BAB 1 PENDAHULUAN. Hakim telah lama diakui sebagai profesi yang terhormat dimana. potret penegakan hukum dinegara itu, Oleh karena itu pada

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Hakim memiliki peranan penting dalam suatu proses persidangan yaitu. mengambil suatu keputusan hukum dalam suatu perkara dengan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1994 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN EKSTRADISI ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA

ANALISIS PUTUSAN HAKIM PERKARA NO. 201/PID.B/2011/PN.GTLO TENTANG PENGANIAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara hukum, hal ini telah dinyatakan dalam

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMENJARAAN BAGI PELAKU TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PUTUSAN NO.203/PID.SUS/2011/PN.

BAB I PENDAHULUAN. fenomena di Indonesia, segala bentuk kejahatan yang dilakukan oleh anak

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara hukum sebagaimana diatur dalam. Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bukti yang dibutuhkan dalam hal kepentingan pemeriksaan suatu

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tugas dan Wewenang Hakim dalam Proses Peradilan Pidana. Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

BAB I PENDAHULUAN. tercipta pula aturan-aturan baru dalam bidang hukum pidana tersebut. Aturanaturan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ilmu pengetahuan hukum dikatakan bahwa tujuan hukum adalah

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP SANKSI ABORSI YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DIBAWAH UMUR

PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. karena kehidupan manusia akan seimbang dan selaras dengan diterapkannya

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan menyimpang yang ada dalam kehidupan masyarakat. maraknya peredaran narkotika di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannyalah yang akan membentuk karakter anak. Dalam bukunya yang berjudul Children Are From Heaven, John Gray

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda. Itu sebabnya dalam keseharian kita dapat menangkap berbagai komentar

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM

BAB IV KEWENANGAN KEJAKSAAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Perbedaan Kewenangan Jaksa dengan KPK dalam Perkara Tindak

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

BAB I PENDAHULUAN. yang baik dan yang buruk, yang akan membimbing, dan mengarahkan. jawab atas semua tindakan yang dilakukannya.

PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

BAB II PENGATURAN HAK RESTITUSI TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI INDONESIA

RANCANGAN PENJELASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

I.PENDAHULUAN. Kejahatan merupakan salah satu masalah kehidupan masyarakat

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Institute for Criminal Justice Reform

Makalah Daluwarsa Penuntutan (Hukum Pidana) BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. kurang atau tidak memperoleh kasih sayang, asuhan bimbingan dan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah Negara hukum berdasarkan Pancasila

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

II. TINJAUAN PUSTAKA. pidana. Dalam hal penulisan penelitian tentang penerapan pidana rehabilitasi

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Negara Indonesia adalah negara bardasarkan hukum bukan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II BATASAN PENGATURAN KEKERASAN FISIK TERHADAP ISTRI JIKA DIKAITKAN DENGAN TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN MENURUT KETENTUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

BAB 1 PENDAHULUAN. boleh ditinggalkan oleh warga negara, penyelenggara negara, lembaga

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. adalah bertujuan untuk mencari kebenaran materi terhadap perkara tersebut. Hal

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. ketidakadilan yang dilakukan oleh hakim kepada pencari keadilan. Disparitas. hakim dalam menjatuhkan suatu putusan.

I. PENDAHULUAN. Hak asasi manusia merupakan dasar dari kebebasan manusia yang mengandung

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA

I. PENDAHULUAN. Manusia didalam pergaulan sehari-hari tidak dapat terlepas dari interaksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

Program Pascasarjana Ilmu Hukum FAKULTAS HUKUM Universitas Brawijaya

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara hukum, hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (3)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

BAB I PENDAHULUAN. pribadi maupun makhluk sosial. Dalam kaitannya dengan Sistem Peradilan Pidana

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA

I. PENDAHULUAN. terpuruknya sistem kesejahteraan material yang mengabaikan nilai-nilai

II. TINJAUAN PUSTAKA. bentuk kejahatan terhadap nyawa manusia, diatur dalam Pasal 340 yang

BAB I PENDAHULAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dalam Pasal 1 Ayat (3)

PENANGGUHAN PENAHANAN DALAM PROSES PERKARA PIDANA (STUDI KASUS KEJAKSAAN NEGERI PALU) IBRAHIM / D Abstrak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kegunaan tinjauan pustaka ( library research) di dalam suatu penelitian adalah

HAK MANTAN NARAPIDANA SEBAGAI PEJABAT PUBLIK DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. lazim disebut norma. Norma adalah istilah yang sering digunakan untuk

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang dan peraturan serta ketentuan-ketentuan lain yang berlaku di

TUGAS II PENGANTAR ILMU HUKUM PENGARUH PUTUSAN PENGADILAN DALAM HUKUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

BAB I PENDAHULUAN. hukuman yang maksimal, bahkan perlu adanya hukuman tambahan bagi

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan tertinggi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Konsep Negara

