ANALISIS FAKTOR PENGHAMBAT MOTIVASI BERHENTI MEROKOK BERDASARKAN HEALTH BELIEF MODEL PADA MAHASISWA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. lain-lain, bahkan merokok dapat menyebabkan kematian. Laporan dari World

Hubungan Terpaan Gambar Bahaya Merokok pada Bungkus Rokok dan Motivasi dari Pasangan Terhadap Upaya untuk Berhenti Merokok

ANALISIS FUNGSI FAKTOR KELUARGA DAN PERSEPSI FATWA HARAM MEROKOK PEGAWAI TERHADAP PERILAKU PELAKSANAAN SURAT KEPUTUSAN REKTOR UMY TENTANG MEROKOK

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perilaku merokok dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, sangat

ANALISIS SOSIO PSIKOLOGIS TERHADAP KEJADAIAN KEKAMBUHAN (RELAPS) MEROKOK DI KECAMATAN TAMALATE MAKASSAR

PENGARUH PERINGATAN KESEHATAN BERGAMBAR PADA KEMASAN ROKOK TERHADAP MOTIVASI PEROKOK UNTUK BERHENTI MEROKOK

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

HUBUNGAN TERPAAN KAMPANYE ANTI ROKOK DAN INTENSITAS KOMUNIKASI SIGNIFICANT OTHERS DENGAN SIKAP UNTUK BERHENTI MEROKOK

Universitas Kristen Maranatha

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah descriptive colerational yaitu

HUBUNGAN PERCEIVED BENEFIT

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok di masyarakat kini seolah telah menjadi budaya. Hal ini

Faktor-faktor yang Mendukung dan Menghambat Perokok untuk Berhenti Merokok di Klinik Berhenti Merokok Puskesmas Kampung Bali Pontianak

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT UMUM DAN MAHASISWA TERHADAP BAHAYA MEROKOK DAN KANKER PARU DI KOTA MEDAN OLEH: PRISHA JAGADISH UDANI

Studi Deskriptif Mengenai Health Belief pada Mahasiswa Perokok Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung

ABSTRAK. Kata kunci : Resiliensi kerja, responden. vii. Universitas Kristen Maranatha

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PENGUNJUNG DI LINGKUNGAN RSUP Dr. KARIADI TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional. Sedangkan yang menjadi faktor eksternal adalah sosialisasi JKN pada masyarakat.

SEBAGAI PEROKOK. Oleh: ARSWINI PERIYASAMY

BAB III METODE PENELITIAN. hipertensi pada mahasiswa FKIK UMY angkatan yang berjumlah 499 mahasiswa.

Abstrak. Berdasarkan pengolahan data secara statistik, didapatkan koefisien korelasi untuk derajat self-efficacy dan perilaku hidup sehat +0,453

BAB III METODE PENELITIAN

ABSTRAK. Kata kunci : self-esteem, power, significance, competence, virtue, make up. v Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK GAMBARAN KEKEBALAN STRES PADA PEROKOK AKTIF DI KALANGAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

KETERGANTUNGAN MAHASISWA TERHADAP ROKOK

DAFTAR ISI. JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN... iii. PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN...

GAMBARAN PERILAKU MEROKOK SISWA LAKI- LAKI SMA DHARMA PANCASILA MEDAN TAHUN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional yaitu penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya atau sintesis

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN dan pada abad 21 ini, akan ada 1 miliar orang meninggal akibat. penyakit disebabkan rokok (Evy, 2008).

