FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN OLEH IBU BERSALIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAROMBONG KELURAHAN BAROMBONG



dokumen-dokumen yang mirip
Harto P. Simanjuntak 1, Heru Santosa 2, Maya Fitria 2. Abstract

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN PANDEGLANG

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PERTOLONGAN PERSALINAN PADA TENAGA KESEHATAN DI DESA LOLU KECAMATAN BIROMARU KABUPATEN SIGI. Abd.

PENGARUH FAKTOR PREDISPOSISI,

Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Rendahnya Kunjungan (K4) Ibu Hamil di Puskesmas Bambu Apus, Jakarta Timur

PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERILAKU IBU DALAM BERSALIN KE BIDAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan AKI di negara-negara ASEAN, penolong persalinan adalah hal yang

**) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Jl Nakula I N Semarang ABSTRACT

HUBUNGAN PERILAKU IBU HAMIL DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN ANTENATAL CARE DI PUSKESMAS ANTANG

Erma Prihastanti, Puji Hastuti Prodi DIII Kebidanan Purwokerto Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Semarang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH DUKUN BAYI ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU DALAM PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN. Lia Amalia (

Seprianus Lahal 1, Suhartatik 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar ABSTRAK

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PONED OLEH IBU BERSALIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANJAR 2 KOTA BANJAR

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN IBU BALITA DALAM KEGIATAN POSYANDU DI POSYANDU NUSA INDAH DESA JENAR KECAMATAN JENAR KABUPATEN SRAGEN

HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN IBU DENGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN K4 DI PUSKESMAS BAQA KOTA SAMARINDA TAHUN 2016

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN TEMPAT BERSALIN PADA IBU HAMIL (Studi Kasus di Kelurahan Rowosari, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang)

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUNJUNGAN IBU HAMIL (K4) DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS CIMARAGAS KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2013.

HUBUNGAN TINGKAT EKONOMI DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENOLONG PERSALINAN IBU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAMBUNG MAKMUR TAHUN

Karakteristik Dukun Bersalin Tentang Kemitraan dengan Bidan di Wilayah Puskesmas Mataraman Kabupaten Banjar

Yeni Yuniarti 2, Suesti 3 INTISARI

JURNAL ILMU BERBAGI PEMANFAATAN PENOLONG PERSALINAN DI KELURAHAN MULYAHARJA KOTA BOGOR TAHUN 2013

RELATIONSHIP BETWEEN EDUCATION AND KNOWLEDGE WITH KADARZI BEHAVIOR IN RURAL AREAS REPRESENTED BY KEMBARAN I DISTRICT

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Penolong Persalinan Di Desa Moyongkota Baru Kecamatan Modayag Barat

FACTORS-FACTORS WITH ROLE RELATED MIDWIFE VILLAGE IN EFFORT DERIVE MATERNAL MORTALITY WORKING WOMEN HEALTH REGION LHOONG DISTRICT OF ACEH BESAR

DETERMINAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CAMPALAGIAN KABUPATEN POLEWALI MANDAR TAHUN 2011

PERUBAHAN PEMILIHAN PENOLONG DAN TEMPAT PERSALINAN IBU MULTIPARA DI DAERAH PERKOTAAN KABUPATEN BANTAENG

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ANC DENGAN KUNJUNGAN ANC DI PUSKESMAS GALUR 2 KULON PROGO DWI SURYANDARI INTISARI

Dinamika Kesehatan Vol.6 No. 1 Juli 2015 Rahayu et al.,persalinan Tindakan...

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN STANDART PELAYANAN KEHAMILAN TERHADAP KUNJUNGAN IBU HAMIL DI PUSKESMAS GEMOLONG SRAGEN TAHUN 2011

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN ULANG NIFAS DI WILAYAH PUSKESMAS PURWOYOSO KOTA SEMARANG

PENDAHULUAN Kehamilan merupakan proses alamiah yang akan dialami oleh setiap wanita. Lama kehamilan sampai aterm adalah 280 sampai 300 hari atau 39

BAB I PENDAHULUAN. utama dalam pembangunan sektor kesehatan sebagaimana tercantum dalam Program

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG MASASE FUNDUS UTERI TERHADAP PENGETAHUAN DAN INVOLUSI UTERUS PADA IBU POSTPARTUM DI RUMAH SAKIT ISLAM SAMARINDA

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK KADER DALAM PENYULUHAN DI MEJA 4 PADA POSYANDU DI KELURAHAN NGALIYAN, KOTA SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN PELATIHAN ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN) DALAM PELAKSANAAN STANDAR ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN)

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Ibu Hamil Menyusui secara Eksklusif di Puskesmas Kasihan I Bantul Yogyakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai dampak yang besar terhadap pembangunan di bidang kesehatan dan

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 12, No. 2 Juni 2016

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI LOKALISASI SUNAN KUNING SEMARANG

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UNGARAN KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bungus Tahun 2014

MOTIVASI DAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC) PADA IBU HAMIL TRIMESTER III

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN PERTUMBUHAN BALITA DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, STATUS PENDIDIKAN, DAN STATUS PEKERJAAN IBU DENGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Correlation Between Mother s Knowledge and Education On Use Of Contraceptive In Yukum Jaya Village Central Lampung In 2013

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN TINGKAT EKONOMI DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DI WILAYAH PUSKESMAS SEKAMPUNG KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

Abstract. Healthy Tadulako Journal 11. Hubungan antara pendampingan persalinan...( Abd. Halim, Fajar, Nur)

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. minggu pertama kehidupan dan 529 ribu ibu meninggal karena penyebab yang

