B A B IV A N A L I S I S

dokumen-dokumen yang mirip
3.1 Metode Identifikasi

5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961):

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37

KAJIAN MATA PENCAHARIAN ALTERNATIF MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN KAMPUNG LAUT KABUPATEN CILACAP TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhannya bertoleransi terhadap salinitas (Kusmana, 2003). Hutan mangrove

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimilikinya selain faktor-faktor penentu lain yang berasal dari luar. Hal ini

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

3. Pelestarian makhluk hidup dapat memberikan keuntungan ekonomi kepada masyarakat berupa

DAFTAR PUSTAKA. 1. BAKOSURTANAL, Pusat Survei Sumber Daya Alam Laut Buku Tahunan. Bogor.

SOAL PENCEMARAN AIR. PILIHLAH SALAH SATU JAWABAN YANG PALING TEPAT. DENGAN MEMBERI TANDA SILANG (X) PADA ALTERNETIF JAWABAN YANG TERSEDIA

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLatihan soal 10.4

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem pesisir tersebut dapat berupa ekosistem alami seperti hutan mangrove,

I. PENDAHULUAN. Pola pemukiman penduduk di suatu daerah sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik

SOAL PENCEMARAN AIR. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat. Dengan memberi tanda silang (x) pada alternetif jawaban yang tersedia.

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLaihan soal 10.3

I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. karena merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di

Bencana Baru di Kali Porong

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki pulau dengan garis pantai sepanjang ± km dan luas

OPINI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN SUNGAI DI DAERAH HILIR SUNGAI BERINGIN KOTA SEMARANG

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Manusia membutuhkan tempat bermukim untuk memudahkan aktivtias seharihari.

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air

mampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan

BAB I PENDAHULUAN. pantai km serta pulau dan luas laut sekitar 3,1 juta km 2, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan yang disebut sumberdaya pesisir. Salah satu sumberdaya pesisir

HIDROSFER III. Tujuan Pembelajaran

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Wilayahnya meliputi bagian hulu, bagian hilir, bagian pesisir dan dapat berupa

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti

HIDROSFER V. Tujuan Pembelajaran

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Secara keseluruhan daerah tempat penelitian ini didominasi oleh Avicennia

PENDAHULUAN. terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia

PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur

TINJAUAN PUSTAKA. Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu wilayah yang

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan

PENDAHULUAN. Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun

I. PENDAHULUAN. Menurut Mahi (2001 a), sampai saat ini belum ada definisi wilayah pesisir yang

BAB I PENDAHULUAN. Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga

2016 EVALUASI LAJU INFILTRASI DI KAWASAN DAS CIBEUREUM BANDUNG

PENDAHULUAN. banyak efek buruk bagi kehidupan dan lingkungan hidup manusia. Kegiatan

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu hutan mangrove yang berada di perairan pesisir Jawa Barat terletak

DAS SUNGAI SIAK PROVINSI RIAU

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

sumber daya lahan dengan usaha konservasi tanah dan air. Namun, masih perlu ditingkatkan intensitasnya, terutama pada daerah aliran sungai hulu

BAB I PENDAHULUAN. ternyata telah menimbulkan bermacam-macam efek yang buruk bagi kehidupan

BAB II KONDISI UMUM LOKASI

BAB I PENDAHULUAN. baik bagi pesisir/daratan maupun lautan. Selain berfungsi secara ekologis,

PENDAHULUAN. garis pantai sepanjang kilometer dan pulau. Wilayah pesisir

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN

Geografi PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUN BERKELANJUTAN I. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013. A. Kerusakan Lingkungan Hidup

BAB I PENDAHULUAN I-1

AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. transportasi, Wisata air, olah raga dan perdagangan. Karena kondisi lahan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan akan lahan untuk berbagai kepentingan manusia semakin lama

V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Tulabolo adalah bagian dari wilayah Kecamatan Suwawa Timur,

KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG

KONDISI UMUM BANJARMASIN

SUMBER DAYA HABIS TERPAKAI YANG DAPAT DIPERBAHARUI. Pertemuan ke 2

Dampak pada Tanah, Lahan dan Ruang Dampak pada Komponen Udara Dampak pada Kualitas Udara Dampak pada Komponen Iklim Dampak pada Fauna dan Flora

