BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dalam kehidupan manusia, dimana seseorang sudah tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dalam kehidupan manusia.remaja mulai memusatkan diri pada

BAB I PENDAHULUAN. perubahan emosi, perubahan kognitif, tanggapan terhadap diri sendiri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk merokok, baik secara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Merokok merupakan salah satu bentuk perilaku manusia yang sudah

BAB I PENDAHULUAN. 70% penduduk Indonesia (Salawati dan Amalia, 2010). Dari analisis data Susenas tahun 2001 diperoleh data umur mulai merokok kurang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masih dianggap sebagai perilaku yang wajar, serta merupakan bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. Merokok masih menjadi kebiasaan banyak orang baik di negara. tinggi. Jumlah perokok di Indonesia sudah pada taraf yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia yang sebenarnya bisa dicegah. Sepanjang abad ke-20, telah terdapat 100

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. peralihan dari satu tahap anak-anak menuju ke tahap dewasa dan mengalami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SLTP DI KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. berikutnya. Artinya apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan

BAB I PENDAHULUAN. yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada usia ini individu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara sadar untuk melukai dirinya sendiri, karena dengan merokok, berarti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wangi Citrawargi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan semua aspek/fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. merasakan hal yang demikian terutama pada saat menginjak masa remaja yaitu. usia tahun (Pathmanathan V dan Surya H, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja adalah masa tumbuh dan berkembang dimana terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbatas pada siswa baru saja. Penyesuaian diri diperlukan remaja dalam menjalani

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penerus bangsapun dibutuhkan sebagai sumber daya dalam pembangunan. Peran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rista Mardian,2013

BAB II LANDASAN TEORI. yang diamati secara umum atau objektif. Hal tersebut senada dengan pendapat Sarwono (2001)

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Kebiasan merokok adalah pemandangan yang tidak. asing lagi untuk kita lihat. Menurut laporan WHO (2002),

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

SKRIPSI IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB KENAKALAN REMAJA PADA SISWA SMP PGRI 4 KOTA JAMBI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses pertumbuhan dan perkembangan. Individu pada masa remaja mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas mengenai inti dan arah penelitian yang terdiri atas: latar

BAB I PENDAHULUAN. (Komasari,Dian & Helmi, 2000) perilaku merokok adalah perilaku yang

BAB I PENDAHULUAN. 2003). Remaja merupakan bagian perkembangan yang penting dan unik,

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Asap rokok mengandung 4000 bahan kimia dan berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Diajukan Oleh: AYU ANGGARWATI F

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rokok pada remaja yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari di

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan salah satu komponen penting dalam perwujudan masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan antara masa anak dan masa dewasa. Masa ini juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. psikis, maupun secara social (Sudarsono, 2004). Inilah yang disebut sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari orang terlibat di dalam tindakan membuat keputusan atau decision

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

I. PENDAHULUAN. manusia dibina melalui suatu pergaulan (interpersonal relationship). Pergaulan

BAB I PENDAHULUAN. Asia Tenggara. Jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN, Southeast Asia Tobacco Control Alliance, dan Komisi Nasional

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sintia Dewi,2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di Indonesia khususnya dikalangan pelajar. Walaupun sudah

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja adalah individu yang unik. Remaja bukan lagi anak-anak, namun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anak merupakan amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

I. PENDAHULUAN. bernama rokok ini. Bahkan oleh sebagian orang, rokok sudah menjadi. tempat kerja, sekolah maupun ditempat-tempat umum.