HUBUNGAN TERPAAN PESAN PERINGATAN BAHAYA MEROKOK DAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ROKOK DENGAN MINAT BERHENTI MEROKOK PADA REMAJA BELLA PRAWILIA

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SLTP DI KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2008

ABSTRAK. iii Universitas Kristen Maranatha

PERSEPSI MAHASISWA TENTANG METODE PENGAJARAN DOSEN DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA KEPERAWATAN STIKES AISYIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Merokok masih menjadi kebiasaan banyak orang baik di negara. tinggi. Jumlah perokok di Indonesia sudah pada taraf yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan salah suatu kebiasaan penduduk Indonesia. Kebiasaan

Nizaar Ferdian *) *) mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro. Koresponden :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatan. Kandungan rokok adalah zat-zat kimiawi beracun seperti mikrobiologikal

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kini. Jika ditanya mengapa orang merokok, masing-masing pasti memiliki. anak muda, remaja yang melakukan kebiasaan tersebut.

Kata kunci : perilaku hidup sehat dan outcome expectancies

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada remaja biasanya disebabkan dari beberapa faktor

HUBUNGAN ANTARA PEROKOK AKTIF DENGAN GANGGUAN POLA TIDUR (INSOMNIA) PADA MAHASISWA ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG BAHAYA MEROKOK DENGAN MENGKONSUMSI ROKOK PADA MAHASISWA (IKAWASBA) DI TLOGOMAS KOTA MALANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. yang sering digambarkan sebagai masa yang paling indah dan tidak

= 141,1 dibulatkan menjadi 141 siswa

BAB I PENDAHULUAN. sehingga hal ini masih menjadi permasalahan dalam kesehatan (Haustein &

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMA DAN REMAJA PUTUS SEKOLAH TERHADAP BAHAYA MEROKOK. Oleh : MEISYARAH KHAIRANI

BAB I PENDAHULUAN. merokok baik laki-laki, perempuan, anak kecil, anak muda, orang tua, status

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian diskriptif korelasional untuk

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari orang terlibat di dalam tindakan membuat keputusan atau decision

BAB III METODA PENELITIAN

PERBANDINGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SMA SWASTA DAN SMA NEGERI DI PONTIANAK TAHUN 2014

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

Oleh: KHAIRUN NISA BINTI SALEH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan politik (Depkes, 2006). Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIASAAN MEROKOK PADA REMAJA PUTRA DI DUSU PAPAHAN, TASIKMADU, KARANGANYAR. Ana Wigunantiningsih*

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung ( perokok aktif ), sedangkan 600 ribu orang lebih meninggal

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PELAJAR DI SALAH SATU SMA DI BANJARMASIN MENGENAI MASALAH MEROKOK

BAB I PENDAHULUAN. namun juga dapat menimbulkan kematian (Kementrian Kesehatan. Republik Indonesia, 2011). World Health Organization (WHO)

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan cross sectional. Pendekatan cross sectional ialah suatu

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MEROKOK DENGAN PROFIL TEKANAN DARAH. di RT 03 RW1 Dusun Semambu Desa Paringan Jenangan Ponorogo

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN PRAKTIK SENAM LANSIA DI DESA SOBOKERTO, NGEMPLAK, BOYOLALI

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan crossectional yaitu penelitian non-eksperimental dalam rangka

The Prevention of Recurrence of Asthma Bronchial Viewed from Health Belief Model Theory in RSUDZA Banda Aceh

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. koroner, stroke, kanker, penyakit paru kronik dan diabetes militus yang

BAB III METODE PENELITIAN

ABSTRAK. ii Universitas Kristen Maranatha

SKRIPSI. oleh Dita Dityas Hariyanto NIM

BAB III METODE PENELITIAN. kader terhadap motivasi ibu untuk memberikan ASI eksklusif di wilayah kerja

PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MEROKOK PADA PETUGAS KESEHATAN PUSKESMAS DI KOTA DENPASAR TAHUN 2016

BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe, kendaraan

Kuesioner Penelitian

HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK ORANG TUA DAN TEMAN SEBAYA TERHADAP PERILAKU MEROKOK REMAJA KELAS VIII DI SMP PGRI BATURRADEN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu

BAB III METODE PENELITIAN

SKRIPSI IDENTIFIKASI PERILAKU MAHASISWA HOMOSEKSUAL (GAY) TERHADAP UPAYA PREVENTIF HIV& AIDS

ROKOK DAN IKLAN ROKOK

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasional yaitu penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (PTM), yang merupakan penyakit akibat gaya hidup serta

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan produk barang atau jasa yaitu sebuah iklan. atau suara, dan simbol simbol agar masyarakat sadar dan mengetahuinya.

