BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan

dokumen-dokumen yang mirip
KEPUTUSAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA ACEH NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG HASIL RAPAT KOORDINASI - II MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA ACEH TAHUN 2014

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG

-1- RANCANGAN QANUN ACEH NOMOR... TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH

-1- QANUN ACEH NOMOR 13 TAHUN 2017 TATA CARA PEMBERIAN PERTIMBANGAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA

KEPUTUSAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN NOMOR 05 TAHUN 2013 TENTANG HASIL RAPAT KOORDINASI MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA ACEH

KEPUTUSAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA ACEH NOMOR : 04 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA ACEH

KEPUTUSAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA ACEH NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG HASIL RAPAT KOORDINASI - II MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA ACEH

QANUN ACEH NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH,

QANUN ACEH NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH,

BUPATI BENER MERIAH QANUN KABUPATEN BENER MERIAH NOMOR : 14 TAHUN 2005 T E N T A N G

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BENER MERIAH

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG

F A T W A MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA ACEH NOMOR 02 TAHUN 2013 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA,

QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG

Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Syariat Islam Aceh

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2000 TENTANG

FATWA NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN UMUM MENURUT PERSPEKTIF ISLAM MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA ACEH

-1- QANUN ACEH NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMBINAAN DAN PERLINDUNGAN AQIDAH

QANUN KOTA LANGSA NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG TUHA PEUET GAMPONG DALAM KOTA LANGSA DENGAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHUWATA ALA WALIKOTA LANGSA,

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KOTA BANDA ACEH

FATWA NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG KEDUDUKAN HASIL HARTA WAKAF MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA ACEH

BAB I PENDAHULUAN. Nanggroe Aceh Darussalam dikenal dengan sebutan Seramoe Mekkah

KEPUTUSAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA ACEH NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG HASIL NADWAH/MUBAHASAH ILMIAH MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA ACEH TAHUN 2014

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DALAM KABUPATEN ACEH TIMUR BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

KEPALA SEKRETARIAT MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA ACEH

QANUN KABUPATEN ACEH TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG TUHA PEUET GAMPONG BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHUWATA ALA

KEPUTUSAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA ACEH NOMOR 08 TAHUN 2013 TENTANG HASIL MUZAKARAH MASALAH KEAGAMAAN - II MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA ACEH

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 54 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN KEGIATAN DA I WILAYAH PERBATASAN DAN DAERAH TERPENCIL

2017, No masyarakat terhadap pelaksanaan penegakan hukum oleh Kejaksaan; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 63 TAHUN 2009 TENTANG

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG

DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN,

BUPATI BIREUEN PROVINSI ACEH QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN BIREUEN

PROFIL MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA ACEH

BAB I PENDAHULUAN. RENJA Dinas Syariat Islam Aceh Tahun

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan peraturan perundang-undagan dalam sistem dan prinsip Negara

K E P U T U S A N MUSYAWARAH BESAR ULAMA ACEH MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA ACEH NOMOR : 4 TAHUN 2012 TENTANG PROGRAM KERJA MPU MASA BAKTI

F A T W A MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA ACEH NOMOR : 5 TAHUN 2010 TENTANG

-1- BUPATI ACEH TIMUR PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG KLINIK KONSULTASI AKSELERASI PENYELESAIAN REKOMENDASI HASIL PENGAWASAN BERBASIS E-CONSULTING

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT LEMBAGA KEISTIMEWAAN ACEH TIMUR

BUPATI PIDIE. 4. Undang-Undang...

FATWA NOMOR 09 TAHUN 2014 TENTANG PEMAHAMAN, PEMIKIRAN, PENGAMALAN DAN PENYIARAN AGAMA ISLAM DI ACEH MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA ACEH

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN IMEUM MEUNASAH DALAM KABUPATEN ACEH TIMUR

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 9 TAHUN 2004 T E N T A N G SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS SYARIAT ISLAM DAN KELUARGA SEJAHTERA KOTA BANDA ACEH

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT LEMBAGA KEISTIMEWAAN KOTA BANDA ACEH

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH ACEH

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 131 TAHUN 2016 TENTANG

OANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 11 TAHUN 2004 TENTANG TUGAS FUNGSIONAL KEPOLISIAN DAERAH NANGGROE ACEH DARUSSALAM

QANUN KABUPATEN ACEH TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN ACEH TENGAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 05 TAHUN 2011 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Qanun merupakan Peraturan Perundang-undangan sejenis Peraturan