BAB VI ALTERNATIF PENANGGULANGAN ABRASI

HIDROSFER I. Tujuan Pembelajaran

TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa penelitian dan kajian mengenai banjir pasang. Beberapa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengaruh Aktivitas Masyarakat di pinggir Sungai (Rumah Terapung) terhadap Pencemaran Lingkungan Sungai Kahayan Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM 1.2 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem merupakan suatu interaksi antara komponen abiotik dan biotik

KISI-KISI INSTRUMEN SOAL PRETEST POSTTEST Lingkunganku Tercemar Bahan Kimia Dalam Rumah Tangga. Indikator Soal Soal No soal

BAB I PENDAHULUAN. Karena berada di dekat pantai, mangrove sering juga disebut hutan pantai, hutan

PENDAHULUAN. rumah tangga dapat mempengaruhi kualitas air karena dapat menghasilkan. Rawa adalah sebutan untuk semua daerah yang tergenang air, yang

BAB I PENDAHULUAN. Model Genesi dalam Jurnal : Berkala Ilmiah Teknik Keairan Vol. 13. No 3 Juli 2007, ISSN

Oleh: ANA KUSUMAWATI

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Proses erosi karena kegiatan manusia kebanyakan disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peralihan antara daratan dan lautan yang keberadaannya dipengaruhi oleh

ES R K I R P I S P I S SI S S I TEM

Transkripsi:

B A B IV A N A L I S I S Dalam Oxford Dictionary of Philosophy, kata Analisis (berasal dari kata Analysis) diartikan sebagai : The process of breaking a concept down into more simple parts, so that its logical structure is displayed [Stanford Encyclopedia of Philosopy, plato.stanford.edu]. Definisi di atas telah cukup memberikan garis besar mengenai pengertian analisis, yakni menguraikan suatu konsep, ide, pernyataan, permasalahan, atau teori menjadi bagian-bagian kecil (detail) agar struktur logis konsep tersebut dapat terlihat dengan jelas. Dengan demikian, konsep tersebut dapat dipahami dengan lebih baik oleh logika pikiran manusia, baik dari segi penyebabnya maupun pemahaman mengenai bagaimana duduk perkaranya [Poerwadarminta, 1976, dalam Warpani, 1984]. Melalui pemahaman yang benar, diharapkan penilaian-penilaian objektif, dan upaya-upaya perbaikan yang efektif dapat diperoleh. Lawan dari analisis adalah sintesis, yaitu menggabungkan bagian-bagian informasi dari dua atau lebih sumber yang terpisah untuk membuat sesuatu yang utuh. Fokus analisis pada bab ini adalah mengenai metodologi identifikasi yang dipakai, kerusakan kondisi wilayah pesisir akibat unsur-unsur DAS, dan dampak kerusakan terhadap aspek ekonomi dan sosial masyarakat pesisir. Metode analisis yang digunakan bersifat deskriptif dan faktual. Deskriptif artinya menjelaskan fokus analisis dengan mendetail dan lebih mendalam dengan menguraikannya menjadi komponen-komponen yang mendasar, sedangkan faktual adalah mengangkat contohcontoh yang sedang (atau pernah) terjadi di lapangan yang menguatkan pernyataanpernyataan yang menjadi fokus analisis. Dengan demikian, diharapakan inti dari pembahasan pada Tugas Akhir ini dapat sebenar-benarnya dipahami dengan baik. IV-1

4.1 Analisis mengenai Metodologi Identifikasi Metode untuk mengidentifikasi unsur-unsur DAS penyebab kerusakan wilayah pesisir adalah dengan pendekatan matriks korelasi. Bentuk korelasinya adalah hubungan kausal (sebab-akibat). Hal-hal yang menjadi pertimbangan mengapa memakai metode ini adalah sebagai berikut : 1. Sasaran dari identifikasi adalah menentukan unsur-unsur DAS yang menjadi penyebab kerusakan kondisi wilayah pesisir. Dengan demikian, metode identifikasi yang sesuai adalah dengan meneliti hubungan sebab-akibat antara fenomena kerusakan lingkungan wilayah pesisir dengan unsur-unsur yang terdapat di dalam DAS. 2. Penggunaan pendekatan matriks dalam mengidentifikasi korelasi antar unsur memberikan kemudahan untuk : - Mengidentifikasi mana unsur-unsur yang saling berkorelasi dan mana yang tidak. - Mendeskripsikan hubungan antara unsur-unsur yang saling berkorelasi. Deskripsi mengenai hubungan yang terjadi ditulis pada sel yang memuat unsur-unsur yang saling berkorelasi 4.2 Analisis Unsur-unsur DAS Penyebab Kerusakan Lingkungan Wilayah Pesisir Dampak unsur-unsur DAS terhadap kerusakan lingkungan wilayah pesisir terjadi melalui 3 jenis keluaran DAS, yakni : a. Hasil Sedimen, mengakibatkan pendangkalan pantai dan muara dan meningkatkan kekeruhan perairan pesisir. Kurangnya pasokan sedimen menyebabkan rusaknya ekosistem pesisir, seperti mangrove, dan menghambat pertumbuhan daratan pantai. b. Debit air sungai, mengakibatkan banjir (jika besar) dan intrusi air asin melalui mulut sungai (jika rendah). Perubahan salinitas perairan juga dipengaruhi oleh besarnya debit air tawar dari aliran sungai, yang berpotensi merusak kehidupan ekosistem perairan pesisir. IV-2