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MENGENAI KEBIASAAN MEROKOK PADA SISWA-SISWI KELAS 4-6 SDN X DI KOTA BANDUNG,

BAB III METODE PENELITIAN

Deni Wahyudi Kurniawan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah non eksperimen dengan metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif korelasional

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. serta tertulis dalam lembar judul di awal, maka dapat diketahui bahwa

Abstrak. ii Universitas Kristen Maranatha

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DENGAN MOTIVASI MENJADI BIDAN MAHASISWA KEBIDANAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN

HEALTH BELIEF MODEL. (Teori Kepercayaan Kesehatan)

ANALISIS PERILAKU MEROKOK WARGA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT, FAKULTAS KEDOKTERAN DAN FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HASANUDDIN

Transkripsi:

ANALISIS FAKTOR PENGHAMBAT MOTIVASI BERHENTI MEROKOK BERDASARKAN HEALTH BELIEF MODEL PADA MAHASISWA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG Kumboyono Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Brawijaya Malang ABSTRACT Cigarette is one of the most dangerous killers, because it has potentially effect to cause various diseases, not only on smokers but also passive smokers. Therefore, smokers should have a strong motivation to quit smoking. The active smokers in Engineering Faculty student s of Brawijaya University largely been experiencing psychological addiction to smoking and have low desire to quit smoking. This study aimed to identify factors that inhibiting student s motivation to quit smoking in Engineering Faculty of Brawijaya University Malang. This research uses cross sectional design. Samples are selected by using purposive sampling with exclusion and inclusion criteria, then obtained samples were 96 people. The variables in this research were perceived of threat to diseases caused by smoking, perceived benefits to quit smoking, perceived barrier to quit smoking, and motivation to quit smoking. The results showed only 12,5% respondent who have high motivation to quit smoking. Whereas the factors that can inhibit respondent s motivation to quit smoking were perceived of threat to diseases caused by smoking (p = 0.001), perceived benefits to quit smoking (p = 0.003), perceived barrier to quit smoking (p = 0.000). The conclusion of this research were miss perception about threat to diseases caused by smoking, perceived benefits to quit smoking, perceived barrier to quit smoking can inhibit smoker s motivation to quit smoking. Keywords: motivation to quit smoking, health belief model PENDAHULUAN Rokok merupakan salah satu pembunuh paling berbahaya di dunia. Setiap harinya, terdapat 11.176 orang di seluruh dunia meninggal diakibatkan rokok (Ono, 2009). Hal ini dikarenakan rokok mengandung kurang lebih 4000 senyawa kimia, dan setidaknya 200 diantaranya beracun dan dinyatakan berbahaya bagi kesehatan, sementara 43 bahan kimia lainnya dapat memicu kanker (Satiti, 2009). Oleh karena itu untuk dapat menghindari dampak negatif dari rokok, seorang perokok harus memulai untuk berhenti merokok. Jika tidak ada pencegahan yang serius dalam menghambat pertumbuhan perilaku merokok, jumlah total rokok yang dihisap tiap tahun adalah 9.000 triliun rokok pada tahun 2025. Maka setidaknya 8 juta orang akan meninggal akibat rokok pada tahun 2030 dan pada abad 21 ini, akan ada 1 miliar orang meninggal akibat penyakit disebabkan rokok (Evy, 2008). Dapat disimpulkan bahwa, semakin tinggi konsumsi rokok maka akan semakin tinggi pula tingkat kematian. Salah satu hal yang dapat mempengaruhi seseorang untuk berhenti merokok adalah motivasi. Keinginan seseorang berhenti merokok timbul disebabkan oleh pengetahuan seseorang terhadap bahaya rokok yang disertai dengan keinginan dan motivasi yang kuat untuk melaksanakannya (Nainggolan, 2004). Namun berdasarkan fenomena yang 1