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN TAMAMAUNG KOTA MAKASSAR

Determinan Pemilihan Tempat Persalinan di Kabupaten Cirebon, Tahun 2004

HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN PEKERJAAN IBU HAMIL DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH

Mahasiswa Magister Keperawatan Komunitas, Universitas Padjadjaran Bandung 2,3,4. Staff Dosen Keperawatan Komunitas Universitas Padjadjaran Bandung

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMANFAATAN KELAS IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HARAPAN RAYA PEKANBARU

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita terhadap Tindakan Imunisasii Dasar Lengkap di Kelurahan Lambung Bukit Kota Padang Tahun 2014

Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang Tanda Bahaya Kehamilan Terhadap Pengetahuan Ibu Hamil Di Puskesmas Amurang Kabupaten Minahasa Selatan

BAB I PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MGD s) atau tujuan pembangunan milenium

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PENDIDIKAN BIDAN DENGAN PENGGUNAAN PARTOGRAF DI PUSKESMAS PAGADEN PERIODE MARET SAMPAI JULI 2008

UNIVERSITAS UDAYANA. Skripsi ini diajukan sebagai Salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERAN PETUGAS DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU PEKERJA YANG MEMPUNYAI BAYI DI WILAYAH PUSKESMAS RAWASARI TAHUN

DETERMINAN PERENCANAAN PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI DAERAH PERDESAAN KABUPATEN TORAJA UTARA

Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : e-issn : Vol. 2, No 7 Juli 2017

Heriani 1 Berta Afriani 2 Yudi Budianto 3 STIKES Al-Ma arif Baturaja Program Studi DIII Kebidanan Jln.Dr Mohammad Hatta No 687 B Baturaja ABSTRAK

Liva Maita, Na imatu Shalihah : Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Pemberian Kolostrum Pada Ibu Nifas Di Ruang Camar I Rsud Arifin Achmad Provinsi Riau

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL DENGAN PEMANFAATAN ANTENATAL CARE DI PUSKESMAS KAMPUNG DALAM PONTIANAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI HEPATITIS B-0 DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B-0 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PADANG ALAI TAHUN 2015

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ANC DENGAN KETERATURAN ANC

Pemilihan Penolong Persalinan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN BIDAN DI DESA DALAM PEMANFAATAN PARTOGRAF DI KABUPATEN BANJAR TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilihat dengan upaya meningkatkan usia harapan hidup, menurunkan. untuk berperilaku hidup sehat (Depkes RI, 2009).

HUBUNGAN PELAKSANAAN ASUHAN SAYANG IBU DENGAN PROSES PERSALINAN DI RUANG BERSALIN BLUD RUMAH SAKIT KABUPATEN KONAWE

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI USIA 9-11 BULAN DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN MRANGGEN DEMAK

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS CIKAMPEK KABUPATEN KARAWANG

Medsains Vol. 1 No.01, Maret 2015 : 7-12

Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Kehamilan Risiko Tinggi

Keywords:. Knowledge, Attitude, Action in the Utilization of PHC.

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Balita BGM di Desa Karangpasar Wilayah Kerja Puskesmas Tegowanu

Vol X Nomor 3 Juli Jurnal Medika Respati ISSN :

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN POLA KONSUMSI DENGAN KEJADIAN ANEMIA GIZI PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KASSI-KASSI

HUBUNGAN PENGETAHUAN PEMANFAATAN BUKU KIA DENGAN KEMAMPUAN PERAWATAN BALITA PADA IBU BALITA DI POSYANDU LARAS LESTARI NOGOTIRTO SLEMAN

PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN IBU HAMIL TERHADAP PELAYANAN PERSALINAN DI PUSKESMAS LEMPO TORAJA UTARA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GODEAN II SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH PEMBERIAN KIE TERHADAP PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN DI PUSKESMAS MERGANGSAN YOGYAKARTA TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN

EVALUASI PROSES PELAKSANAAAN KELAS IBU HAMIL DI KABUPATEN BANYUMAS

BAB 1 PENDAHULUAN. program KIA tersebut menurunkan angka kematian ibu dan anak (Depkes, RI 2007)

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Kata Kunci : Pengetahuan,Pekerjaan,Pendidikan,Pemberian ASI Eksklusif

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU DENGAN SIKAP PEMBERIAN ASI EKSLKLUSIF DI WILAYAH PUSKESMAS KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014

ROY ANTONIUS TARIGAN NIM.

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG PERAWATAN LUKA PERINEUM DI RUMAH BERSALIN ROSSITA PEKANBARU 2017

BAB 1 PENDAHULUAN. tertinggi di Asia Tenggara. Hal itu menjadi kegiatan prioritas departemen

