BAB I PENDAHULUAN. sekitarnya. Menurut isi dari Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun tentang Perindustrian, Industri adalah :

dokumen-dokumen yang mirip
karena harus mengorbankan aspek lingkungan hidup.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan yang semakin meningkat mengandung resiko pencemaran dan. yang menjadi pendukung kehidupan manusia telah rusak.

BAB I PENDAHULUAN. Untuk tercapainya kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia maka

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, maka dikatakan udara sudah tercemar. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran masyarakat dan adanya hubungan timbal balik terhadap

Bab I. Pendahuluan. pencucian pakaian atau yang lebih dikenal dengan jasa laundry. Usaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan utama pengelolaan lingkungan hidup adalah

BAB I PENDAHULUAN. menggali dan mengolah sumber daya alam dengan sebaik-baiknya yang meliputi

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU UDARA AMBIEN DAN EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK DI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. barang maka semakin besar pula volume sampah yang dihasilkan. 1. dan volumenya akan berbanding lurus dengan jumlah penduduk.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Indonesia terdapat banyak sungai yang menjadi sumber kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan usaha pelestarian fungsi air terutama pemerintah pusat

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. baik dari segi manfaat maupun penggunaannya. Hal ini dapat dilihat

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Lingkungan hidup dan sumber daya alam merupakan anugerah Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. adalah pembangunan di bidang perekonomian. Pembangunan ini dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. yang dianggapnya sudah tidak berguna lagi, sehingga diperlakukan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pembangunan nasional di Indonesia ini menyebabkan. adanya suatu peningkatan pembangunan dalam segala bidang, seperti

IZIN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUARA ENIM,

BAB I PENDAHULUAN. Industri sebagai tempat produksi yang mengolah bahan mentah menjadi

BUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan dengan baik agar dapat menjadi sumber penghidupan bagi manusia

BAB III PENCEMARAN LINGKUNGAN YANG DILAKUKAN OLEH PT KAHATEX

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberadaan sampah tidak lepas dari adanya aktivitas manusia di

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH DAN PEMANFAATAN AIR LIMBAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang tidak mungkin dihindari oleh setiap negara.dewasa. penduduk dan kepentingan untuk mensejahterakan rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu sumber daya alam yang mutlak diperlukan bagi

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG KETERTIBAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULELENG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 515 TAHUN : 2001 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG PENGENDALIAN LIMBAH

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan Hidup menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 23

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

BAB IV. A. Upaya yang Dilakukan Pemerintah dan Masyarakat dalam Mencegah dan. Menanggulangi Pencemaran Air Akibat Limbah Industri Rumahan sesuai

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PELINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2008 NOMOR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lingkungan hidup merupakan suatu tempat berlangsungnya kehidupan

BAB I PARTISIPASI PELAKU USAHA RESTORAN DALAM PELESTARIAN FUNGSI LINGKUNGAN MENURUT UU NO.23 TAHUN 1997

BAB I PENDAHULUAN. menikmati dan melestarikan hasil pembangunan. disebabkan oleh beberapa kendala yaitu:

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 19

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KOTA BATU

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terjadinya penyakit paru kronik (Kurniawidjaja,2010).

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan disekitarnya yaitu berupa sumber daya alam yang dapat menunjang

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia tidak dapat terlepas dari keadaan lingkungan alam

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin banyak di Indonesia. Kini sangat mudah ditemukan sebuah industri

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 51/MENLH/10/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN INDUSTRI

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau kaadaan

BAB II GAMBARAN UMUM PEMERINTAHAN KOTA YOGYAKARTA DAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP YOGYAKARTA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencemaran laut adalah perubahan pada lingkungan laut yang terjadi akibat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pencemaran Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kawasan budidaya dan kawasan non budidaya. Pantai non budidaya dapat

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara yang kaya akan bahan galian (tambang).

