2 Nasional tentang Tata Cara Peningkatan Kemampuan Lembaga Rehabilitasi Medis dan Rehabilitasi Sosial Yang Diselenggarakan oleh Pemerintah/Pemerintah

dokumen-dokumen yang mirip
FORMAT LAPORAN REKAPITULASI KLIEN REHABILITASI LAPORAN KEPADA BNN / BNNP / BNN KAB/KOTA REKAPITULASI DATA KLIEN YANG DILAYANI BULAN LEMBAGA..

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENINGKATAN KEMAMPUAN LEMBAGA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Medis dan Lembaga Rehabilitasi Sosial bagi Pecandu dan Korban Penyalahgunaan Narkotika; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2

2017, No Medis dan Lembaga Rehabilitasi Sosial bagi Pecandu dan Korban Penyalahgunaan Narkotika; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2

2017, No d. bahwa untuk belum adanya keseragaman terhadap penyelenggaraan rehabilitasi, maka perlu adanya pengaturan tentang standar pelayanan

2017, No Mengingat : 1. Undang - Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 77, Tam

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2011, No sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08 TAHUN 2014 TENTANG

2012, No.1156

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

17. Keputusan Menteri...

2013, No

2014, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Nega

BUPATI BULUNGAN PROPINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

2 Pecandu Narkotika dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 80 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Rehabilitasi Medis Bagi Pecandu, Penyalahg

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR REHABILITASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RENCANA KEGIATAN ANGGARAN BELANJA (RKAB) BNNK TANGERANG ALOKASI APBD TA. 2019

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG REHABILITASI NARKOTIKA KOMPONEN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 2. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 143, Tambahan Lembaran Negara Republik I

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL,

2016, No Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Lemb

STRUKTUR ORGANISASI BNNK SLEMAN

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR LEMBAGA PENYELENGGARA REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL

BERITA NEGARA. No.679, 2012 BADAN NARKOTIKA NASIONAL. Balai Rehabilitasi. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Loka Rehabilitasi. Organisasi. Tata Kerja.

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI REHABILITASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL

2 Mengingat : 1. c. bahwa Petunjuk Teknis Pelaksanaan Rehabilitasi Medis Bagi Pecandu, Penyalahguna, dan Korban Penyalahgunaan Narkotika Yang Dalam Pr

2 2. Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 60); 3. Peraturan Ke

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

Kebijakan dan Program Kerja Deputi Rehabilitasi

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Sosial tentang S

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 56 / HUK / 2009 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PETUNJUK TEKNIS I. KETENTUAN UMUM

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA

2013, No

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Sistem Peradilan Pidana Anak adalah keseluruhan proses penyeles

FORMAT KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KEGIATAN UNIT KERJA VERTIKAL TA 20xx

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

2015, No Indonesia Tahun 1979 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3143); 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Pe

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG FASILITASI PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA

FORMAT KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KEGIATAN ESELON II (DIREKTORAT, BIRO, PUSAT)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan Convention on the Rights of Persons with Disabilities (Konvensi Mengenai Hak-H

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI INSTANSI VERTIKAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

2 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik I

2017, No Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tingg

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

2016, No Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279); 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintaha

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 25 TAHUN 2011

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG TARUNA SIAGA BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 Mengingat : Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetuju

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BNN TES URINE PEGAWAI BPK SUMUT

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2017 TENTANG REHABILITASI SOSIAL RUMAH TIDAK LAYAK HUNI DAN SARANA PRASARANA LINGKUNGAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 288, 2012

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

2017, No Indonesia Nomor 5062); 3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 NOMOR 19 SERI F NOMOR 315 PERATURAN BUPATI SAMOSIR NOMOR 18 TAHUN 2014

2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Badan Narkotik

Transkripsi:

No.770, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Lembaga Rehabilitasi Medis. Rehabilitasi Sosial. Pemerintah/Pemda. Masyarakat. Kemampuan. Peningkatan. Tata Cara. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENINGKATAN KEMAMPUAN LEMBAGA REHABILITASI MEDIS DAN REHABILITASI SOSIAL YANG DISELENGGARAKAN OLEH PEMERINTAH/ PEMERINTAH DAERAH MAUPUN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL, Menimbang : a. bahwa berdasarkan pasal 70 huruf d Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, Badan Narkotika Nasional memiliki tugas meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial pecandu narkotika, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat; b. bahwa dalam rangka efisiensi dan efektifitas pemberian peningkatan kemampuan terhadap lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial milik pemerintah dan masyarakat, perlu menyusun tata cara peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Narkotika

2 Nasional tentang Tata Cara Peningkatan Kemampuan Lembaga Rehabilitasi Medis dan Rehabilitasi Sosial Yang Diselenggarakan oleh Pemerintah/Pemerintah Daerah Maupun Masyarakat; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4967); 5. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 143, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5062); 6. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Wajib Lapor Pecandu Narkotika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5211); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

3 2013 Nomor 103, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5243); 10. Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional; 11. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah; 12. Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah; 13. Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang Perubahan ke 4 atas Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah; 14. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2415 Tahun 2011 tentang Rehabilitasi Medis Bagi Pecandu dan Korban Penyalahgunaan Narkotika (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 825); 15. Peraturan Menteri Sosial Nomor 03 Tahun 2012 tentang Standar Lembaga Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, Dan Zat Adiktif Lainnya; 16. Peraturan Menteri Sosial Nomor 26 Tahun 2012 tentang Standar Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, Dan Zat Adiktif Lainnya (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 1218); 17. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 113/PMK/05/2012 tentang Perjalanan Dalam Negeri Bagi Pejabat Negara dan Pegawai Tidak Tetap (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 678); 18. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK/05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pembayaran Anggaran Pendapatan Belanja Negara (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 1191); 19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2013 tentang Fasilitasi Pencegahan Penyalahgunaan Narkotika (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 352);

4 20. Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 11 Tahun 2014 tentang Tata Cara Penanganan Tersangka Dan/Atau Terdakwa Pecandu Narkotika Dan Korban Penyalahgunaan Narkotika Ke Dalam Lembaga Rehabilitasi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 844); 21. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 13 Tahun 2014 tentang Perubahan Penggolongan Narkotika (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 415); 22. Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 16 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Narkotika Nasional (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 2085); 23. Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 3 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Narkotika Nasional Provinsi dan Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 493); 24. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 421 Tahun 2010 tentang Standar Terapi dan Rehabilitasi Gangguan Penggunaan Napza; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL TENTANG TATA CARA PENINGKATAN KEMAMPUAN LEMBAGA REHABILITASI MEDIS DAN REHABILITASI SOSIAL YANG DISELENGGARAKAN OLEH PEMERINTAH/PEMERINTAH DAERAH MAUPUN MASYARAKAT. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Kepala ini yang dimaksud dengan: 1. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. 2. Rehabilitasi medis adalah suatu proses kegiatan terapi secara terpadu untuk membebaskan Pecandu Narkotika dari ketergantungan Narkotika.

