Efektivitas Penggunaan Teknik Uji Rumpang Dalam Meningkatkan Pemahaman Membaca Siswa di SMK Isma Rhahesmy Utami Putri, Setiawan, Irma Permatawati. Abstraksi Dalam proses pembelajaran bahasa Jerman siswa dituntut untuk menguasai empat keterampilan berbahasa, salah satunya adalah membaca. Membaca merupakan keterampilan yang tidak mudah untuk dikuasai karena dalam membaca diperlukan beberapa kemampuan yang mendasar seperti kemampuan menentukan tema, menjawab soal dan memahami isi teks. Untuk mengatasi masalah tersebut digunakan Teknik Uji Rumpang. Teknik Uji Rumpang merupakan sebuah teknik penghilangan kata-kata secara sistematis dari sebuah wacana, dan pembaca diharapkan dapat mengisi kata-kata yang dihilangkan dengan kata yang tepat. Teknik Uji Rumpang ini digunakan untuk meningkatkan tingkat pemahaman siswa terhadap isi teks atau wacana secara keseluruhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) hasil pembelajaran siswa dalam membaca pemahaman bahasa Jerman sebelum menggunakan Teknik Uji Rumpang; (2) hasil pembelajaran siswa dalam membaca pemahaman bahasa Jerman sesudah menggunakan Teknik Uji Rumpang (3) efektivitas Teknik Uji Rumpang dalam meningkatkan pemahaman membaca siswa. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen quasi (quasi eksperiment) yang berpola one group pretestposttest. Populasinya adalah seluruh siswa kelas XI SMK Negeri 3 Bandung dan sampel yang digunakan adalah seluruh siswa kelas XI Akuntansi 2 tahun ajaran 2013/1014 yang berjumlah 38 orang siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes membaca pemahaman menggunakan Teknik Uji Rumpang. Hasil penghitungan uji signifikansi/uji t menunjukkan bahwa t hitung >t tabel. Hal ini berarti bahwa H 0 ditolak dan H 1 diterima. Dengan kata lain terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan membaca pemahaman siswa sebelum dan sesudah menggunakan Teknik Uji Rumpang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Teknik Uji Rumpang efektif dalam meningkatkan membaca pemahaman siswa. Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan untuk menggunakan Teknik Uji Rumpang sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa. 1
Effektivität der Anwendung der Lückentext-Technik zur Steigerung der Fähigkeit der Schüler beim Leseverstehen. Isma Rhahesmy Utami P. *), Drs. Setiawan M.Pd., Irma Permatawati M.Pd. Abstrakt Im Deutschlernen sind die Schüler gerfordert, die vier Sprachfertigkeiten zu beherrschen. Eine der Sprachfertigkeiten ist das Leseverstehen. Das Leseverstehen ist eine Fähigkeit, die für die Fremdsprachenlernenden nicht einfach ist, weil es dabei nötig ist, eine Anzahl der Grundfähigkeiten zu haben, z.b. die Fähigkeit, das Thema des Textes zu erkennen, die Frage zu beantworten und den Inhalt des Textes zu verstehen. Die Lückentext-Technik wird angewendet, um die Probleme zu lösen. Die Lückentext-Technik ist eine Technik, in der eine Anzahl der Wörter eines Textes systematisch gelӧscht wird. Von der Anwendung dieser Technik wird erwartet, dass die Leser die gelӧschten Wörter mit passenden Wörtern ergänzen könnten. Diese Lückentext-Technik wird zur Steigerung des Verständnises der Schüler für den Inhalt des Textes als Ganzes verwendet. Diese Untersuchung haben die Ziele, 1) das Ergebnis des Leseverstehens im Deutschunterricht vor dem Einsatz der Lückentext-Technik zu erfahren; (2) das Ergebnis des Leseverstehens im Deutschunterricht nach dem Einsatz der Lückentext-Technik zu erfahren; (3) die Effektivität der Lückentext-Technik beim Leseverstehen darzulegen. Die angewendete Methode in dieser Untersuchung ist Quasi-Experiment-Methode mit dem one-group-pretest-posttest Design. Die Population dieser Untersuchung sind alle Schüler der Klasse XI von SMK Negeri 3 Bandung und das Sampel dieser Unteruchung sind alle Schüler der Klasse XI