Abstrak. Kata kunci: Peninjauan Kembali, Kehkilafan /Kekeliranan Nyata, Penipuan. Abstract. Keywords:

I. PENDAHULUAN. karena itu sering timbul adanya perubahan-perubahan yang dialami oleh bangsa

I. PENDAHULUAN. hukum sebagai sarana dalam mencari kebenaran, keadilan dan kepastian hukum. Kesalahan,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN KEDUA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan norma serta

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2008, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu membentuk Undang-Undang tentang Porno

FUNGSI DAN KEDUDUKAN SAKSI A DE CHARGE DALAM PERADILAN PIDANA

I. PENDAHULUAN. Salah satu peraturan perundang-undangan yang berlaku di Negara Republik. dikenakan suatu sanksi menurut peraturan yang dilanggarnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang dilarang atau diharuskan dan diancam dengan pidana oleh undang-undang,

NOMOR : M.HH-11.HM th.2011 NOMOR : PER-045/A/JA/12/2011 NOMOR : 1 Tahun 2011 NOMOR : KEPB-02/01-55/12/2011 NOMOR : 4 Tahun 2011 TENTANG

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hakim telah lama diakui sebagai profesi yang terhormat dimana Hakim berperan penting dalam menentukan baik atau buruknya potret penegakan hukum dinegara itu, Oleh karena itu pada prinsipnya Hakim bertujuan menjaga martabat dan keluhuran profesi Hakim tersebut. Hakim sebagai profesi yang juga disebut sebagai paling mengetahui hukum (ius curia novit) serta berperan sebagai menemukan hukum (rechtsvinding) dan membentuk hukum (rechtsvorming). 1 Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, Hakim adalah Pejabat Peradilan Negara yang di beri wewenang undang-undang untuk mengadili, mengadili adalah serangkaian tindakan Hakim untuk menerima, memeriksa, dan memutuskan perkara pidana berdasarkan atas bebas,jujur, dan tidak memihak di sidang pengadilan dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam Undang-undang ini. 2 Melalui putusannya Hakim dapat mengubah, mengalihkan, atau bahkan mencabut hak dan kebebasan Warga Negara dan semua itu dilakukan untuk menegakan hukum dan keadilan.besarnya 1 Binsar Gultom, Pandangan Kritis Seorang Hakim, Jakarta. PT Gramedia, 2012, hlm.1. 2 Kitab undang-undang hukum acara pidana 1

tanggungjawab hakim ditunjukan melalui putusan pengadilan yang selalu di ucapkan Hakim Demi keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa hal ini menegaskan oleh seorang hakim dimana setiap putusannya bukan hanya di pertanggung jawabkan sesama manusia tapi juga dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan Yang Maha Esa. Sehingga Hakim merupakan salah satu objek dalam pengadilan oleh karena itu posisi hakim sebagai aktor utama lembaga peradilan menjadi amat vital dimana mengingat tanggung jawab dan kewenangan hakim tersebut. Oleh sebab itu, hakim sebagai titik sentral penegak hukum dan keadilan harus mampu menyerap dan menyelesaikan semua perkembangan kasus dalam pertimbangan putusannya berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya, termaksud dari berbagai sumber hukum dan peraturan yang berlaku serta menurut hati nuraninya.menyangkut standardisasi penjatuhan hukuman terahadap terdakwa pun tergantung kepada sang Hakim. Hakim tidak terikat dengan terhadap berat ringannya tuntutan jaksa di persidangan, hakim dapat saja menghukum terdakwa lebih berat dari tuntutan jaksa berdasarkan hal-hal yang memberatkan dan meringankan perbuatan terdakwa. 3 Dengan demikian, putusan hakim itu menjadi solusi terbaik bagi penyelesaian tanpa menyulut gejolak di masyarakat. 3 Binsar Gultom,op.Cit,hlm.15. 2

Seiring terjadi praktik penyalagunaan kekuasaan kehakiman didalam peradilan yang cenderung menguak dan merusak citra keadilan tersebut sehingga harapan masyarakat untuk mencari keadilan terhadap lembaga keadilan yang merupakan harapan terakhir untuk memperoleh keadilan belum sepenuhnya memuaskan seluruh pihak, banyak yang mengkritik bahwa lembaga peradilan belum seperti yang diharapkan seperti yang tercantum pada undang undang republik Indonesia No. 48 tahun 2009 tentang kekuasaan kehakiman dimana pada bab II yaitu asas penyelenggaraan kekuasaan kehakiman Pasal 2 menjelaskan : (1) Peradilan dilakukan "DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA". (2) Peradilan negara menerapkan dan menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila. (3) Semua peradilan di seluruh wilayah negara RepublikIndonesia adalah peradilan negara yang diatur denganundang-undang (4) Peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat, dan biayaringan. 4 Perilaku Hakim yang tidak sesuai dengan asas-asas yang di amanatkan Pasal 2 Undang-Undang No 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman mengakibatkan banyak masyarakat yang kecewa atas putusan hakim yang seakan berbanding terbalik dengan asas penyelenggaraan kehakiman (kontrofersi), dan tidak efektifitas dalam putusannya yang mengakibatkan tidak ada efekjera bagi para pelaku untuk berbuat kejahatan sehingga kasus tersebut seakan 4 undang-undang no 48 tahun 2009 tentang kekuasaan kehakiman Pasal 2 3