5 3. Rehabilitasi sosial adalah suatu proses kegiatan pemulihan secara terpadu, baik fisik, mental maupun sosial, agar bekas pecandu Narkotika dapat kembali melaksanakan fungsi sosial dalam kehidupan bermasyarakat. 4. Pascarehabilitasi adalah bagian dari rehabilitasi sosial berupa pembinaan lanjut dalam bentuk pendampingan, peningkatan ketrampilan dan dukungan produktivitas agar mampu menjaga kepulihan serta beradaptasi dengan lingkungan sosial dan mandiri. 5. Penyalah Guna adalah adalah orang yang menggunakan Narkotika tanpa hak atau melawan hukum. 6. Pecandu Narkotika adalah orang yang menggunakan atau menyalahgunakan Narkotika dan dalam keadaan ketergantungan pada Narkotika, baik secara fisik maupun psikis. 7. Korban Penyalahgunaan Narkotika adalah seseorang yang tidak sengaja menggunakan Narkotika karena dibujuk, diperdaya, ditipu, dipaksa, dan/atau diancam untuk menggunakan Narkotika. 8. Peningkatan kemampuan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan seperti upaya memberikan penguatan, dorongan, atau fasilitasi kepada lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial yang diselenggarakan oleh pemerintah/pemerintah daerah maupun masyarakat agar terjaga keberlangsungannya. 9. Penguatan adalah proses memberikan bantuan berupa pembinaan dan peningkatan program kepada lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial yang diselenggarakan oleh pemerintah/ pemerintah daerah maupun masyarakat. 10. Dorongan adalah serangkaian kegiatan dalam bentuk komunikasi, informasi, dan edukasi dalam rangka memotivasi lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial yang diselenggarakan oleh pemerintah/pemerintah daerah maupun masyarakat. 11. Fasilitasi adalah proses dalam memberikan kemudahan terhadap lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial yang dikelola pemerintah/pemerintah daerah maupun masyarakat dalam bentuk pemberian rekomendasi dan upaya mengadvokasi pihak terkait dalam pemberian ijin. 12. Rehabilitasi rawat inap merupakan proses perawatan terhadap klien dimana klien diinapkan di lembaga rehabilitasi dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan rencana terapi untuk memulihkan kondisi fisik dan psikisnya akibat penyalahgunaan Narkotika. 13. Rehabilitasi rawat jalan merupakan proses perawatan terhadap klien dimana klien datang berkunjung ke lembaga rehabilitasi medis dan

6 rehabilitasi sosial sesuai jadwal dalam kurun waktu tertentu berdasarkan rencana terapi untuk memulihkan kondisi fisik dan psikisnya akibat penyalahgunaan Narkotika. 14. Lembaga rehabilitasi medis adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang melaksanakan rehabilitasi medis bagi Pecandu Korban Penyalahgunaan Narkotika dan Penyalah Guna Narkotika yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. 15. Lembaga rehabilitasi sosial adalah tempat atau panti yang melaksanakan rehabilitasi sosial bagi Pecandu Korban Penyalahgunaan dan Penyalah Guna Narkotika yang ditetapkan oleh Menteri Sosial. 16. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 17. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 18. Badan Narkotika Nasional yang selanjutnya disingkat BNN adalah Lembaga Pemerintah Non Kementerian, berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden yang mempunyai tugas di bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika. Pasal 2 Maksud dan Tujuan peraturan ini adalah: 1. Maksud peraturan ini adalah memberikan pedoman bagi lingkungan BNN dalam peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial yang diselenggarakan oleh pemerintah/pemerintah daerah maupun masyarakat dan pedoman bagi lembaga dalam menerima peningkatan kemampuan. 2. Tujuan peraturan ini adalah agar pelaksanaan peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial oleh pemerintah/pemerintah daerah maupun masyarakat dapat diselenggarakan secara efektif dan efisien serta akuntabel. BAB II KEGIATAN DAN PROSES PENINGKATAN KEMAMPUAN Pasal 3 Peningkatan kemampuan yang dapat diberikan oleh BNN diantaranya sebagai berikut:

7 a. penguatan lembaga; b. dorongan lembaga; dan c. fasilitasi lembaga. Pasal 4 (1) Kegiatan penguatan lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a, diantaranya sebagai berikut : a. pembinaan dan bimbingan teknis; b. peningkatan keterampilan atau kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM); c. peningkatan kapasitas lembaga; d. magang; e. peningkatan mutu layanan; f. peningkatan sarana dan prasarana; dan g. pemberian dukungan layanan rehabilitasi dan pascarehabilitasi. (2) Pemberian dukungan layanan rehabilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g meliputi a. rawat inap; dan b. rawat jalan. (3) Pemberian dukungan layanan pascarehabilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g meliputi: a. layanan pendampingan; b. layanan bimbingan pengembangan diri; c. terapi kelompok; dan d. kelompok dukungan keluarga (family support group). Pasal 5 Kegiatan dorongan lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b, diantaranya sebagai berikut : a. seminar; b. koordinasi antar pemangku kepentingan; c. semiloka atau lokakarya; d. dukungan asistensi/konselor adiksi; dan e. pemberian motivasi penyediaan dan pengembangan program layanan.

8 Pasal 6 Kegiatan fasilitasi lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 huruf c, diantaranya sebagai berikut: a. pemberian rekomendasi dalam pengurusan ijin penyelenggaraan rehabilitasi; dan b. mediasi antar pemangku kepentingan dalam penyelenggaraan terkait rehabilitasi. Pasal 7 Peningkatan kemampuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dilakukan melalui proses : a. persiapan; b. pelaksanaan; c. pembiayaan; d. pelaporan; dan e. monitoring dan evaluasi. Pasal 8 (1) Persiapan sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 huruf a dilaksanakan dalam bentuk antara lain: a. kegiatan pemetaan lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial; b. penandatanganan perjanjian kerjasama; dan c. penerbitan keputusan oleh Kepala BNN; (2) Pemetaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi: a. lokasi lembaga; b. legalitas formal; c. layanan yang tersedia; d. sumber daya manusia; e. sarana dan prasarana; dan f. anggaran. (3) Pemetaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan cara wawancara, observasi, kajian laporan dan/atau pengisian kuesioner. (4) Hasil pemetaan berupa kesimpulan kebutuhan dan kondisi lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial yang akan memperoleh

9 peningkatan kemampuan berdasarkan prioritas kebutuhan dan kondisi lembaga. Pasal 9 (1) Legalitas formal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) huruf b merupakan keabsahan perizinan dalam penyelenggaraan rehabilitasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (2) Legalitas formal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi lembaga rehabilitasi milik pemerintah/pemerintah daerah antara lain : a. penetapan dari kementerian yang membidangi urusan kesehatan untuk penyelenggaraan rehabilitasi medis; dan b. penetapan dari kementerian yang membidangi urusan sosial dalam hal penyelenggaraan rehabilitasi sosial. (3) Legalitas formal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi lembaga rehabilitasi milik masyarakat meliputi: a. akte notaris; b. ijin operasional dari dinas/instansi terkait; c. penetapan dari kementerian yang membidangi urusan kesehatan untuk penyelenggaraan rehabilitasi medis; dan/atau d. penetapan dari kementerian yang membidangi urusan sosial dalam hal penyelenggaraan rehabilitasi sosial. Pasal 10 Penandatanganan Perjanjian Kerjasama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf b ditandatangani oleh Deputi Rehabilitasi BNN dan pimpinan lembaga rehabilitasi. Pasal 11 Penerbitan Keputusan Kepala BNN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf c ditandatangani oleh Kepala BNN atau Deputi Rehabilitasi BNN yang menerima pendelegasian wewenang dari Kepala BNN. Pasal 12 (1) Lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial yang dapat memperoleh peningkatan kemampuan adalah yang diselenggarakan oleh: a. pemerintah/pemerintah daerah; dan/atau b. masyarakat. (2) Lembaga rehabilitasi yang diselenggarakan oleh pemerintah/pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, antara lain:

10 a. Rumah Sakit Umum; b. Rumah Sakit Khusus meliputi Rumah Sakit Jiwa dan Rumah Sakit Ketergantungan Obat; c. Puskesmas; d. Klinik; e. Panti rehabilitasi; f. Balai atau loka rehabilitasi; dan/atau g. Lembaga Pemasyarakatan. (3) Lembaga rehabilitasi yang diselenggarakan oleh masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, antara lain: a. Lembaga rehabilitasi sosial; b. Rumah sakit swasta; dan c. Klinik swasta; Pasal 13 (1) Pemberian peningkatan kemampuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat dapat pula dilakukan pada lembaga milik pemerintah yang difungsikan sebagai tempat rehabilitasi sosial, antara lain : a. Resimen Induk Militer Komando Daerah Militer; b. Sekolah Polisi Negara; c. Komando Pendidikan Angkatan Laut; dan d. Balai Pemasyarakatan. (2) Lembaga milik pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pula lembaga yang dimiliki oleh pemerintah daerah yaitu Balai Latihan Kerja. (3) Lembaga milik pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) wajib mendapatkan persetujuan dari Kementerian yang membidangi urusan sosial setelah memperoleh rekomendasi dari BNN. Pasal 14 (1) Peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi yang diselenggarakan oleh pemerintah/pemerintah daerah dilaksanakan oleh Direktorat Penguatan Lembaga Rehabilitasi Instansi Pemerintah BNN, Bidang Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Provinsi dan Seksi Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota. (2) Peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi yang diselenggarakan oleh masyarakat dilaksanakan oleh Direktorat Penguatan Lembaga Rehabilitasi Komponen Masyarakat BNN dan Direktorat Pascarehabilitasi BNN, Bidang Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional www.peraturan.go.id

11 Provinsi dan Seksi Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota. (3) Penyelenggaraan rehabilitasi pada lembaga milik pemerintah/ pemerintah daerah yang difungsikan sebagai tempat rehabilitasi sosial dilaksanakan oleh Deputi Bidang Rehabilitasi BNN. Pasal 15 (1) Layanan rehabilitasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) dan layanan pascarehabilitasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) dilakukan oleh lembaga rehabilitasi milik pemerintah/pemerintah daerah maupun masyarakat. (2) Dalam hal klien telah menjalani layanan rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial pada suatu lembaga dan diperlukan perawatan dalam bentuk lainnya dapat dilanjutkan pada lembaga yang sama atau dilakukan rujukan pada lembaga lain yang menyediakan layanan yang dibutuhkan oleh klien. Pasal 16 (1) Lembaga rehabilitasi milik pemerintah/pemerintah daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2) huruf a sampai dengan huruf f melaksanakan penyusunan rencana layanan rehabilitasi. (2) Lembaga rehabilitasi milik pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat huruf g melaksanakan penyusunan rencana layanan rehabilitasi bersama dengan Direktorat Penguatan Lembaga Rehabilitasi Instansi Pemerintah BNN. (3) Lembaga milik pemerintah yang difungsikan sebagai tempat rehabilitasi sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) dan milik pemerintah/pemerintah daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) melaksanakan penyusunan rencana layanan rehabilitasi bersama dengan Deputi Bidang Rehabilitasi BNN. (4) Lembaga rehabilitasi milik masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (3) melaksanakan penyusunan rencana layanan rehabilitasi. Pasal 17 (1) Lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial melaksanakan pencatatan penyelenggaraan rehabilitasi sesuai peraturan perundangundangan. (2) Lembaga milik pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat huruf g dan lembaga milik pemerintah/pemerintah daerah yang difungsikan sebagai tempat rehabilitasi sosial sebagaimana dimaksud Pasal 13 ayat (1) dan ayat melaksanakan pencatatan sesuai pedoman yang diterbitkan BNN.

12 BAB III PELAPORAN Pasal 18 (1) Lembaga rehabilitasi yang menerima peningkatan kemampuan wajib melakukan pelaporan sebagai berikut: a. pelaporan pelaksanaan kegiatan; dan b. pelaporan keuangan. (2) Pelaporan pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a termasuk laporan rekapitulasi klien yang memperoleh layanan rehabilitasi dan pascarehabilitasi. (3) Laporan rekapitulasi klien sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikirimkan kepada BNN Kabupaten/Kota atau BNN Provinsi sesuai ruang lingkup domisili lembaga rehabilitasi. (4) BNN Kabupaten/Kota wajib meneruskan laporan rekapitulasi klien yang diterimanya kepada BNN Provinsi. (5) BNN Kabupaten/Kota dan BNN Provinsi wajib meneruskan laporan rekapitulasi klien yang diterimanya kepada BNN. (6) Laporan rekapitulasi klien sebagaimana dimaksud pada ayat (2) untuk lembaga milik pemerintah/pemerintah daerah yang difungsikan sebagai tempat rehabilitasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) dan ayat (2) dikirimkan langsung kepada BNN. (7) Format laporan rekapitulasi klien terdapat dalam lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan Kepala ini. Pasal 19 (1) Laporan keuangan terkait dukungan pembiayaan layanan rehabilitasi dan pascarehabilitasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 ayat huruf b dilaksanakan secara berkala yang diatur lebih lanjut dalam lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan Kepala ini. (2) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikirimkan kepada BNN. BAB IV MONITORING DAN EVALUASI Pasal 20 BNN, BNN Provinsi, dan BNN Kabupaten/Kota melakukan monitoring dan evaluasi secara berjenjang terhadap program dan kegiatan yang berhubungan dengan peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi.

13 Pasal 21 Monitoring dan evaluasi peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi meliputi: a. pemantauan pelaksanaan rehabilitasi; b. pengumpulan data rekapitulasi klien; c. identifikasi dan inventarisasi permasalahan teknis maupun administratif; d. identifikasi dan inventarisasi solusi masalah yang dapat dilakukan; dan e. evaluasi pelaksanaan upaya peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi. Pasal 22 Dalam melakukan monitoring dan evaluasi, BNN, BNN Provinsi, dan BNN Kabupaten/Kota harus berkoordinasi dengan Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah atau Pemilik lembaga terkait sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing. Pasal 23 Pelaksanaan monitoring dan evaluasi peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi tercantum dalam lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan Kepala ini. BAB V PEMBIAYAAN Pasal 24 Pembiayaan peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi yang diberikan oleh Badan Narkotika Nasional dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Pasal 25 (1) Dukungan layanan rehabilitasi dan pascarehabilitasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat dapat diwujudkan dalam bentuk antara lain: a. pembiayaan rehabilitasi rawat inap; b. pembiayaan rehabilitasi rawat jalan; c. pembiayaan program pendampingan; d. pembiayaan program pengembangan diri; e. pembiayaan terapi kelompok; dan