Akuntansi 2 des akademischen Jahres 2013/2014, die aus 38 Personen bestehen. Das angewendete Instrument in dieser Untersuchung ist ein Leseverstehen-Test mit der Lückentext-Technik. Die Berechnung des t-testest zeigt, dass t Rechnung gröβer als t Tabelle ist. Das bedeutet, H 0 wird abgelehnt und H 1 wird akzeptiert. Das heiβt, ein signifikanter Unterschied zwischen dem Leseverstehen der Schüler vor und nach der Anwendung der Lückentext-Technik ist zu finden. Schlussfolgernd ist es zusammenzufassen, dass die Lückentext-Technik zur Steigerung der Fähigkeit der Schüler beim Leseverstehen effektiv ist. Basierend der oben genannten Untersuchung wird es vorgeschlagen, die Lückentext-Technik als alternative Technik zur Steigerung der Fähigkeit der Schüler beim Leseverstehen anzuwenden. 2
PENDAHULUAN Proses pembelajaran yang kurang efektif merupakan salah satu kendala klasik yang senantiasa dihadapi dalam bidang pendidikan. Hal ini berdampak pada hasil belajar yang kurang optimal. Para siswa banyak yang kurang menguasai ataupun memiliki pemahaman konsep-konsep dasar yang seharusnya dikuasai dalam proses pembelajarannya. Demikian halnya yang terjadi pada pembelajaran bahasa asing khususnya pembelajaran bahasa Jerman. Dalam mempelajari suatu bahasa terdapat beberapa keterampilan berbahasa yang harus dipelajari dan dikuasai oleh pembelajarnya. Keterampilan bahasa tersebut mencakup keterampilan menyimak (Hörfertigkeit), berbicara (Sprechfertigkeit), membaca (Lesefertigkeit) dan menulis (Schreibfertigket). Membaca sebagai salah satuketerampilan berbahasa merupakan keterampilan yang tidak mudah untuk pembelajar bahasa asing karena diperlukan beberapa kemampuan yang mendasar seperti kemampuan siswa menentukan tema, menjawab soal dan memahami isi teks. Tujuan dari kegiatan membaca ialah memahami isi teks. Dengan memahami isi teks pembelajar dapat menyampaikan isi maupun informasi yang jelas mengenai teks tersebut. Menurut pengalaman penulis, keterampilan membaca itu sulit terutama keterampilan membaca pemahaman dalam bahasa asing. Penulis sering kali melakukan kesalahan dalam memahami isi teks, terlebih lagi menjawab soal-soal yang diberikan. Untuk melatih keterampilan membaca pemahaman tersebut pengajar membutuhkan suatu teknik pembelajaran agar proses pembelajaran di kelas dapat berjalan dengan baik. Salah satu teknik pembelajaran yang dapat digunakan ialah Teknik Uji Rumpang. Teknik Uji Rumpang merupakan sebuah teknik penghilangan kata-kata secara sistematis dari sebuah wacana, dan pembaca diharapkan dapat mengisi kata-kata yang dihilangkan dengan kata yang tepat. Teknik Uji Rumpang ini dapat digunakan untuk menilai sejauh mana siswa memahami isi teks atau wacana secara keseluruhan. Tujuan dari Teknik Uji Rumpang salah satunya adalah melatih keterampilan tertentu dan kemampuan baca siswa melalui kegiatan belajar mengajar. 3
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai efektivitas penggunaan Teknik Uji Rumpang dalam pembelajaran membaca. Adapun penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 3 Bandung. LANDASAN TEORI Hakikat Membaca Westhoff (2005: 85) mengemukakan bahwa membaca adalah:... ein interaktiver Prozess, bei dem der Leser bzw. die Leserin mit den jeweils eigenen Erwartungen, Einstellung und Vorerfahrungen auf die Signale des Textes reagiert. Dengan kata lain membaca adalah proses interaktif di mana pembaca menggunakan harapan, sikap dan pengalamannya dalam merespon teks. Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa membaca adalah kegiatan fisik dan mental yang menuntut seseorang untuk menginterpretasikan simbol-simbol tulisan dengan aktif dan kritis sebagai pola komunikasi dengan diri sendiri agar dapat menemukan makna tulisan dan dapat memperoleh informasi. Jenis-Jenis Membaca Jenis-jenis membaca memiliki makna dan tujuan tersendiri sesuai dengan kebutuhan pembacanya. Pada dasarnya tujuan utama dari jenis-jenis membaca tersebut ialah untuk mendapatkan informasi dari sebuah wacana tulis. Suhendar dan Supinah (1992: 12), mengungkapkan bahwa membaca sebagai kegiatan berbahasa tulis memiliki jenis-jenis sebagai berikut: a. Membaca nyaring: kegiatan membaca bersama-sama dengan orang lain dalam menangkap makna sebuah tulisan. b. Membaca dalam hati: keterampilan membaca yang sebenarnya sebagai keterampilan komunikasi tulisan, keterampilan mengubah wujud tulisan menjadi wujud makna, sebagai keterampilan menangkap pokok-pokok pikiran hati bahan bacaan. c. Membaca pemahaman: kegiatan menangkap apa yang tersirat dari bahan yang tersurat, sebagai kegiatan mengambil makna yang tersurat. d. Membaca kritis: kegiatan membaca yang dilakukan bukan hanya mengetahui dan memahami apa yang dikemukakan penulis melainkan sampai kepada pertanyaan mengapa hal yang dikemukakan, atau mungkin sampai kepada pertanyaan bagaimanakan hal itu bisa terjadi, baik latar belakang sebelumnya atau akibat sesudahnya. 4
e. Membaca ide: kegiatan membaca yang bertujuan untuk mencari, memperoleh serta memanfaatkan ide-ide yang terdapat dalam bahan bacaan. Tujuan Membaca Dalam pembelajaran bahasa asing, membaca teks memiliki beragam fungsi. Contohnya saja seorang pembelajar membaca teks agar penguasaan bahasa asingnya menjadi lebih baik dan proses belajarnya menyenangkan atau untuk mendapatkan informasi tertentu mengenai sebuah negara dan penduduknya atau mengenai seorang penulis. Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Westhoff (2005: 5): Im Fremdsprachenunterricht kann das Lesen von Texten ganz unterschiedliche Funktion haben. Man kann zum Beispiel Texte lesen (lassen), damit die Lernenden die fremde Sprache besser kennen und genieβen lernen oder damit sie ganz bestimmte Informationen über Land und Leute erhalten oder einen bestimmten Autor kennen lernen. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa membaca memiliki tujuan sesuai dengan kebutuhan pembaca seperti medapatkan informasi, membaca untuk menghasilkan atau mendatangkan keuntungan secara financial dan membaca untuk kesenangan. Langkah-Langkah Membaca Rampillon (1996: 82) menyebutkan langkah-langkah membaca sebagai berikut: Beim ersten Kontakt mit dem Text handelt es sich um ein überfliegendes Lesen, bei dem es dem Schüler lediglich darum geht, einen ersten Eindruck vom Textinhalt zu bekommen, d. h. im groben zu wissen, worum es inhatlich geht. Im zweiten Schritt, dem Textverarbeitenden Lesen, ist der Schüler darum bemüht, den Textinhalt genauer zu erfassen, sachliche und/oder sprachliche Informationen zu erschlieβen und die wesentlichen Aussagen zu erkennen. Erst bei genauer Kenntnis des Textes wird es dann mӧglich sein, den Text anderen laut lesend vorzutragen. Dieser letzte Schritt geht damit jedoch über das Lesen im eigentlichen Sinne hinaus und ist eher der mündlichen Ausdrucksfähigkeit zuzuordnen. 5
Rampillon mengungkapkan bahwa kontak pertama dengan sebuah teks berhubungan dengan membaca sepintas, yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran dari isi teks, dengan kata lain hanya mengetahui gambaran umum, tentang apa isi teks tersebut. Langkah kedua, teks benar-benar dibaca, siswa berusaha untuk memahami dengan pasti isi dari teks, menyimpulkan atau memperoleh informasi tentang isi dari sebuah teks, informasi kebahasaan dan mengenali poin-poin yang penting, teks dibaca dengan nyaring. Langkah terakhir ini membaca bukan dalam makna yang sesungguhnya namun lebih termasuk ke dalam keterampilan berbicara. Dapat disimpulkan dari pendapat di atas yang memaparkan langkah-langkah membaca yakni, terlebih dahulu teks dibaca sekilas untuk mendapatkan gambaran umum dari teks tersebut, setelah itu teks dibaca kembali untuk memahami