c. Kandungan polutan, mengakibatkan pencemaran perairan pesisir. Kelebihan kandungan unsur hara dan nutrien pada perairan berpotensi menyebabkan eutrofikasi. 4.2.1 Analisis Keterkaitan Unsur-unsur DAS dengan Hasil Sedimen Curah hujan berperan dalam proses erosi melalui tenaga kinetisnya. Tenaga kinetis tersebut akan makin besar seiring makin besarnya butiran air dan kecepatannya. Besarnya diameter butiran air hujan yang sampai ke tanah dipengaruhi karakteristik ujung daun vegetasi dan kecepatan jatuh butiran bergantung kepada elevasi tajuk vegetasi. Oleh karena itu, upaya efektif mengurangi erosi tanah akibat hujan adalah dengan memperbanyak tumbuhan-tumbuhan yang pendek, seresah, dan humus. Rumput-rumputan yang menutupi lahan dengan rapat berpotensi memperkecil erosi tanah. Kandungan sedimen dalam aliran sungai disebabkan oleh erosi pada DAS. Unsur-unsur DAS yang menjadi penyebab tingginya kandungan sedimen dalam aliran sungai, yang berpotensi menimbulkan masalah di wilayah pesisir disajikan dalam Tabel IV-1. Tabel IV-1 Unsur-unsur DAS yang mempengaruhi hasil sedimen[diadaptasi dari Asdak, 2004] Unsur-unsur DAS Curah Hujan Jaringan Sungai Topografi Kondisi Tanah Pengaruh terhadap Hasil Sedimen Hujan yang intensif (dengan kecepatan dan diameter butiran yang besar) menyebabkan potensi terjadinya erosi makin besar pula. Semakin tinggi kerapatan drainase sungai, maka semakin meningkat pula hasil sedimen dalam DAS DAS yang sebagian besar topografinya curam dan tidak terputus makin memperbesar terjadinya erosi. Jenis tanah yang mudah terkikis memperbesar potensi terjadinya erosi. Kerusakan struktur tanah akibat curah hujan yang tinggi atau kegiatan penebangan hutan menyebabkan tanah menjadi mudah terkikis. IV-3

Vegetasi Penutup Tanah Keadaan dan Penggunaan Lahan Sepanjang DAS Penutupan tanah secara rapat oleh tumbuh-tumbuhan berelevasi rendah dan humus melindungi tanah dari erosi karena meredam tenaga kinetis air hujan. Tegakan vegetasi yang tinggi dengan cabang yang banyak dan berdaun lebar malah memperbesar diameter butiran air hujan dan memperbesar energi kinetis butiran air. Adanya tanah terbuka (tanpa penutupan vegetasi) akibat penebangan dan pembersihan hutan, lahan pertanian yang tidak mengindahkan kaidah bercocok tanam yang mendukung konservasi lingkungan menyebabkan meningkatnya potensi erosi. Abu, dan lumpur akibat aktivitas dan letusan gunung berapi merupakan sumber penghasil sedimen. IV-4

Gambar IV-1 Diagram analisis unsur-unsur DAS penyebab tingginya jumlah sedimen dalam aliran sungai IV-5