QANUN KABUPATEN BENER MERIAH NOMOR : 02 TAHUN 2009 TENTANG PEMERINTAHAN KAMPUNG BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan penelitian penyusun sebagaimana pembahasan pada bab. sebelumnya, selanjutnya penyusun memaparkan beberapa kesimpulan

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT LEMBAGA KEISTIMEWAAN KOTA BANDA ACEH

K E P U T U S A N MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA ACEH NOMOR : 05 TAHUN 2009 TENTANG PROGRAM KERJA KOMISI MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA ACEH

FATWA MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA ACEH NOMOR 06 TAHUN 2013 TENTANG STUNNING, MERACUNI, MENEMBAK HEWAN DENGAN SENJATA API DAN KAITANNYA DENGAN HALAL,

-1- BUPATI GAYO LUES QANUN KABUPATEN GAYO LUES NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PEMERINTAHAN MUKIM

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG PELAKSANAAN SYARIAT ISLAM BIDANG AQIDAH, IBADAH DAN SYI AR ISLAM

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

2015, No Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lem

PELAKSANAAN PENGAWASAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) KOTA PADANG TAHUN 2011

QANUN KOTA LANGSA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN KEPEMUDAAN BISMILLAHIRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG

QANUN KABUPATEN PIDIE JAYA NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATAKERJA KECAMATAN DALAM KABUPATEN PIDIE JAYA

QANUN KABUPATEN PIDIE JAYA NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATAKERJA KECAMATAN DALAM KABUPATEN PIDIE JAYA

RANCANGAN QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

FATWA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG SENI BUDAYA DAN HIBURAN LAINNYA MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA ACEH

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. pulau yang dibatasi oleh lautan, sehingga di dalam menjalankan sistem pemerintahannya

QANUN ACEH NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT ACEH

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah dan dengan memperhitungkan masyarakat Indonesia yang plural,

BUPATI SAMBAS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PROGRAM LEGISLASI DAERAH

PROVINSI KALIMANTAN BARAT

QANUN KABUPATEN ACEH TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA TEKNIS DAERAH KABUPATEN ACEH TENGAH

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 139 TAHUN 2016 TENTANG

PATI BIREUEN PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Aceh dengan fungsi merumuskan kebijakan (legislasi) Aceh, mengalokasikan

QANUN ACEH NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PEMBINAAN KEHIDUPAN ADAT DAN ADAT ISTIADAT BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

BAB I PENDAHULUAN. mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan

QANUN KABUPATEN ACEH BARAT DAYA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

QANUN ACEH NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA ADAT BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM,

BUPATI ACEH UTARA PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH UTARA NOMOR 23 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK SYARI AT ISLAM FUNGSINYA SEBAGAI KONTROL SOSIAL

KEPUTUSAN KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA TENTANG

WALIKOTA LANGSA PROVINSI ACEH QANUN KOTA LANGSA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KOTA LANGSA

-1- BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG

QANUN ACEH NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KEURUKON KATIBUL WALI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BUPATI ACEH TIMUR PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 11 TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 3 TAHUN 2003

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG

PELAKSANAAN SYARI AT ISLAM DI ACEH ANTARA HARAPAN DAN KENYATAAN Oleh : BAIDHOWI. HB

PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 14 TAHUN 2018 TENTANG LAYANAN BERJENJANG KEPEMILIKAN AKTA KELAHIRAN, AKTA KEMATIAN DAN DOKUMEN KEPENDUDUKAN LAINNYA

Transkripsi:

