BAB V PEMBAHASAN. mencapai lebih dari 50% (Tesfaye dan Selvarajah, 2012). Pada penelitian ini,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. mengaitkan aspek paparan (sebab) dengan efek. Pendekatan yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN HIPERTENSI ANTARA PRIA DAN WANITA PENDERITA DIABETES MELITUS BERUSIA 45 TAHUN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan kerja insulin dan/atau sekresi insulin (Forbes & Cooper, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian terhadap 65 orang responden pasca stroke iskemik

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jogja yang merupakan rumah sakit milik Kota Yogyakarta. RS Jogja terletak di

BAB 5 PEMBAHASAN. IMT arteri karotis interna adalah 0,86 +0,27 mm. IMT abnormal terdapat pada 25

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Neuropati diabetika merupakan komplikasi yang paling sering muncul

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua negara tak terkecuali Indonesia. Penyakit ini ditandai oleh

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh dan menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, kerusakan saraf, jantung, kaki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan gangguan aliran. yang menyumbat arteri. Pada stroke hemoragik, pembuluh darah otak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 6 PEMBAHASAN. disebabkan proses degenerasi akibat bertambahnya usia. Faktor-faktor risiko

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes. mengamati peningkatan kadar glukosa dalam darah.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus, merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang telah diproduksi secara efektif. Insulin merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik yang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes saat ini menjadi masalah besar di seluruh. dunia dengan insidensi yang diperkirakan akan meningkat

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. risiko PJK kelompok usia 45 tahun di RS Panti Wilasa Citarum

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1, hal ini disebabkan karena banyaknya faktor resiko terkait dengan DM

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus telah menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. Proses penuaan merupakan rangkaian proses yang terjadi secara alami

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan uji Chi Square atau Fisher Exact jika jumlah sel tidak. memenuhi (Sastroasmoro dan Ismael, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (American Diabetes

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 I. PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. kencing manis semakin mengkhawatirkan. Menurut WHO pada tahun 2000

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini melibatkan 61 orang subyek penelitian yang secara klinis diduga

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis. yang muncul ketika tubuh tidak mampu memproduksi cukup

10 Komplikasi Diabetes dan Obat Alami Diabetes Untuk Melawannya

sebanyak 23 subyek (50%). Tampak pada tabel 5 dibawah ini rerata usia subyek

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. penduduk di seluruh dunia. DM juga disebut dengan penyakit kencing manis dapat

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Prevalensi penyakit diabetes mellitus terus meningkat tiap tahunnya.

BAB 5 PEMBAHASAN. dengan menggunakan consecutive sampling. Rerata umur pada penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dapat timbul akibat perkembangan jaman. adalah gaya hidup tidak sehat yang dapat memicu munculnya penyakit

BAB V PEMBAHASAN. infark miokard dilaksanakan dari 29 Januari - 4 Februari Penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang (Cross Sectional) dimana

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. DM merupakan penyakit degeneratif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Di seluruh dunia dan Amerika, dihasilkan per kapita peningkatan konsumsi fruktosa bersamaan dengan kenaikan dramatis dalam prevalensi obesitas.

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seseorang dengan katarak akan melihat benda seperti tertutupi kabut, lensa mata

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut American Diabetes Association, diabetes melitus merupakan suatu kelompok

*Dosen Program Studi Keperawatan STIKES Muhamamdiyah Klaten

BAB 1 PENDAHULUAN. organ, khususnya mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah (America

Pencegahan Tersier dan Sekunder (Target Terapi DM)

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

Hubungan Albumin Serum Awal Perawatan dengan Perbaikan Klinis Infeksi Ulkus Kaki Diabetik di Rumah Sakit di Jakarta

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pengumpulan data penelitian ini dilaksanakan di RSUD Kota

BAB I PENDAHULUAN. 1,5 juta kasus kematian disebabkan langsung oleh diabetes pada tahun 2012.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronis yang mengacu pada

Diabetes Mellitus Type II

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya prevalensi diabetes melitus (DM) akibat peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. kekurangan secara absolut atau relatif dari kerja dan atau sekresi insulin. (Awad,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Taufik Hidayat, 2013

BAB I PENDAHULUAN. tipe 2. Diabetes tipe 1, dulu disebut insulin dependent atau juvenile/childhoodonset

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

BAB I PENDAHULUAN. dan kematian yang cukup tinggi terutama di negara-negara maju dan di daerah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. berpenghasilan rendah dan menengah. Urbanisasi masyarakat

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. RINGKASAN... viii. SUMMARY...