Partikel-partikel tanah hasil erosi sebagiannya akan turun ke daratan yang lebih rendah dan masuk ke dalam sungai. Melalui proses transpor sedimen, partikel-partikel (sedimen) tersebut akan dibawa sampai ke hilir. Sungai di hilir, yang pada umumnya berpenampang lebar dan memiliki topografi (kemiringan) relatif datar, membuat aliran sungai relatif tenang, sehingga sedimen cenderung untuk mengendap (sedimentasi). Masuknya sedimen ke perairan pesisir dapat berdampak positif dan negatif bagi wilayah pesisir. Endapan sedimen dapat membuat lahan-lahan baru yang subur (daratan alluvium), membentuk daratan pantai, serta memberikan substansi yang dibutuhkan oleh ekosistem-ekosistem pesisir, seperti mangrove. Namun, air yang keruh karena muatan sedimen tersuspensi yang terlalu tinggi menyebabkan terhalangnya penetrasi sinar matahari sampai ke dasar perairan, sehingga mengganggu proses fotosintesis dan metabolisme ekosistem dan organisme perairan. Laju sedimentasi yang terlalu tinggi menyebabkan laju pendangkalan juga menjadi cepat, dan menyebabkan kerusakan ekosistem pesisir [Asdak, 2004]. Berdasarkan hal itu, maka yang harus dilakukan adalah mengendalikan sedimen yang dihasilkan DAS, agar jumlahnya tidak melebihi ambang batas toleransi kawasan pesisir, yang akan menimbulkan kerusakan, dan tidak terlalu sedikit, yang nantinya akan menghabiskan dataran pantai, terlebih bagi kawasan yang memiliki tingkat abrasi yang tinggi. Dampak positif dan negatif sedimentasi pada perairan pesisir dapat dilihat pada Tabel IV-2. Tabel IV-2 Dampak positif dan negatif aliran sedimen ke perairan pesisir [ Sumber : Asdak, 2004] Dampak Positif Dampak Negatif Sedimentasi + membentuk morfologi pantai + membuat lahan-lahan baru yang subur + substansi bagi kehidupan ekosistem pesisir meningkatkan kekeruhan perairan, sehingga mengganggu aktivitas ekosistem dan biota perairan pendangkalan mengganggu kehidupan ekosistem dan biota perairan pesisir IV-6

4.2.2 Analisis Unsur-unsur DAS dalam Mempengaruhi Debit Sungai Debit air sungai dan erosi tanah dipengaruhi oleh debit air larian permukaan (run-off). Jika debit air larian makin besar, potensi terjadinya erosi dan banjir makin besar pula [Asdak, 2004]. Pengaruh unsur-unsur tersebut terhadap debit air larian disajikan pada Tabel IV-3. Berbeda dengan unsur-unsur DAS yang lainnya, curah hujan merupakan unsur yang sifatnya tidak dapat dipengaruhi oleh manusia. Memang, untuk hujan yang bersifat lokal / skala kecil, keberadaan vegetasi dapat mempengaruhi kelembaban udara lokal, sehingga mempengaruhi hujan lokal. Namun, untuk hujan turun dalam kurun waktu yang panjang, yang merupakan penyebab banjir di hilir, hutan yang berkondisi baikpun tidak cukup mampu untuk mencegahnya, karena tanah akan menjadi jenuh, dan air hujan akan mengalir berupa air permukaan, sehingga debit air menjadi besar. Reboisasi besar-besaran terhadap lahan kritis dan hutan gundul dianggap dapat mengurangi debit sungai saat musim hujan, sehingga meminimalkan potensi banjir. Namun, reboisasi besar-besaran ternyata dapat berakibat menurunkan cadangan air tanah, terlebih pada musim kemarau. Pada musim kemarau, vegetasi pun membutuhkan nutrisi dan air untuk keberlangsungan hidupnya. Sehingga, makin banyak vegetasi dan makin besar ukurannya, maka makin besar pula konsumsi air tanah. Kasus ini pernah terjadi di Fiji, yang melakukan reboisasi pohon pinus besar-besaran di hulu, sampai 60.000 hektar. Akibatnya, aliran air DAS berkurang hingga 50 60 %. IV-7

