BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang. Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, maka

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Semakin besar jumlah penduduk maka semakin. jawab pemerintah dalam mensejahterakan rakyatnya.

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar.

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

PROVINSI JAWA TENGAH

DATA ISIAN SIPD TAHUN 2017 BPPKAD KABUPATEN BANJARNEGARA PERIODE 1 JANUARI SAMPAI DENGAN 8 JUNI 2017

BUPATI DUS BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak terlepas dari keberhasilan penyelenggaraan pemerintah propinsi maupun

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 TAHUN 2016 PENJABARAN PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari pulau-pulau atau dikenal dengan sebutan Negara Maritim. Yang mana dengan letak

Hubungan Keuangan antara Pemerintah Daerah-Pusat. Marlan Hutahaean

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN yang tertuang dalam pasal 33 Undang-Undang Dasar Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan daerahnya sendiri, membuat peraturan sendiri (PERDA) beserta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa otonomi

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dari luar negeri dapat berupa pinjaman dari negara lain.

RINCIAN PENDAPATAN DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang-

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG BAGI HASIL PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH UNTUK DESA

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. daerah adalah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dimana

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI PAJAK. Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan suatu daerah otonom dapat berkembang sesuai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. diberi kewenangan untuk menjalankan pemerintahan, 1 pembangunan. nasional merupakan serangkaian upaya pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan yang sebaik mungkin. Untuk mencapai hakekat dan arah dari

BAB II TINJAUAN TENTANG PEMERINTAH DAERAH DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu bagian dari pendapatan yang diterima oleh negara. Di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional sebagaimana. mandiri menghidupi dan menyediakan dana guna membiayai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. daerahnya dari tahun ke tahun sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang telah

BAB III ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan pajak dalam kehidupannya, sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. memberikan kesempatan serta keleluasaan kepada daerah untuk menggali

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu Negara, ketersediaan data dan informasi menjadi sangat penting dalam

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan. Oleh karena itu, daerah harus mampu menggali potensi

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah. (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Sektor P3 dan Bea Meterai.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu pemasukan negara yang mempunyai tujuan

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

I. PENDAHULUAN. Organisasi sebagai satu kesatuan yang dinamis merupakan alat untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. dengan potensi dan kepentingan daerah itu sendiri. yang sesuai denganperaturan perundang-undangan. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang memiliki wilayah yang besar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh pengeluaran daerah itu. Pendapatan daerah itu bisa berupa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang dibarengi dengan pelaksanaan otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 3 SERI E

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB P2) TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN JEMBER

A. Struktur APBD Kota Surakarta APBD Kota Surakarta Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia dibagi atas daerah-daerah Provinsi dan daerah-daerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. dengan yang namanya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Penerimaan pemerintah daerah untuk membiayai BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. kesejahtraan rakyat, mencerdaskan kehidupan bangsa dengan adil dan makmur.

4. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 42, Tambahan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, melalui pengeluaran-pengeluaran rutin dan pembangunan yang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013

BAB I PENDAHULUAN. yang baik. Melalui sistem pemerintahan yang baik, setidaknya hal tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu tatanan masyarakat yang adil dan makmur dalam naungan

APBD KABUPATEN GARUT TAHUN ANGGARAN ) Target dan Realisasi Pendapatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemerintah sebagai pengatur dan pembuat kebijakan telah memberi

1. Target dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Tahun Anggaran Anggaran Setelah

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pada meningkatnya dana yang dibutuhkan untuk membiayai pengeluaranpengeluaran. pemerintah di bidang pembangunan dan kemasyarakatan.

BAB I PENDAHULUAN. pada sensus penduduk yang dilakukan pada 1 Mei 15 Juni 2010 tercatat paling

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan daerah dan pelayanan terhadap masyarakatnya. Daerah otonom

BAB III KEBIJAKAN UMUM DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada penyelenggaraan pemerintahan, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang bertujuan untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang aman, tertib, adil dan sejahtera. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, maka penyelenggaraan pemerintahan daerah dilakukan dengan kewenangan yang seluas-luasnya, disertai dengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara. Sehubungan dengan pelaksanaan otonomi daerah, maka pemerintah daerah berhak untuk mengelola dan mengatur sendiri atas pendapatan daerah yang dimilikinya. Pajak daerah dan retribusi daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai pelaksanaan pemerintahan daerah. Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan kemandirian daerah, perlu dilakukan perluasan objek pajak daerah dan retribusi daerah dan pemberian diskresi dalam penetapan tarif. Kebijakan pajak daerah dan retribusi daerah dilaksanakan berdasarkan prinsip 1

2 demokrasi, pemerataan dan keadilan, peran serta masyarakarat, dan akuntabilitas dengan memperhatikan potensi daerah. Desentralisasi dan otonomi daerah mempunyai kewenangan dalam mengatur urusan rumah tangganya. Hal tersebut, membuat pemerintah daerah menjadi bijak dalam pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah, selain itu pemerintah daerah juga dituntut untuk bisa mengalokasikan hasil penerimaan pajak dengan adil, makmur, dan merata, agar pendanaan dalam pemerintah bisa terlaksana secara efisien dan efektif maka diatur pendanaan penyelenggaraan pemerintah. Penyelenggaraan pemerintah ini menjadi kewenangan daerah yang dibiayai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), sedangkan penyelenggaraan kewenangan pemerintah yang menjadi tanggung jawab negara dibiayai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997, perlu disesuaikan dengan kebijakan otonomi daerah. Dalam hal ini, pajak daerah dan retribusi daerah diatur dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009. Adapun undang-undang yang mengatur tentang pajak daerah dan retribusi daerah adalah Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009. Penerimaan pajak daerah dapat diperoleh dari pajak provinsi yang terdiri dari pajak kendaraan bermotor, biaya balik nama kendaraan bermotor, pajak bahan bakar

