AKHLAQ NABI MUHAMMAD SAW KH. Nadirsyah Hosen

dokumen-dokumen yang mirip
Hikmah Maulid Nabi] Meneladani Akhlak Nabi Muhammad SAW. Tuesday, 01 February 2011

ل ب ي ك ي ار س و ل الله

E٤٨٤ J٤٧٧ W F : :

Diantara perintah Allah Azza wa Jalla kepada kita adalah perintah agar kita mengikuti Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.

RASULULLAH SAW DALAM MEMBINA UMMAT PERIODE MADINAH

KISI KISI SOAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS UTS GENAP KELAS VII (TUJUH) (untuk memperkaya wawasan WAJIB BACA BUKU PAKET)

Akhlak Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam

KELAS BIMBINGAN KANAK-KANAK PEPERIKSAAN PERTENGAHAN TAHUN 2015 SIRAH KBK 4 NAMA:

Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada (Al-Hajj: 46).

Kekhususan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam Yang Tidak Dimiliki Oleh Umatnya

Menggapai Ridha Allah dengan Birrul Wâlidain. Oleh: Muhsin Hariyanto

[ Indonesia Indonesian

Metode Bijak Memperbaiki Aib

MUZAKKI DI KALANGAN SAHABAT RASULULLAH SAW. Oleh: M. Yakub Amin

BLUSUKAN SANG KHALIFAH ADIL UMAR BIN KHATTAB

Ummu Sulaim Ar-Rumaishah


Rasulullah saw. memotong tangan pencuri dalam (pencurian) sebanyak seperempat dinar ke atas. (Shahih Muslim No.3189)

SIFAT MALU (Al Haya) Editor: Nunung NS Disajikan Oleh: M. Rofiqi Redi Sofiadi Rika Siti Syahidah

Ahli Ibadah dengan Pelacur yang Cantik Jelita Sebuku Roti Penebus Dosa

5. Kisah-kisah dan Sejarah 5.7 Nabi Ya qub AS. dan Nabi Yusuf AS.

Disebarluaskan melalui: website: TIDAK untuk tujuan KOMERSIL

Tokoh Gerakan Hidup Sederhana

Rasulullah SAW suri teladan yang baik (ke-86)

MATAN. Karya Syaikh Al Imam Muhammad bin Abdul Wahhab

Tafsir Surat Al-Kautsar

: :

Kewajiban Berbakti Kepada Orang Tua

Kisah Heraclius dengan Abu Sufyan

SIKAP MUSLIM MENGHADAPI MUSIBAH. Ust. H. Ahmad Yani, MA. Kondisi Manusia Menghadapi Musibah

KHILAFAH DAN KESATUAN UMAT

yuslimu-islaman. Bukti ketundukan kepada Allah SWT itu harus dinyatakan dengan syahadat sebagai sebuah pengakuan dalam diri secara sadar akan


Siksa-Kubur: Ajaran Muhammad yang Kacau & Menakutkan

Syiah meyakini adanya dua belas imam yang menjadi penerus. kenabian. Bagi syiah, masalah imamah sudah tidak bisa ditawar lagi,

Khutbah Jum'at. Isra' Mi'raj. Bersama Dakwah 1

Kekeliruan-Kekeliruan Umat Islam di Hari Jumat

Engkau Bersama Orang Yang Kau Cintai

KEWAJIBAN SUAMI TERHADAP ISTERI

Petunjuk Nabi Dalam Menyebarkan Berita

Ust. H. Ahmad Yani, Lc. MA. Urgensi Menjaga Lisan

Mari Shalat Subuh Berjamaah di Masjid

Hari Raya Korban? (Idul Adha)

DAFTAR TERJEMAH. No Hal Kutipan Bab Terjemah

BAB I PENDAHULUAN. bidang yang sangat pantas dijadikan referensi nomor wahid sepanjang masa. bahkan setan pun tak ingin berpapasan dengannya di jalan.

