PREVALENSI BALITA DENGAN BERAT BADAN RENDAH DI SULAWESI UTARA PADA TAHUN 2009 Marsella Dervina Amisi*, Ester Candrawati Musa*

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme

PERBANDINGAN STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN INDEXS ANTROPOMETRI BB/ U DAN BB/TB PADA POSYANDU DI WILAYAH BINAAN POLTEKKES SURAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDIDIKAN IBU, KETERATURAN PENIMBANGAN, ASUPAN GIZI DAN STATUS GIZI ANAK USIA 0-24 BULAN

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDAPATAN KELUARGA DAN POLA ASUH DENGAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA BONGKUDAI KECAMATAN MODAYAG BARAT Rolavensi Djola*

Hubungan pemberian makanan tambahan terhadap perubahan status gizi anak balita gizi kurang di Kota Manado

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014

GAMBARAN KEJADIAN GIZI BURUK PADA BALITA DI PUSKESMAS CARINGIN BANDUNG PERIODE SEPTEMBER 2012 SEPTEMBER 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak balita merupakan kelompok usia yang rawan masalah gizi dan penyakit.

TINJAUAN PUSTAKA. B. PENILAIAN STATUS GIZI Ukuran ukuran tubuh antropometri merupakan refleksi darik pengaruh 4

Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan

PROFIL STATUS GIZI ANAK BATITA (DI BAWAH 3 TAHUN) DITINJAU DARI BERAT BADAN/TINGGI BADAN DI KELURAHAN PADANG BESI KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang tangguh, kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. (mordibity) dan angka kematian (mortality). ( Darmadi, 2008). Di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

Hubungan Antara Jenis Dan Frekuensi Makan Dengan Status Gizi (Bb) Pada Anak Usia Bulan (Studi 5 Posyandu Di Desa Remen Kecamatan Jenu - Tuban)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebabkan anak balita ini rawan gizi dan rawan kesehatan antara lain : sehingga perhatian ibu sudah berkurang.

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN STUNTING

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kata Kunci: Status Gizi Anak, Berat Badan Lahir, ASI Ekslusif.

TINJAUAN PUSTAKA Permasalahan Gizi Pada Balita

GAMBARAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI PPA (PUSAT PENGEMBANGAN ANAK) ID-127 DI KELURAHAN RANOMUUT MANADO

BAB 1 : PENDAHULUAN. Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN STATUS IMUNISASI DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA

ARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : TERANG AYUDANI J

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan

INFOKES, VOL. 4 NO. 1 Februari 2014 ISSN :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

frekuensi kontak dengan media massa (Suhardjo, 2003).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GAMBARAN KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI KABUPATEN BULUKUMBA; STUDI ANALISIS DATA SURVEI KADARZI DAN PSG SULSEL 2009

BAB I PENDAHULUAN. fisik dan mentalnya akan lambat. Salah satu indikator kesehatan yang dinilai

PREVALENSI DAN KARAKTERISTIK GIZI KURANG DAN GIZI BURUK PADA BALITA DESA BAN KECAMATAN KUBU KABUPATEN KARANGASEM OKTOBER 2013

HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN LAHIR ANAK DAN POLA ASUH IBU DENGAN KEJADIAN STUNTING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Karakteristik Anak Sekolah Dasar

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan Nasional Bangsa Indonesia sesuai Pembukaan

HUBUNGAN PENDAPATAN, PENYAKIT INFEKSI DAN PENGETAHUAN IBU DENGAN KEJADIAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH PUSKESMAS GLUGUR DARAT TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita adalah masa yang membutuhkan perhatian lebih dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gusti Kumala Dewi*, Eneng Yuli Santika**

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan gizi masih menjadi masalah yang serius. Kekurangan gizi

ABSTRAK GAMBARAN PENCAPAIAN PROGRAM KEGIATAN PEMBINAAN GIZI PADA BALITA DI KOTA KUPANG PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2013

Perilaku Ibu Dengan Kejadian Gizi Kurang Pada Balita. Mother Relationship With Events Nutrition Behavior In Children

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak dapat ditanggulangi dengan pendekatan medis dan pelayanan masyarakat saja. Banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) ialah. menurunkan angka kematian anak (Bappenas, 2007). Kurang gizi merupakan

Kata Kunci : Riwayat Pemberian ASI Eksklusif, Stunting, Anak Usia Bulan

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian, karena merupakan kelompok yang rawan terhadap