ada, banyak perokok yang gagal berhenti merokok meskipun telah mengetahui bahaya yang dapat ditimbulkan oleh rokok. Health belief model (Rosenstock, 1974,1977) merupakan salah satu model kognitif yang dapat digunakan mengetahui perilaku kesehatan. Health belief model memberi kerangka kerja dalam memahami langkah-langkah khusus untuk berhenti merokok sebagai tindakan pencegahan (Sumijatun, 2006). Health belief model memiliki 4 komponen yang menggambarkan persepsi terhadap pencegahan dan manfaatnya, yaitu perceived susceptibility, perceived severity, perceived benefits, perceived barriers. Sedangkan cues to action dipengaruhi faktor eksternal dalam menentukan perilaku kesehatan. Perceived susceptibility (persepsi terkena penyakit) dan perceived severity (persepsi keparahan) dapat mempengaruhi persepsi terhadap ancaman penyakit. Demikian halnya dengan cues to action dan faktor modifikasi (demografis, struktural, dan sosiopsikologis) juga dapat berpengaruh pada persepsi terhadap ancaman penyakit yang berhubungan langsung dengan kecenderungan seseorang untuk melakukan perilaku kesehatan. Sedangkan perceived benefit (persepsi terhadap manfaat) dan perceived barrier (persepsi terhadap penghambat) merupakan prediktor utama dalam health belief model yang memiliki dampak sangat besar pada kecenderugan perilaku kesehatan seseorang (Pender, et al., 2002). Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang. Dari studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 27 April 2010 yang mensurvey 30 orang mahasiswa perokok di Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, 46,67 % diantaranya mengakui sudah mengalami kecanduan secara psikologis terhadap rokok dan 60 % menyatakan tidak ingin berhenti merokok. Data tingkat konsumsi rokok mahasiswa, 56.67 % menyatakan mengkonsumsi rokok sebanyak 1-9 batang per hari, 33.33% mengkonsumsi 10-19 batang per hari dan hanya 10% yang menyatakan mengkonsumsi rokok lebih dari 20 batang per harinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor penghambat motivasi berhenti merokok pada mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang berdasarkan Health Belief Model METODE PENELITIAN Desain penelitian ini adalah deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Pengukuran variabel dalam Health Belief Model seperti; persepsi terhadap ancaman penyakit akibat rokok, persepsi terhadap manfaat berhenti merokok, persepsi terhadap penghambat berhenti merokok terhadap motivasi berhenti merokok diukur sekaligus dalam satu waktu atau point time approach. Penelitian bertempat di Fakultas Teknik Universitas Brawijaya pada tanggal 6-10 Desember 2010. Populasi penelitian ini adalah semua mahasiswa perokok di Fakultas Teknik Universitas Brawijaya. Sampel diambil dengan teknik purposive sampling dan kriteria inklusinya adalah mahasiswa Strata-1 Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, menjadi perokok aktif, dan bersedia ikut serta dalam penelitian. Berdasarkan identifikasi pada saat penelitian dilakukan terhadap 200 mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, terdapat 120 mahasiswa perokok. Sebanyak 22 mahasiswa menolak untuk ikut serta dalam penelitian dan 2 mahasiswa dropped out karena terganggunya aktifitas, sehingga sampel yang didapatkan adalah 96 responden. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner menggunakan skala likert, dengan pilihan jawaban bertingkat yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Sebelumnya, kuesioner diuji validitas dan reliabilitasnya terlebih dahulu. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan pada tanggal 8 2