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Dari pembahasan dan pemaparan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan, yaitu: 1. Ulama memiliki kedudukan sangat penting dalam membentuk masyarakat Islam di Aceh, di samping itu juga ulama berperan dalam membentuk negara kerajaan Islam, serta ulama sangat berperan dalam membentuk dan menerapkan hukum Islam di Aceh. Baik dalam masa kerajaan-kerajaan Islam di Aceh maupun dalam sesudahnya sampai sekarang. Setelah terbit undang-undang nomor tahun 1999 tentang keistimewaan Aceh, kedudukan ulama menjadi lembaga resmi dalam tata negara, yaitu sebagai mitra sejajar pemerintah, yang berfungsi memberikan pertimbangan kepada pemerintah dalam menentukan kebijakan daerah yang berkaitan dengan pelaksanaan syarat Islam di Aceh. 2. Ulama Aceh sebagai salah satu elemen penting dalam penyusunan qanun syariat Islam di Aceh. Ulama terlibat secara langsung dalam pembuatan dan penyelesaian qanun-qanun syariat Islam, bahkan ulama memiliki draf rancangan qanun-qanun syariat Islam tersediri. Di samping dari itu ada beberapa tahap keterlibatan ulama dalam legislasi qanun syariat Islam di Aceh. Pertama, ulama terlibat langsung dalam menyusun rancangan draf qanun syariat Islam di Aceh. Kedua, ulama memberi masukan dan saran dalam proses penyusunan qanun syariat Islam di Aceh. Ketiga, ulama hanya diminta tanggapan, respon dan saran. Keempat, ulama memberi dorongan kepada pemerintah untuk melakukan legislasi qanun-qanun syariat Islam sesuai dengan kebutuhan. 3. Ulama memiliki peran dalam implementasi syariat Islam di Aceh yaitu memberi pertimbangan, masukan, bimbingan dan nasehat serta saran-saran dalam menentukan kebijakan daerah dari aspek syariat Islam, baik kepada pemerintah maupun kepada masyarakat. Ulama Aceh juga memiliki peran 272

273 dalam sosialisasi syariat Islam di Aceh yaitu melalui fatwa hukum, tausiyah, pendidikan, pengajian majelis ta lim, khutbah jum at, dan dakwah. Peranan ulama dalam mengawal syariat Islam dilakukan melalui kepemimpinan nonformal, melalui lembaga dayah, melalui majelis ta lim, melalui pengaruh kharismatik, tausiyah, dan khutbah. 4. Ulama memandang meskipun penerapan syariat Islam di Aceh sudah berlangsung 10 tahun, namun prilaku syariat Islam belum mengalami perubahan secara signifikan, bahkan dalam hal prilaku pelanggaran terjadi peningkatan jika dibandingkan di masa awal penerapan syariat Islam. Ulama memandang bahwa para pelaksana syariat Islam belum dapat menerapkan syariat secara kaffah. Ulama memandang bahwa qanun syariat Islam itu penting dibentuk untuk menjadi payung hukum. Qanunqanun yang sudah diberlakukan sudah menyentuh dan berkaitan dengan maqa sid al-syari ah, dan sudah mengarah kepada penegakkan prinsip dasar syariat Islam yaitu mewujudkan kemaslahatan. Ulama memandang qanun-qanun syariat Islam sangat terbatas jumlahnya, masih persoalan syariat Islam masih sangat banyak yang akan diterapkan. B. Saran dan Rekomondasi Berdasarkan hasil dan temuan penelitian ini serta kesimpulan yang dirumuskan di atas, maka penulis menyarankan kepada pemerintah Aceh dan jajarannya yang memeliki wewenang dalam pelaksanaan syariat Islam, sebagai berikut: 1. Meskipun undang-undang telah mengamanatkan kedudukan ulama sebagai mitra sejajar pemerintah, namun tidak semua amanat undang-undang dan qanun tersebut berjalan dengan normal. Kedudukan ulama dalam undangundang tersebut belum ada kewenangan yang jelas dalam memberikan pertimbangan. Belum ada aturan yang jelas dan mengikat bagaimana bentuk pertimbangan yang diberikan ulama kepada pemerintah sehingga dapat dijalankan dengan seksama. Belum ada pembangunan yang

274 berimbang antara pembangunan pisik material dan pembangunan psikis spritual. Maka dari itu agar qanun-qanun tentang ulama direvisi diberikan batasan dan kejelasan dalam qanun tentang bentuk pertimbangan yang diberikan ulama kepada pemerintah terhadap kebijakan daerah menyangkut dengan syariat Islam. 2. Pada masa penyusunan draf-draf rancangan qanun-qanun syariat Islam ulama dilibatkan secara langsung, namun dalam masa pembahasan qanunqanun selanjutnya ulama tidak lagi terlibat langsung. Di samping dari ulama tidak memiliki kewenangan dalam koreksi terhadap qanun-qanun syariat Islam. Qanun-qanun syariat Islam berbeda dengan qanun-qanun yang lain, karena qanun-qanun syariat Islam di Aceh berada diantara dua payung hukum yang berbeda. Di satu sisi qanun-qanun syariat Islam adalah berdasarkan Al-Qur an dan al-hadis tetapi di sisi lain qanun-qanun ini harus sesuai hukum yang lebih besar dalam bingkai NKRI. Maka dari itu diharapkan dalam masa pembuatan qanun, penyusunan qanun, pembahasan qanun dan finalisasi qanun ulama harus dilibatkan secara langsung agar materi dan subtansi qanun syariat Islam tidak dari maqa sid al-syari ah. Dan perlu kearifan para pihak dalam penyusunan qanun syariat Islam di Aceh sehingga syariat Islam dapat hidup diantara dua payung hukum yang berbeda. 3. Bahwa ulama memiliki peran yang sangat penting dalam implementasi syariat Islam di Aceh, namun peran implementasi syariat yang dilakukan ulama masih berkisar tentang syariat Islam yang termaktub dalam kitabkitab fiqh klasik. Sangat penting artinya bagi ulama untuk memahami secara mendalam syariat Islam dan nilai-nilainya agar dapat menjadi bahan acuan dalam penyusunan qanun-qanun syariat Islam sehingga ulama dapat berperan aktif dalam penyusunan qanun-qanun dan demikian juga dapat berperan aktif dalam melakukan implementasi syariat Islam yang terdapat qanun-qanun syariat Islam. Sementara sosialisasi syariat Islam yang dilakukan oleh ulama tidak hanya terbatas pada syariat Islam yang terdapat