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAMPIRAN 2 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI PENGUNJUNG PUSKESMAS MANAHAN DI KOTA SURAKARTA


BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

Transkripsi:

BAB V PEMBAHASAN Sebesar 56,7% pasien DM tipe 2 telah mengalami DPN. Hal ini sama dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa prevalensi DPN di dunia mencapai lebih dari 50% (Tesfaye dan Selvarajah, 2012). Pada penelitian ini, pasien dengan DPN rata-rata berusia 52 tahun dengan jumlah pasien laki-laki lebih banyak daripada perempuan, dan mayoritas (82.3%) memiliki status IMT yang normal. Umumnya pasien DPN berusia >50 tahun, namun terdapat satu pasien yang berusia 33 tahun yang telah mengalami DPN. Hal ini dapat terjadi karena pasien tersebut telah menderita DM tipe 2 selama > 10 tahun dan memiliki kadar gula darah yang tidak terkontrol. Pada penelitian ini, jumlah pasien DPN yang laki-laki lebih banyak daripada yang perempuan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian retrospektif yang telah dilakukan oleh Aaberg et al. (2008) dan Kamenov et al. (2010) yang menyatakan bahwa laki-laki lebih cepat mengalami DPN daripada perempuan. Pada penelitian tersebut disebutkan bahwa gaya hidup laki-laki lebih berisiko daripada perempuan sehingga DPN lebih cepat dialami oleh laki-laki. Gaya hidup berisiko pada lakilaki yang dimaksud di atas adalah pekerjaan yang sering menimbulkan stres, kebiasaan merokok, alkohol, dan penggunaan obat-obatan terlarang, dan ketaatan berobat yang rendah. Selain itu, faktor lain yang menyebabkan laki-laki lebih rentan terkena DPN yaitu berkurangnya hormon androgen seperti testosteron, dihidrotestosteron yang terjadi pada pasien DM. Hormon androgen tersebut 46

47 memiliki efek neuroprotektif spesifik pada sistem saraf pusat dan tepi, sehingga ketika jumlah hormon tersebut berkurang, DPN lebih mudah terjadi (Aaberg et al., 2008; Kamenov et al., 2010). Lama menderita DM tipe 2 dan kadar gula darah merupakan dua faktor risiko utama terjadinya DPN. Seseorang yang menderita DM tipe 2 dalam waktu yang lama dan kadar gula darahnya tidak terkontrol dengan baik akan menyebabkan terjadinya keadaan hiperglikemia yang kronis. Keadaan hiperglikemia yang kronis ini dapat mengakibatkan beberapa komplikasi, salah satunya yaitu DPN. Proses dari keadaan hiperglikemia kronis hingga terjadinya DPN diperantarai oleh berbagai mekanisme, yaitu peningkatan aktivasi jalur poliol, peningkatan jumlah AGEs, dan terbentuknya ROS, yang ketiganya menyebabkan terjadinya iskemik pada saraf perifer, sehingga terjadilah DPN (Subekti, 2009). Hiperglikemia kronis yang terjadi di intraseluler akibat menderita DM tipe 2 selama bertahun-tahun menyebabkan penumpukan AGEs di dalam dan sekitar saraf perifer. AGEs ini dapat mempengaruhi transport akson sehingga terjadi penurunan Nerve Conduction Velocity (NCV). Selain itu, AGEs juga menyebakan penurunan NADPH dengan mengaktivasi NADPH-oxidase. Hal ini memicu terbentuknya hidrogen peroksida dan stress oksidatif lainnya. Terbentuknya ROS ini menjadi awal berbagai mekanisme terjadinya DPN termasuk aktivasi jalur polioldengan cara menghambat aktifitas GAPDH dan menumpuknya 6-phosphate glucose. Saat jalur poliol teraktivasi, terjadi peningkatan aktivitas aldose reductase yang mengkatalisasi perubahan glukosa menjadi sorbitol. Sorbitol juga

