 BKKBN PROVINSI JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal

HUBUNGAN ANTARA PENALARAN MORAL DAN GAYA PACARAN DENGAN KECENDERUNGAN MEMBELI KONDOM PADA REMAJA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemahaman masyarakat tentang seksualitas sampai saat ini masihlah kurang.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kecanduan narkoba dan ujung ujungnya akan terinfeksi HIV Aids dengan hal

BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

GAMBARAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PROPINSI BENGKULU TAHUN 2007 (HASIL SURVEI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA INDONESIA TAHUN 2007 DAN SURVER RPJM TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,

KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. menyenangkan. Apalagi pada masa-masa sekolah menengah atas. Banyak alasan. sosial yang bersifat sementara (Santrock, 1996).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh yang mengiringi rangkaian pendewasaan. Pertumbuhan organ-organ

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ekonomi. Remaja akan mengalami transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pada

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa terjadinya perubahan-perubahan baik perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

BAB I PENDAHULUAN.

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang didalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk memiliki. Pada masa ini, seorang remaja biasanya mulai naksir lawan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

BAB I PENDAHULUAN. Remaja kota besar khususnya Jakarta semakin berani melakukan hubungan

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan. Bahkan hubungan seksual yang sewajarnya dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan era global saat ini membawa remaja pada fenomena maraknya

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Menurut

BAB І PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan pada remaja adalah masalah serius dan sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Periode perkembangan manusia terdiri atas tiga yaitu masa anak-anak,

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

Dewi Puspitaningrum 1), Siti Istiana 2)

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUIAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkat. Remaja menjadi salah satu bagian yang sangat penting terhadap

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN SIKAP REMAJA TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. WHO mendefinisikan, masa remaja (adolence) mulai usia 10 tahun sampai 19

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. negara-negara Barat, istilah remaja dikenal dengan adolescence yang berasal

BAB I PENDAHULUAN. seks mendorong remaja untuk memenuhi kebutuhan seksnya, mereka

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau

BAB I PENDAHULUAN. perempuan di Indonesia. Diperkirakan persen perempuan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tampak pada pola asuh yang diterapkan orang tuanya sehingga menjadi anak

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai pengenalan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. kelompok umur tahun dengan total jiwa, jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Jelia Karlina Rachmawati, 2014

BAB I PENDAHULUAN. tidak perawan. (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) BKKBN. menganut seks bebas. Yayasan (Diskusi Kelompok Terarah) DKT

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia (WHO), definisi remaja (adolescence) adalah periode usia

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan secara fisik, kematangan

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Oleh karena itu, orang dewasa merupakan individu yang. bersama dengan orang dewasa lainnya (Hurlock, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung risiko atas

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health

MATRIK LAPORAN MINI SURVEI PEMANTAUAN PUS PROVINSI BENGKULU TAHUN 2009

Transkripsi:

Orang tua REMAJA provinsi Bengkulu Perlu waspada ( hasil survey rpjmn tahun 2011) rickson masa remaja adalah masa terjadinya krisis identitas atau pencarian identitas diri. Gagasan ini dikuatkan oleh James Marcia bahwa ada empat status identitas diri pada remaja yaitu identity diffusion/ confussion, moratorium, foreclosure, dan identity achieved (Santrock, 2003, Papalia, dkk, 2001, Monks, dkk, 2000, Muss, 1988). Menurut Hurlock (1981) remaja adalah mereka yang berada pada usia 12-18 tahun. Monks, dkk (2000) memberi batasan usia remaja adalah 12-21 tahun. Menurut Stanley Hall (dalam Santrock, 2003) usia remaja berada pada rentang 12-23 tahun. Berdasarkan batasan-batasan yang diberikan para ahli, bisa dilihat bahwa mulainya masa remaja relatif sama, tetapi berakhirnya masa remaja sangat bervariasi. Bahkan ada yang dikenal juga dengan istilah remaja yang diperpanjang, dan remaja yang diperpendek. Bila pada tahun 2011 di Provinsi Bengkulu diproyeksi penduduknya sebesar 1.743.825 diantaranya 318.160 atau 18,24 persen merupakan penduduk golongan remaja usia 15 24 tahun. Besarnya proporsi penduduk berusia muda, secara teoritis mempunyai dua makna, Pertama, besarnya penduduk usia muda merupakan modal pembangunan yaitu sebagai faktor produksi tenaga manusia (human resources), apabila mereka dapat dimanfaatkan keahlian secara tepat dan baik. Di antaranya adalah kemampuan keakhlian, kemampuan keterampilan dan kesempatan untuk berkarya. Kedua, apabila persyaratan tersebut tidak dapat dimiliki oleh penduduk usia muda, yang terjadi sebaliknya, yaitu penduduk usia muda justru menjadi beban pembangunan. Remaja memiliki dua nilai yaitu nilai harapan (idelisme) dan kemampuan. Apabila kedua nilai tersebut tidak terjadi keselarasan maka akan muncul bentuk-bentuk frustasi. Macam-macam frustasi pada gilirannya akan merangsang generasi muda untuk melakukan tindakan-tindakan abnormal atau menyimpang. Dari sudut pandang kesehatan, tindakan menyimpang yang mengkhawatirkan adalah masalah yang berkaitan dengan seks bebas (unprotected sexuality), penyebaran penyakit kelamin, kehamilan di luar nikah atau kehamilan yang tidak dikehendaki (adolescent unwanted pragnancy) di kalangan remaja. ORANG TUA REMAJA PROVINSI BENGKULU PERLU WASPADA 1