Tabel IV-3 Unsur-unsur DAS yang mempengaruhi air permukaan [diadaptasi dari Asdak, 2004] Unsur-unsur DAS Curah Hujan Jaringan Sungai Topografi Kondisi Tanah Vegetasi Penutup Tanah Penggunaan Lahan Pengaruh terhadap debit air permukaan Volume air larian yang ditimbulkan oleh hujan yang intensitasnya tinggi akan lebih besar dibandingkan hujan yang kurang intensif. Bentuk dan jumlah percabangan sungai mempengaruhi volume dan kecepatan aliran air permukaan DAS yang sebagian besar topografinya curam dan tidak terputus akan mempercepat laju air larian daripada DAS dengan lereng yang landai Tanah dengan permeabilitas tinggi (cepat menyerap air) akan menurunkan air larian. Vegetasi memiliki kemampuan untuk mempertahankan kapasitas tanah dalam menyerap air dan menurunkan laju dan volume air larian Tanah terbuka akibat penebangan hutan, lahan pertanian yang tidak mengindahkan kaidah bercocok tanam yang mendukung konservasi lingkungan menyebabkan menurunnya laju infiltrasi air. IV-8

Gambar IV-2 Diagram analisis unsur-unsur DAS penyebab tingginya debit air dalam aliran sungai IV-9

4.2.3 Analisis Unsur-unsur DAS Penyebab Pencemaran Terkait dengan pencemaran perairan pesisir, telah dijelaskan bahwa masing-masing jenis penggunaan ruang dan lahan DAS memiliki dampak pencemaran. Kadar masing-masing sumber pencemar dari aktivitas penggunaan lahan DAS disajikan dalam Tabel IV-4. Tabel IV-4 Kadar sumber-sumber pencemar di wilayah pesisir yang berasal dari unsur pemanfaatan ruang dan lahan DAS [Brodie, 1995 dalam Dahuri, 2004] Pencemar Sumber Pertanian Perkotaan Industri Nutrien * * * * * * Pestisida * * * * Sampah * * * * * Zat Kimia beracun * * ** Logam beracun * * * * * Keterangan : * * * = sumber terbesar * * = sumber moderat * = sumber terkecil Pencemaran wilayah perairan pesisir akan permasalahan lingkungan pesisir seperti: 1. Kerusakan dan kematian ekosistem dan biota-biota perairan pesisir akibat dari: air yang keruh karena tingginya kandungan sedimen pestisida dan logam beracun yang berpotensi mematikan populasi ikan 2. Eutrofikasi, yakni peningkatan populasi alga (fitoplankton) akibat kadar unsur hara dan nutrien di perairan pesisir. Dampaknya adalah : peningkatan populasi alga mengakibatkan kebutuhan oksigen meningkat melebihi ambang batas kandungan oksigen terlarut dalam perairan. Jika kondisi ini terjadi berkepanjangan, ikan-ikan dan invertebrata dasar laut akan terancam mengalami kematian karena kekurangan oksigen IV-10

peningkatan spesies alga beracun, selain berdampak seperti di atas, juga berpotensi mematikan ikan-ikan dan biota yang mengkonsumsi alga tersebut. Kegiatan pertanian di daratan berkontribusi terbesar dalam menyumbangkan polutan berupa nutrien (zat hara) dan pestisida ke perairan pesisir melalui aliran sungai. Ini berpotensi menyebabkan eutrofikasi perairan pesisir. Selain itu, kegiatan peternakan, berupa penggembalaan yang intensif di sekitar aliran sungai, berkontribusi besar dalam menyumbangkan polutan berupa bakteri pada badan perairan sungai [Asdak, 2004]. Landuse berupa perkotaan dan permukiman menyumbangkan limbah berupa sampah ke perairan pesisir. Salah satu penyebabnya adalah masih adanya paradigma masyarakat Indonesia yang menganggap bahwa sungai merupakan tempat untuk membuang sampah rumah tangga. Hal ini juga dipicu dengan makin banyaknya permukiman-permukiman penduduk di kawasan bantaran sungai. Masuknya limbah oleh Curah Hujan Jumlah Polutan dalam Aliran Sungai Pertanian Zat kimia dan logam beracun Pembuangan limbah langsung ke sungai Industri Sampah padat dan cair Permukiman dan Perkotaan Nutrien, pestisida, dan bakteri patogen Gambar IV-3 Diagram analisis unsur-unsur DAS dalam menyebabkan polusi sungai Polutan berupa zat kimia dan logam beracun yang masuk ke perairan pesisir melalui aliran sungai secara dominan merupakan hasil aktivitas perindustrian di daratan. Zat-zat kimia yang melampai ambang batas akan meningkatkan angka kebutuhan oksigen perairan sehingga akan IV-11