48 akan dimetabolisme menjadi fruktosa oleh sorbitol dehidrogenase. Penumpukkan sorbitol dan fruktosa di dalam sel saraf inilah yang menyebabkan peningkatan tekanan osmotik, sehingga mengakibatkan degenerasi, nekrosis, dan pembengkakan sel saraf dan terjadilah DPN (Yang et al., 2014). Mekanisme tersebut di atas sesuai dengan hasil penelitian ini bahwa lama menderita DM tipe 2 mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian DPN. Pada penelitian ini menunjukkan hasil rerata lama menderita DM tipe 2 pada pasien DPN yaitu 10,23 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa DPN dapat terjadi setelah 10 tahun menderita DM tipe 2. Selain itu, pasien yang telah menderita DM tipe 2 selama 10 tahun memilik risiko terjadinya DPN sebesar 5,82 kali. Penelitian mengenai hubungan antara lama menderita DM tipe 2 dengan kejadian DPN pernah dilakukan sebelumnya, namun hasil yang didapatkan berbeda-beda. Penelitian yang dilakukan oleh Pirart pada 4400 pasiennya menyebutkan bahwa lebih dari 50% pasiennya mengalami DPN setelah menderita DM tipe 2 selama 25 tahun. Hal ini membuktikan bahwa kejadian DPN terus meningkat seriring dengan lamanya menderita DM tipe 2 (Tesfaye dan Selvarajah, 2012). Penelitian lain yang dilakukan oleh Morkrid et al. (2010) membuktikan bahwa prevalensi DPN meningkat seiring dengan meningkatnya durasi menderita DM tipe 2 yaitu, dari 14,1% (pasien telah menderita DM tipe 2 selama 5 tahun) menjadi 27,8% (pasien telah menderita DM tipe 2 selama 9-11 tahun). Penelitian yang dilakukan oleh Busui et al. (2009) juga membuktikan

49 bahwa 43% subjek penelitiannya mengalami DPN setelah menderita DM tipe 2 selama lebih dari 10 tahun. Kadar gula darah merupakan salah satu faktor risiko terjadinya DPN. Hal ini seperti yang dikemukaan oleh Kelkar (2005), bahwa kadar gula darah yang tinggi menyebebakan tingginya kadar gula di dalam sel saraf. Hal ini terjadi karena glukosa dapat masuk ke sel saraf tanpa bantuan insulin. Glukosa yang masuk ke sel saraf akan diubah menjadi sorbitol dan fruktosa melalui jalur poilol. Proses aktivasi jalur poliol hingga terjadi DPN sebagaimana telah dijelaskan di atas. Teori tersebut di atas sesuai dengan hasil penelitian ini bahwa kadar gula darah memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian DPN. Gula darah yang terkontrol dapat menghambat terjadinya DPN dan sebaliknya gula darah yang tidak terkontrol berisiko terjadinya DPN sebanyak 24,13 kali. Penelitian mengenai hubungan antara kadar gula darah dengan kejadian DPN telah banyak dilakukan sebelumnya, diantaranya yaitu penelitian oleh Busui et al. (2009) yang menyatakan bahwa terdapat 61% pasien DM tipe 2 dengan kadar gula darah yang tidak terkontrol (HbA1cnya > 7%) mengalami DPN. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Morkrid et al. (2010) dan Xu et al. (2014) juga membuktikan bahwa kadar gula darah (ditinjau dari kadar HbA1c) merupakan faktor risiko yang siginifikan terhadap kejadian DPN. Selain dua faktor risiko utama di atas, DPN dapat disebabkan oleh faktor lain seperti hipertensi, dislipidemi, obesitas, dan kebiasaan merokok. Faktorfaktor tersebut ikut berperangaruh terhadap kerusakan vasa nervosum yang berakibat terjadinya DPN. Pada penelitian ini, Hipertensi berhubungan secara