14 f. pembiayaan kelompok dukungan keluarga (family support group). (2) Pembiayaan layanan rehabilitasi dan pascarehabilitasi sebagaimana dimaksud ayat (1) hanya dapat diberikan pada klien yang belum memperoleh pembiayaan dari pihak lain, kecuali dilakukan pada periode perawatan yang berbeda. (3) Besaran dukungan pembiayaan sebagaimana dimaksud ayat (1) mengacu pada Satuan Biaya Khusus dan/atau Satuan Biaya Masukan yang berlaku pada tahun berjalan yang disahkan oleh Menteri Keuangan atau pola tarif yang disahkan oleh pemilik/ ketua lembaga. (4) Rincian besaran dukungan pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tercantum dalam lampiran IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Kepala ini. (5) Pembiayaan layanan rehabilitasi dan pascarehabilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara swakelola berdasarkan peraturan perundang-undangan. (6) Pembiayaan layanan rehabilitasi dan pascarehabilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilakukan melalui mekanisme sebagaimana tercantum dalam lampiran V yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Kepala ini. (7) Dalam hal dukungan pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak memenuhi pola tarif resmi lembaga rehabilitasi yang memperoleh dukungan peningkatan kemampuan dari BNN, maka lembaga tersebut dapat membebankan selisih pembiayaan pada pasien dan/atau keluarganya. (8) Dukungan pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak termasuk pembiayaan apabila klien membutuhkan rujukan pada lembaga lain terkait dengan komplikasi fisik dan/atau komplikasi kejiwaannya. BAB VI LAIN-LAIN Pasal 26 Lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial yang memberikan layanan rehabilitasi dan belum memenuhi persyaratan legalitas formal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 diberikan jangka waktu paling lama satu tahun untuk mengurus persyaratan tersebut dalam tahun anggaran berjalan.

15 BAB VII PENUTUP Pasal 27 Peraturan Kepala BNN ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Kepala ini dengan penempatan dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan dijakarta pada tanggal 31 Maret 2015 KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL, ANANG ISKANDAR Diundangkan di Jakarta pada tanggal 25 Mei 2015 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, YASONNA H. LAOLY

16 LAMPIAN I PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENINGKATAN KEMAMPUAN LEMBAGA REHABILITASI MEDIS DAN REHABILITASI SOSIAL YANG DISELENGGARAKAN OLEH PEMERINTAH/ PEMERINTAH DAERAH MAUPUN MASYARAKAT FORMAT LAPORAN REKAPITULASI KLIEN REHABILITASI LAPORAN KEPADA BNN / BNNP / BNN KAB/KOTAA REKAPITULASI DATA KLIEN YANG DILAYANI BULAN. 2015 LEMBAGA.. NO. IDENTITAS KLIEN (INISIAL / NO ID / RM) JENIS KELAMIN L P USIA JENIS ZAT PEMAKAIAN ZAT 1 TAHUN TERAKHIR CARA PAKAI KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL, ANANG ISKANDAR

17 LAMPIAN II PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENINGKATAN KEMAMPUAN LEMBAGA REHABILITASI MEDIS DAN REHABILITASI SOSIAL YANG DISELENGGARAKAN OLEH PEMERINTAH/ PEMERINTAH DAERAH MAUPUN MASYARAKAT LAPORAN TERKAIT DUKUNGAN PEMBIAYAAN REHABILITASI 1. Lembaga rehabilitasi yang menerima dukungan wajib mengirimkan laporan kegiatan secara periodik setiap bulan yang dilampiri bukti pertanggungjawaban keuangan atas penerimaan dukungan kepada Direktorat terkait. 2. Laporan pada bulan berjalan selambat-lambatnya diterima pada minggu pertama bulan berikutnya (contoh: layanan bulan April diterima pada minggu pertama bulan Mei). 3. Laporan lengkap (bukti pertanggungjawaban) dikirim ke BNN dengan alamat Deputi Bidang Rehabilitasi U.P. Direktorat Terkait, lantai 4 gedung Badan Narkotika Nasional, Jl. MT. Haryono No 11 Cawang, Jakarta Timur, Kode Pos 13630. 4. Laporan rekapitulasi klien juga ditembuskan ke BNNP/BNNK/Kota dan dinas terkait pada wilayah masing-masing. 5. Apabila batas waktu penyampaian laporan berakhir (akhir tahun), lembagatidak dapat mengajukan klaim atas layanan rehabilitasi yang telah dilaksanakan. 6. Regulasi frekuensi laporan pada lembaga rehabilitasi milik pemerintah: a. Pelaporan mingguan: merupakan data klien yang mendapat layanan rehabilitasi dalam kurun waktu satu minggu. Dikirim setiap Kamis. b. Pelaporan bulanan: merupakan laporan kegiatan layanan yang dilakukan selama satu bulan sebagai hasil pencatatan dan pengolahan data klien selama satu bulan. Dikirim setiap tanggal 30. c. Pelaporan tiga bulanan

18 d. Pelaporan tahunan. Dikirim pada tanggal 20 bulan Desember tahun berjalan. 7. Regulasi frekuensi laporan pada lembaga rehabilitasi milik masyarakat: a. Laporan bulanan: berisi rekapitulasi klien. b. Laporan dikirimkan ke Kepala BNNKab/Kota, ditembuskan ke Kepala BNNP dan Deputi Rehabilitasi BNN. c. Laporan tahunan: berisi ringkasan program dan kegiatan layanan, rekapitulasi klien, dan beberapa foto kegiatan yang dikirim ke Deputi Rehabilitasi BNN melalui Direktur Penguatan Lembaga Rehabilitasi Komponen Masyarakat. 8. Regulasi frekuensi laporan pada layanan pascarehabilitasi: a. Laporan bulanan: berisi rekapitulasi klien, kegiatan dan dokumentasi layanan. Laporan dikirimkan ke Deputi Rehabilitasi BNN melalui Direktur Pascarehabilitasi, untuk layanan di Rumah Damping dan Pascarehabilitasi Bapas ditembuskan ke Kepala BNNP/BNNK/Kab. b. Laporan tahunan: berisi ringkasan program layanan, rekapitulasi klien, dan beberapa foto kegiatan dikirim ke Deputi Rehabilitasi BNN melalui Direktur Pascarehabilitasi. KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL, ANANG ISKANDAR

19 LAMPIAN III PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENINGKATAN KEMAMPUAN LEMBAGA REHABILITASI MEDIS DAN REHABILITASI SOSIAL YANG DISELENGGARAKAN OLEH PEMERINTAH/ PEMERINTAH DAERAH MAUPUN MASYARAKAT PELAKSANAAN MONITORING DAN EVALUASI PENINGKATAN KEMAMPUAN LEMBAGA REHABILITASI 1. Kegiatan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi dan penyelenggara pascarehabilitasidilaksanakan secara berkala. Bentuk kegiatan monitoring dan evaluasi berupa : a. kunjungan lapangan; b. monitoring dilakukan terhadap penyelenggaraan rehabilitasi; dan c. evaluasi terhadap pemanfaatan dukungan penguatan yang diberikan kepada penyelenggara rehabilitasi untuk mengetahui ketepatan sasaran selama menjalankan program rehabilitasi dan/atau program pascarehabilitasi. 2. Selain monitoring dan evaluasi tersebut, juga dilakukan pengawasan oleh BNN dan berkoordinasi dengan Kementerian, Kantor Wilayah dan Dinas terkait. Bentuk pengawasan yang dilakukan berupa: a. Pengawasan internal yang dilaksanakan oleh tim verifikator yang bertanggung jawab melakukan verifikasi atas pemberian peningkatan kemampuan pada lembaga rehabilitasi b. Pengawasan eksternal dilakukan oleh BNN secara berkala. KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL, ANANG ISKANDAR