Khutbah Jum'at. Keutamaan Muharam. Bersama Dakwah 1

Di antaranya pemahaman tersebut adalah:

A. SIFAT JASMANIAH BAGINDA MUHAMMAD SAW

Hari Raya Korban? Hari Raya Korban? (Idul Adha) (Idul Adha) Yesus menyatakan:

1. Tentang firman Allah: Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka

Tanda-Tanda Cinta Nabi Shallallaahu 'Alaihi wa Sallam

Pendidikan Agama Islam

Standar Kompetensi : 4. Membiasakan perilaku terpuji.

Tauhid untuk Anak. Tingkat 1. Oleh: Dr. Saleh As-Saleh. Alih bahasa: Ummu Abdullah. Muraja ah: Andy AbuThalib Al-Atsary. Desain Sampul: Ummu Zaidaan

Ketika harga BBM melambung naik

KISI-KISI SOAL UAMBN MADRASAH IBTIDAIYAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Jadilah Pembuka Pintu Kebaikan

Tauhid Yang Pertama dan Utama

Mendengar pertanyaan itu, Umair menjadi balik heran, lalu berkata; Wahai Amirul Mukminin! Mengapa engkau menyangka demikian?

Bukti Cinta Kepada Nabi

1. Apabila seorang datang langsung berbicara sebelum memberi salam maka janganlah dijawab. (HR. Ad-Dainuri dan Tirmidzi)

KARAKTER PEMIMPIN DALAM ISLAM. HM. Khoir Hari Moekti

KAYA TAPI ZUHUD. Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. (Dosen PKn dan Hukum FIS UNY)

Beribadah Kepada Allah Dengan Mentauhidkannya

Syuraih yang Bijaksana

Di hari berikutnya Nyai Maisarah bercerita tentang Sayyidah Aisyah ra. Semua santri memperhatikan Aisyah sehingga membuatnya malu.

Ciri-Ciri Akhlak Rasulullah

Dan jangan biarkan kuburan yang ditinggikan, kecuali engkau ratakan. (HR. Ahmad dan selainnya).

Persatuan Dalam al-quran dan Sunnah

Bolehkah istri diperlakukan sebagai properti, seperti yang diakui oleh Manohara?

Kekeliruan Sebagian Umat Islam di Bulan Rajab

Dunia Yang Membuat Lupa Mati

REVIEW. Disampaikan pada perkuliahan PENDIDIKAN AGAMA ISLAM kelas PKK. Dr. Dede Abdul Fatah, M.Si. Modul ke: Fakultas EKONOMI. Program Studi AKUNTANSI

Khutbah Jum'at. Memaafkan Sesama Sebelum Ramadhan Tiba. Bersama Dakwah 1

Kasih Sayang Nabi Muhammad? Kepada Umatnya

???????????????????????????????????????????????:??????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

: : :

"PEMIMPIN ADIL NEGARA MAKMUR"

AYO BUDAYAKAN SHOLAT SUBUH DI MASJID

- Hakekat Tersembunyi Syi'ah Rafidhoh ٢

SEBAB-SEBAB PARA ULAMA BERBEDA PENDAPAT. (Dirangkum dari kitab Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Raf ul Malaam an Aimatil A laam )

Marhaban Yaa Ramadhan 1434 H

Seribu Satu Sebab Kematian Manusia

MENDAMAIKAN PERSAUDARAAN SEIMAN

Berpegang kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah, dan tidak bertaqlid kepada seseorang

Majlis Ugama Islam Singapura Khutbah Jumaat 17 April 2015 / 27 Jamadilakhir 1436 Memahami Hikmah Dalam Pengamalan Agama

Kewajiban Seorang Muslim Terhadap Alquran

Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku`lah beserta orangorang yang ruku (Al Baqarah : 43)

Pendidikan Agama Islam

5. Kisah-kisah dan Sejarah 5.8 Nabi Syu aib AS.

Tuduhan Bahwa Berpegang Terhadap Agama Penyebab Kemunduran Kaum Muslimin

Mukadimah. Pengkajian

Mempraktikkan Akhlak Terpuji Dalam Kehidupan

OLEH : DATO USTAZAH SITI NOR BAHYAH MAHAMOOD ( PENDAKWAH & PENGACARA SEMANIS KURMA TV9 ) Entering

Serial Akhlak Muslim : Amanah

Bantal dan Kasur Yang Melalaikan Shalat Subuh

3 Wasiat Agung Rasulullah

HAK ISTERI ATAS SUAMI. Dr. Yusuf Qardhawi PERTANYAAN

Berpegang Teguh dengan Alquran dan Sunnah

Kitab Tentang Sumpah (Qosamah), Kelompok Penyamun, Kisas Dan Diyat 1. Qasamah (sumpah)