50 klinis dengan DPN terlihat dari pasien DPN yang kebanyakan telah mengalami hipertensi. Hal ini menunjukkan bahwa hipertensi merupakan faktor yang ikut berperan terhadap kejadian DPN meskipun secara statistik tidak menunjukkan hasil yang signifikan. Hipertensi memiliki risiko 1,14 kali untuk terjadinya DPN dibandingkan pasien yang tidak hipertensi. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa hipertensi berhubungan erat (lebih dari 60%) dengan munculnya gejala-gejala DPN (Branch, 2010; Gregory et al., 2012). Penelitian lain yang dilakukan oleh Branch (2010) menyatakan bahwa pasien hipertensi dengan tekanan sistolik 170 mmhg dan tekanan diastolik 96 mmhg memiliki risiko yang tinggi untuk terjadinya DPN. Hasil yang tidak signifikan secara statistik pada penelitian ini dapat terjadi karena pengelompokkan hipertensi hanya sebatas ya dan tidak serta jumlah subjek penelitian yang sangat sedikit. Selain hipertensi di atas, dislipidemia juga tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian DPN. Sedangkan secara klinis, dislipidemia berhubungan dengan DPN terlihat dari jumlah pasien DPN dengan dislipidemia lebih banyak daripada yang tidak dislipidemia. Dislipidemi memiliki risiko 1,22 kali untuk terjadinya DPN dibandingkan pasien yang tidak dislipidemia. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Katulanda et al. (2012) dan Busui et al. (2009) yang membuktikan bahwa dislipidemia merupakan faktor risiko yang tidak signifikan terhadap kejadian DPN. Berbeda halnya dengan hipertensi dan dislipidemia, obesitas tidak berhubungan secara signifikan dengan kejadian DPN baik secara statistik maupun secara klinis. Obesitas memiliki nilai OR sebesar 0,37 yang artinya bahwa

51 obesitas merupakan faktor protektif terhadap kejadian DPN. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang ada, yang menyatakan bahwa obesitas berpengaruh terhadap kejadian neuropati otonom dan neuropati sensorimotor (DPN) serta IMT yang normal akan mengurangi risiko terjadinya komplikasi neuropati (Dangi dan Gaur, 2014). Disamping tidak sesuai dengan teori yang ada, hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Al-Kaabi et al. (2014) yang menyatakan bahwa obesitas berpengaruh secara signifikan terhadap terjadinya DPN serta berisiko sebanyak 1,06 kali untuk terjadinya DPN. Selain itu, penelitian oleh Ugoya et al. (2008) juga menyatakan bahwa obesitas merupakan faktor predisposisi terjadinya DPN dan DPN paling banyak ditemukan pada pasien dengan obesitas tingkat III. Kemudian penelitian oleh Dangi dan Gaur (2014) menunjukkan bahwa pasien DPN ditemukan paling banyak pada kelompok obesitas tingkat II dan III. Ketidaksesuaian hasil penelitian ini dapat terjadi karena mayoritas subjek pada penelitian ini memiliki IMT yang normal. Hal ini berarti bahwa pasien DM tipe 2 tersebut telah memiliki kesadaran yang tinggi terhadap diet diabetes. Selain itu, jumlah subjek yang sangat sedikit juga dapat menyebabkan hasil yang tidak sesuai. Kebiasaan merokok tidak berhubungan secara signifikan dengan kejadian DPN baik secara klinis maupun statistik. Meskipun tidak bermakna secara signifikan, kebiasaan merokok memiliki risiko 1,17 kali untuk terjadinya DPN. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Busui et al. (2009) yang membuktikan bahwa kebiasaan merokok tidak berhubungan secara signifikan dengan kejadian DPN.

52 Lama menderita DM tipe 2 dan kadar gula darah merupakan faktor risiko utama terhadap terjadinya DPN. Dari hasil uji analisis regresi logisitik ganda didapatkan nilai Nagelkerke R 2 =63.8%, yang mengandung arti bahwa kedua variabel tersebut berkontribusi terhadap kejadian DPN sebesar 63.8%. Sedangkan 36.2% lainnya merupakan faktor-faktor lain yang tidak terkendali seperti penyakit rematik, hipotiroid, Cerebrovascular Disease, Parkinson, uremia, komplikasi mikrovaskuler lain (nefropati dan retionopati). Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yakni :1) Tidak semua variabel perancu dianalisis dalam penelitian ini, karena keterbatasan waktu dan kemampuan peneliti; 2) Jumlah subjek penelitian yang sangat sedikit sehingga dapat mempengaruhi signifikansi hasil penelitian; 3) Kuesioner MNSI telah dapat digunakan untuk skrining pasien dengan DPN dan tidak DPN, namun tidak dapat digunakan untuk diagnosis pasti.