275 dapat qanun-qanun syariat Islam semata, tetapi syariat Islam yang terdapat dalam al-qur an dan al-hadis serta fiqh Islam. Secara umum diharapkan kepada Dinas Syariat Islam Provinsi maupun Dinas Syariat Islam Kabvupaten/ Kota dapat membangun kerjasama yang lebih efektif dengan ulama untuk membentuk dan mensosialisasikan qanun-qanun Syariat Islam. Maka dari itu ada harapan yang sangat mendasar kepada ulama, untuk berperan aktif dalam membentuk opini pemikiran masyarakat Islam berdasarkan syariat Islam dan mengimplementasikan syariat Islam dalam masyarakat. 4. Bahwa secara umum ulama memandang pelaksanaan syariat Islam di Aceh belum berjalan sebagaimana harapan, banyak faktor yang belum mendukung pelaksanaan syariat Islam itu secara maksimal. Maka dari ulama mengharapkan: a. Agar adanya grand konsep penerapan syariat yang jelas b. Agar pemerintah menyempurnakan qanun-qanun syariat Islam yang masih terdapat kekurangan, c. Agar pemerintah melahirkan qanun-qanun syariat Islam di Aceh yang mendesak, seperti qanun korupsi, qanun pendidikan, qanun ekonomi dan sistem perbankan Islam dan qanun tentang pemerintahan yang bersih dan berwibawa dan qanun lainnya yang dianggap perlu. d. Bahwa diharapkan kepada pemerintah agar membuat skala prioritas pelaksanaan syariat Islam di Aceh dengan mengalokasikan dana yang memadai sehingga dapat dijalankan. 5. Untuk pelaksanaan syariat Islam yang kaffah perlu mempersiapkan berbagai fasilitas yang mendukung kepada pelaksanaan syariat Islam itu sendiri. Perlu dipersiapkan mental para pemimpin, mental para pelaksana, mental aparat penegak hukum. Di samping dari perlu dibudayakan sistem yang Islami dalam segala aspek kegiatan pemerintahan baik yang bersifat intern maupun ektern. Kemudian perlu dibangun dan dibina mental yang sehat kepada masyarakat agar berbudaya sesuai dengan syariat Islam.

276 Demikian pula yang menjadi kendala utama dalam pelaksanaan syariat IsIam oleh Dinas Syariat Islam Kabupaten Kota di seluruh Aceh adalah menyangkut dengan ketersidiaan dana yang memadai. 6. Untuk mempercepat pelaksanaan syariat Islam yang berbasis masyarakat, maka pemerintah Aceh agar membuat terobosan baru yang lebih efektif. Program pemerintah ini lebih menyentuh yang diberi nama dengan gampong berwawasan Syariat Islam. Di setiap Kabupaten/ Kota di seluruh Aceh dibentuk gampong berwawasan syariat Islam. Untuk tahap awal pembentukan gampong berwawasan syariat Islam dibentuk beberapa gampong antara 10 sampai 15 Gampoeng dalam setiap Kabupaten dan 5 sampai 10 gampong untuk Kota sebagai sampel. Gampoeng berwawasan syariat Islam itu dilakukan pembinaan secara intensif oleh pemerintah dengan membentuk team untuk melakukan pembinaan ke gampong tersebut. Team tersebut membuat materi khusus seputar syariat Islam, sosial kemasyarakatan, keamanan dan kebersiahan dan ketertiban.