Masalah-masalah yang disebut terakhir ini dapat menimbulkan masalah-masalah sertaan lainnya yaitu aborsi dan pernikahan usia muda. Semua masalah ini oleh WHO disebut sebagai masalah kesehatan reproduksi remaja, yang telah mendapatkan perhatian khusus dari berbagai organisasi internasional. Dari beberapa penelitian termasuk Survey RPJMN tahun 2011 yang diadakan oleh BKKBN ada 3,1 persen remaja Provinsi Bengkulu telah melakukan hubungan sex sebelum menikah dengan pacarnya, 5,1 persen dilakukan oleh remaja laki-laki dan remaja wanita 1 persen, selain itu ada 2,3 persen remaja Provinsi Bengkulu melakukan hubungan sex sebelum menikah bukan dengan pacarnya, tertinggi dilakukan oleh remaja pria 3,7 persen, sikap remaja perempuan yang setuju terhadap hubungan sex sebelum menikah sebesar 6, persen dan remaja laki-laki 8,0 persen. Dari 3,1 persen remaja yang telah melakukan sex sebelum menikah 14,29 persen dengan tingkat pendidikan tidak tamat sekolah SD dan tidak sekolah lagi dengan pekerjaan bidang pertanian, 14,29 lainnya tamat SD dan masih meneruskan sekolah, sedangkan 14,29 persen tidak meneruskan sekolah bekerja dibidang jasa, keadaan sama tamat SLTP dan masih sekolah ada 28,57 persen tamat SLTP tidak meneruskan sekolah bekerja disektor pertanian untuk tamat SLTA dan Perguruan Tinggi remaja yang telah melakukan hubungan sex sebelum menikah sebesar 14,29 persen dimana pekerjaan yang tamat Perguruan tinggi di sector PNS/ABRI/BUMN. Remaja yang telah melakukan hubungan sex pra nikah pada usia 15 tahun dengan status pelajar 14,29 persen, umur 16 tahun masih sekolah 14,29 persen dan 14,29 persen sudah tidak sekolah. Remaja dengan umur 18, 19, 20, 21 tahun masing 14,29 persen telah melakukan sex pra nikah dan tidak sekolah kembali. Hubungan sex pra nikah dilakukan dilakukan di rumah sendiri dan dirumah pasangan sebesar 28,57 persen, tempat kost, lainnya dan tidak ingat kembali sebesar 14,29 persen. Permulaan hubungan sex pra nikah yang didahului dengan berpegangan tangan 100 persen, 83,33 persen dimulai dengan berciuman bibir dan 66,67 persen dimulai dengan meraba atau merangsang sebesar 66,67 persen. Ada 14,29 persen melakukan hubungan sex pra nikah tidak menggunakan pengaman yaitu alat kontrasepsi, 28,57 persen dengan menggunakan kondom dan Pil KB. Dampak hubungan sex pra nikah bila hamil ada yang dilanjutkan dengan pernikahan dengan resiko kesehatan atau aborsi. Dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 diperoleh informasi ORANG TUA REMAJA PROVINSI BENGKULU PERLU WASPADA 2