BAB 5 HASIL PENELITIAN. n % n % Total % %

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

Jurnal Kesehatan Volume II No. 4 Tahun 2009 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN OLEH IBU BERSALIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAROMBONG KELURAHAN BAROMBONG Asriani Staf Pengajar Program Studi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar Abstract Analysis of delivery helpers is important because one of the indicators in the safemotherhood program that notice how much delivery can be handled, especially by health personnel. Percentage of births in South Sulawesi Province in 2004 by medical personnel was 57.5% and 42.5% is handled by non-medical personnel. The fact is also reflected in Puskesmas Barombong Kelurahan Barombong. It is known from studies of health status in this area. From the research it was found that the number of births assisted by health personnel as much as 34.15%, while deliveries assisted by non health personnel was 65.85%. This study investigates the correlation between the factors (include maternal education, maternal knowledge, economic ability,maternal behavior and accessibility of health service facilities) that related with delivery helper election in Puskesmas Barombong in 2006. Research methods is Cross Sectional Study. Population is the mothers who birth in 2006, the child is born alive or dead, his name is recorded in the birth mother target data, and resides in Puskesmas Barombong totally 213 people. Sample taken by the method of proportional random sampling amounted to 139 people. Data processing by using Microsoft excel and SPSS while the data analysis carried out univariate and bivariate. The results showed 65% of 140 respondents choose health personnel as a helper delivery and 35% select the non-medical personnel as a delivery helper.statistical analysis showed a significant correlation between maternal education, maternal knowledge, economic ability,maternal behavior with the delivery helper election with p-value of each 0.000, 0.004, 0.047, and 0.000. While the accessibility of health service facilities do not show a significant correlation with the delivery helper election. Keywords: Delivery Helper, Birth, Pregnant Woman PENDAHULUAN Latar Belakang T ujuan pembangunan kesehatan Indonesia diarahkan untuk lebih meningkatkan derajat kesehatan dan kualitas sumber daya manusia. Hal ini ditunjukkan dengan upaya meningkatkan usia harapan hidup, menurunkan angka kematian bayi, anak dan ibu melahirkan, meningkatkan kesejahteraan keluarga, meningkatkan produktivitas kerja, serta meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat. 57

Asriani Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Penolong Persalinan Angka kematian dan kesakitan pada kehamilan dan persalinan masih merupakan masalah yang besar di negara berkembang, seperti di Indonesia. Pada tahun 1996, WHO memperkirakan setiap tahunnya lebih dari 585.000 ibu meninggal pada saat hamil atau bersalin. AKI Indonesia pada tahun 2002/2003 adalah sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 2002-2003). Angka tersebut telah mengalami penurunan pada tahun 2005 menjadi 290,8 per seratus ribu kelahiran hidup (Depkes, 2005). Target kematian ibu yang ingin dicapai secara nasional pada tahun 2010 adalah sebesar 125 per 100.000 kelahiran hidup melalui pelaksanaan MPS (Making Pregnancy Safer) dengan salah satu pesan kunci yaitu setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih (Depkes, 18 Februari 2007). Berdasarkan data tahun 2001, 2002 dan 2003, angka kematian bayi juga mengalami penurunan perlahan yaitu 50, 47 dan 37 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2003. Meskipun demikian, penurunan tersebut jauh tertinggal jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN. Penolong persalinan merupakan salah satu indikator kesehatan terutama yang berkaitan dengan tingkat kesehatan ibu dan anak serta pelayanan kesehatan secara umum. Dilihat dari kesehatan ibu dan anak maka persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan (Nakes) seperti bidan dan dokter dianggap lebih baik dari persalinan yang ditolong oleh Tenaga non Nakes seperti dukun, keluarga atau lainnya. Persalinan yang aman dapat dicapai melalui pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan profesional dan ketersediaan peralatan yang memadai untuk menangani komplikasi obstetrik dan neonatal. Saat ini angka persalinan oleh tenaga kesehatan masih rendah. Persentase kelahiran pada tahun 2003 yang ditangani oleh tenaga medis terdapat sekitar 56,95 % dan pada tahun 2004 naik menjadi sekitar 57,51 % (Susenas 2003 & 2004). Sementara persentase penolong persalinan oleh tenaga non medis masih cukup tinggi yaitu 43,05 % pada tahun 2003 dan 42,5 % pada tahun 2004, sehingga perlu pemantauan pengetahuan akan pentingnya kesehatan bagi dukun (Indikator Kesra Sulsel, BPS 2004). Hal tersebut mengisyaratkan tentang persalinan tenaga dukun/keluarga yang masih tinggi dan mencerminkan persalinan yag tidak aman yang dapat berdampak pada kematian ibu dan kematian bayi yang tinggi. Persentase kelahiran di Propinsi Sulawesi Selatan sendiri tahun 2004 oleh tenaga medis adalah 57,5 % dan sisanya 42,5 % ditangani oleh tenaga non medis. Kenyataan tersebut juga terjadi di Sulawesi Selatan, khususnya di Kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate yang terdiri dari 9 RW. Hal ini diketahui dari penelitian status kesehatan di wilayah tersebut. Dari penelitan tersebut didapatkan bahwa jumlah persalinan yang dibantu oleh tenaga kesehatan sebanyak 34,15 % sedangkan persalinan yang dibantu oleh tenaga non kesehatan sebanyak 65,85 %. Hal ini dikarenakan alasan biaya untuk melahirkan di bidan dan dokter tidak mampu dijangkau, serta jarak rumah sakit yang jauh dengan sarana transportasi yang kurang memadai. 58