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

BAB I KETENTUAN UMUM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DI KABUPATEN GRESIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT

BAB I PENDAHULUAN. perkebunan dan domestik (Asmadi dan Suharno, 2012). limbah cair yang tidak ditangani dengan semestinya. Di berbagai tempat

Kuesioner Penelitian

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

DESA TEGALSARI JL. Jend Sudirman no 05 Tlp. (0333)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

PENDAHULUAN. Persoalan lingkungan hidup disebabkan berbagai hal, salah satunya pertumbuhan penduduk.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan manusia akan protein hewani, ini ditandai dengan peningkatan produksi daging

Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1999 Tentang : Pengendalian Pencemaran Dan/Atau Perusakan Laut

Jurnal Kimia Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya aktifitas berbagai macam industri menyebabkan semakin

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH BUPATI SLEMAN,

KUNCI JAWABAN LEMBAR KERJA I IDENTIFIKASI AIR TERCEMAR

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN LINGKUNGAN HIDUP DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

BAB I PENDAHULUAN. yang datang ke Yogyakarta untuk tujuan wisata, pendidikan, ataupun tinggal dan

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PENGOLAHAN LIMBAH PEWARNAAN KONVEKSI DENGAN BANTUAN ADSORBEN AMPAS TEBU DAN ACTIVATED SLUDGE

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR. Presiden Republik Indonesia,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 1982 TENTANG TATA PENGATURAN AIR

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 05 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI INDUSTRI GULA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 87 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG IZIN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR

BAB I PENDAHULUAN. dapat menjadi sumber dan penunjang hidup bagi bangsa dan rakyat. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas 3.185,80 km 2 ini terdiri

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BAKU MUTU LINGKUNGAN HIDUP DAN KRITERIA BAKU KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan biologis dan kebutuhan teknologi sehingga banyak. menimbulkan masalah yang disebut pencemaran.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya aktifitas suatu industri setidaknya berpotensi membawa dampak yang berpengaruh terhadap keseimbangan lingkungan sekitarnya. Menurut isi dari Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian, Industri adalah : kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. Di dalam Pasal 28H ayat 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dinyatakan, bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. 1 Hal tersebut ditur juga dalam Pasal 65 ayat 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang menyatakan bahwa setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai bagian dari hak asasi manusia. 2 Kemudian dituangkan 1 Undang Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 cetakan keenam, Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, 2009 2 Tim Penyusun, Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Karya Anda, Surabaya, 2010, hlm. 4 1

2 pula dalam Pasal 9 ayat 3 Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia yang menyatakan bahwa setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. Tidak dapat dipungkiri bahwa industri mempunyai peranan penting dalam suatu pembangunan dan banyak memberikan kontribusi, terutama dalam rangka pembangunan di bidang ekonomi. Di Indonesia kemajuan pembangunan industri sangatlah berperan penting guna mewujudkan demokrasi ekonomi, kepercayaan pada kemampuan dan kekuatan diri sendiri, manfaat, dan kelestarian lingkungan hidup. Kegiatan pembangunan industri ini dimana pun dan kapan pun dapat menimbulkan dampak karena dipakainya bahan kimia tertentu atau zat-zat yang dapat merusak atau merugikan lingkungan. Dampak disini dapat berupa dampak positif yaitu memberikan manfaat bagi kehidupan manusia serta mendatangkan kemakmuran bagi masyarakat umum, dan dampak negatif yaitu timbulnya resiko atau dampak terhadap lingkungan yang dapat mengakibatkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan. Semakin meningkat dan meluasnya kegiatan industri, maka semakin dituntut pula untuk lebih waspada dan hati-hati dalam menghadapi dampak negatifnya terhadap lingkungan. Hal ini disebabkan karena dalam kegiatan industri selain menghasilkan produk sesuai dengan yang direncanakan juga menghasilkan produk lain yang tidak di kehendaki yaitu berupa limbah industri, limbah inilah yang selalu menjadi masalah karena dampaknya

3 menyangkut berbagai aspek kehidupan, baik manusia maupun hewan dan tumbuh-tumbuhan yang ada disekitarnya. Sebagai contoh industri yang diduga dapat menimbulkan pencemaran atau perusakan lingkungan misalnya industri gula. Dalam proses produksi gula dari tanaman tebu yang diproses sampai menjadi gula kasar atau gula murni hingga mempunyai nilai jual yang tinggi, memiliki hasil samping produk berupa limbah. Limbah yang dihasilkan berupa limbah padat yaitu ampas tebu dari proses penggilingan dan penyaringan kotoran setelah dari proses pemerasan tebu, juga limbah cair yang berasal dari air pendingin kondensor baromatik, air pendingin, air proses dari pencucian pada penghilangan warna, pencucian endapan saringan tekan, dan air cuci peralatan pabrik. Limbah cair pabrik gula pada umumnya tidak mengandung limbah berbahaya atau beracun. 3 Sampah atau limbah mengandung zat-zat kimia yang berbahaya bagi makhluk hidup. Jika manusia membuang sampah atau limbah secara sembarangan, misalnya membuang sampah ke sungai, maka sungai menjadi tercemar dan airnya tidak dapat digunakan. Akibatnya makhluk hidup yang bergantung pada air sungai akan kesulitan mencari air bersih, padahal air bersih sangat diperlukan. 4 3 http://dodikfaperba.blogspot.com/2011/02/16/pengolahan limbah cair pabrik gula dengan proses ozonisasi 4 Rosa Kemala, Jelajah Ilmu Pengetahuan Alam, penerbit: Yudhistira, Cetakan Pertama, September 2006, hlm.26