penduduk umur 10 14 tahun yang telah kawin sebesar 0,10 persen dan yang cerai sebesar 0.011 persen sedang kelompok umur 15 19 tahun yang telah kawin sebesar 7,45 persen dan cerai 0,34 persen, Tingkat pendidikan remaja pada tahun 2011, dari hasil survey RPJM secara total tidak pernah sekolah 3,80 persen, tidak tamat SD 1,90 persen, tamat SD 25,10 persen, tamat SLTP 34,2 persen, tamat SLTA 28,6 persen, Akademi 0,1 persen dan Perguruan Tinggi 6,4 persen. Sumber : Survey RPJMN 2011 Pengasuhan anak dilakukan oleh orang tua memberikan sumbangan dalam mewarnai perkembangan terhadap bentuk perilaku sosial pada anak, pola asuh orang tua dipengaruhi oleh internal yaitu latar belakang orang tua pendidikan, ekonomi, wawasan orang tua dan faktor eksternal yaitu tradisi, sosial ekonomi lingkungan. Dari survey RPJMN tahun 2011 tahapan keluarga dari remaja antara lain berasal dari keluarga Pra Sejahtera 26,1 persen keluarga Pra Sejahtera I sebesar 47,3 persen, keluarga Sejahtera II sebesar 18,5 persen, keluarga Sejahtera III sebesar 7,6 persen Keluarga Sejahtera III Plus. Survey RPJMN 2011 ORANG TUA REMAJA PROVINSI BENGKULU PERLU WASPADA 3

Rendahnya pendidikan dari remaja dan tingginya tahapan Pra Sejahtera dan Sejahtera I dari keluarga remaja tersebut, maka pengetahuan remaja terhadap tanda-tanda haid rendah dimana yang menjawab benar bahwa tanda-tanda haid diantara dua haid sebesar 13,4 persen, segera setelah haid berakhir sebesar 51,9 persen dan menjelang haid 12,4 persen dan selama haid 12,1 persen. Kemiskinan keluarga dan rendahnya tingkat pendidikan dari remaja menyebabkan 5,5 persen remaja yang mendengar tentang NAPZA pernah mencoba menggunakannya dengan cara diminum/ditelah sebesar 73,1 persen, dhirup sebesar 21,7 persen dan disuntikkan 5,3 persen Perilaku seksual remaja dan penyimpangan lainnya yang semakin permisif tidak terlepas dari persoalan penduduk, yang dapat memberikan perubahan sosial secara positif tetapi juga berdampak negatif mengakibatkan ketidakserasian antara unsur sosial yang ada didalam masyarakat. Perubahan sosial sebagai akibat perubahan penduduk yang terjadi pada struktur dan fungsi sistem lingkungan sosial dengan sistem sosial dan faktor internal keluarga akan terjadi integrasi sosial, bila sebaliknya terjadi disintegrasi sosial dengan gejala sebagai berikut : a. Akan mengalami perdebatan karena tidak ada kesamaan pandangan antar anggota masyarakat dan anggota keluarga diakibatkan ketidaksesuaian dengan tujuan masyarakat b. Norma sosial yang dipakai sebagai pegendalian tidak lagi berfungsi dengan baik c. Terjadinya pertentangan antara norma yang ada dalam masyarakat d. Peraturan tidak dijalankan dengan konsisten atas sanksi hukuman e. Terjadi proses-proses sosial yang disosiatif seperti : persaingan, pertentangan atau kontrasersi Hubungan antara Masalah Penduduk dengan Lingkungan baik sosial dengan faktor internal keluarga digambarkan dengan matrik : Bila lingkungan keluarga remaja yang terdiri dari Agama, ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya dan ketahanan dan keamanan berjalan dengan aman, tenteram, damai, ekonomi kuat, budaya masyarakat ORANG TUA REMAJA PROVINSI BENGKULU PERLU WASPADA 4

yang tertib dan disiplin serta lingkungan agama yang kuat keluarga remaja dapat berkembang dengan baik sehingga fungsi-fungsi keluarga yang terdiri dari 8 fungsi berkembang dan bergerak dengan dinamis sehingga remaja dapat menyelesaikan masa remajanya dengan baik menjadi remaja yang tegar menghadapi lingkungannya. Sumber : BkkBN Survey RPJMN 2011 Bidang Pengendalian Penduduk Perwakilan BKKBN Bengkulu ORANG TUA REMAJA PROVINSI BENGKULU PERLU WASPADA 5