Jurnal Kesehatan Volume II No. 4 Tahun 2009 Masalah yang kita hadapi adalah bahwa pada kenyataannya pertolongan persalinan oleh dukun bayi memang masih merupakan pilihan pertolongan yang diminati oleh masyarakat. Di lain pihak angka kematian ibu masih tinggi. Hal-hal tersebut di atas yang mendorong kami untuk melihat apakah faktorfaktor pendidikan ibu, kemampuan membayar, pengetahuan dan kebiasaan berhubungan dengan pemilihan pertolongan persalinan di wilayah Kelurahan Barombong. Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara pendidikan, pengetahuan ibu, kemampuan membayar, kebiasaan ibu, dan keterjangkauan tempat bersalin dengan pemilihan pertolongan persalinan oleh ibu bersalin. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan pertolongan persalinan oleh ibu bersalin. BAHAN DAN METODE Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Barombong Kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate Tahun 2006. Desain dan Variabel Penelitian Jenis penelitian ini adalah analitik. Sedangkan metode penelitan yang digunakan adalah cross sectional study yaitu mengobservasi variabel dependen (Pemilihan Pertolongan Persalinan Ibu hamil) dan variabel independen (Tingkat pendidikan, kemampuan membayar, pengetahuan, kebiasaan Ibu dan keterjangkauan sarana kesehatan) sekaligus pada saat yang sama. Populasi dan Sampel Populasi dari penelitian ini adalah semua ibu yang malahirkan bayi tahun 2006 dan tinggal di wilayah kerja puskesmas Barombong, kelurahan Barombong, Kotamadya Makassar, yaitu sebanyak 213 orang. Sampel pada penelitian ini adalah anggota populasi penelitian yang diambil secara Proportional Random Sampling yaitu ibu-ibu yang melahirkan bayi pada tahun 2006 bila ibu melahirkan dua kali dalam tahun tersebut maka yang diambil adalah kelahiran terakhir. Baik melahirkan anaknya dalam keadaan hidup atau mati yaitu sebanyak 139 orang. Pengumpulan Data Data primer diambil dengan wawancara langsung pada ibu-ibu dari orang ke orang yang terpilih secara random dengan berpedoman pada kuesioner yang dibuat berdasarkan tujuan penelitian sedangkan data sekunder diperoleh dari Puskesmas Barombong dan Kantor Kel. Barombong. Analisis Data Data yang diperoleh diolah secara elektronik dengan menggunakan komputer program Excel dan SPSS. Analisis dilakukan dalam bentuk analisis univariat dan analisis bivariat. Data yang diperoleh diuji dengan menggunakan 59

Asriani Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Penolong Persalinan uji statistik Chi Square. Dengan tingkat kepercayaan dipilih α 0,05. HASIL PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Barombong, Kelurahan Barombong, Kecamatan Tamalate, Kotamadya Makassar. Pengumpulan data dimulai dari tanggal 02-14 Juli 2007. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 139 sampel yang terdiri atas 65 sampel yang memanfaatkan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan dan 74 sampel yang memanfatkan tenaga non kesehatan sebagai penolong persalinan. Hasil pengolahan data dari penelitian tersebut sebagai berikut. 1. Analisis Univariat Pada analisis ini dilakukan untuk mendapatkan distribusi frekuensi setiap variabel yang diteliti. a. Asal Responden Tabel 1 Distribusi Sampel Menurut Asal RW Di Wilayah Kerja Puskesmas Barombong Tahun 2006 RW Jumlah Sampel Persentasi RW 1 18 12,95% RW 2 15 10,79% RW 3 14 10,07 % RW 4 14 10,07 % RW 5 17 12,23 % RW 6 16 11,52 % RW 7 18 12,95 % RW 8 13 9,35 % RW 9 14 10,07 % Jumlah 139 100 % Dari tabel 1 memperlihatkan bahwa dari 139 responden tersebar secara merata dan proporsional di seluruh RW di Kelurahan Barombong. b. Penolong Persalinan Tabel 2 Distribusi Sampel Menurut Pemilihan Penolong Persalinan oleh Ibu Bersalin Di Wilayah Kerja Puskesmas Barombong Tahun 2006 Penolong Persalinan Jumlah Persentasi Nakes Non Nakes 65 74 46,8 % 53,2 % Jumlah 139 100 % Dari tabel 2 menunjukkan jumlah ibu bersalin yang memilih tenaga non kesehatan lebih banyak daripada yang memilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan c. Pendidikan Ibu Tabel : 3 Distribusi Sampel Menurut Tingkat Pendidikan Ibu Bersalin Di Wilayah Kerja Puskesmas Barombong Tahun 2006 Pendidikan Tidak Sekolah SD SLTP SLTA AK/PT Jumlah Persentasi 6 71 41 17 4 4,3 % 51,1 % 29,5 % 12,2 % 2,9 % Jumlah 139 100 % 60

Jurnal Kesehatan Volume II No. 4 Tahun 2009 Dari tabel 3 menunjukkan jumlah ibu bersalin yang berpendidikan kurang (Tidak Sekolah SLTP) lebih banyak daripada ibu bersalin yang berpendidikan cukup (SLTA- AK/PT) d. Pengetahuan Ibu Tabel 4 Distribusi Sampel Menurut Tingkat pengetahuan Ibu Bersalin Di Wilayah Kerja Puskesmas Barombong Tahun 2006 Pengetahuan Cukup Kurang Jumlah Persentasi 123 16 88,5 % 11,5 % Jumlah 139 100 % Dari tabel 4 menunjukkan jumlah ibu bersalin yang berpengetahuan cukup lebih banyak daripada ibu bersalin yang berpengetahuan kurang e. Kemampuan Ekonomi Tabel 5 Distribusi Sampel Menurut Kemampuan Ekonomi Ibu Bersalin Di Wilayah Kerja Puskesmas Barombong Tahun 2006 Kemampuan Ekonomi Mampu Tidak Mampu Jumlah 46 93 Persentasi 33,1 % 66,9 % Jumlah 139 100 % Dari tabel 5 menunjukkan jumlah ibu bersalin yang secara ekonomi tidak mampu lebih banyak daripada ibu bersalin yang mampu. f. Kebiasaan Ibu Tabel 6 Distribusi Sampel Menurut Kebiasaan Ibu Bersalin Di Wilayah Kerja Puskesmas Barombong Tahun 2006 Kebiasaan Jumlah Persentasi Baik Kurang baik 80 59 57,6 % 42,4 % Jumlah 139 100 % Dari tabel 6 menunjukkan jumlah ibu bersalin yang memiliki kebiasaan baik, lebih banyak daripada ibu bersalin yang memiliki kebiasaan kurang baik. g. Keterjangkauan Sarana Kesehatan Tabel 7 Distribusi Sampel Menurut Keterjangkauan Sarana Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Barombong Tahun 2006 Keterjangkauan Jumlah Persentasi Terjangkau Tidak Terjangkau 83 56 59,7 % 40,3 % Jumlah 139 100 % Dari tabel 7 menunjukkan jumlah ibu bersalin yang menjangkau tempat bersalin, lebih banyak daripada ibu bersalin yang tidak menjangkau tempat bersalin 61