20 LAMPIAN IV PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENINGKATAN KEMAMPUAN LEMBAGA REHABILITASI MEDIS DAN REHABILITASI SOSIAL YANG DISELENGGARAKAN OLEH PEMERINTAH/ PEMERINTAH DAERAH MAUPUN MASYARAKAT RINCIAN BESARAN DUKUNGAN PEMBIAYAAN LAYANAN REHABILITASI DAN PASCAREHABILITASI 1. DUKUNGAN PEMBIAYAAN REHABILITASI RAWAT INAP 1.1. Milik Instansi Pemerintah Berbasis Rehabilitasi Medis dan Sosial Lama perawatan yang dapat ditagihkan pada layanan ini adalah maksimum 3 (tiga) bulan rawatan. Tindakan / Kegiatan A.Tim Asesmen Terpadu (TAT) Alokasi Tindakan & Besaran Biaya 1) Biaya asesmen (maksimal 6 orang) 6 x Rp. 75.000 = Rp. 450.000,- 2) Transport petugas asesmen per orang 6 x Rp. 150.000 = Rp. 900.000,- (maksimal 6 orang) 3) Transport lokal pengantaran tersangka ke TAT (per orang) Rp. 150.000,- 4) Transport Pengantaran ke lembaga rehabilitasi (per orang) Rp. 150.000,- 5) Terapi simtomatik (per orang) Rp. 50.000,- 6) Pemeriksaan urin dengan rapid test (per orang) Rp. 100.000,- 7) Biaya verifikasi (per orang) Rp. 50.000,- 8) Honor petugas administrasi (orang/bulan) Rp. 450.000,- 9) Pertemuan Pembahasan Kasus (per bulan) Rp.1.000.000,- 10) ATK (per bulan) Rp. 750.000,- 11) Honor ketua tim (per bulan) Rp. 500.000,-

21 B.Rehabilitasi Proses Hukum 1. Berbasis pelayanan rumah sakit maksimal sebesar Rp. 13.500.000,- (selama 3 bulan) dengan rincian: a. Asesmen maksimal 2 kali b. Paket rawat inap kelas 3 (tiga) sesuai pola tarif rumah sakit (maksimal Rp.10.500.000) 2 x Rp 75.000 = Rp. 150.000,- Rp 10.500.000,- c. Obat-obatan maksimal Rp 1.650.000,- d. Pemeriksaan urin dengan rapid test maksimal 3 kali e. Pemeriksaan laboratorium dan penunjang lain (maksimal Rp Rp. 900.000,- 900.000) 3 x Rp. 100.000 = Rp. 300.000,- 2. Berbasis panti dalam satu periode perawatan (selama 3 bulan) sebesar Rp. 13.500.000,- dengan rincian per bulan: a. Pemeliharaanfisik sebesar Rp2.570.000,- terdiri dari: 1) Permakanan 3 x sehari @ Rp 50.000,00 x 30 hr & snack Rp 1.500.000,- 2) Pemeriksaan urin dengan rapid test Rp 250.000,- 3) Pembelian sabun mandi, pasta gigi, shampoo, sabun cuci, Rp 250.000,- pembalut, handuk 4) Transport Rujukan ke RS/Puskesmas Rp 220.000,- 5) Pakaian (pakaian harian, pak. dalam, perlengkapan ibadah, Rp 350.000,- handuk, sandal) b. Biaya rehabilitasi sosial sebesar Rp 1.930.000,- terdiri dari: 1) Honor Tim Asesmen rehabilitasi social Rp 250.000,- 2) Honor Konseling Rp 250.000,- 3) Pembahasan Kasus (1 kali seminggu) Rp 100.000,- 4) Case Record (dilaksanakan setiap hari) Rp 100.000,- 5) Honor Terapi psikososial (4 kali seminggu) Rp 250.000,- 6) Terapi kelompok (4 kali seminggu) Rp 250.000,- 7) Pengisian waktu luang (musik/rekreasi) Rp 35.000,- 8) Home visit, kunjungan peksos ke tempat tinggal klien (1 kali sebulan) Rp 220.000,-

22 9) Honor pembimbing fisik (olah raga, dll) setiap hari Rp 75.000,- 10) Honor pembimbing mental/rohani (bimbingan keagamaan, ceramah) setiap Rp 100.000,- hari 11) Honor pembimbing vokasional Rp 100.000,- 12) ATK Rp 50.000,- 13) Bahan keterampilan Rp 150.000,- 1.2. Milik Masyarakat / Swasta Berbasis Rehabilitasi Medis Biaya yang dapat diklaim maksimum sebesar Rp 3.500.000 yang terdiri dari beberapa tindakan antara lain: 1. Asesmen 2. Konseling 3. Pemeriksaan kesehatan 4. Obat-obatan 5. Kamar perawatan 6. Penggandaan dan penjilidan Besaran biaya disesuaikan dengan pola tarif resmi Rumah Sakit/Klinik Swasta fasilitas pelayanan kesehatan tersebut untuk kelas terendah yang melakukan klaim. Lamanya perawatan disesuaikan dengan rencana terapi berdasarkan hasil asesmen. 1.3. Milik Masyarakat / Swasta Berbasis Rehabilitasi Sosial Lama perawatan rehabilitasi rawat inap yang dapat ditagihkan adalah maksimum 3 (tiga) bulan rawatan. Tindakan / Kegiatan Alokasi Tindakan & Besaran Biaya 1) Asesmen 1 kali x Rp 75.000 = Rp 75.000 2) Konseling 4 kali x Rp 50.000 = Rp 200.000

23 3) Pemeriksaan kesehatan 1 paket x Rp 300.000 = Rp 300.000 4) Kamar perawatan (1 bulan) Rp. 2.400.000 6) Penggandaan dan penjilidan Rp. 25.000 JUMLAH Rp. 3.000.000 1.4. Lembaga Milik Pemerintah Yang Difungsikan Sebagai Tempat Rehabilitasi Sosial Lama perawatan yang dapat ditagihkan pada layanan ini adalah maksimum 3 (tiga) bulan rawatan. A. Lembaga Pemasyarakatan / Rumah Tahanan Tindakan / Kegiatan a. MPE (Medical, Physical Evaluation) 1) Obat-obatan simtomatik Alokasi Tindakan & Besaran Biaya 1 x Rp. 100.000 = Rp. 100.000,- 2) Pemeriksaan Kesehatan 1 x Rp. 100.000 = Rp. 100.000,- 3) Konseling Individu 1 x Rp. 100.000 = Rp. 100.000,- 4) KIE 1 x Rp. 100.000 = Rp. 100.000,- 5) Pembahasan Kasus 1 x Rp. 100.000 = Rp. 100.000,- b. Primary : 1) Konseling Individu 4 x Rp. 50.000 = Rp. 200.000,- 2) Konseling Kelompok 4 x Rp. 50.000 = Rp. 200.000,- 3) Seminar 4 x Rp. 25.000 = Rp. 100.000,- 4) Terapi Kelompok 4 x Rp. 25.000 = Rp. 100.000,- 5) Terapi Keluarga 2 x Rp. 25.000 = Rp. 50.000,- www.peraturan.go.id