sudah menjadi kebiasaan bagi masyarakat karena kurangnya ketegasan dari putusan hakim tersebut. Berkaitan dengan fenomena yang sering terjadi dimasyarakat yaitu tentang tindak pidana penganiayaan yang seakan taklepas dari penyakit masyarakat tetapi juga dapat merugikan masyarakat itu sendiri dimana tindakan penganiayaan dapat menyebabkan terganggunya aktivitas korban pelaku penganiayaan terebut. Sesuai dengan pengertian penganiayaan pada salinan putusan No.201/PID.B/2011/PN.GTLO, yang dimaksud dengan penganiayaan adalah dengan sengaja menyebabkan perasaan tidak enak (penderitaan) rasa sakit ataupun luka. Rumusan Pasal 351 ayat (KUHP) tentang penganiayaan dapat dinyatakan bahwa seseorang telah melakukan tindak pidana penganiayaan terhadap orang lain, seseorang dapat dijatuhkan pidana yang telah melakukan dan memenuhi unsur yaitu kesengajaan (Opzetelijk) yang mengakibatkan timbulnya rasa sakit, luka pada tubuh orang lain atau merugikan kesehatan orang lain. Pertimbangan-pertimbangan yang tercantum dalam konsideran putusan serta penjatuhan pidana sesaui dengan putusan Nomor: 201/PID.B/2011/PN.GTLO terdapat beberapa permasalahan. Menurut penulis, pidana yang diberikan oleh hakim hanya pidana penjara selama 4 (empat) bulan yang memiliki selisih yang sangat jauh dari ancaman pidana pada rumusan Pasal 351 ayat (1) KUHP 4

yang berbunyi penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan.hal ini terindikasi bahwa putusan tersebut tidak sesuai dengan tujuan daripada hukum yaitu Keadilan, Kemanfaatan, dan Kepastian hukum. Sesuai dengan uraian dari pengertian tentang tindak pidana penganiayaan serta betapa pentingya permasalahan yang berkaitan dengan penegakan hukum atas tindak pidana penganiayaan yang sering terjadi selama ini khususnya masyarakat di provinsi Gorontalo yang timbul hanya karena hal-hal yang sebenarnya tidak perlu di selesaikan dengan kekerasan, mengingat tindak pidana penganiayaan juga dapat mengakibatkan kerugian bagi korban pelakunya ataupun orang yang berada disekitar kejadian, sehingga diharapkan bagi para penegak hukum dan lebih khususnya hakim yang menyelesaikan kasus tindak pidana penganiayaan ini dapat memberikan hukuman yang dapat menimbulkan efekjera sehingga para pelaku tidak akan melakukan hal sebelumnya. Sebagaimana yang diuraikan di atas maka penulis tertarik untuk menganalisis putusan hakim yang penulis beri judul :Analisis Putusan HakimPerkara No.201/PID.B/2011/PN.GTLO tentang Penganiayaan. Dengan rumusan masalah yang tercantum dibawah ini: 5

1.2 Rumusan masalah 1) Bagaimana Analisis Hukum Putusan Hakim Perkara No. 201/Pid.B/2011/PN.GTLO tentang Penganiayaan? 2) Apa akibat Hukum terhadap putusan Hakim Perkara No. 201/PID.B/2011/PN.GTLO tentang Penganiayaan? 1.3 Tujuan penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian antara lain: 1) Untuk mengetahui analisis dan menganalisis Putusan Hakim Perkara No.201/PID.B/2011/PN.GTLO tentang penganiayaan. 2) Untuk mengetahui dan menganalisis akibat Hukum terhadap putusan Hakim Perkara No. 201/PID.B/2011/PN.GTLO tentang Penganiayaan. 1.4.Manfaat penelitian 1.4.1. Manfaat teoritis Sebagai referensi untuk hakim dalam penegakan hukum dan sebagai masukan atau referensi masyarakat, para pencari keadilan pada umumnya dan para mahasiswa jurusan hukum khususnya. 6

1.4.2. Manfaat praktis 1) Hakim Sebagai bahan masukan bagi instansi kehakiman dalam hal memutus perkara pidana, menyangkut standardisasi penjatuhan hukuman bagi para terpidana. 2) Masyarakat Sebagai referensi untuk masyarakat dalam meningkatkan sumber daya manusia di bidang hukum serta melakukan pengawasan terhadap instansi Kehakiman. 3) Calon Penulis Agar dapat mengetahui sejauh mana dampak Hukum terhadap putusan Hakim dalam kasus penganiayaan. 7