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibandingkan pertengahan masa kanak-kanak bagi remaja itu sendiri maupun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tetapi belum dapat disebut orang dewasa. Taraf perkembangan ini pada umumnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai tobacco dependency sendiri dapat didefinisikan sebagai

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Tugas-tugas Perkembangan Remaja. Menurut Havighurst (dalam Syaodih : 161) mengatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I PENDAHULUAN. apabila individu dihadapkan pada suatu masalah. Individu akan menghadapi masalah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang bahagia. Kebahagiaan menjadi harapan dan cita-cita terbesar bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. sering ditulis di surat-surat kabar, majalah dan media masa lain yang

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi tembakau tertinggi di dunia setelah RRC, Amerika Serikat, Rusia

PENDAHULUAN. disebut sebagai periode pubertas, pubertas (puberty) adalah perubahan cepat pada. terjadi selama masa remaja awal (Santrock, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

BAB I PENDAHULUAN. yang sering digambarkan sebagai masa yang paling indah dan tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini sangat mudah sekali mencari barang-barang yang diinginkan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan

BAB I PENDAHULUAN. tetapi merambah di semua kalangan. Merokok sudah menjadi kebiasaan di

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia sesuai Visi Indonesia Sehat 2010 ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

dalam terbitan Kementerian Kesehatan RI 2010).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempunyai hak yang sama dengan orang dewasa.

Eni Yulianingsih F

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. karena sudah menjadi masalah nasional dan bahkan internasional. Di

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebiasaan merokok di Indonesia sangat memprihatinkan. Gencarnya promosi rokok banyak menarik perhatian masyarakat. Namun bahaya yang dapat ditimbulkan oleh rokok masih kurang disadari oleh para pengguna rokok terutama pada remaja. Pengetahuan remaja tentang bahaya merokok masih terbilang rendah. Berbagai slogan tentang bahaya merokok seolah-olah hanya menjadi slogan belaka dan kurang mendapat perhatian bagi para remaja pengguna rokok. Selain itu sikap para remaja yang kurang mendukung terhadap berbagai peringatan bahaya merokok juga mempengaruhi perilaku remaja untuk tetap melakukan kebiasaan merokok. Tahun 2006 The Jakarta Global Youth Survey melaporkan lebih dari sepertiga pelajar (37%) biasa merokok. Anak laki-laki lebih tinggi dibandingkan anak perempuan. Yang lebih mengejutkan lagi tiga diantara sepuluh pelajar mengaku pertama kali merokok pada umur di bawah sepuluh tahun (Sukendro, 2007). Faktor dari dalam remaja dapat dilihat dari kajian perkembangan remaja. Remaja mulai merokok dikatakan oleh Erikson (1989) dalam Komalasari (2007) berkaitan dengan adanya krisis aspek psikososial yang dialami dalam masa perkembangannya, yaitu masa ketika mereka sedang mencari jati dirinya. Dalam masa remaja ini, sering dilukiskan sebagai masa badai dan topan karena ketidaksesuaian antara perkembangan psikis dan sosial. Upayaupaya untuk menentukan jati diri tersebut tidak semua dapat berjalan sesuai dengan harapan masyarakat. Beberapa remaja melakukan perilaku merokok sebagai cara kompensatoris. Perilaku merokok bagi remaja merupakan perilaku simbolisasi. Simbol dari kematangan, kekuatan, kepemimpinan dan daya tarik kepada lawan jenis. Menurut survei di beberapa SMP di Jakarta, setiap siswa di sekolahnya mulai mengenal bahkan mencoba merokok dengan presentase 40% sebagai perokok aktif yang terdiri atas 35% putra dan 5% putri. Dan berdasarkan pemantauan lanjutan dari para pelajar yang merokok itu sebanyak 25% Drop Out. Kebiasaan merokok bagi para pelajar 1