24 6) SNA (Saturday Night Activity) 6 x Rp. 25.000 = Rp. 150.000,- 7) Spiritualitas 6 x Rp. 25.000 = Rp. 150.000,- c. Re-Entry : 1) Vokasional 2 x Rp. 25.000 = Rp. 50.000,- 2) Seminar Pencegahan Kekambuhan (Relaps Prevention) 3) Terapi Keluarga/FSG (Family Support Group) 2 x Rp. 25.000 = Rp. 50.000,- 1 x Rp. 50.000 = Rp. 50.000,- 4) SNA (Saturday Night Activity) 2 x Rp. 25.000 = Rp. 50.000,- 5) Rujukan 2 x Rp. 25.000 = Rp. 50.000,- d. Rujukan 2 x Rp. 225.000 = Rp. 450.000,- e. Snack 90 x Rp. 25.000 = Rp.2.250.000,- B. Sekolah Polisi Negara / Resimen Induk Infantri Komando Daerah Militer atau Lembaga Pendidikan TNI lainnya Tindakan / Kegiatan 1) Makan untuk 3 bulan @ Rp. 50.000 2) Asesmen Lanjutan (awal & akhir program) maksimal 2 kali 3) Pemeriksaan urin narkoba maksimal 2 kali 4) Pemeriksaan Kesehatan maksimal 3 kali 5) Kaos dan perlengkapan pribadi klien 6) Obat-obat simtomatik Alokasi Tindakan & Besaran Biaya 90 x Rp. 50.000 = Rp. 4.500.000,- 2 x Rp. 100.000 = Rp. 200.000,- 2 x Rp. 100.000 =Rp. 200.000,- 3 x Rp. 100.000 = Rp. 300.000,- Rp. 650.000,- 3 x Rp. 100.000 = Rp. 300.000,-

25 7) Program Rehabilitasi MPE (Medical, Physical Evaluation) a) Konseling Individu maksimal 2 kali b) Konseling Kelompok maksimal 1 kali c) KIE Kesehatan maksimal 1 kali d) Pembahasan Kasus maksimal 1 kali e) Bimbingan Rohani maksimal 1 kali Program Inti a) Konseling Individu maksimal 4 kali b) Konseling Kelompok maksimal 4 kali c) Edukasi/Seminar maksimal 4 kali d) Terapi Kelompok maksimal 4 kali e) Terapi Keluarga/FSG (Family Support Group) maksimal 1 kali f) SNA (Saturday Night Activity) maksimal 4 kali g) Rekreasional maksimal 1 kali h) Bimbingan Rohani maksimal 1 kali Persiapan pasca rehabilitasi selama 2 minggu a) Vokasional maksimal 2 kali b) Seminar Pencegahan Kekambuhan maksimal 2 kali 2 x Rp. 50.000 = Rp. 100.000,- 2 x Rp. 25.000 = Rp. 50.000,- 2 x Rp. 25.000 = Rp. 50.000,- 1 x Rp. 25.000 = Rp. 25.000,- 1 x Rp. 25.000 = Rp. 25.000,- 4 x Rp. 50.000 = Rp. 200.000,- 4 x Rp. 25.000 = Rp. 100.000,- 4 x Rp. 25.000 = Rp. 100.000,- 4 x Rp. 25.000 = Rp. 100.000,- 1 x Rp. 25.000 = Rp. 25.000,- 4 x Rp. 25.000 = Rp. 100.000,- 1 x Rp. 25.000 = Rp. 25.000,- 1 x Rp. 25.000 = Rp. 25.000,- 2 x Rp. 25.000 = Rp. 50.000,- 2 x Rp. 25.000 = Rp. 50.000,-

26 c) Terapi Keluarga/FSG (Family Support Group) maksimal 1 kali d) SNA (Saturday Night Activity) e) Bimbingan Rohani 8) Rujukan a) Rujukan Penyakit Penyerta maksimal 1 kali b) Rujukan mengantar ke BNNP (dikembalikan ke Dayamas) atau Pasca Rehabilitasi melalui BNNP (rawat inap/ rawat jalan) jika selesai program maksimal 1 kali 1 x Rp. 25.000 = Rp. 25.000,- 1 x Rp. 25.000 = Rp. 25.000,- 1 x Rp. 25.000 = Rp. 25.000,- 1 x Rp. 150.000 = Rp. 150.000,- 2. DUKUNGAN PEMBIAYAAN RAWAT JALAN 2.1. Milik Instansi Pemerintah Berbasis Rehabilitasi Medis Lama perawatan yang dapat ditagihkan pada layanan ini adalah maksimum 12 (dua belas) kali pertemuan. 1 x Rp. 100.000 = Rp. 100.000,- Tindakan / Kegiatan Alokasi Tindakan & Besaran Biaya 1) Pemeriksaan kesehatan 1kali x Rp. 175.000 = Rp. 175.000,- 2) Asesmen 1 kalix Rp. 75.000 =Rp. 75.000,- 3) Konseling 8 kali x Rp. 50.000 =Rp. 400.000,- 4) Terapi Kelompok 2 kalix Rp. 75.000 = Rp. 150.000,- 5) Pemeriksaan urin (rapid test) 2 kali x Rp. 100.000 = Rp. 200.000,- 6) Transport Rujukan Rp. 100.000,- 7) ATK Rp. 100.000,-

27 2.2. Milik Masyarakat / Swasta Berbasis Rehabilitasi Medis Biaya yang dapat diklaim maksimum sebesar Rp 1.000.000 yang terdiri dari beberapa tindakan antara lain : 1) Asesmen 2) Konseling 3) Obat-obatan 4) Pemeriksaan Kesehatan 5) Penggandaan dan penjilidan Besaran biaya disesuaikan dengan pola tarif resmi Rumah Sakit/Klinik Swasta fasilitas pelayanan kesehatan tersebut yang melakukan klaim. Lamanya perawatan disesuaikan dengan rencana terapi berdasarkan hasil asesmen. 2.3. Milik Masyarakat / Swasta Berbasis Rehabilitasi Sosial Lama perawatan yang dapat ditagihkan pada layanan ini adalah maksimum 10 (sepuluh) kali pertemuan. Tindakan / Kegiatan Alokasi Tindakan & Besaran Biaya 1) Assesmen 1 kali x Rp 75.000 = Rp 75.000 2) Konseling 8 kali x Rp 50.000 = Rp 400.000 3) Pemeriksaan kesehatan 1 paket x Rp 300.000 = Rp 300.000 4) Penggandaan dan penjilidan Rp. 25.000 Jumlah Rp. 800.000 3. DUKUNGAN PEMBIAYAAN PASCAREHABILITASI 3.1. Layanan Pendampingan Tindakan / Kegiatan A. Penerimaan a.pemeriksaan urin (rapid test) Alokasi Tindakan & Besaran Biaya 1 kl x 100.000 = Rp. 100.000

28 b. Rekam medis 1 pkt x 50.000 = Rp. 50.000 B. Dukungan Operasional 1) Honor operasional a. PJ. Program b. Petugas Administrasi c. Pendamping d. Juru masak 2) Belanja Bahan a. Bahan makanan b. Obat-obatan c. Sertifikat d. Bahan Op.Rumah Tangga e. Bahan Pelatihan Vokasional 3) Belanja Barang Persediaan lainnya a. Pemeriksaan Urin dengan rapid test b. Komp.Supplies 4) Belanja Perjalanan Dinas Transport lokal kepulangan Residen 5) Belanja Jasa Profesi a. Instruktur b. Rujukan/konsultasi 1 org x 1 bln x 450.000 = Rp. 450.000 1 org x 1 bln x1.700.000 = Rp.1.700.000 1 org x 1 bln x2.100.000 = Rp.2.100.000 1 org x 1 bln x1.700.000 = Rp.1.700.000 1 org x 50hr x 30.000 = Rp. 1.500.000 1 pkt x 500.000 = Rp. 500.000 1 org x 25.000 = Rp. 25.000 1 pkt x 5.000.000 = Rp. 5.000.000 1 pkt x 3.000.000 = Rp. 3.000.000 2 kl x 100.000 = Rp. 200.000 1 pkt x 1.000.000 = Rp. 1.000.000 1 org x 150.000 = Rp. 150.000 1 org x 1 kl x 300.000 = Rp. 300.000 1 kl x 125.000 = Rp. 125.000