Transkripsi:

No.11/Th.3/Rabiul Awal 1430H/ Maret 2009 Jum at II AKHLAQ NABI MUHAMMAD SAW KH. Nadirsyah Hosen Setelah Nabi SAW wafat, seketika itu pula kota Madinah bising dengan tangisan ummat Islam; antara percaya - tidak percaya, Rasul Yang Mulia telah meninggalkan para sahabat. Beberapa waktu kemudian, seorang arab badui menemui Umar dan dia meminta, "Ceritakan padaku akhlak Muhammad!". Umar menangis mendengar permintaan itu. Ia tak sanggup berkata apa-apa. Ia menyuruh Arab badui tersebut menemui Bilal. Setelah ditemui dan diajukan permintaan yg sama, Bilal pun menangis, ia tak sanggup menceritakan apapun. Bilal hanya dapat menyuruh orang tersebut menjumpai Ali bin Abi Thalib. Orang Badui ini mulai heran. Bukankah Umar merupakan seorang sahabat senior Nabi, begitu pula Bilal, bukankah ia merupakan sahabat setia Nabi. Mengapa mereka tak sanggup menceritakan akhlak Muhammad SAW?. Dengan berharap-harap cemas, Badui ini menemui Ali. Ali dengan linangan air mata berkata, "Ceritakan padaku keindahan dunia ini!." Badui ini menjawab, "Bagaimana mungkin aku dapat menceritakan segala keindahan dunia ini..." Ali menjawab, "Engkau tak sanggup menceritakan keindahan dunia padahal Allah telah berfirman bahwa sungguh dunia ini kecil dan hanyalah senda gurau belaka, lalu bagaimana aku dapat melukiskan akhlaq Muhammad SAW, sedangkan Allah telah berfirman bahwa sungguh Muhammad memiliki budi pekerti yang agung! (QS:Al-Qalam[68]:4). Badui ini lalu menemui Siti Aisyah r.a., Isteri Nabi SAW yang sering disapa "Khumairah" oleh Nabi ini hanya menjawab, khuluquhu Al-Qur'an (Akhlaknya Muhammad SAW itu Al-Qur'an). Seakan-akan Aisyah ingin mengatakan bahwa Nabi SAW itu bagaikan Al-Qur'an berjalan. Badui ini tidak puas, bagaimana bisa ia segera menangkap akhlaq Nabi kalau ia harus melihat ke seluruh kandungan Qur'an. Aisyah akhirnya menyarankan Badui ini untuk membaca dan menyimak QS:Al-Mu'minun [23] ayat 1-11. Bagi para sahabat, masing-masing memiliki kesan tersendiri dari pergaulannya dengan Nabi SAW. Kalau mereka diminta menjelaskan seluruh akhlaq Nabi, linangan air mata-lah jawabannya, karena mereka terkenang akan junjungan mereka. Palingpaling mereka hanya mampu menceritakan satu fragmen yang paling indah dan berkesan dalam interaksi mereka dengan Nabi terakhir ini. Mari kita kembali ke Aisyah. Ketika ditanya, bagaimana perilaku Nabi SAW, Aisyah hanya menjawab, "Ah semua perilakunya indah." Ketika didesak lagi, Aisyah baru bercerita saat terindah baginya, sebagai seorang isteri. "Ketika aku sudah berada di tempat tidur dan kami sudah masuk dalam selimut, dan kulit kami sudah bersentuhan, suamiku berkata, 'Ya Aisyah, izinkan aku untuk menghadap Tuhanku terlebih dahulu.'" Apalagi yang dapat lebih membahagiakan seorang isteri, karena 1