HUBUNGAN ASUPAN ENERGY DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN TAMAMAUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

STUDI TENTANG MANAJEMEN SISTEM PELAKSANAAN PENAPISAN GIZI BURUK DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN atau 45% dari total jumlah kematian balita (WHO, 2013). UNICEF

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat

BAB I PENDAHULUAN. yaitu sesuai standar pertumbuhan fisik anak pada umumnya. Manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN POLA KONSUMSI DENGAN KEJADIAN ANEMIA GIZI PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KASSI-KASSI

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi Manado

HUBUNGAN PEKERJAAN DAN PENDIDIKAN IBU TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI DESA PULO ARA KECAMATAN KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi kurang sering terjadi pada anak balita, karena anak. balita mengalami pertumbuhan badan yang cukup pesat sehingga

ABSTRAK GAMBARAN POLA MAKAN DAN POLA ASUH TERHADAP STATUS GIZI PADA ANAK DI SEKOLAH DASAR NEGERI 3 BATUR

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berkualitas. Dukungan gizi yang memenuhi kebutuhan sangat berarti

PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN PADA BALITA GIZI KURANG USIA 6-48 BULAN TERHADAP STATUS GIZI DI WILAYAH PUSKESMAS SEI TATAS KABUPATEN KAPUAS

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu riset menunjukkan setidaknya 3,5 juta anak meninggal tiap tahun karena

HUBUNGAN ANTARA PENYAKIT INFEKSI DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI PUSKESMAS JAMBON KECAMATAN JAMBON KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2014.

THE FACTORS ASSOCIATED WITH POOR NUTRITION STATUS ON TODDLERS IN THE PUSKESMAS PLERET BANTUL REGENCY YEARS Rini Rupida 2, Indriani 3 ABSTRACK

Kepatuhan Kunjungan Posyandu dan Status Gizi Balita di Posyandu Karangbendo Banguntapan, Bantul, Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tetapi pada masa ini anak balita merupakan kelompok yang rawan gizi. Hal ini

GAMBARAN KARAKTERISTIK KELUARGA BALITA PENDERITA GIZI BURUK DI KABUPATEN BENGKULU SELATAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. hampir sama dengan anak kebanyakan. Namun takdir berkata lain anak yang

BAB I PENDAHULUAAN. Masa balita adalah masa kehidupan yang sangat penting dan perlu

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GIZI BURUK BALITA DI JAWA TENGAH DENGAN METODE SPATIAL DURBIN MODEL SKRIPSI

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS),

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

HUBUNGAN JARAK KELAHIRAN DAN JUMLAH BALITA DENGAN STATUS GIZI DI RW 07 WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIJERAH KOTA BANDUNG

TINGKAT PENDIDIKAN IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS PLERET

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Mulai dari kelaparan sampai pola makan yang mengikuti gaya hidup yaitu

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kesehatan dan gizi, sehingga membutuhkan perhatian dan

JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI POSYANDU

DAFTAR PUSTAKA. Almatsier, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, PT. Gramedia, Jakarta.

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA MULYOREJO, KEC.KRATON, KAB.PASURUAN.

1 Universitas Indonesia

Transkripsi:

PREVALENSI BALITA DENGAN BERAT BADAN RENDAH DI SULAWESI UTARA PADA TAHUN 29 Marsella Dervina Amisi*, Ester Candrawati Musa* * Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRACT Children under five are one of the age group which is susceptible to malnutrition. This age group can easily suffer from health disorder and malnutrition due to the growth cycle which needs large amount of nutrition than other age group. Hence, when the body is lack of nutrition, health disorder or malnutrition can easily occur. Objective of this study is to show the prevalence of under five children with low body weight in North Sulawesi on 29. Secondary data were taken from North Sulawesi Health Office, then tabulated, analyzed, and presented in graphs. Results showed a high prevalence of under five children with low body weight in several regency/city in North Sulawesi on 29. Therefore, promotion and prevention are necessary to decrease the number of cases. Keywords: under five children, low body weight, North Sulawesi ABSTRAK Balita merupakan salah satu penduduk rentan gizi mereka paling muda menderita gangguan kesehatan dan kekurangan gizi, kelompok umur tersebut berada pada suatu siklus pertumbuhan atau perkembangan yang memerlukan zat-zat gizi dalam jumlah yang lebih besar dari kelompok umur yang lain, oleh sebab itu apabila kekurangan zat gizi maka akan terjadi gangguan gizi atau kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat prevalensi balita dengan berat badan rendah di Sulawesi Utara. Penelitian merupakan penelitian deskriptif dengan mengambil data sekunder dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara kemudian data tersebut ditabulasi, dianalisis dan ditampilkan dalam bentuk grafik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi balita dengan berat badan rendah masih tinggi pada beberapa kabupaten/kota di Sulawesi Utara sehingga perlu dilakukan tindakan pencegahan dan promosi untuk mengurangi kejadian balita dengan berat badan rendah. Kata kunci: Balita, berat badan rendah, Sulawesi Utara 1