menurunkan kualitas air dan mematikan biota-biota perairan [Asdak, 2004]. Tabel IV-5 Pencemaran DAS akibat aktivitas penggunaan lahan Jenis penggunaan lahan Jenis bahan polutan yang dihasilkan (mayoritas) Penyebab pencemaran Pertanian dan peternakan Nutrient Pestisida Bakteri patogen Pembuangan limbah pertanian dan kotoran hewan ternak langsung ke badan perairan sungai Permukiman dan perkotaan Sampah padat dan cair Pembuangan sampah langsung ke badan perairan sungai Industri Zat kimia beracun Logam beracun Pembuangan limbah industri langsung ke badan sungai Tidak melaksanakan prosedur treatment terhadap limbah dengan benar 4.3 Analisis mengenai Kerusakan Lingkungan Pesisir Akibat DAS Jika timbul pertanyaan, berapa kadar air tawar dan substansi yang dibawanya sehingga dapat merusak kondisi lingkungan kawasan pesisir?, maka jawabannya adalah bergantung kepada jangkauan (range) toleransi ekosistem-ekosistem pesisir terhadap perubahan kondisi lingkungan tempat hidupnya. Perlu diketahui bahwa kondisi lingkungan yang optimal bagi kehidupan masing-masing ekosistem pesisir adalah berbeda-beda. Kondisi optimal perairan pesisir bagi keberlangsungan hidup ekosistem-ekosistem pesisir dapat dilihat pada Tabel IV- 6. IV-12

Tabel IV-6 Kadar optimal dari kondisi fisis perairan pesisir terhadap kelangsungan hidup ekosistem pesisir [ Dahuri, dkk, 2004; Zulkifli, 2003; www.dkp.go.id; web.ipb.ac.id] Ekosistem Mangrove 10 30 Kadar Optimal Salinitas (per mil) Suhu perairan ( o C) Penetrasi cahaya pada perairan jernih ( meter ) Terumbu Karang 30 35 25 29 Tidak lebih dari 10 Padang Lamun 24-35 28 30 Tidak lebih dari 10 Rumput Laut 20 30 Estuari 5 30 Parameter lingkungan fisik perairan pesisir sangat dipengaruhi oleh aliran sungai. Fluktuasi salinitas perairan sangat dipengaruhi oleh debit air tawar dari aliran sungai. Banyaknya sedimen tersuspensi pada perairan akan menghambat cahaya matahari untuk masuk ke dalam kolom-kolom air. Suhu perairan dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari, dan limbah-limbah panas. 4.4 Analisis Dampak Kerusakan Kondisi Wilayah Pesisir terhadap Aspek Ekonomi Masyarakat Pesisir Dampak kerusakan lingkungan wilayah pesisir terhadap aspek ekonomi masyarakat pesisir telah disajikan pada Bab IV. Akibat buruk tersebut meliputi terganggunya atau gagalnya kegiatan-kegiatan produksi milik masyarakat dan perusahaan yang memakai sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan pesisir, sehingga mereka mengalami penurunan pendapatan, kehilangan aset ekonomi dan kerugian finansial. Dampak pendangkalan pantai akibat sedimentasi mempengaruhi lalu lintas dan perlabuhan kapal-kapal. Contohnya kejadian pada muara Segara Anakan, Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2005. DASar perairan menjadi dangkal akibat pengendapan sedimen yang dibawa aliran Sungai Citanduy, Cimeneng, dan Cibeureum. Akibatnya, alur pelayaran kapal-kapal tanker pemasok minyak mentah dari Timur-Tengah yang akan memasuki Pelabuhan Khusus Pertamina Lomanis menjadi terganggu. Begitu juga dengan kapal-kapal industri lain, karena area pelabuhan tersebut juga dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan lain. IV-13