dalam sejumput episode tersebut terkumpul kasih sayang, kebersamaan, perhatian dan rasa hormat dari seorang suami, yang juga seorang utusan Allah. Nabi Muhammad SAW jugalah yang membikin khawatir hati Aisyah ketika menjelang subuh Aisyah tidak mendapati suaminya disampingnya. Aisyah keluar membuka pintu rumah. terkejut ia bukan kepalang, melihat suaminya tidur di depan pintu. Aisyah berkata, "Mengapa engkau tidur di sini?" Nabi Muhammmad menjawab, "Aku pulang sudah larut malam, aku khawatir mengganggu tidurmu sehingga aku tidak mengetuk pintu. itulah sebabnya aku tidur di depan pintu." Mari berkaca di diri kita masing-masing. Bagaimana perilaku kita terhadap isteri kita? Nabi SAW mengingatkan, "berhati-hatilah kamu terhadap isterimu, karena sungguh kamu akan ditanya di hari akhir tentangnya." Para sahabat pada masa Nabi memperlakukan isteri mereka dengan hormat, mereka takut kalau wahyu turun dan mengecam mereka. Buat sahabat yang lain, fragmen yang paling indah ketika sahabat tersebut terlambat datang ke Majelis Nabi SAW. Tempat sudah penuh sesak. Ia minta izin untuk mendapat tempat, namun sahabat yang lain tak ada yang mau memberinya tempat. Di tengah kebingungannya, Rasul SAW memanggilnya. Beliau memintanya duduk di dekatnya. Tidak cukup dengan itu, Rasul SAW pun melipat sorbannya lalu diberikan pada sahabat tersebut untuk dijadikan alas tempat duduk. Sahabat tersebut dengan berlinangan air mata, menerima sorban tersebut namun tidak menjadikannya alas duduk akan tetapi malah mencium sorban Nabi SAW tersebut. Senangkah kita kalau orang yang kita hormati, pemimpin yang kita junjung tibatiba melayani kita bahkan memberikan sorbannya untuk tempat alas duduk kita. Bukankah kalau mendapat kartu lebaran dari seorang pejabat saja kita sangat bersuka cita. Begitulah akhlak Nabi SAW, sebagai pemimpin ia ingin menyenangkan dan melayani bawahannya. Dan tengoklah diri kita. Kita adalah pemimpin, bahkan untuk lingkup paling kecil sekalipun, sudahkah kita meniru akhlak Rasul Yang Mulia?. Nabi Muhammad SAW juga terkenal suka memuji sahabatnya. Kalau kita baca kitab-kitab hadits, kita akan kebingungan menentukan siapa sahabat yang paling utama. Terhadap Abu Bakar, Rasul SAW selalu memujinya. Abu Bakar-lah yang menemani Rasul SAW ketika hijrah. Abu Bakarlah yang diminta menjadi Imam ketika Rasul SAW sedang sakit. Tentang Umar, Rasul SAW pernah berkata, "Syetan saja takut dengan Umar, bila Umar lewat jalan yang satu, maka Syetan lewat jalan yang lain." Dalam riwayat lain disebutkan, "Nabi SAW bermimpi meminum susu. Belum habis satu gelas, Nabi SAW memberikannya pada Umar yang meminumnya sampai habis. Para sahabat bertanya, Ya Rasul apa maksud (ta'wil) mimpimu itu? Rasul SAW menjawab "ilmu pengetahuan." Tentang Utsman, Rasul SAW sangat menghargai Utsman karena itu Utsman menikahi dua putri Nabi SAW, hingga Utsman dijuluki Dzu an-nurain (pemilik dua cahaya). Mengenai Ali, Rasul SAW bukan saja menjadikannya ia menantu, tetapi 2