Asriani Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Penolong Persalinan 2. Analisis Bivariat Pada analisis ini dilakukan tabulasi silang antar variabel dependen terhadap variabel independen (pendidikan, kemampuan ekonomi, pengetahuan, kebiasaan, dan keterjangkauan). a. Pendidikan Ibu Tabel 8 Hubungan Antara Pendidikan Ibu dengan Pemilihan Penolong Persalinan Pada Ibu Bersalin di Wilayah Kerja Puskesmas Barombong Tahun 2006 Pendidi kan Ibu Cukup Kurang Pemilihan Nakes Non Nakes Total n % N % n % 19 46 90,5 39,0 2 72 9,5 61,0 21 118 15,1 84,9 Total 65 46,8 74 53,2 139 100 Hasil uji statistik memperlihatkan nilai statistik chi square dari pearson sebesar 21,117 dengan probabilitas 0,000. Karena nilai probabilitas berdasarkan statistik tersebut lebih kecil dari taraf nyata 0,05, maka disimpulkan untuk menolak hipotesis nol dan menerima hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan pemilihan tenaga penolong persalinan. Besarnya hubungan antara pemanfaatan pertolongan persalinan dengan tingkat pendidikan dihitung dengan menggunakan rumus phi dengan hasil 0,39 dimana hasil uji ini memperlihatkan adanya hubungan yang sedang. b. Pengetahuan Ibu Tabel 9 Hubungan Antara Pengetahuan Ibu dengan Pemilihan Penolong Persalinan Pada Ibu Bersalin di Wilayah Kerja Puskesmas Barombong Tahun 2006 Pengeta huan Ibu Cukup Kurang Nakes Pemilihan Non Nakes Total N % N % N % 63 2 51,2 12,5 60 14 48,8 87,5 123 16 88,5 11,5 Total 65 46,8 74 53,2 139 100 Hasil uji statistik memperlihatkan nilai statistik chi square dari pearson sebesar 8,526 dengan probabilitas 0,004 sedangkan nilai chi square berdasarkan koreksi kontuinitas sebesar 7,042 dengan probabilitas 0,008 karena nilai probabilitas berdasarkan kedua statistik tersebut lebih kecil dari taraf nyata 0,05, maka disimpulkan untuk menolak hipotesis nol dan menerima hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan pemilihan tenaga penolong persalinan. Besarnya hubungan antara pemanfaatan pertolongan persalinan dengan tingkat pengetahuan dihitung dengan menggunakan rumus phi dengan hasil 0,248 dimana hasil uji ini memperlihatkan adanya hubungan yang lemah. 62

Jurnal Kesehatan Volume II No. 4 Tahun 2009 c. Kemampuan Ekonomi Tabel 10 Hubungan Antara Kemampuan Ekonomi Ibu dengan Pemilihan Penolong Persalinan Pada Ibu Bersalin di Wilayah Kerja Puskesmas Barombong Tahun 2006 Kemampu an Ekonomi Mampu Tdk Mampu Nakes Pemilihan Non Nakes Total n % N % N % 27 38 58,7 40,9 19 55 41,3 59,1 46 93 33,1 66,9 Total 65 46,8 74 53,2 139 100 Dari tabel 10 menunjukkan hubungan antara kemampuan ekonomi ibu dengan pemilihan tenaga persalinan, dimana ibu yang memiliki kemampuan ekonomi yang baik, lebih banyak memilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan sedangkan ibu yang memiliki kemampuan ekonomi kurang (kurang mampu), lebih banyak memilih tenaga non kesehatan sebagai penolong persalinan. Hasil uji statistik memperlihatkan nilai statistik chi square dari pearson sebesar 3,933 dengan probabilitas 0,047 sedangkan nilai chi square berdasarkan koreksi kontuinitas sebesar 3,249 dengan probabilitas 0,071 karena nlai probabilitas berdasarkan kedua statistik tersebut lebih kecil dari taraf nyata 0,05, maka disimpulkan untuk menolak hipotesis nol dan menerima hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa ada hubungan antara tingkat kemampuan ekonomi dengan pemilihan tenaga penolong persalinan. Besarnya hubungan antara pemanfaatan pertolongan persalinan dengan tingkat kemampuan ekonomi dengan menggunakan rumus phi dengan hasil 0,168 dimana hasil uji ini memperlihatkan adanya hubungan yang lemah. d. Kebiasaan Ibu Tabel 11 Hubungan Antara Kebiasaan Ibu dengan Pemilihan Penolong Persalinan Pada Ibu Bersalin di Wilayah Kerja Puskesmas Kebia saan Baik Kurang Baik Pemilihan Total Nakes Non Nakes n % N % N % 62 3 77,5 5,1 18 56 22,5 94,9 80 59 57,6 42,4 Total 65 46,8 74 53,2 139 100 Hasil uji statistik memperlihatkan nilai statistik chi square dari pearson sebesar 71,527 dengan probabilitas 0,000 sedangkan nilai chi square berdasarkan koreksi kontuinitas sebesar 68,648 dengan probabilitas 0,000. karena nilai probabilitas berdasarkan kedua statistik tersebut lebih kecil dari taraf nyata 0,05, maka disimpulkan untuk menolak hipotesis nol dan menerima hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa ada hubungan antara kebiasaan kesehatan dengan pemilihan tenaga penolong persalinan. Besarnya hubungan antara pemamfaatan pertolongan persalinan dengan kebiasaan kesehatan dihitung dengan menggunakan rumus phi dengan hasil 0,717 dimana hasil uji ini memperlihatkan adanya hubungan yang kuat. 63