Langkah penanggulangan yang diambil adalah dengan mengeruk dasar perairan pada alur pelayaran. Frekuensi pengerukan bergantung kepada laju bertambahnya sedimen. Berdasarkan informasi dari pihak Pertamina, laju pertambahan ketebalan lumpur pada alur pelayaran tersebut adalah 75 cm per tahun atau 1.5 meter dalam 2 tahun. Jika pasokan lumpur dari sungai meningkat, maka frekuensi kegiatan pengerukan harus ditambah demi kelancaran distribusi minyak mentah. Hal ini akan merugikan perusahaan secara finansial, karena dibutuhkan dana Rp. 4,8 miliar untuk melakukan sekali pengerukan [Harian Pikiran Rakyat, 2005]. Sedimentasi juga mengakibatkan pendangkalan di kawasan pantai dan laguna sehingga menurunkan populasi ikan. Sekitar 45 jenis ikan yang menghuni laguna Segara Anakan, termasuk Ikan Sidat yang merupakan komoditi bernilai jual tinggi, terancam punah akibat pendangkalan dan penyempitan laguna. Penduduk nelayan yang menyandarkan hidupnya dari sektor perikanan di Segara Anakan terancam mengalami penurunan pendapatan. Ikan Sidat merupakan komoditi perikanan yang dicari oleh restoran-restoran Jepang. Harganya mencapai Rp. 100.000,00 per porsi. [Pikiran Rakyat, 2005 dalam wordpress.com]. Tabel IV-7 Dampak pendangkalan pantai bagi kegiatan ekonomi wilayah pesisir Segara Anakan, Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2005 [ Pikiran Rakyat, 2005] Kegiatan Ekonomi Dampak Pendangkalan Pantai dan Muara Perikanan Penurunan pendapatan nelayan akibat menurunnya populasi ikan di laguna Segara Anakan, seperti Ikan Sidat yang memiliki harga jual tinggi Industri pengolahan Pendangkalan alur pelabuhan menghambat suplai bahan mentah / bahan baku untuk industri-industri. Kegiatan kepelabuhanan Pengerukan alur pelabuhan, yang memakan dana mencapai 4,8 miliar untuk sekali pengerukan. Banjir disebabkan oleh curah hujan yang tinggi dan sungai (hilir) yang dangkal, sehingga air sungai meluap menggenangi lahan sekitarnya. Banjir tersebut menggenangi dan merusak tambak-tambak yang dikelola masyarakat pesisir, menyebabkan para petani tambak mengalami kerugian yang besar. Seperti kasus IV-14

banjir yang terjadi Mangkang Wetan, Kecamatan Tugu, Kota Semarang, Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2004. Banjir menghilangkan tambak milik 15 orang petani seluas 50 hektar. Menurut pengakuan salah satu warga, kerugian akibat jebolnya tanggul yang membuat hanyut ikan dan udang itu mencapai kurang lebih Rp 75.000.000,00 [Tempointeraktif, 2004]. Banjir juga berakibat rusaknya sarana dan prasarana (utilitas). Masih di daerah yang sama, meluapnya Kali Bringin, salah satu sungai di Kota Semarang, sampai menggenangi jalan raya hingga mencapai ketinggian puluhan centimeter dan membuat lalu lintas tersendat. Perbaikan tanggul pinggir sungai sepanjang sekitar 10 meter menghabiskan biaya tidak kurang dari Rp 3.000.000,00. Bahan tanggul tersebut terdiri atas bambu, tarikan kawat dan karung berisi tanah [Tempointeraktif, 2004]. Tabel IV-8 Dampak banjir bagi kegiatan ekonomi wilayah pesisir Mangkang Wetan, Kecamatan Tugu, Kota Semarang, Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2004 [ Tempointeraktif, 2004] Kegiatan Ekonomi Dampak Banjir Pertambakan 15 orang petani tambak mengalami kerugian mencapai Rp. 75.000.000,00 karena kehilangan areal tambak seluas 50 hektar Prasarana Transportasi Banjir menggenangi jalan raya dan menghambat arus transportasi. Biaya pembuatan tanggul pencegah banjir mencapai Rp. 3.000.000 sepanjang 10 meter. Intrusi air laut berdampak pada tercemarnya sumur-sumur dan areal persawahan penduduk dengan air asin. Payaunya sumber daya air mereka menyebabkan mereka dihadapkan pada sedikitnya 2 pilihan, yang kedua-duanya menyebabkan keluarnya biaya yang lebih besar, yaitu mengubah air payau tersebut menjadi air yang bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan mereka, atau membeli dari penjual air bersih yang didatangkan dari daerah lain. Masuknya air asin ke sawah-sawah menyebabkan petani mengalami gagal panen dan mengalami kerugian [ Wahyono dkk, 2001; Asdak, 2004; Kompas, 2004 dalam Digilib Online]. IV-15