PENDAHULUAN Masalah dibidang gizi merupakan salah satu masalah kesehatan. Masalah gizi dapat disebabkan karena kesadaran gizi masyarakat yang belum memadai. Jika hal ini disertai dengan keadaan hygiene perorangan maupun sanitasi lingkungan yang kurang mendukung atau menyebabkan timbulnya berbagai penyakit infeksi yang pada akhirnya akan menurunkan keadaan kesehatan dan gizi. Jika keadaan gizi baik akan menurunkan angka kesakitan selain itu akan menurunkan angka kematian bayi dan balita (Purba, 24). Balita merupakan salah satu penduduk rentan gizi mereka paling muda menderita gangguan kesehatan dan kekurangan gizi, kelompok umur tersebut berada pada suatu siklus pertumbuhan atau perkembangan yang memerlukan zat-zat gizi dalam jumlah yang lebih besar dari kelompok umur yang lain, oleh sebab itu apabila kekurangan zat gizi maka akan terjadi gangguan gizi atau kesehatan (Notoatmodjo, 1996). Masalah gizi yang terjadi pada anak balita disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor langsung dan tidak langsung. Faktor langsung adalah makanan anak dan penyakit infeksi yang mungkin diderita oleh anak tersebut, sedangkan faktor tidak langsung adalah ketahanan pangan keluarga, pola pengasuhan anak serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan (Soekirman, 2). Putuhena (1998) menjelaskan bahwa dalam menjalani kehidupannya seorang anak masih sangat tergantung kepada orang tuanya (ibu), sehingga pendidikan seorang ibu akan mempengaruhi status gizi anaknya. Anak sehat dan dinyatakan bergizi baik, jika berat badan anak bertambah sesuai dengan bertambahnya umur. Indikator adalah suatu tanda yang dapat memberikan indikasi tentang suatu keadaan. Suatu tanda disebut indikator yang baik apabila tanda tersebut dapat memberikan indikasi yang sensitif atas suatu keadaan. Pertumbuhan merupakan salah satu produk dari status gizi. Pertumbuhan merupakan suatu proses yang kontinyu, oleh karena itu pertumbuhan merupakan indikator dari perkembangan status gizi anak. Penilaian pencapaian pertumbuhan atau ukuran fisik atau antropometri pada saat tertentu dapat memberikan indikasi tentang status gizi seorang anak pada saat pengukuran. Jadi antropometri dapat digunakan sebagai salah satu indikator status gizi (Moehji, 22). Indikator antropometri yang sering digunakan yaitu berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) (Supariasa, dkk. 22). Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahanperubahan yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan yang abnormal, terdapat 2 kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu dapat berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal. Berdasarkan karakteristik berat badan ini, maka indikator berat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi. Pertumbuhan seorang anak diukur melalui capaian tinggi dan berat badan. Kecepatan pertumbuhan lebih lambat pada anak-anak dibandingkan pada bayi dan balita. Peningkatan berat badan berkisar dari 2-2.5 kg/tahun mulai dari 2-3 tahun, 2 kg/tahun diantara umur 3-5 tahun (Orabella, 23). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi balita dengan berat badan rendah di Provinsi Sulawesi Utara. 2