Asriani Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Penolong Persalinan e. Keterjangkauan Sarana Kesehatan Tabel : 12 Hubungan Antara Keterjangkauan Sarana Kesehatan Dengan Pemilihan Penolong Persalinan Pada Ibu Bersalin di Wilayah Kerja Puskesmas Barombong Tahun 2006 Keterjang kauan Terjangkau Tdk Terjkau Nakes Pemilihan Non Nakes Total N % N % n % 41 24 49,4 42,9 42 32 50,6 57,1 83 56 59,7 40,3 Total 65 46,8 74 53,2 139 100 Hasil uji statistik memperlihatkan nilai statistik chi square dari pearson sebesar 0,575 dengan probabilitas 0, 448 sedangkan nilai chi square berdasarkan koreksi kontuinitas sebesar 0,342 dengan probabilitas 0,559 karena nilai probablitas berdasarkan kedua statistik tersebut lebih besar dari taraf nyata 0,05, maka disimpulkan untuk menerima hipotesis nol yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara keterjangkauan tempat bersalin dengan pemilihan tenaga penolong persalinan. PEMBAHASAN Dari distribusi responden yang memilih penolong persalinan di wilayah Barombong tampak lebih banyak responden yang memilih tenaga non kesehatan (dukun) dibandingkan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan. Dari wawancara, sebagian besar responden mengaku masih memilih dukun karena alasan ekonomi. Biaya persalinan di dukun relatif lebih murah dibandingkan di bidan atau dokter, lebih mudah dijangkau dan sebagian responden masih memiliki hubungan kerabat dengan dukun di wilayah tersebut. Berikut ini faktor-faktor yang mempengaruhi responden dalam pemilihan penolong persalinan di wilayah Barombong. 1. Pendidikan Ibu Tingkat pendidikan yang tinggi merupakan dasar dalam mengembangkan wawasan serta sarana seseorang untuk memudahkan intervensi dan turut menentukan cara berpikir sseorang dalam menerima sikap dan perilaku baru. Tingkat pendidikan formal yang pernah didapatkan akan meningkatkan daya nalar karena pendidikan merupakan dasar pengembangan daya nalar serta memberi dorongan kepada seseorang untuk melakukan sesuatu. Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan menunjukkan bahwa jumlah responden yang memafaatkan penolong persalinan oleh tenaga kesehatan di wilayah Barombong sebanyak 46,8% sampel dari 139 responden. Ditinjau dari tingkat pendidikan ibu yang memanfaatkan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan terdapat 90,5% dari 21 ibu yang berpendidikan cukup dan 39% dari 118 ibu yang berpendidikan kurang. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa p = 0,000 (p<0,05) berarti bahwa makin tingginya tingkat pendidikan ibu diharapkan mampu menerima perubahanperubahan baru di bidang kesehatan yang mengarah pada perbaikan kesehatan sehingga mampu mempersiapkan dirinya 64

Jurnal Kesehatan Volume II No. 4 Tahun 2009 dalam kehamilan dan persalinan dan pendidikan dapat mempengaruhi daya intelektual seseorang dalam memutuskan suatu hal, termasuk penentuan penolong persalinan. Pendidikan ibu yang kurang menyebabkan daya intelektualnya juga masih terbatas sehingga perilakunya masih sangat dipengaruhi oleh keadaan sekitarnya ataupun perilaku kerabat lainnya atau orang yang mereka tuakan. Secara statistik hubungan ini bermakna sebagai efek penyebab artinya seorang ibu dalam menentukan pemanfaatan pertolongan persalinan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, semakin tinggi tingkat pendidikan ibu, semakin tinggi tingkat pemanfaatan penolong persalinan. Hal ini dapat juga dikatakan bahwa ada kecenderungan responden dengan tingkat pendidikan yang cukup untuk memilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan, mengingat bahwa pendidikan dapat mempengaruhi daya intelektual seseorang dalam memutuskan suatu hal. Penelitian serupa yang dilakukan oleh Ridwan A, 2007 menunjukkan bahwa pendidikan ibu merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap pemilihan tenaga penolong persalinan dengan p = 0.00. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang berpendidikan cukup 95,8% dari 48 responden memilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan sementara ibu dengan pendidikan kurang hanya sebesar 48.9 % yang memilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan dari 92 orang responden. 2. Pengetahuan Ibu Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan menunjukkan bahwa jumlah responden yang memamfaatkan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan ditinjau dari tingkat pengetahuan sebanyak 51,2% dari 123 ibu yang memiliki pengetahuan cukup dan 12,5% dari 16 ibu yang memiliki pengetahuan yang kurang. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa p=0,004 (p<0,05) berarti bahwa ibu yang memiliki tingkat pengetahuan cukup lebih banyak memamfaatkan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan. Sedangkan ibu dengan tingkat pengetahuan kurang, lebih banyak memamfaatkan tenaga non kesehatan. Ini berarti bahwa makin tingginya tingkat pengetahuan ibu diharapkan semakin mampu mengaplikasikan apaapa yang diketahuinya ke dalam kehidupan nyata. Pengetahuan tentang kesehatan secara umum tentang kehamilan, persalinan serta risiko-risikonya diharapkan menjadi acuan dalam setiap sikap dan perilaku kesehatan ibu termasuk dalam pemilihan penolong persalinan. Pengetahuan merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan dalam rangka perubahan pola pikir dan perilaku suatu kelompok dan masyarakat. Pengetahuan ini terkait dengan lingkungan dimana responden 65