banyak sekali riwayat yang menyebutkan keutamaan Ali. "Aku ini kota ilmu, dan Ali adalah pintunya." "Barang siapa membenci Ali, maka ia merupakan orang munafik." Lihatlah diri kita sekarang. Bukankah jika ada seorang rekan yang punya sembilan kelebihan dan satu kekurangan, maka kita jauh lebih tertarik berjam-jam untuk membicarakan yang satu itu dan melupakan yang sembilan. Ah...ternyata kita belum suka memuji; kita masih suka mencela. Ternyata kita belum mengikuti sunnah Nabi. Saya pernah mendengar ada seorang ulama yang mengatakan bahwa Allah pun sangat menghormati Nabi Muhammad SAW. Buktinya, dalam Al-Qur'an Allah memanggil para Nabi dengan sebutan nama: Musa, Ayyub, Zakaria, dll. tetapi ketika memanggil Nabi Muhammad SAW, Allah menyapanya dengan "Wahai Nabi". Ternyata Allah saja sangat menghormati beliau. Para sahabat pun ditegur oleh Allah ketika mereka berlaku tak sopan pada Nabi SAW. Alkisah, rombongan Bani Tamim menghadap Rasul SAW. Mereka ingin Rasul SAW menunjuk pemimpin buat mereka. Sebelum Nabi SAW memutuskan siapa, Abu Bakar berkata: "Angkat Al-Qa'qa bin Ma'bad sebagai pemimpin." Kata Umar, "Tidak, angkatlah Al-Aqra' bin Habis." Abu Bakar berkata ke Umar, "Kamu hanya ingin membantah aku saja," Umar menjawab, "Aku tidak bermaksud membantahmu." Keduanya berbantahan sehingga suara mereka terdengar makin keras. Waktu itu turunlah ayat: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya. Takutlah kamu kepada Allah. Sesungguhnya Allah maha Mendengar dan maha Mengetahui. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menaikkan suaramu di atas suara Nabi. janganlah kamu mengeraskan suara kamu dalam percakapan dengan dia seperti mengeraskan suara kamu ketika bercakap sesama kamu. Nanti hapus amal- amal kamu dan kamu tidak menyadarinya" (QS:Al-Hujurat 1-2) Setelah mendengar teguran itu Abu Bakar berkata, "Ya Rasul Allah, demi Allah, sejak sekarang aku tidak akan berbicara denganmu kecuali seperti seorang saudara yang membisikkan rahasia." Umar juga berbicara kepada Nabi SAW dengan suara yang lembut. Bahkan konon kabarnya setelah peristiwa itu Umar banyak sekali bersedekah, karena takut amal yang lalu telah terhapus. Para sahabat Nabi SAW takut akan terhapus amal mereka karena melanggar etiket berhadapan dengan Nabi SAW. Dalam satu kesempatan lain, ketika di Mekkah, Nabi SAW didatangi utusan pembesar Quraisy, Utbah bin Rabi'ah. Ia berkata pada Nabi SAW, "Wahai kemenakanku, kau datang membawa agama baru, apa yang sebetulnya kau kehendaki. Jika kau kehendaki harta, akan kami kumpulkan kekayaan kami, Jika Kau inginkan kemuliaan akan kami muliakan engkau. Jika ada sesuatu penyakit yang dideritamu, akan kami carikan obat. Jika kau inginkan kekuasaan, biar kami jadikan engkau penguasa kami" 3