Tabel 1. Klasifikasi Status Gizi Anak Balita Indikator Status Gizi Berat Badan Menurut Umur (BB/U) Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U) Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB) Sumber : SK Menkes RI No. 92, 22. Gizi lebih Gizi baik Gizi kurang Gizi buruk Normal Pendek Gemuk Normal Kurus Kurus sekali Ambang Batas >+2 SD >-2 SD sampai +2 SD <-2 SD sampai >=-3SD <-3 SD >2 SD <-2 SD >+2 SD >-2 SD sampai +2 SD >-2 SD sampai >-3 SD <-3Sd METODE Jenis penelitian ini yaitu penelitian deskriptif yang dilakukan di provinsi Sulawesi Utara pada bulan September 212. Subjek penelitian adalah seluruh anak balita yang berumur 12 bulan sampai 59 bulan sebanyak 4.5 responden. Data diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara untuk tahun 29, selanjutnya dianalisis dan ditampilkan dalam bentuk grafik. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini ditampilkan jumlah balita, prevalesi balita gizi kurang dan gizi buruk pada tahun 29. Jumlah balita di Provinsi Sulawesi Utara dapat dilihat pada Gambar 1. 6 5 45 51 57 4 3 27 3 36 36 3 2 1 15 12 18 18 15 15 Gambar 1. Jumlah balita di provinsi Sulawesi Utara Berdasarkan data pada Gambar 1, menunjukkan bahwa jumlah balita terbanyak berada pada Kabupaten Talaud sebanyak 57 balita, lalu kabupaten Minahasa Selatan sebanyak 51 balita dan paling sedikit di Kota Kotamobagu sebanyak 12 balita. Selanjutnya, jumlah balita gizi kurang dan gizi buruk dapat dilihat pada Gambar 2. 3

25 2 15 1 5 15 25 225 156 137 132 138 127 77 58 25 6 8 8 3 1 8 16 9 4 8 8 2 1 BALITA DENGAN GIZI KURANG BALITA DENGAN GIZI BURUK Gambar 2. Jumlah balita gizi kurang dan buruk di provinsi Sulawesi Utara Berdasarkan data pada Gambar 2, menunjukkan bahwa jumlah balita gizi kurang terbanyak pada Kabupaten Minahasa Utara sebanyak 225 balita diikuti kabupaten Bolaang Mongondow sebanyak 156 balita dan paling sedikit di Kabupaten Bolaang Selatan. Jumlah balita gizi buruk terbanyak ditemukan pada Kabupaten Talaud sebanyak 16 balita, lalu kabupaten Bolaang Mongondow sebanyak 1 balita dan paling sedikit di Kabupaten Bolaang Selatan Selanjutnya, prevalensi balita gizi kurang dan gizi buruk dapat dilihat pada Gambar 3. 14 12 11.92 1 8 7.6 6 4 2 4.81 1.67 1.47 2.75 4.61 3.75 2.7 4.78.67.33.67 Gambar 3. Prevalensi balita gizi kurang dan buruk di provinsi Sulawesi Utara 4