Asriani Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Penolong Persalinan menetap. Keadaan lingkungan, tingkat pendidikan dan keterpaparan dengan sumber informasi mempengaruhi pengetahuan, dalam hal ini pengetahuan mengenai kehamilan dan persalinan. Secara statistik hubungan ini bermakna sebagai efek penyebab artinya seorang ibu dalam menentukan pemanfaatan pertolongan persalinan dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan, semakin tinggi tingkat pengetahuan ibu, semakin tinggi tingkat pemanfaatan penolong persalinan. Hal ini dapat juga dikatakan bahwa ada kecenderungan responden dengan tingkat pengetahuan yang cukup memilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan. Hasil penelitian Ridwan A, 2007 menyatakan sebesar 85.1 % responden dengan pengetahuan cukup memilih tenaga kesehatan sebagai tenaga penolong persalinan sementara responden dengan pengetahuan kurang hanya sebesar 23.9 % yang memilih nakes sebagai tenaga penolong persalinan. 3. Kemampuan Ekonomi Pemanfaatan pelayanan sarana kesehatan berhubungan dengan tinggi rendahnya pendapatan, besarnya permintaan akan pelayanan kesehatan khususnya pada pelayanan kesehatan modern tergantung dari seberapa besar kemampuan ekonominya. Ability To Pay (ATP) terhadap pelayanan kesehatan didefinisikan sebagai kesanggupan dalam membayar jasa pelayanan kesehatan yang diterima seseorang yang dapat diukur dengan melihat pendapatan dan kemakmuran ekonominya. Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan menunjukkan bahwa jumlah responden yang memanfaatkan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan ditinjau dari kemampuan ekonomi sebanyak 58,7 % dari 46 ibu yang memiliki ekonomi cukup dan 40,9 % ibu dari 93 ibu yang memiliki ekonomi yang kurang. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa p=0,047 (p<0,05), ini berarti bahwa makin tingginya kemampuan ekonomi diharapkan semakin mampu membayar jasa pelayanan kesehatan khususnya dalam hal persalinan. Secara statistik hubungan ini bermakna sebagai efek penyebab artinya seorang ibu dalam menentukan pemanfaatan pertolongan persalinan dipengaruhi oleh kemampuan ekonomi, semakin tinggi kemampuan ekonomi, semakin tinggi tingkat pemamfaatan penolong persalinan. Hal ini dapat juga dikatakan behwa ada kecenderungan responden dengan kemampuan ekonomi yang cukup memilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan. Hasil penelitian Ridwan, 2007 dari 65 responden yang masuk dalam kategori bukan gakin, 80 % memilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan dan 20 % memilih tenaga non kesehatan sebagai penolong persalinan. Sedangkan dari 75 responden yang masuk dalam kategori gakin, 52 % memilih tenaga kesehatan sebagai tenaga penolong persalinan dan 48 % memilih tenaga non kesehatan sebagai penolong persalinan. 4. Kebiasaan ibu Kebiasaan merupakan suatu bentuk perbuatan berulang-ulang dengan bentuk yang sama yang dilakukan secara sadar dan 66

Jurnal Kesehatan Volume II No. 4 Tahun 2009 mempunyai tujuan-tujuan jelas dan dianggap baik dan benar. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh kebiasaan lingkungan sehari-hari di mana ia hidup dan dibesarkan. Kebiasaan merupakan satu hal mendasar yang mempengaruhi perilaku seseorang, termasuk perilaku kesehatan yang dalam hal ini kehamilan dan persalinan. Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan menunjukkan bahwa jumlah responden yang memanfaatkan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan ditinjau dari kebiasaan kesehatan ibu sebanyak 77,5 % dari 80 ibu yang memiliki kebiasaan baik dan 5,1 % dari 59 ibu yang memiliki kebiasaan yang kurang baik. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa p = 0,000 (p < 0,05) berarti bahwa dalam memanfaatkan nakes sebagai penolong persalinan, ibu yang memiliki kebiasaan kesehatan yang baik mempunyai frekuensi yang lebih besar daripada ibu yang memiliki kebiasaan kurang baik. Ini berarti bahwa semakin baik kebiasaan ibu diharapkan mampu mempengaruhi perilaku ibu, termasuk perilaku kesehatan yang dalam hal ini kehamilan dan persalinan. Secara statistik hubungan ini bermakna sebagai efek penyebab artinya seorang ibu dalam menentukan pemanfaatan pertolongan persalinan dipengaruhi oleh kebiasaan kesehatan, semakin baik kesehatan ibu, semakin tinggi tingkat pemanfaatan penolong persalinan. Hal ini dapat juga dikatakan bahwa ada kecenderungan responden dengan kebiasaan yang baik memilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan. Hasil penelitian Ridwan A, 2007 menyatakan sebesar 84.6% responden dengan kebiasaan baik memilih tenaga kesehatan sebagai tenaga penolong persalinan sementara responden dengan kebiasaan tidak baik hanya sebesar 28.6% yang memilih nakes sebagai tenaga penolong persalinan. 5. Keterjangkauan Sarana Kesehatan Saat ini, penyebaran sarana kesehatan masih belum merata. Terdapat daerah yang belum memiliki sarana kesehatan khususnya dalam bidang persalinan. Hal ini menyebabkan masyarakat kesulitan mendapatkan pelayanan kesehatan. Bila sarana kesehatan atau rumah sakit sudah tersedia, yang menjadi masalah selanjutnya adalah terdapat daerah yang tidak dijangkau oleh sarana transportasi untuk mencapai sarana kesehatan tersebut. Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan menunjukkan bahwa jumlah responden yang memanfaatkan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan ditinjau dari keterjangkauan tempat bersalin sebanyak 49,4 % dari 83 ibu yang mudah menjangkau tempat bersalin dan 42,9 % dari 56 ibu yang tidak mudah menjangkau tempat bersalin. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa p=0,448 (p>0,05) berarti bahwa ibu yang mudah menjangkau maupun sulit menjangkau tempat bersalin lebih banyak memafaatkan tenaga non kesehatan dibanding tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan. Hasil penelitian Ridwan A, 2007 menyatakan sebesar 64 % responden yang 67