November 2010. Pengambilan data untuk uji validitas dan reliabilitas dilakukan dengan menggunakan sampel 20 perokok mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya yang memiliki karakteristik sama dengan populasi penelitian. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi product moment Pearson dengan tingkat signifikansi sebesar 5%. Sedangkan uji reliabilitas dengan rumus alpha cronbach. Sehingga hanya item pertanyaan yang valid dan reliabel yang digunakan dalam penelitian ini. Untuk mengetahui hubungan variabel persepsi terhadap ancaman penyakit akibat rokok, persepsi terhadap manfaat berhenti merokok, persepsi terhadap penghambat berhenti merokok terhadap motivasi berhenti merokok menggunakan korelasi Spearman dengan bantuan SPSS 16 for windows. Derajat kepercayaan yang digunakan adalah 95%, α = 0,05. Sehingga suatu hubungan bermakna apabila p 0,05. HASIL DAN BAHASAN a. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis kelamin responden sebagian Sedangkan 17 responden (18%) berjenis besar adalah laki-laki (82%) (Tabel 1). kelamin perempuan. Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Mahasiswa Perokok di Fakultas Teknik Universitas Brawijaya No Jenis Frekuensi % Kelamin 1. Laki-laki 79 82 2. Perempuan 17 18 b. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki usia 21 tahun (35%). Sedangkan proporsi usia yang paling sedikit adalah 19 tahun (6%). Tabel 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Mahasiswa Perokok di Fakultas Teknik Universitas Brawijaya No Usia Frekuensi % 1. 19 tahun 6 6 2. 20 tahun 17 18 3. 21 tahun 34 35 4. 22 tahun 24 25 5. 23 tahun 15 16 c. Persepsi Terhadap Ancaman Penyakit Akibat Rokok Sebagian besar responden memiliki tidak tepat dalam memandang bahaya suatu persepsi bahwa penyakit akibat rokok tidak penyakit. Sebagian besar responden mengancam (50%) (Tabel 3). Sedangkan memiliki persepsi bahwa penyakit yang yang paling sedikit proporsinya adalah yang mengancam kesehatan perokok hanyalah memiliki persepsi mengancam (6%). penyakit jantung, impotensi, gangguan Responden yang memiliki persepsi tidak terancam oleh penyakit memiliki gambaran kehamilan, dan janin. Sebagian responden juga memiliki persepsi bahwa penyakit 3

akibat merokok tidak berbahaya jika dibandingkan dengan penyakit lainnya. Di samping itu, banyak responden juga tidak menyetujui pernyataan bahwa dengan merokok dapat mempercepat kematian seseorang. Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi Terhadap Ancaman Penyakit Akibat Rokok No Persepsi Frekuensi % 1. Mengancam 6 6 2. Cukup mengancam 42 44 3. Tidak mengancam 48 50 Responden yang memiliki persepsi cukup terancam oleh penyakit memiliki gambaran kurang tepat dalam memandang bahaya suatu penyakit. Sebagian besar responden telah mengetahui bahwa rokok tidak hanya menimbulkan penyakit jantung, impotensi, gangguan kehamilan, dan janin. d. Persepsi Manfaat Berhenti Merokok Sebagian besar responden memiliki persepsi bahwa berhenti merokok cukup bermanfaat (46%) (Tabel 4). Sedangkan yang paling sedikit proporsinya adalah yang memiliki persepsi kurang bermanfaat (19%). Responden yang memiliki persepsi cukup bermanfaat memiliki gambaran kurang tepat dalam merasakan banyaknya manfaat berhenti merokok. Sebagian responden tidak merasakan keuntungan fisiologis dan Sebagian responden telah persepsi bahwa penyakit akibat merokok lebihberbahaya jika dibandingkan dengan penyakit lainnya. Akan tetapi, responden tersebut tidak menyetujui pernyataan bahwa dengan merokok dapat mempercepat kematian seseorang. ekonomi berhenti merokok. Meskipun beberapa responden menyetujui manfaat tersebut. Sedangkan responden yang memiliki persepsi bahwa berhenti merokok kurang bermanfaat memiliki gambaran tidak tepat dalam merasakan banyaknya manfaat berhenti merokok. Sebagian besar responden tidak merasakan keuntungan fisiologis, ekonomi, dan sosial dari berhenti merokok. Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi Terhadap Manfaat Berhenti Merokok No Persepsi Frekuensi % 1. Bermanfaat 34 35 2. Cukup bermanfaat 44 46 3. Kurang bermanfaat 18 19 e. Persepsi Penghambat Berhenti Merokok Persepsi yang memiliki proporsi tertinggi mengenai persepsi terhadap penghambat adalah cukup terhambat (38%) (Tabel 5). Sedangkan persepsi tidak terhambat memiliki proporsi sebesar 32% dan persepsi terhambat sebesar 29%. Responden yang memiliki persepsi tidak terhambat untuk berhenti merokok memang tidak merasakan penghambat berhenti merokok, baik dari segi psikologis, fisiologis, keluarga, dan sosial. Meskipun masih ada responden yang merasa tidak terhambat berhenti merokok memiliki persepsi bahwa dengan berhenti merokok menimbulkan pusing, gelisah, ataupun mengalami peningkatan berat badan. Responden yang memiliki persepsi cukup terhambat sebagian besar merasakan penghambatnya berasal dari faktor fisiologis, seperti pusing, gelisah, rasa rileks, serta berat badan meningkat 4