Berdasarkan data pada Gambar 3, menunjukkan bahwa prevalensi balita gizi kurang dan gizi buruk terbanyak pada kota Kotamobagu sebesar 11,92% diikuti kabupaten Minahasa Utara sebesar 7,6% dan paling sedikit di Kabupaten Bolaang Selatan. Tingginya prevalensi balita dengan berat badan di bawah standar menunjukkan bahwa perlu adanya tindakan yang serius dari seluruh pihak sehingga dapat mengurangi bahkan menghilangkan kasus berat badan balita rendah melalui tindakan pencegahan pada faktor-faktor yang bisa mempengaruhi seperti tingkat pengetahuan ibu, pendapatan keluarga dan kunjungan ke posyandu. Masalah gizi yang terjadi pada anak balita disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor langsung dan tidak langsung. Faktor langsung adalah makanan anak dan penyakit infeksi yang mungkin diderita oleh anak tersebut, sedangkan faktor tidak langsung adalah ketahanan pangan keluarga, pola pengasuhan anak serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan (Soekirman, 2). Faktor keluarga dan adat istiadat berpengaruh pada tumbuh kembang anak misalnya pekerjaan atau pendapatan keluarga, pendidikan, stabilitas rumah tangga, adat istiadat, norma dan tabu serta urbanisasi. Kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah, menyebabkan masyarakat kurang dapat memanfaatkan segala potensi yang ada dilingkungan rumah tangga, seperti lahan pekarangan untuk pemenuhan gizi keluarga (Supariasa, dkk., 22). Hasil penelitian Ikhwansyah (24) juga menunjukkan bahwa anak balita dengan ibu yang berpendidikan yang rendah mempunyai resiko 2,289 kali untuk terjadinya status gizi kurang dibandingkan dengan anak balita dengan ibu yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Himawati (2) menjelaskan bahwa pendidikan yang tinggi memungkinkan seorang ibu untuk lebih terbuka terhadap upaya-upaya perbaikkan bidang kesehatan termasuk gizi. Bila didukung dengan arus informasi tentang gizi yang lancar, maka akan menyebabkan makin meningkatnya pengetahuan ibu tentang makanan sehat, gizi dan kesehatan, meskipun tingkat pendidikan ibu rendah. Penelitian yang dilakukan oleh Ikhwansyah (24), dimana terdapat hubungan yang signifikan antara pekerjaan ibu dengan status gizi balita, yaitu ibu yang bekerja mempunyai risiko 3,129 kali untuk menderita status gizi kurang pada anak balita dibandingkan dengan ibu tidak bekerja. Pudjiadi (23) menjelaskan bahwa ibu yang mencari nafkah dan lokasi pekerjaan jauh dari tempat tinggal, akan berdampak bagi kesehatan anaknya, karena anak mereka tidak mendapat perhatian dari ibunya mengenai apa makanan yang berkualitas dan berkuantitas dari makanan yang anak makan. Ibu yang memiliki pekerjaan tetap dan harus meninggalkan anaknya, akan mempermudah anaknya untuk menderita penyakit malnutrisi. Faktor pendapatan keluarga walaupun pendapatan keluarga banyak yang tergolong menengah tapi status gizi anak banyak yang berstatus gizi baik, hal ini karena tidak semua bahan makanan harus mereka beli kebanyakan mereka memanfaatkan lahan pekarangan untuk ditanami sayur-sayuran dan rempah-rempah sehingga mereka tidak perlu mengeluarkan uang untuk membeli bahan-bahan tersebut. Tingkat pendapatan rumah tangga/keluarga akan menentukan macam bahan dan banyaknya bahan yang akan dibeli rumah tangga. Dengan pendapatan yang cukup maka rumah tangga mampu menyediakan pangan yang cukup sesuai dengan kebutuhan semua anggota keluarga (Purba 24). Hasil penelitian Djaiman (22) menjelaskan bahwa ada beberapa faktorfaktor yang berhubungan terhadap kunjungan Balita ke posyandu adalah faktor, umur Balita, tenaga penolong persalinan, kemampuan membaca, jumlah anak, status pekerjaan ibu, ketersediaan waktu ibu untuk merawat anak. Faktor yang paling berpengaruh terhadap kunjungan balita ke posyandu adalah faktor umur, umur 12 hingga 35 bulan merupakan umur yang paling berpengaruh terhadap kunjungan. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat ditarik kesimpulan bahwa prevalensi balita dengan berat badan di bawah standar di provinsi Sulawesi Utara masih tinggi pada beberapa kabupaten/kota, sehingga perlu adanya tindakan pencegahan dan dapat 5

melakukan penelitian lanjutan mengenai faktor-faktor penyebab kejadian balita dengan berat badan di bawah standar. DAFTAR PUSTAKA Depkes, RI., 22. Keputusan Menkes RI No. 92/Menkes/SK/VIII. Jakarta. Hal. 3 Djaiman, 22. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Balita Berkunjung ke Posyandu. (Online, http://www.gdllib@litbang.depkes.go.id, Diakses 1 Oktober 212) Himawati N. R. 2. Hubungan antara Faktor Sosial Ekonomi dengan Pola Konsumsi Makanan dan Status Gizi Anak Balita di Kabuipaten Purworejo. Jogjakarta: Universitas Gajah Mada. Tesis tidak di Terbitkan. Ikhwansyah, 24. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Anak Balita di Kecamatan Kertak Hanyar Kabupaten Banjar Propinsi Kalimantan Selatan. Yogyakarta : Tesis Tidak Diterbitkan, Program Pasca Sarjana, UGM. Moehji, S. 22. Ilmu gizi. Jakarta : Papas Sinar Sinanti. Hal. 8-1 Notoatmodjo S. 1996. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarata : Rineka Cipta. Hal. 95-135 Orabella, M., 23. Nutrition Across The Life Span : Nutrition During Growth : Preschool Through Preadolescence, Chapter 9. Ohio USA : Second Edition. Hal. 271-285 Purba, B. 24. Program Implementasi dan Evaluasi Program gizi Jilid I. Manado. Hal. a. 5, b. 42-68 Putuhena, 1998. Hubungan Antara Pengetahuan Gizi Ibu Dengan Status Gizi Anak Sekolah Taman Kanak- Kanak di Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang Propinsi Jawa Tengah.. Program Pasca Sarjana UGM, Yogyakarta : Tesis tidak Diterbitkan. Hal. 5-2 Soekirman, 2. Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Hal. 1-2 Supariasa I, Bakri B, Fajar I. 22. Penilaian Status Gizi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 13 6