pengertian atau makna dengan lebih baik, adanya evaluasi untuk mengukur sejauh mana pemahaman membaca. Dengan hal tersebut diharapkan pembaca dapat dengan mudah mendapatkan informasi yang terdapat dalam teks tersebut. Membaca Pemahaman Membaca pemahaman bukanlah kegiatan yang pasif, membaca pemahaman memiliki proses selektif, yaitu kegiatan memahami, menerima, menemukan informasi serta memahami informasi yang terkandung dalam sebuah teks bacaan, dengan tujuan tertentu yang dapat dikendalikan oleh teks dan strukturnya, maupun oleh pembaca, serta selera dan minatnya terhadap sebuah teks. Seperti yang diungkapkan oleh Ehlers (2010: 18): Lesen ist der selektive- und zielgerichte Vorgang, bei dem Leser fortlaufend einzelne Informationen (thematische) Zusammenhänge integriert und Lesen ist ein Prozess der Abstraktionsbildung. Teknik Uji Rumpang Rampillon (1996: 156) mendefinisikan teknik sebagai... die Methode, mit den zweckmäßigsten Mittel ein bestimmtes Ziel zu erreichen, ein Werk oder Einleitung zu vollbringen. Definisi ini kurang lebih berarti Teknik merupakan metode untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran tertentu dengan media yang 6
paling sesuai, untuk menyelesaikan suatu pekerjaan atau suatu permulaan. Dapat Disimpulkan bahwa teknik pembelajaran merupakan cara dalam mengimplementasikan suatu metode untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran tertentu. Teknik Uji Rumpang merupakan sebuah teknik penghilangan kata-kata secara sistematis dari sebuah wacana, dan siswa diharapkan dapat mengisi kata-kata yang dihilangkan dengan kata yang tepat. Seperti yang dipaparkan oleh Abidin (2010: 109) bahwa Teknik Uji Rumpang diterapkan di bidang bahasa sebagai proses pemahaman wacana yang disertai dengan melengkapi kekurangankekurangan yang ada. a. Fungsi Teknik Uji Rumpang Teknik uji rumpang berfungsi sebagai alat untuk mengukur tingkat keterbacaan sebuah wacana, serta melatih keterampilan tertentu dan kemampuan baca siswa melalui kegiatan belajar mengajar. Sebagai mana yang diungkapkan oleh Abidin (2010: 110): Teknik Uji Rumpang berfungsi untuk mengetahui tingkat penguasaan komponen bahasa atau tingkat kemampuan berbahasa seseorang, seperti penguasaan unsur tata bahasa, kosakata dan juga berfungsi untuk mengetahui tingkat kesulitan suatu wacana. b. Kriteria Pembuatan Teknik Uji Rumpang Untuk dapat melihat perbedaan kriteria pembuatan wacana rumpang yang berfungsi sebagai salah satu teknik dalam pembelajaran, Harjasujana dan Mulyati (1997: 7) memaparkannya dalam tabel kriteria pembuatan wacana rumpang. Kriteria Pembuatan Wacana Rumpang KARAKTERISTIK SEBAGAI ALAT UKUR SEBAGAI ALAT AJAR 1. Panjangnya Antara 250-350 kata Wacana yang terdiri atas pilihan maksimal 150 kata 2. Delisi 3. Evaluasi Setiap ke-n hingga berjumlah lebih kurang 50 buah Jawaban berupa kata Delisi (penghilangan kata) secara selektif tergantung pada kebutuhan siswa dan pertimbangan guru Jawaban boleh berupa 7
persis sesuai dengan kunci atau teks aslinya sinonim atau kata yang secara struktur makna dapat menggantikan kedudukan kata yang dihilangkan 4. Tindak lanjut Lakukan diskusi untuk membahas jawabanjawaban siswa c. Penilaian Teknik Uji Rumpang Harjasujana dan Mulyati (1997: 13) memaparkan kriteria penilaian sebagai berikut: Pertama, penilai hanya membenarkan jawaban yang sama persis dengan teks asli. Kata atau jawaban lain yang tidak tepat, tidak dapat diterima, meskipun bila ditinjau dari sudut makna tidak mengubah maksud konteks yang dimaksud. Kedua, penilai membenarkan jawaban atau kata yang dapat menggantikan kedudukan yang dihilangkan, baik secara makna maupun struktur tidak merusak konteks kalimat yang bersangkutan. Sejalan dengan Harjasujana dan Mulyati, Djiwandono (1996: 81) berpendapat bahwa penilaian terhadap tes uji rumpang dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: 1) Penilaian dilakukan atas dasar kata yang tepat sama 2) Penilaian dilakukan atas dasar kata yang hampir sama, contoh waktu = saat 3) Penilaian dilakukan atas dasar ketepatan konteksual, contoh tempat = kota Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kriteria penilaian uji rumpang dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu, penilaian dilakukan atas dasar kata yang tepat sama, penilaian didasarkan atas ketepatan kontekstual, serta penilaian dilakukan atas dasar kata yang hampir sama. d. Keunggulan dan Kelemahan Teknik Uji Rumpang Sebagai salah satu teknik pembelajaran, teknik uji rumpang pun memiliki kekurangan dan kelebihan. Abidin (2010: 122) memaparkan kelebihan dari teknik uji rumpang, sebagai berikut: 8
1) Dalam melakukan suatu keterbacaan wacana, prosedur ini mencerminkan pola interaksi antara pembaca dan penulis; 2) Pengukuran keterbacaan dengan teknik ini, tidak dilakukan secara terpisah antara teks dengan pembacanya. Dengan demikian teknik ini bukan saja digunakan untuk menilai keterbacaan, melainkan juga dipakai untuk menilai pemahaman; 3) Teknik uji rumpang bersifat fleksibel. Dalam waktu relatif singkat, guru akan segera mendapatkan informasi mengenai latar belakang dan kemampuan siswa; 4) Dapat menjangkau sejumlah besar individu pada saat yang sama. Djiwandono (1996: 85) mengungkapkan bahwa kelemahan teknik uji rumpang dikaitkan dengan pemahaman tata bahasa, artinya siswa harus mengenali unsurunsur tata bahasa yang tepat sebagai bagian dari pemahaman terhadap suatu wacana yang lengkap dan agak panjang. Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa sebagai salah satu teknik pembelajaran, teknik uji rumpang memiliki kelebihan dan kekurangan yang harus dipertimbangkan. Selain sebagai pengukuran keterbacaan sebuah wacana, teknik uji rumpang juga dipakai untuk menilai pemahaman membaca seseorang terhadap sebuah wacana tulisan, namun ketepatan pengisian bagian-bagian kata yang dihilangkan terkadang bukan atas dasar pemahaman wacana, melainkan didasarkan atas pola-pola ungkapan yang telah dikenalnya. e. Model Pembelajaran Teknik Uji Rumpang Mengacu dari penjelasa para ahli mengenai Teknik Uji Rumpang, dalam penelitian ini akan digunakan langkah-langkah penggunaan Teknik Uji Rumpang untuk meningkatkan membaca pemahaman siswa di SMK sebagai berikut: 1) Pendahuluan Pada treatment pertama guru memperkenalkan pada materi baru yang akan dipelajari, setelah itu guru menanyakan kepada siswa, hal apa saya yang mereka ingat saat mendengar kata Essen und Getränke dan menuliskannya di papan tulis, setelah itu siswa. Pada treatment kedua siswa diminta untuk menceritakan makanan apa saja yang biasa mereka makan pada saat sarapan, makan siang dan makan malam, serta jam makan di Indonesia. Pada treatment ketiga guru bertanya 9
kepada siswa hal apa saja yang mereka ingat ketika mendengar kata Einkaufen, dan menanyakan apa saja makanan dan minuman favorit siswa. 2) Kegiatan inti a) Guru membagikan lembar soal berupa teks yang telah dihilangkan bagianbagian tertentu (teks rumpang); b) Siswa diminta untuk membaca teks secara seksama; c) Guru menjelaskan cara pengisian teks rumpang tersebut yakni, dengan mengisi bagian yang dihilangkan tersebut dengan kata-kata yang sesuai agar menjadi sebuah teks yang utuh dan benar; d) Siswa diminta untuk mengerjakan soal tersebut secara individu; e) Siswa secara acak dipilih untuk membacakan keseluruhan teks yang telah mereka sempurnakan; f) Guru dan siswa bersama-sama memeriksa hasil pekerjaan tersebut. 