setelah berhenti merokok. Faktor penghambat lain juga berasal dari sesama teman yang merokok. Sedangkan responden yang memiliki persepsi terhambat untuk berhenti merokok, selain faktor tersebut di atas, juga dipengaruhi orang tua yang merokok serta iklan produk rokok yang membuat responden ingin merokok. Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi Terhadap Penghambat Berhenti Merokok No Persepsi Frekuensi % 1. Tidak terhambat 31 32 2. Cukup terhambat 36 38 3. Terhambat 29 30 f. Motivasi Berhenti Merokok Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki motivasi berhenti merokok sedang (52%) (Tabel 6). Motivasi rendah memiliki proporsi sebesar 35% dan motivasi tinggi sebesar 13%. Responden yang memiliki motivasi tinggi memiliki keyakinan bahwa berhenti merokok merupakan hal yang merugikan. Hal tersebut ditandai oleh kesiapan responden dalam mengurangi perilaku merokok dan telah memulai berhenti merokok. Responden yang memiliki motivasi sedang, rata-rata belum memiliki kesiapan untuk memulai berhenti merokok. Meskipun responden tersebut sebagian juga memandang bahwa merokok merupakan kebiasaan yang merugikan. Akan tetapi beberapa responden pada kategori ini sudah merasa siap mengurangi perilaku merokoknya. Sedangkan responden yang memiliki motivasi rendah memandang merokok bukanlah hal yang merugikan, sehingga tingkat kesiapan untuk memulai mengurangi rokok ataupun berhenti merokok juga rendah. Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Motivasi Berhenti Merokok No Persepsi Frekuensi % 1. Tinggi 12 13 2. Sedang 50 52 3. Rendah 34 35 1. Persepsi Terhadap Ancaman Penyakit Akibat Rokok Hasil uji Spearman untuk variabel persepsi terhadap keparahan dengan motivasi berhenti merokok terdapat nilai signifikansi sebesar 0,001 (p<0,05), yang berarti terdapat hubungan antara persepsi terhadap ancaman penyakit akibat rokok dengan motivasi berhenti merokok. Persepsi terhadap ancaman penyakit, khususnya akibat merokok, dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain jenis kelamin, usia, kelas sosial, pengetahuan, teman pergaulan, riwayat menderita penyakit, cues to action, perceived susceptibility dan perceived severity (Pender, et al., 2002). Rendahnya salah satu atau keseluruhan komponen tersebut tentunya dapat mempengaruhi secara langsung persepsi seseorang terhadap ancaman penyakit akibat rokok. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Heikkinen, et al (2010) di Finlandia. Penelitian tersebut menyebutkan bahwa sebagian besar perokok memandang rokok bukanlah hal yang berbahaya dan mengancam jiwanya. Sehingga perokok terus mencoba meyakinkan peneliti bahwa 5