4 Ada dugaan persoalan pencemaran lingkungan juga terjadi di Kabupaten Bantul, sebagai contoh pernah terjadi kasus kematian tujuh ton ikan di dusun Miri, Timbulharjo, Sewon, Bantul pada tahun 2009. Dari hasil uji sampel fisik ikan, ada sejumlah dugaan penyebab ikan-ikan tersebut keracunan. Menurut Dinas Kelautan, Perikanan, dan Peternakan Kabupaten Bantul, penyebab kematian tersebut karena gangguan pernafasan. Insang ikan kemasukan suspensi padat dan cairan minyak, yang diduga bukan limbah dari rumah tangga, melainkan limbah dari Madukismo. Kemungkinan penyebab dari kematian tersebut adalah limbah Madukismo karena Madukismo membuang limbah cair ke Sungai Winongo dimana kolam-kolam di Miri mengambil air dari sungai Winongo. Tapi di sisi lain, ada kolam-kolam ikan yang juga mendapat air dari Sungai Winongo Kecil (saluran irigasi primer, yang juga tempat limbah Madukismo dialirkan), misalnya di Kecamatan Bambanglipuro, ikan-ikannya tidak mati. Dari hal ini, mungkin saja daya tahan ikan di dua tempat tersebut berbeda. 5 Di samping masalah limbah cair tersebut ternyata ada juga limbah asap dan juga bau menyengat dari limbah cair Madukismo yang mencemari pemukiman penduduk sekitar. Warga sekitar Pabrik Gula Madukismo mengeluhkan limbah asap yang keluar dari cerobong asap pabrik tersebut. Asap yang disertai dengan debu hitam mengental tersebut menganggu pernafasan dan mengotori pemukiman penduduk di sekitarnya. Di duga debu dan asap tersebut berasal dari ketel pembakaran yang usianya memang sudah tua, jadi cara kerjanya sudah tidak maksimal. Selain itu juga 5 http://nasional.kompas.com/read/2009/06/02/18305289/bupati.bantul.yakin.madukismo.bersa lah

5 pengaruh dari pengalihan bahan bakar dari residu FO (Fuel Oil) ke kayu bakar dan ampas. Akibatnya debu yang dihasilkan lebih banyak. Sementara itu dari pihak Madukismo sudah mencoba mengelola debu dengan memasang alat penangkap debu, namun karena masih belum memadai tidak semua debu yang terlepas bisa ditangkap. 6 Dari uraian di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang pengendalian pencemaran lingkungan yang dilakukan oleh suatu kegiatan industri di Kabupaten Bantul khususnya kegiatan industri Pabrik Gula- Pabrik Spritus Madukismo. Untuk itu peneliti akan melakukan penelitian dengan judul PENGELOLAAN LIMBAH CAIR PG-PS MADUKISMO SEBAGAI UPAYA PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN DI KABUPATEN BANTUL. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah pengelolaan limbah cair PG-PS Madukismo sebagai upaya pengendalian pencemaran lingkungan di Kabupaten Bantul? 2. Apakah ada kendala yang dihadapi dalam pengelolaan limbah cair PG- PS Madukismo sebagai upaya pengendalian pencemaran lingkungan di Kabupaten Bantul? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pengelolaan limbah cair PG-PS Madukismo sebagai upaya pengendalian pencemaran lingkungan di Kabupaten Bantul 6 http://berita-terkini.infogue.com/limbah_asap_madukismo_cemari_pemukiman