Asriani Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Penolong Persalinan mudah menjangkau sarana kesehatan memilih tenaga kesehatan sebagai tenaga penolong persalinan sementara responden yang tidak mudah menjangkau sarana kesehatan sebesar 66.2 % yang memilih nakes sebagai tenaga penolong persalinan. KESIMPULAN Dari penelitian yang kami lakukan, didapatkan kesimpulan responden yang memilih nakes sebagai tenaga penolong persalinan sebesar 46,8% dan 53,2% memilih tenaga non kesehatan sebagai penolong persalinan. Faktor Pendidikan, pengetahuan, kebiasaan ibu dan kemampuan ekonomi berhubungan dengan pemilihan tenaga penolong persalinan di wilayah kerja Puskesmas Barombong sedangkan tidak ada hubungan antara keterjangkauan terhadap sarana pelayanan kesehatan dengan pemilihan tenaga penolong persalinan. SARAN 1. Perlu diadakan pembinaan masyarakat dalam membentuk usaha kecil dan menengah (kerajinan tangan) yang dapat menjadi salah satu alternatif peningkatan perekonomian keluarga yang dapat digalakkan lewat program PKK. 2. Kepada kader-kader puskesmas maupun posyandu diharapkan lebih meningkatkan kegiatan penyuluhan kesehatan khususnya mengenai kehamilan dan persalinan. 3. Kepada pihak puskesmas diharapkan untuk mengadakan pelatihan bagi dukun beranak mengingat dukun masih sebagai salah satu pilihan untuk menolong persalinan. DAFTAR PUSTAKA Adipriati, D. Deteminan Pemilihan Tempat Persalinan di Kabupaten Cirebon thn 2004. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional FKM UI, Vol. I, No. 4, Februari 2007, Hal. 188-192 Bangsu, Tamrin. Dukun Bayi Sebagai Pilihan Utama Tenaga Penolong Persalinan. Jurnal Penelitian UNIB, Vol. VII, No. 2, Juli 2001, Hal. 104-109. Diakses tanggal 10 Juni 2007. Besral. Pengaruh Pemeriksaan Kehamilan Terhadap Pemilihan Penolong Persalinan. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional FKM UI Vol. I, No. 2, Oktober2006, Hal. 88-92 Karmila S, Parameswari. Gambaran Status Kesehatan Masyarakat Kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate Kota Makassar. Fakultas Kedokteran Unhas. Makassar. 2007. Maas, Linda T. Kesehatan Ibu dan Anak : Persepsi Budaya dan Dampak Kesehatannya. USU Digital Library. 2004. Diakses tanggal 10 Juni 2007. Notoadmojo,S. Dasar-Dasar Pendidikan dan Pelatihan. Jakarta: Badan Penerbit Kesehatan Masyarakat FKM UI. 1989 -------, Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip- Prinsip Dasar. Jakarta: Rineka Cipta. 2003 -------, Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 2005 Permata, S.P. Hubungan Pendidikan, Pengetahuan Kesehatan Maternal dan Pendapatan dengan Efektivitas Gerakan 68

Jurnal Kesehatan Volume II No. 4 Tahun 2009 Sayang Ibu (GSI) dalam Meningkatkan Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan. Jurnal Penelitian UNIB, Vol. VIII, No. 2, Juli 2002, Hal. 100-104. Diakses tanggal 10 Juni 2007. Prabowo, AH. Rendahnya Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Dokter PTT Bertugas Di Puskesmas Parengan Kabupaten Tuban, Jawa Timur Saimi, Kusnanto H. Pemamfaatan Pelayanan Persalinan Gratis di Puskesmas Kabupaten Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat. No.3 Januari 2006. Diakses tanggal 10 Juni 2007 Sarwono, P. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta 1999 Suprapto, Agus. Pola Pertolongan Persalinan 5 Tahun Terakhir Hubungannya dengan Faktor Sosial Ekonomi Di Indonesia. Internet, Error! Hyperlink reference not valid.. Diakses tanggal 10 Juni 2007 Wijayanti PM. Mengapa Wanita Tidak Memilih Bidan Desa Sebagai Penolong Persalinan?. Mutiara Medika Jurnal Kedokteran dan Kesehatan FK UI Vol. V, No. 2, Juli 2005, Hal. 83-96 Wikdjo, Politik ekonomi Kesehatan Indonesia. PT Asuransi Kesehatan Indonesia.1993 69

Asriani Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Penolong Persalinan 70