merokok tidak mengganggu kehidupannya serta kehidupan orang lain di sekitarnya. Pada penelitian ini, sebagian besar responden juga memandang bahwa rokok tidak lebih berbahaya daripada penyebab penyakit lainnya. Di samping itu, responden juga berpersepsi bahwa rokok tidak menimbulkan kematian dan hanya menyebabkan penyakit jantung, impotensi, gangguan kehamilan, dan janin yang umumnya tercantum dalam bungkus rokok yang dikonsumsinya. Beberapa persepsi tersebut dapat mempengaruhi perilaku perokok untuk terus merokok, sehingga motivasi berhenti merokoknya rendah. Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa persepsi terhadap ancaman penyakit akibat rokok merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi motivasi berhenti merokok. Rendahnya persepsi seseorang terhadap ancaman penyakit akibat rokok dapat menjadi salah satu faktor penghambat motivasi berhenti merokok. 2. Perceived Benefit (Persepsi Terhadap Manfaat) Hasil uji Spearman untuk variabel persepsi terhadap manfaat dengan motivasi berhenti merokok terdapat nilai signifikansi sebesar 0,003 (p<0,05), yang berarti terdapat hubungan antara persepsi terhadap manfaat berhenti merokok dengan motivasi berhenti merokok. Hasil penelitian telah sesuai dengan teori Health Belief Model dalam Glanz (2008), yang menjelaskan bahwa rendahnya persepsi terhadap manfaat berhenti merokok secara signifikan dapat mempengaruhi kemauan atau motivasi seseorang untuk berhenti merokok. Hal tersebut disebabkan persepsi terhadap manfaat merupakan prediktor kuat dalam health belief model yang melatarbelakangi berbagai pilihan tindakan termasuk perubahan perilaku untuk mengurangi ancaman suatu penyakit. Kecenderungan seseorang untuk mau berhenti merokok dapat dilatarbelakangi penyakit yang telah diderita sebelumnya. Di samping itu, manfaat berhenti merokok yang dirasakan juga dapat menjadi faktor penyebabnya. Manfaat berhenti merokok berupa manfaat fisiologis, ekonomi, dan sosial. Akan tetapi, tidak semua orang yang merasakan manfaat berhenti merokok akan memiliki motivasi yang tinggi untuk berhenti merokok. Sebuah penelitian Yang, et al (2005) menyebutkan bahwa 44.8% perokok telah terbukti kembali merokok setelah satu minggu merasakan manfaat berhenti merokok. Hal ini disebabkan ketidakadekuatan mekanisme koping terhadap stress dan depresi yang dirasakan. Disamping itu, nikotin yang telah meracuni syaraf dapat membuat seorang perokok ketagihan dan kembali merokok (Bangun, 2008). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi terhadap manfaat berhenti rokok merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi motivasi berhenti merokok. Rendahnya persepsi seseorang terhadap manfaat berhenti merokok dapat menjadi salah satu faktor penghambat motivasi berhenti merokok. 3. Perceived Barrier (Persepsi Terhadap Penghambat) Hasil uji Spearman untuk variabel persepsi terhadap keparahan dengan motivasi berhenti merokok terdapat nilai signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05), yang berarti terdapat hubungan antara persepsi terhadap penghambat berhenti merokok dengan motivasi berhenti merokok. Hasil penelitian ini telah sesuai dengan teori Health Belief Model dalam Pender et. al (2002), yang menyebutkan tingginya persepsi terhadap penghambat berhenti merokok secara signifikan dapat berpengaruh pada remdahnya kemauan atau motivasi seseorang untuk berhenti merokok. Hal ini disebabkan beberapa penelitian baik retrospektif maupun prospektif menunjukkan tingginya perceived 6