2 bermula karena kurangnya informasi dan kesalahpahaman informasi, termakan iklan atau terbujuk rayuan teman. Diperoleh dari hasil angket Yayasan Jantung Indonesia sebanyak 77% siswa merokok karena ditawari teman. Sehingga Yayasan Jantung Indonesia mendapat kesimpulan dengan merokok dapat membuat pandai bergaul, orang yang merokok terkesan lebih keren, merokok meningkatkan prestasi belajar, merokok dapat menghangatkan tubuh, merokok membuat kelihatan dewasa, merokok membuat penampilan lebih keren. (Yayasan Jantung Indonesia) Kebiasaan merokok dianggap dapat memberikan kenikmatan bagi perokok, namun di sisi lain dapat menimbulkan dampak buruk bagi perokok maupun orang-orang disekitarnya. Beberapa motivasi yang melatarbelakangi seseorang morokok adalah untuk mendapatkan pengakuan (anticipatory beliefs), untuk menghilangkan kekecewaan (reliefing beliefs), dan menganggap perbuatannya tersebut tidak melanggar norma (permissive beliefs/fasilitative). Para ahli mengemukakan beberapa alasan mengapa seseorang merokok. Menurut Levy (1984) setiap individu mempunyai kebiasaan merokok yang berbeda-beda dan biasanya disesuaikan dengan tujuan mereka merokok. Pendapat tersebut di dukung oleh Smet (1994) yang menyatakan bahwa seseorang merokok karena faktor-faktor sosio cultural seperti kebiasaan budaya, kelas sosial, gengsi, dan tingkat pendidikan. Compas (Ormachea, 2004) mengatakan bahwa remaja laki-laki paling sering mengalami konflik dengan orang tua dan guru. Mereka sering menentang aturan-aturan yang ada, baik itu peraturan yang ada di sekolah maupun di rumah. Mereka melakukan kenakalan-kenakalan seperti merokok, menggunakan obat terlarang, dan berkelahi. Kelompok Smoking and Health memperkirakan sekitar enam ribu remaja mencoba rokok pertamanya setiap hari dan tiga ribu diantaranya menjadi perokok rutin (Wetherall, 2000). Oskamp (1984) menyatakan bahwa setelah mencoba rokok pertama, seorang individu menjadi ketagihan merokok dengan alasan-alasan seperti kebiasaan, menurunkan kecemasan dan mendapatkan penerimaan. Graham (dalam Ogden, 2000) menyatakan bahwa efek positif dari merokok adalah menghasilkan efek mood yang positif dan membantu individu dalam mengahadapi masalah yang sulit. Studi Mirnet

3 (Tuakli dkk, 1990) juga menambahkan bahwa dari survei terhadap para perokok, dilaporkan bahwa orang tua dan saudara yang merokok, rasa bosan, stres dan kecemasan, perilaku teman sebaya merupakan faktor yang menyebabkan keterlanjutan perilaku merokok pada remaja. Namun sebaliknya dalam studi terbaru menunjukkan, bahwa berhenti merokok justru membuat orang lebih bahagia. Yang paling ilustratif, dan agak tragis, subjek adalah orang yang hanya berhenti sementara. Suasana hati mereka jelas terang saat pemeriksaan ketika mereka berpuasa. Setelah kembali kepada kebiasaannya merokok, suasana hati mereka gelap. Bahkan, dalam beberapa kasus ke tingkat yang lebih tinggi mengalami kesedihan dari sebelumnya (Nicotine and Tobacco Research). Kebahagiaan adalah hal yang ingin dicapai oleh setiap manusia, berbagai cara dapat dilakukan. Kebahagian memiliki makna yang luas, setiap individu memaknai arti kebahagiaan berbeda-beda. Menurut Seligman (2005) kebahagiaan adalah perasaan positif (ektase dan kenyamanan) serta kegiatan positif tanpa unsur perasaan sama sekali (keterserapan dan keterlibatan). Bagi Seligman (2002), seorang psikolog University Of Pennsylvania dan Direktur Positive Psychology Network, manusia ingin hidup yang memiliki arti. Mereka tidak ingin bangun di pagi hari dengan kesadaran yang tidak nyaman bahwa mereka akan gelisah sampai akhir hidup mereka (TIME, 20 Januari 2003). Seperti halnya pada remaja, terpenuhinya happiness akan menjadikan remaja lebih siap menuju dewasa dan mendapatkan jati diri. Sedangkan tidak terpenuhinya kebutuhan happiness remaja menjadikan remaja merasakan kesedihan yang mendalam, merasa terbuang, perasaan malu, tertekan, kesepian, tidak percaya diri, dan dapat berakibat remaja menjadi stres bahkan depresi. Para remaja dapat melakukan hal apa saja agar dapat mencapai kebahagiaan yang mereka inginkan. Bahkan sebagian dari mereka ada yang akan membayar mahal untuk mendapatkan kesempatan melupakan kesulitan dengan cara berhura-hura, ada yang menghabiskan uang dengan shopping, merokok, mabuk-mabukan, dll. Tetapi itu semua hanya kebahagian sementara yang dapat mereka miliki, yang akan membuat mereka ketagihan atau kecanduan. Kartono (1990) mengemukakan bahwa perasaan senang dan bahagia berhubungan dengan keberhasilan, sedangkan rasa sedih, kecewa dan putus asa