6 2. Untuk mengetahui apakah ada kendala yang dihadapi dalam pengelolaan limbah cair PG-PS Madukismo sebagai upaya pengendalian pencemaran lingkungan di Kabupaten Bantul D. Manfaat Penelitian 1. Penelitian ini dapat menambah sumbangan pemikiran terhadap perkembangan di bidang hukum lingkungan 2. Untuk memberikan masukan kepada Pemerintah Kabupaten Bantul dalam usaha pengendalian pencemaran lingkungan 3. Untuk memberikan pengertian kepada masyarakat luas pada umumnya dan masyarakat yang berada di sekitar pada khususnya tentang bahaya pencemaran sebagai akibat pembuangan limbah PG-PS Madukismo 4. Untuk memberikan masukan bagi PG-PS Madukismo akan arti penting pengendalian pencemaran lingkungan E. Batasan Konsep 1. Pengelolaan air limbah adalah suatu upaya terpadu yang terdiri atas perencanaan, pengolahan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian, dan pengembangan air limbah. 7 2. Limbah cair atau air buangan adalah sisa air yang berasal dari rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya, dan pada 7 Pasal 1 butir 16 Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 15 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Air Limbah

7 umumnya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan manusia serta mengganggu lingkungan hidup. 8 3. Pengendalian Pencemaran Air adalah upaya pencegahan dan penanggulangan pencemaran air serta pemulihan kualitas air untuk menjamin kualitas air agar sesuai dengan baku mutu air. 9 4. Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan. 10 F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian dalam penulisan hukum ini adalah penelitian hukum empiris, yaitu penelitian lapangan yang memerlukan atau memakai data primer sebagai data utama dan didukung data sekunder yang dilakukan dengan cara wawancara, yaitu melakukan tanya jawab secara langsung dengan narasumber atau instansi yang terkait. 2. Sumber Data 8 http://www.scribd.com/doc/92082712/pengertian-limbah-cair tanggal 19 Februari 2013 9 Pasal 1 butir 4 Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air 10 Pasal 1 butir 14 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

8 a. Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari penelitian di lokasi melalui wawancara terhadap pihak-pihak yang terkait tentang obyek yang diteliti yang dipakai sebagai data utama. b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari kepustakaan yang berwujud peraturan perundang-undangan, buku, majalah, surat kabar, dan dokumen- dokumen lain yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Data ini diperoleh dari : 1) Bahan bahan hukum primer berupa peraturan perundangundangan (hukum positif) antara lain : a) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian b) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup c) Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun d) Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air e) Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 7 Tahun 2010 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri, Pelayanan Kesehatan, dan Jasa Pariwisata

9 f) Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 7 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 12 Tahun 2002 tentang Izin Industri di Kabupaten Bantul g) Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 15 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Air Limbah h) Peraturan Bupati Bantul Nomor 3 Tahun 2005 tentang Pedoman Pengelolaan Pengaduan Dan Penyelesaian Kasus Pencemaran dan/atau Perusakan Lingkungan Hidup di Kabupaten Bantul. 2) Bahan-bahan hukum sekunder berupa pendapat hukum yang diperoleh dari berbagai macam buku-buku yang berkaitan dengan masalah Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup, website, serta literatur lain yang berkaitan dengan penelitian ini. 3. Metode Pengumpulan Data a. Wawancara secara langsung pada pihak-pihak yang bersangkutan. b. Study kepustakaan dengan melalukan pengumpulan data dari perundang-undangan, buku-buku, literatur serta dokumen-dokumen yang terkait dengan pokok permasalahan yang diteliti. 4. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bantul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

10 5. Responden dan Narasumber Responden dalam penelitian ini adalah : a. Bapak Atta Nurohman Staff Sie PLL PG-PS Madukismo (PT Madubaru) b. Masyarakat di sekitar PG-PS Madukismo (PT Madubaru) Narasumber dalam penelitian ini adalah : a. Bapak Iwan staff Bidang Perindustrian Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Bantul b. Ibu Pri Lestari Handayani ST.,MM Kepala Sub Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul c. Bapak Hardjono SH. Kepala Sub Bidang Penataan Hukum Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul 6. Metode Analisis Data Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif. Analisis kualitatif yaitu analisis dengan menggunakan ukuran kualitatif. Analisis dengan ukuran kualitatif adalah analisis yang dilakukan dengan memahami dan merangkai data yang dikumpulkan secara sistematis sehingga diperoleh gambaran yang nyata mengenai persoalan yang diteliti. Proses penalaran dalam menarik kesimpulan digunakan metode berpikir induktif, yaitu metode

11 berfikir yang berasal dari proposisi khusus dan berakhir pada suatu kesimpulan yang berupa asas umum.