29 3.2. Layanan Bimbingan Kelompok, Pengembangan Diri dan Terapi Keluarga di BNNP/BNNK/Kab atau Balai Pemasyarakatan (Bapas) Penerimaan Tindakan / Kegiatan Alokasi Tindakan & Besaran Biaya Rekam medis 1 org x 50.000 = Rp. 50.000 Dukungan Operasional 1) Honor operasional a. PJ. Program b. Pendamping 1 org x 1 bln x 450.000 = Rp. 450.000 1 org x 1 bln x2.100.000 = Rp.2.100.000 2) Belanja Bahan a. Sertifikat 3) Belanja Barang Persediaan Lainnya a. Pemeriksaan urin dengan rapidtest 1 org x 25.000 = Rp. 25.000 3 kl x 100.000 = Rp. 300.000 4) Belanja Jasa Profesi a. Instruktur b. Rujukan/konsultasi 1 org x 1 kl x 300.000 = Rp. 300.000 1 kl x 125.000 = Rp. 125.000 5) Kegiatan a. Grup terapi Konsumsi Transport peserta Honor fasilitator Transport fasilitator 1 org x 14.000 = Rp. 14.000 1 org x 50.000 = Rp. 50.000 1 org x 1jam x 300.000 = Rp. 300.000 1 kl x 150.000 = Rp. 150.000 b. Seminar Pengembangan diri www.peraturan.go.id

30 Konsumsi Transport peserta Honor fasilitator Transport fasilitator c. Family Support Group (FSG) Konsumsi Transport peserta Honor fasilitator Transport fasilitator 1 org x 14.000 = Rp. 14.000 1 org x 50.000 = Rp. 50.000 1 org x 1jam x 300.000 = Rp. 300.000 1 kl x 150.000 = Rp. 150.000 1 org x 14.000 = Rp. 14.000 1 org x 50.000 = Rp. 50.000 1 org x 1 jam x 300.000 = Rp. 300.000 1 kl x 150.000 = Rp. 150.000 KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL, ANANG ISKANDAR

31 LAMPIAN V PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENINGKATAN KEMAMPUAN LEMBAGA REHABILITASI MEDIS DAN REHABILITASI SOSIAL YANG DISELENGGARAKAN OLEH PEMERINTAH/ PEMERINTAH DAERAH MAUPUN MASYARAKAT MEKANISME PEMBIAYAAN DUKUNGAN REHABILITASI DAN PASCAREHABILITASI 1. Penagihan dapat diajukan setiap bulan kepada masing-masing Direktorat dengan batas waktu klaim terakhir bulan Desember tahun berjalan. 2. Lembaga rehabilitasi milikpemerintah dan lembaga lainmilikpemerintah yang difungsikan sebagai tempatrehabilitasi sosial, pengiriman kelengkapan administrasi dan berkas tagihan ditujukan kepada Direktorat Penguatan Lembaga Rehabilitasi Instansi Pemerintah (Dit. PLRIP). 3. Lembaga rehabilitasi milik masyarakat dan swasta,pengiriman kelengkapan administrasi dan berkas tagihan ditujukan kepada Direktorat Penguatan Lembaga Rehabilitasi Komponen Masyarakat (Dit. PLRKM). 4. Lembaga penyelenggara pascarehabilitasi,pengiriman kelengkapan administrasi dan berkas tagihan ditujukan kepada Direktorat Pascarehabilitasi (Dit. Pascarehabilitasi). 5. Penagihanakan dibayarkan jika administrasi penagihan yang diajukan telah di verifikasi oleh Tim Verifikator. 6. Tim verifikator melampirkan surat hasil verifikasi yang telah disetujui oleh Pejabat Pembuat Komitmen. 7. Pembayaran tagihan akan dilakukan oleh : a. Bendahara pengeluaran pembantu (BPP) Dit. PLRIP untuk lembaga rehabilitasi milik pemerintah dan lembaga lain milik pemerintah yang difungsikan sebagai tempat rehabilitasi sosial melalui transfer ke rekening atas nama Tim Asesmen Rehabilitasi atau bendahara penyelenggara rehabilitasi.

32 b. Bendahara pengeluaran pembantu (BPP) Dit. PLRKM untuk lembaga komponen masyarakat dan swasta melalui transfer ke rekening atas nama lembaga rehabilitasi yang bersangkutan. c. Bendahara pengeluaran pembantu (BPP) Dit. Pascarehabilitasi untuk lembaga penyelenggara pascarehabilitasi melalui transfer ke rekening atas nama lembaga penyelenggara pascarehabilitasi yang bersangkutan. 8. Bukti pembayaran penagihan (SP2D/copy transfer) yang telah dibayarkan akan dikirimkan oleh Direktorat terkait kepada penyelenggara rehabilitasi dan pascarehabilitasi melalui fax atau email. 9. Alur Pembiayaan: Penyelenggara rehabilitasi Kelengkapan administrasi Ditujukan ke Deputi Bidang Rehabilitasi U.P. Direktorat terkait* setiap awal bulan thn berjalan Verifikasi oleh tim verifikator Proses Pembayaran oleh Bendahara Direktorat Terkait* ditujukan ke rekening bank instansi/lembaga/ penyelenggara pascarehabilitasi Persetujuan pembayaran oleh Pejabat Pembuat Komitmen dan di ketahui oleh Direktur Direktorat Terkait 8. Dokumen Administrasi sesuai dengan Lampiran II mengenai Laporan Terkait Dukungan Pembiayaan Rehabilitasi. 9. Berkas Pertanggungjawaban untuk Lembaga Milik Pemerintah a. Layanan berbasis rehabilitasi rawat jalan 1) Asli surat permohonan pengajuan penagihan. 2) Rekapitulasi rincian jumlah biaya atas tindakan atau kegiatan yang dilakukan. 3) Halaman depan rekening Tim Asesmen Rehabilitasi; 4) Satu lembar kwitansi yang menyebutkan dan melampirkan bukti rincian jumlah biaya atas tindakan atau kegiatan yang dilakukan:

33 a) asesmen; b) konseling; c) terapi kelompok meliputi psikososial, vokasional, olah raga, bimbingan rohani, FSG, dll; d) ATK; e) penggandaan berkas atau laporan; f) pemeriksaan medis (bila ada); g) transport rujukan (bila ada); h) pembelian alat tes urin narkoba; 5) Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak. b. Layanan berbasis rehabilitasi rawat inap dalam proses hukum 1) Asli surat permohonan pengajuan penagihan. 2) Rekapitulasi rincian jumlah biaya atas tindakan atau kegiatan yang dilakukan. 3) Halaman depan rekening Tim Asesmen Rehabilitasi. 4) Satu lembar Kwitansi yang menyebutkan dan melampirkan bukti rincian jumlah biaya atas tindakan atau kegiatan yang dilakukan: a) asesmen; b) ATK; c) bahan keterampilan; d) konseling; e) terapi kelompok meliputi psikososial, vokasional, olah raga, bimbingan rohani, FSG dll; f) pemeriksaan kesehatan; g) fotokopi resep; h) rapid test urin narkoba; i) pemeriksaan laboratorium dan penunjang lain; j) transport rujukan (jika ada); k) UPK (kebutuhan pribadi residen sehari-hari meliputi handuk, toilet kit, dll); dan l) Case conference (pembahasan kasus).