4 berhubungan dengan kegagalan. Dalam melewati masa tersebut, remaja membutuhkan lingkungan dan kondisi yang tepat bagi perkembangannya. Masa remaja sebagai periode perkembangan yang paling penting bagi individu karena merupakan periode yang penuh dengan perubahan dan rentan munculnya berbagai masalah. Masa remaja awal memiliki beberapa ciri tahapan perkembangan yaitu tahap periode peralihan, perubahan, bermasalah dan periode pencarian identitas (Hurlock, 1993). Kebahagiaan juga dipengaruhi oleh hal-hal yang dapat mempengaruhi pola berfikir seseorang. Kebahagiaan pada masa remaja sangat penting karena saat para remaja dapat menemukan suatu kebahagiaan dalam hidupnya, maka pada akhirnya akan menjadikan remaja tumbuh dengan jati dirinya yang positif dan sehat baik secara mental maupun emosional. Tetapi banyak remaja yang beranggapan bahwa kenikmatan tabu yang mereka peroleh adalah sebuah kebahagiaan yang mereka cari. Seperti dalam Hurlock (1990) kenikmatan tabu yang paling umum dilakukan adalah hubungan sex sebelum nikah, minum-minuman keras, penggunaan berbagai obat-obatan serta merokok dikalangan remaja. Kebahagiaan juga melihat dari sisi pandang individu terhadap realitas yang ada. Cara berfikir positif serta syukur adalah bagian dari pemahaman realitas kebahagiaan (Lukman, 2008). Agama sangat memiliki peran penting dalam tahap perkembangan remaja. Individu dengan tingkat religiusitas lebih tinggi akan lebih mampu mengontrol dirinya dalam menjalankan peraturan-peraturan yang telah ditanamkan oleh agama dan tujuan yang ingin dicapai. Mereka lebih bisa menolak hal-hal yang tidak baik, seperti tidak merokok, minum-minuman keras, narkoba, dll. Dalam Carr (2004) dijelaskan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kebahagian yaitu budaya, pernikahan, hubungan sosial, religiusitas dan spiritual, uang, kesehatan, dan jenis kelamin. Religiusitas pada masa remaja sangat dibutuhkan untuk dijadikan pedoman hidup dalam melakukan kehidupan sehari-hari. Religiusitas sebagai istilah keberagamaan yang diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan manusia baik itu menyangkut perilaku ritual (ibadah) atau aktivitas lain dalam kehidupan sehari-harinya yang dapat dilihat mata atau yang tidak tampak atau terjadi dalam hati manusia (Ancok, 2004).