barrier memiliki dampak sangat besar pada dimensi Health Belief Model dalam menjelaskan atau memprediksi kurangnya perilaku menjaga kesehatan. Adanya penghambat yang dirasakan dari segi fisiologis, seperti pusing dan gelisah merupakan penghambat yang terbesar yang ditemukan dalam penelitian ini. Di samping itu, dari segi psikologis, berhenti merokok dapat menimbulkan persepsi kurang jantan sehingga membuat tidak percaya diri. Beberapa penghambat lain berasal dari orang tua yang merokok dan tidak membatasi anaknya untuk merokok juga memberikan dampak anak tersebut terus merokok. Penghambat terakhir adalah SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa : terdapat hubungan bermakna antara persepsi terhadap ancaman penyakit akibat rokok dengan motivasi berhenti merokok. Persepsi manfaat ( perceived benefit) berhenti merokok berhubungan dengan motivasi berhenti merokok. Persepsi terhadap manfaat merupakan prediktor kuat dalam health belief model yang melatarbelakangi berbagai pilihan tindakan untuk berhenti merokok. Persepsi penghambat ( perceived barrier) berhenti merokok berhubungan dengan motivasi berhenti merokok. Perlu DAFTAR PUSTAKA Ono, 2009. Komnas HAM PA Minta Iklan Rokok Dihapus. (Online). (http://kesehatan.kompas.com/read/ 2009/05/10/2356140/Komnas.HAM. PA.Minta.Iklan.Rokok.Dihapus. Diakses pada 18 Maret 2010). Satiti, Alfi. 2009. Strategi Rahasia Berhenti Merokok. Yogyakarta : Datamedia. Evy. 2008. Jumlah Perokok Pemula Meningkat. (Online).(http://www.kompas.com/re ad/xml/2008/06/07/17531289/jumla teman pergaulan yang dapat melakukan penolakan sosial apabila seseorang diantaranya berhenti merokok. Hal-hal tersebut dapat berpengaruh signifikan dalam perilaku merokok. Perokok cenderung melanjutkan kebiasaannya tanpa ragu-ragu. Sehingga perokok mengalami penurunan motivasi berhenti merokok. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi terhadap penghambat berhenti rokok merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi motivasi berhenti merokok. Tingginya persepsi seseorang terhadap penghambat berhenti merokok dapat menjadi salah satu faktor penghambat motivasi berhenti merokok. dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan desain penelitian yang lebih sesuai, yakni cohort yang lebih menekankan pada time period approach, agar dinamika perubahan faktor-faktor penghambat motivasi berhenti merokok dalam periode waktu yang berbeda dapat diketahui. Sebaiknya diadakan program smoking cessation bagi mahasiswa perokok aktif, seperti larangan merokok di lingkungan kampus beserta ancaman denda bagi pelanggarnya, penyuluhan dan kampanye anti rokok untuk meningkatkan motivasi berhenti merokok. h.perokok.pemula.meningkat. Diakses 21 Mei 2010). Nainggolan, R.A. 2004. Anda Mau Berhenti Merokok? Pasti Berhasil. Bandung : Indonesia Publishing House. Sumijatun. 2006. Konsep Dasar Keperawatan Komunitas. Jakarta : EGC Pender, Nola J., Carolyn L Murdaugh., Mary Ann P. 2002. Health Promotion in Nursing Practice. New Jersey : Pearson education,inc. 7

Heikkinen, H., Patja K., Jallinoja P. 2010. Smoker s Account On The Health Risk Of Smoking: Why Is Smoking Not Dangerous For Me?. (online). (http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubme d/20619947. Diakses 26 September 2010). Glanz, Karen., Rimer., Barbara K., Viswanath K. 2008. Health Behaviour And Health Education Theory, Research, And Practice 4 th edition. San Fransisco : Jossey Bass. Yang JH, et. al. 2005. Factor Affecting Re- Smoking In Male Workers. (Online). (http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubme d/16315760. Diakses 21 September 2010). Bangun, A.P. 2008. Sikap Bijak Bagi Perokok. Jakarta: Bentara Cipta Prima. 8