Pencemaran perairan pesisir menyebabkan matinya populasi biota pesisir seperti udang windu dan mematikan kegiatan budidaya penduduk setempat. Kesuburan tambak yang menurun akibat pencemaran, sehingga tambak harus direhabilitasi, seperti yang terjadi di Desa Bungko Lor, Kecamatan Kapetakan, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat. Biaya total untuk membuka tambak sampai panen, untuk kepadatan udang yang rendah (10.000 benih) mencapai Rp. 30.950.000,00. [Wahyono dkk, 2001]. Secara skematik, dampak kerusakan lingkungan wilayah pesisir terhadap aspek ekonomi masyarakat pesisir dapat dilihat pada Gambar IV-4. Kerusakan lingkungan wilayah pesisir berujung pada penurunan daya beli masyarakat melalui terganggunya kegiatan ekonomi pesisir. Jika kegiatan ekonomi masyarakat terganggu, maka ada 4 hal yang dialami oleh masyarakat pesisir, yakni kehilangan mata pencaharian, menurunnya pendapatan, bertambahnya pengeluaran, dan kerugian finansial. KEGIATAN EKONOMI TERGANGGU KEHILANGAN MATA PENCAHARIAN PENDAPATAN MENURUN BERTAMBAHNYA PENGELUARAN KERUGIAN FINANSIAL PENURUNAN DAYA BELI MASYARAKAT Gambar IV-4 Indikasi dampak kerusakan lingkungan wilayah pesisir terhadap aspek ekonomi 4.5 Analisis Dampak Kerusakan Kondisi Wilayah Pesisir terhadap Aspek Sosial Masyarakat Pesisir Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa kerusakan kondisi lingkungan wilayah pesisir dapat berdampak langsung terhadap aspek sosial masyarakat, dan dapat pula merupakan imbas dari dampak terhadap aspek ekonomi. Potensi kerugian yang merupakan dampak langsungnya antara lain : IV-16

1. Mengganggu aktivitas sosial masyarakat, seperti pendidikan, kesehatan, dan lainnya akibat banjir dan abrasi. Terganggunya aktivitas tersebut bisa disebabkan oleh kerusakan struktur bangunan permukiman, sekolah-sekolah, tempat-tempat ibadah, dan sarana kesehatan, atau terhambatnya kelancaran dan kenyamanan aktivitas sosial tersebut secara langsung saat terjadi banjir. 2. Berjangkitnya wabah penyakit, seperti flu dan diare, akibat tidak terpeliharanya sanitasi lingkungan akibat banjir. 3. Menimbulkan wabah keracunan akibat mengkonsumsi produk laut dari perairan yang telah tercemar. 4. Sumber-sumber air penduduk, seperti air sungai dan sumur, menjadi payau dan tidak layak pakai untuk minum, mencuci, dan mandi. Pemakaian air tersebut untuk mandi menyebabkan gatal-gatal pada kulit. Sedangkan dampak terhadap aspek sosial yang merupakan kelanjutan dari dampak ekonomi antara lain : 1. Penurunan pendapatan dan kehilangan mata pencaharian menyebabkan masyarakat mengalami penurunan daya beli. Sehingga akses mereka untuk memenuhi kebutuhan gizi sehari-hari, sarana pendidikan dan kesehatan menjadi makin terbatas, terutama masyarakat nelayan kecil dan buruh nelayan. 2. Himpitan kemiskinan yang melanda nelayan kecil mendorong mereka untuk melanggar hukum dengan masih mempergunakan alat tangkap yang dilarang secara hukum, karena pendapatan yang mereka dapatkan cenderung lebih besar. 3. Kehilangan populasi ikan dan biota pesisir di kawasan pantai akibat pendangkalan dan pencemaran menyebabkan nelayan kecil kehilangan mata pencaharian mereka, sedangkan nelayan kaya berkapal besar dapat terus melaut ke perairan yang lebih jauh dari pantai. Pada kondisi kecemburuan sosial yang memuncak, para nelayan kecil dapat bertindak kriminal, seperti pembakaran kapal purse seine di Cilacap (Jawa Tengah) dan Belawan (Sumatra Utara) [Wahyono dkk, 2001] Inti dari dampak kerusakan kondisi lingkungan wilayah pesisir terhadap aspek sosial masyarakat pesisir secara visual dapat dilihat pada Gambar IV-5. IV-17

Gambar IV-5 Dampak kerusakan kondisi lingkungan wilayah pesisir terhadap aspek sosial IV-18