5 Perilaku religiusitas dapat digunakan oleh seseorang sebagai pedoman dalam menjalankan aktivitas dan memberikan perasaan dapat menerima akibat yang timbul dari aktivitas yang dilakukan. Religiusitas dapat memberikan perasaan yang mau memahami atas kondisi yang terjadi merupakan hal wajar dan buka merupakan hal memberatkan atau membebani. Dengan adanya perilaku religiusitas dapat memberikan sumber semangat yang bersifat positif sehingga menumbukan sikap kepercayaan terhadap sesuatu hal yang telah dilakukan. Segala bentuk tingkah laku seseorang apabila dilandasi dengan sikap religiusitas yang tinggi maka hasil yang diperoleh dari aktivitas yang dilakukan merupakan sesuatu yang maksimal dan dapat digunakan sebagai tolak ukur atas kepuasan yang akan diperoleh. Religiusitas pada masa remaja masih berada dalam keadaan peralihan dari kehidupan beragama anak-anak menuju kemantapan beragama, dengan begitu remaja berfikiran dengan merokok dapat melampiaskan perasaaan tidak bahagia pada rokok, maka kebanyakan remaja mencari kebahagiaan dengan cara merokok. Salah satu persiapan dan perencanaan untuk membentuk generasi muda yang sehat, diantaranya dengan membebaskan generasi muda dari perilaku merokok. Merokok bagi sebagian masyarakat Indonesia sudah menjadi kebiasaan. Adanya kebiasaan merokok yang tetap dijalankan bukan berarti tidak ada dampak negatif yang pelan-pelan akan mempengaruhi kondisi psikologis. Mereka akan semakin mudah terjerumus oleh hal-hal negatif. Seperti memakai narkoba, hubungan sex sebelum nikah, minum-minuman keras, penggunaan berbagai obat-obatan, dll. Perilaku Merokok di kalangan remaja hingga kini masih menjadi masalah yang cukup serius, dengan jumlah yang meningkat dari tahun ke tahun, dimulai dari usia yang sangat relatif muda yakni remaja berusia 12-15 tahun. Ada pendapat di kelompok remaja pria apabila tidak merokok kurang jantan, karena pada masa remaja awal merupakan masa yang rawan dalam pergaulan. Remaja merokok karena ingin menemukan suatu perasaan bahagia yaitu dengan diterimanya di dalam kelompok teman sebayanya. Remaja akan melakukan apapun agar dapat diterima dalam kelompok teman sebayanya. Sikap remaja tersebut dapat mencerminkan atas upaya untuk mendapatkan kebahagiaan dengan bisa berkumpul dan

6 diterima oleh teman sebaya. Apabila dikaitkan dengan perilaku religiusitas dan happiness pada seorang remaja pada dasarnya terdapat keterkaitan, dimana perilaku religiusitas dapat menumbuhkan perasaan bahagia. Namun demikian pada seorang remaja tingkat kebahagiannya tersebut dapat terwujud dengan berkumpul dengan rekan atau teman sebayanya dan rokok merupakan salah satu media digunakan untuk bersosialisasi dan diterima oleh teman sebayanya. Berdasarkan uraian yang telah disampaikan, maka peneliti tertarik mengangkat penelitian untuk mengetahui bagaimana hubungan antara religiusitas dengan happiness pada remaja perokok. Dengan melakukan penelitian dalam bentuk skripsi berjudul Hubungan Religiusitas dengan Happiness pada Remaja Perokok. B. Rumusan Masalah Apakah ada hubungan antara religiusitas dengan happiness pada remaja perokok? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan antara religiusitas dengan happiness pada remaja perokok. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat praktis : Informasi dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan masukan bagi para orang tua, semua kalangan masyarakat khususnya para remaja perokok untuk mengetahui hubungan antara religiusitas dengan happiness. Dengan harapan dapat digunakan sebagai bahan informasi oleh orang tua dan masyarakat untuk berupaya memberikan kebahagiaan anaknya dalam melakukan sosialisasi dengan kondisi disekitarnya dengan menghindari dampak negatif dari rokok. 2. Manfaat teoritis : Informasi dari penelitian ini dapat memperluas wawasan dunia psikologi perkembangan.