3) Penutup Peserta didik menyebutkan urutan kegiatan pembelajaran dan materi yang telah dipelajari atau dibahas dari awal sampai akhir. Metode Penelitian Metode merupakan suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pra-eksperimental/eksperimen semu. Eksperimen semu yaitu, metode One-Group Pretest-Posttest Design dengan satu kelas yang mendapatkan treatment tanpa kelas kontrol sebagai pembanding. Dalam penelitian ini penulis menggunakan Teknik Uji Rumpang untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMK Negeri 3 Bandung tahun ajaran 2013/2014. Sampel penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI Akuntansi 2 tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 38 siswa. Variabel penelitian ini terdiri atas dua variabel, yaitu: Variabel independen/bebas (x) yaitu penggunaan Teknik Uji Rumpang dalam pengajaran membaca pemahaman bahasa Jerman dan variabel dependen/terikat (y) adalah hasil belajar siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman siswa. Instrumen 10
yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes membaca pemahaman, yaitu sebuah teks yang dihilangkan bagian-bagian kata tertentu yang dianggap penting, sebagai salah satu proses pemahaman membaca. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini terdiri atas dua variabel, yaitu Teknik Uji Rumpang sebagai variable X dan kemampuan siswa dalam membaca pemahaman sebagai vaiabel Y. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui hasil pretest (O1) dan posttest (O2). Pretest dan posttest dilakukan dengan menggunakan perangkat tes yang sama. Dari skor maksimal 100, pada pretest diperoleh skor tertinggi 84 dan terendah 36, dengan skor rata-rata 64,84. Berdasarkan tabel kategori penilaian menurut Arikunto (2008: 245), nilai rata-rata pretest tersebut termasuk dalam kategori cukup, sedangkan pada posttest diperoleh skor tertinggi 100 dan skor terendah 60 dengan skor rata-rata 82,79 dan termasuk dalam kategori baik sekali. Dalam keterampilan membaca, beberapa siswa masih kesulitan dalam menjawab pertanyaan yang diberikan, dikarenakan kurangnya perbendaharaan kata dalam bahasa Jerman yang dimiliki siswa serta kurangnya latihan membaca yang membuat siswa sering melakukan kesalahan. Oleh karena itu, Teknik Uji Rumpang diasumsikan dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman, karena dalam teknik ini siswa banyak berlatih membaca sehingga siswa terbantu dalam menambah perbendaharaan kata dan juga siswa secara tidak langsung melatih keterampilan tata bahasa seperti mengkonjugasikan verba. Hal ini diperkuat oleh Harjasasujana dan Mulyati (1997: 5) yang memaparkan mengenai fungsi Teknik Uji Rumpang yang salah satunya adalah Melatih keterampilan tertentu dan kemampuan membaca siswa melalui kegiatan belajar mengajar. Hal tersebut terbukti dalam penelitian ini, yaitu pada saat treatment pertama siswa mendapatkan perbendaharaan kata baru mengenai Essen und Getränke, kemudian pada saat treatment kedua siswa lebih banyak menerima perbendaharaan kata dan melatih pengkonjugasian verba. Sehingga pada treatment ketiga terlihat peningkatan pemahaman membaca siswa, karena siswa sudah lebih menguasai perbendaharaan kata dan konjogasi verba yang merupakan salah satu fungsi 11
penggunaan Teknik Uji Rumpang dalam kemampuan membaca siswa, sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Harjasujana dan Mulyati (1997: 5) menyebutkan fungsi Teknik Uji Rumpang salah satunya adalah: Melatih keterampilan tertentu dan kemampuan baca siswa melalui kegiatan belajar mengajar. Keterampilan-keterampilan tersebut meliputi: a) Penguasaan unsur tata bahasa, misalnya: kata benda, kata kerja, kata depan, kata sifat, dan lain-lain; b) Penguasaan kosakata dan maknanya; c) Penguasaan stuktur kalimat; Dalam keterampilan pemahaman membaca, terdapat beberapa langkah yang perlu diperhatikan. Seperti yang dikemukakan oleh Rampillon (1996: 82) yang mengemukakan langkah-langkah membaca pemahaman sebagai berikut: Beim ersten Kontakt mit dem Text handelt es sich um ein überfliegendes Lesen, bei dem es dem Schüler lediglich