Nabi SAW mendengar dengan sabar uraian tokoh musyrik ini. Tidak sekalipun beliau membantah atau memotong pembicaraannya. Ketika Utbah berhenti, Nabi SAW bertanya, "Sudah selesaikah, Ya Abal Walid?" "Sudah." kata Utbah. Nabi SAW membalas ucapan utbah dengan membaca surat Fushilat. Ketika sampai pada ayat sajdah, Nabi SAW-pun bersujud. Sementara itu Utbah duduk mendengarkan Nabi sampai menyelesaikan bacaannya. Peristiwa ini sudah lewat ratusan tahun lalu. Kita tidak heran bagaimana Nabi SAW dengan sabar mendengarkan pendapat dan usul Utbah, tokoh musyrik. Kita mengenal akhlaq nabi dalam menghormati pendapat orang lain. Inilah akhlak Nabi dalam majelis ilmu. Yang menakjubkan sebenarnya adalah perilaku kita sekarang. Bahkan oleh si Utbbah, si musyrik, kita kalah. Utbah mau mendengarkan Nabi SAW dan menyuruh kaumnya membiarkan Nabi SAW berbicara. Bagaimana dengan kita?, Jangankan mendengar pendapat orang kafir, kita bahkan tidak mau mendengarkan pendapat saudara kita sesama muslim. Dalam pengajian, suara pembicara kadangkadang tertutup suara obrolan kita. Masya Allah! Ketika Nabi SAW tiba di Madinah dalam episode hijrah, ada utusan kafir Mekkah yang meminta janji Nabi SAW bahwa beliau akan mengembalikan siapapun yang pergi ke Madinah setelah perginya Nabi SAW. Selang beberapa waktu kemudian. Seorang sahabat rupanya tertinggal di belakang Nabi SAW. Sahabat ini meninggalkan isterinya, anaknya dan hartanya. Dengan terengah-engah menembus padang pasir, akhirnya ia sampai di Madinah. Dengan perasaan haru ia segera menemui Nabi SAW dan melaporkan kedatangannya. Apa jawab Nabi SAW? "Kembalilah engkau ke Mekkah. Sungguh aku telah terikat perjanjian. Semoga Allah melindungimu." Sahabat ini menangis keras. Bagi Nabi SAW janji adalah suatu yang sangat agung. Meskipun Nabi SAW merasakan bagaimana besarnya pengorbanan sahabat ini untuk berhijrah, bagi Nabi SAW janji adalah janji; bahkan meskipun janji itu diucapkan kepada orang kafir. Bagaimana kita memandang harga suatu janji, merupakan salah satu bentuk jawaban bagaimana perilaku Nabi SAW telah menyerap di sanubari kita atau tidak. Dalam suatu kesempatan menjelang akhir hayatnya, Nabi SAW berkata pada para sahabat, "Mungkin sebentar lagi Allah akan memanggilku, aku tak ingin di padang mahsyar nanti ada diantara kalian yang ingin menuntut balas karena perbuatanku pada kalian. Bila ada yang keberatan dengan perbuatanku pada kalian, ucapkanlah!" Sahabat yang lain terdiam, namun ada seorang sahabat yang tiba-tiba bangkit dan berkata, "Dahulu ketika engkau memeriksa barisan di saat ingin pergi perang, kau meluruskan posisi aku dengan tongkatmu. Aku tak tahu apakah engkau sengaja atau tidak, tapi aku ingin menuntut qishash hari ini." Para sahabat lain terpana, tidak menyangka ada yang berani berkata seperti itu. Kabarnya Umar langsung berdiri dan siap "membereskan" orang itu. Nabi SAW-pun melarangnya. Nabi SAW-pun menyuruh Bilal mengambil tongkat ke rumah beliau. Siti Aisyah yang berada di rumah Nabi SAW keheranan ketika Nabi SAW meminta tongkat. Setelah Bilal menjelaskan peristiwa yang 4

terjadi, Aisyah pun semakin heran, mengapa ada sahabat yang berani berbuat senekad itu setelah semua yang Rasul SAW berikan pada mereka. Rasul memberikan tongkat tersebut pada sahabat itu seraya menyingkapkan bajunya, sehingga terlihatlah perut Nabi SAW. Nabi SAW berkata, "Lakukanlah!" Detik-detik berikutnya menjadi sangat menegangkan. Tetapi terjadi suatu keanehan. Sahabat tersebut malah menciumi perut Nabi SAW, dan memeluk Nabi seraya menangis, "Sungguh maksud tujuanku hanyalah untuk memelukmu dan merasakan kulitku bersentuhan dengan tubuhmu!. Aku ikhlas atas semua perilakumu wahai Rasulullah". Seketika itu juga terdengar ucapan, "Allahu Akbar" berkali-kali. Sahabat tersebut tahu, bahwa permintaan Nabi SAW itu tidak mungkin diucapkan kalau Nabi SAW tidak merasa bahwa ajalnya semakin dekat. Sahabat itu tahu bahwa saat perpisahan semakin dekat, ia ingin memeluk Nabi SAW sebelum Allah memanggil Nabi SAW ke hadirat-nya. Suatu pelajaran lagi buat kita. Menyakiti orang lain baik hati maupun badannya merupakan perbuatan yang amat tercela. Allah tidak akan memaafkan sebelum yang kita sakiti memaafkan kita. Rasul SAW-pun sangat hati-hati karena khawatir ada orang yang beliau sakiti. Khawatirkah kita bila ada orang yang kita sakiti menuntut balas nanti di padang Mahsyar di depan Hakim Yang Maha Agung ditengah miliaran umat manusia? Jangan-jangan kita menjadi orang yang muflis. Na'udzu billah... Waktu Shalat Dhuhur adalah 12:04 5