34 5) Kamar Perawatan (kelas yang paling rendah): satu lembar Kwitansi yang menjelaskan jumlah hari periode perawatan dan harga satuan kamar perawatan/hari (jika dilaksanakan di Rumah Sakit). 6) Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak. c. Layanan berbasis rehabilitasi rawat inap di SPN/Rindam 1) Asli surat permohonan pengajuan penagihan. 2) Rekapitulasi rincian jumlah biaya atas tindakan atau kegiatan yang dilakukan 3) Halaman depan rekening Tim Asesmen Rehabilitasi. 4) Satu lembar Kwitansi yang menyebutkan dan melampirkan bukti rincian jumlah biaya atas tindakan atau kegiatan yang dilakukan: a) asesmen; b) biaya makan dan snack; c) bahan keterampilan; d) konseling; e) terapi kelompok meliputi psikososial, vokasional, olah raga, bimbingan rohani, FSG; f) pemeriksaan kesehatan; g) fotocopy resep; h) rapid test urin narkoba; i) pemeriksaan laboratorium dan penunjang lain; j) transport rujukan (jika ada); k) UPK (kebutuhan pribadi residen sehari-hari meliputi handuk, toilet kit, dll); dan l) case conference (pembahasan kasus). 5) Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak. d. Layanan berbasis rehabilitasi rawat inap di Lapas/Rutan 1) Asli surat permohonan pengajuan penagihan. 2) Rekapitulasi rincian jumlah biaya atas tindakan atau kegiatan yang dilakukan. 3) Halaman depan rekening Tim Asesmen Rehabilitasi.

35 4) Satu lembar Kwitansi yang menyebutkan dan melampirkan bukti rincian jumlah biaya atas tindakan atau kegiatan yang dilakukan: a) asesmen; b) snack; c) bahan keterampilan; d) konseling; e) seminar kekambuhan; f) terapi kelompok meliputi psikososial, vokasional, olah raga, bimbingan rohani, FSG dll; g) pemeriksaan kesehatan; h) fotocopy resep; i) rapid test urin narkoba; j) pemeriksaan laboratorium dan penunjang lain; k) transport rujukan (jika ada); l) UPK (kebutuhan pribadi residen sehari-hari meliputi handuk, toilet kit, dll); dan m) case conference (pembahasan kasus). 5) Surat PernyataanTanggung Jawab Mutlak. 12. Berkas Pertanggungjawaban untuk Lembaga Rehabilitasi Milik Masyarakat / Swasta a. Berbasis Rehabilitasi Medis Rawat Inap: 1) Surat Permohonan pengajuan tagihan 2) Satu lembar kwitansi yang menyebutkan rincian jumlah biaya atas tindakan atau kegiatan yang dilakukan: a) asesmen; b) konseling; c) pemeriksaan kesehatan (termasuk tes urine jika di perlukan); d) obat-obatan; dan e) kamar perawatan 3) Lampiran atas kwitansi yang distempel Rumah Sakit/Klinik Swasta: a) fotokopiresume asesmen; b) fotokopi resume hasil konseling per pertemuan; c) fotokopi lembar pemeriksaan kesehatan dan resume hasil pemeriksaan kesehatan; dan d) fotokopi resep obat dan rincian pembelian obat

36 4) Kwitansi tanda terima biaya penggandaan dan penjilidan, disertai satu lembar faktur/nota fotokopi/penggandaan dan penjilidan berkas administasi pertanggung jawaban keuangan atau laporan. 5) Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak. b. Milik Masyarakat / Swasta Berbasis Rehabilitasi SosialRawat Inap: 1) Surat permohonan pengajuan tagihan 2) Satu lembar kwitansi yang menyebutkan rincian jumlah biaya atas tindakan atau kegiatan yang dilakukan: a) asesmen; b) konseling; c) pemeriksaan kesehatan (termasuk tes urine jika diperlukan); d) kamar perawatan; dan e) penggandaan dan penjilidan. 3) Lampiran atas kwitansi yang di stempel lembaga: a) fotokopi resume asesmen; b) fotokopi resume hasil konseling per pertemuan;dan c) fotokopi lembar pemeriksaan kesehatan danresume hasil pemeriksaan kesehatan; 4) Faktur/nota fotokopi/penggandaan dan penjilidan berkas administasi pertanggungjawaban keuangan atau laporan. 5) Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak. c. Milik Masyarakat /Swasta Berbasis Rehabilitasi Medis Rawat Jalan : 1) Surat permohonan pengajuan tagihan 2) Satu lembar kwitansi yang menyebutkan rincian jumlah biaya atas tindakan atau kegiatan yang dilakukan: a) asesmen; b) konseling; c) obat-obatan;dan d) pemeriksaan kesehatan (termasuk tes urine jika diperlukan); 3) Lampiran atas kwitansi yang di stempel Rumah Sakit/Klinik Swasta: a) fotocopy resume asesmen; b) fotocopy resume hasil konseling per pertemuan; c) fotocopy resep obat dan rincian pembelian obat; dan

37 d) fotocopy lembar pemeriksaan kesehatandan hasil pemeriksaan kesehatan; 4) Kwitansi tanda terima biaya penggandaan dan penjilidan, disertai satu lembar faktur/nota fotokopi/penggandaan dan penjilidan berkas administasi pertanggung jawaban keuangan atau laporan. 5) Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak. d. Milik Masyarakat/Swasta Berbasis Rehabilitasi Sosial Rawat Jalan : 1) Surat permohonan pengajuan penagihan 2) Satu lembar kwitansi yang menyebutkan rincian jumlah biaya atas tindakan atau kegiatan yang dilakukan: a) asesmen; b) konseling; c) pemeriksaan kesehatan (termasuk tes urine jika diperlukan)dan; d) penggandaan dan penjilidan 3) Lampiran atas kwitansi yang di stempel lembaga: a) fotokopiresume asesmen; b) fotokopiresume hasil konselingper pertemuan;dan c) fotokopilembar pemeriksaan kesehatandan resume hasil pemeriksaan kesehatan; 4) Faktur/nota fotokopi/penggandaan dan penjilidan berkas administasi pertanggung jawaban keuangan atau laporan. 5) Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak. 13. Berkas Pertanggungjawaban untuk Penyelenggara Pascarehabilitasi a. Layanan Pascarehabilitasi Rumah Damping 1) Faktur/nota bahan makanan per tahap (diatas 1 juta, menggunakan materai sesuai ketentuan berlaku); 2) Faktur/nota bahan operasional per tahap (diatas 1 juta, menggunakan materai sesuai ketentuan berlaku); 3) Faktur/nota bahan pelatihan vokasional, bahan pendukung operasional kegiatan; 4) Nominatif honor pendamping; 5) Nominatif honor instruktur pelatihan layanan Pascarehabilitasi;