darum geht, einen ersten Eindruck vom Textinhalt zu bekommen, d. h. im groben zu wissen, worum es inhatlich geht. Im zweiten Schritt, dem Textverarbeitenden Lesen, ist der Schüler darum bemüht, den Textinhalt genauer zu erfassen, sachliche und/oder sprachliche Informationen zu erschlieβen und die wesentlichen Aussagen zu erkennen. Erst bei genauer Kenntnis des Textes wird es dann mӧglich sein, den Text anderen laut lesend vorzutragen. Dapat dikatakan bahwa kontak pertama dengan sebuah teks berhubungan dengan membaca sepintas, yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran dari isi teks, dengan kata lain hanya mengetahui gambaran umum, tentang apa isi teks tersebut. Langkah kedua, teks benar-benar dibaca, siswa berusaha untuk memahami dengan pasti isi dari teks, menyimpulkan atau memperoleh informasi tentang isi dari sebuah teks, informasi kebahasaan dan mengenali poin-poin yang penting, teks dibaca dengan nyaring. Dari penggunaan Teknik Uji Rumpang, tahap tersebut pun diterapkan dalam setiap treatment. Peneliti sebelumnya memberikan instruksi kepada siswa untuk memperhatikan langkah-langkah membaca teks untuk mempermudah siswa dalam memahami teks tersebut selain penggunaan Teknik Uji Rumpang. Berdasarkan pembahasan hasil penelitian di 12
atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan Teknik Uji Rumpang diasumsikan dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan dan pembahasan data, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Tingkat keterampilan membaca pemahaman siswa sebelum menggunakan Teknik Uji Rumpang termasuk dalam kategori cukup. Hal ini terlihat pada saat pretest dari nilai maksimal 100, nilai tertinggi yang diperoleh sebesar 84 dan nilai terendah adalah 36 dengan rata-rata siswa 64,84. 2. Tingkat keterampilan membaca pemahaman siswa setelah menggunakan Teknik Uji Rumpang termasuk dalam kategori baik sekali. Hal ini terlihat pada saat posttest nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 60 dengan nilai rata-rata 88,42 dari nilai maksimal 100. 3. Berdasarkan uji t diperoleh hasil t hitung = 16,62 > t tabel = 1,69. Hal ini berarti terdapat perbedaan perolehan nilai yang signifikan antara hasil pretest dan posttest. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan Teknik Uji Rumpang dalam proses pembelajaran bahasa Jerman dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa. Saran Berdasarkan hasil analisis data dan simpulan penelitian yang telah disebutkan di atas, serta untuk meningkatkan keberhasilan siswa dalam pembelajaran membaca khususnya membaca pemahaman, dapat disampaikan beberapa saran yakni, Teknik Uji Rumpang dalam proses pembelajaran bahasa Jerman dapat dijadikan alternatif untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa. Kepada peneliti lain yang akan meneliti kajian yang sama, disarankan agar memberikan perlakuan atau treatment secara lebih intensif, selain itu tema wacana 13
harus lebih variatif agar siswa tidak bosan pada saat mengerjakan soal, sehingga hasil yang diperoleh akan lebih maksimal. Daftar Pustaka Abidin, Yunus. 2010. Strategi Membaca. Bandung: Rizqi Press. Arikunto, Suharsimi dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Djiwandono, Soenardi. 1996. Tes bahasa dalam pengajaran. Bandung: ITB. Ehlers, Swantje. 2010. Lesen als verstehen. Berlin: Druckhaus Langenscheidt. Esselborn, Karl. 2003. Handbuch interkulturelle Germanistik. Stuttgart: Verlag J.B Metzler. Harjasujana dan Yeti Mulyati. 1997. Membaca 2. Jakarta: P2LPTK. Rampillon, Ute. 1996. Lerntechniken im Fremdsprach unterricht. München: Max Hueber Verlag. Suhendar, M.E dan Supinah, P. 1992. Seri Mata Kuliah MKDU (Mata Kuliah Dasar Umum) Bahasa Indonesia Pengajaran dan Uji Keterampilan Bahasa. Bandung: Angkasa. Westhof, Gerard. 2005. Fertigkeit Lesen. Berlin: Druckhaus Langenscheidt. 14