3 kendaraan bermotor, pajak air permukaan, dan pajak rokok, sedangkan pajak kabupaten/kota adalah pajak hotel, pajak hiburan, pajak restoran, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak mineral bukan logam dan batuan, pajak parkir, pajak air tanah, pajak sarang burung walet. Selain pajak daerah, retribusi daerah juga komponen yang penting dalam PAD. Retribusi daerah digolongkan menjadi jenis retribusi jasa umum yang terdiri dari; retribusi pelayanan kesehatan, retribusi pelayanan persampahan/kebersihan, retribusi penggantian biaya cetak Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan akta catatan sipil, retribusi pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat, retribusi pelayanan parkir ditepi jalan umum, retribusi pelayanan pasar, retribusi pengujian kendaraan bermotor, rertribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran, retribusi penggantian biaya cetak peta dan lain-lain. Selain itu ada juga jenis retribusi perizinan tertentu antara lain, retribusi izin mendirikan bangunan, retribusi izin tempat penjualan minuman beralkhohol, retribusi izin trayek, dan retribusi izin usaha pernikahan. Dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat sesuai dangan tujuan otonomi daerah pemerintah daerah mempunyai tanggung jawab ekonomi, yaitu; 1. Menyediakan pelayanan publik dasar kepada masyarakat, terutama pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur dasar. 2. Mendorong pertumbuhan perekonomian lokal dengan pemahaman pada investor dan ekspor.

4 3. Menciptakan lapangan tenaga kerja yang baru dan mengurangi pengangguran, terutama tenaga kerja lokal yang harus menciptakan hambatan terhadap tenaga kerja daerah lain. 4. Memperbaiki pendapatan masyarakat dan mengurangi kemiskinan dangan berfokus pada UMKM lokal. 5. Ikut mengendalikan inflasi lokal, dari sisi non moneter terutama logistik dan distribusi (tim jurnal otonomi derah, 2008:30). Realisasi PAD kabupaten Bantul per 31 Juli 2009 telah mencapai 76%. Dari target Rp 65 miliar, realisasinya sudah Rp 50,4 miliar. Kontributor terbesar adalah laba Bank BPD DIY dan pendapatan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Panembahan Senopati, dan obyek wisata pantai Parangtritis. PAD kabupaten Bantul banyak berpangku pada pendapatan jasa RSUD Panembahan Senopati. Realisasinya sampai dengan Juli bahkan sudah mencapai Rp 22 miliar. Pantai Parangtritis juga memegang peranan penting, apalagi setelah tarifnya dinaikkan hingga 100% lebih. Satu-satunya komponen pandapatan yang cenderung menurun adalah bunga deposito. Dari target Rp 8 miliar realisasinya baru Rp 3 miliar. Diperkirakan sampai dengan akhir tahun realisasinya berkisar Rp 5 miliar. Realisasi penerimaan pajak daerah untuk kota Yogyakarta sendiri selama kuartal I/2011, yakni Januari April tercatat Rp35,1 miliar. Dengan pencapaian tersebut, realisasi pajak tahun ini sudah tercapai 25,78%. Kepala Dinas Pengelolaan Pajak dan Keuangan Daerah (DPPKD) kota Yogyakarta Arbak Yhoga Widodo mengatakan anggaran pendapatan pajak kota

5 Yogyakarta selama 2011 Rp 136,1 miliar. Dalam empat bulan telah terealisasi Rp35,1 miliar. Dari jumlah itu, Rp10,9 miliar di antaranya dicapai pada April. Dari raihan Rp10,9 miliar ini, di antaranya berasal dari hasil pajak daerah Rp 9,8 miliar serta bagi hasil pajak Rp 1,1 miliar. Penerimaan berasal dari pajak hotel Rp 2,6 miliar, restoran Rp1,08 miliar, hiburan Rp263 juta, reklame Rp 383 juta, parkir Rp 61 juta, penerangan jalan Rp 1,7 miliar, dan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan Rp 3,6 miliar, sedangkan penerimaan dari bagi hasil pajak diterima dari pajak bumi dan bangunan (PBB) Rp1 miliar lebih. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan Arniyanti Ayuningtyas pada tahun 2008, pajak daerah dan retribusi daerah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Angggaran Belanja Daerah (ABD), baik sebelum maupun sesudah otonomi. Menurut Ahmad Waluyo Jati, peranan pajak dan retribusi daerah terhadap PAD khususnya di Jawa Timur cukup dominan dan Dian Maya Sari juga melakukan penelitian dan hasilnya menunjukkan bahwa, pajak daerah kabupaten/kota masih rendah terhadap PAD untuk kabupaten/kota khususnya di jawa timur masih tergolong rendah. Jika dilihat dari potensi perekonomiannya serta sektor-sektor lainnya di negara Indonesia dapat menghasilkan pendapatan daerah yang cukup tinggi. Dari tahun ke tahun sektor tersebut mengalami peningkatan secara bertahap. Dengan melihat hal tersebut, maka dapat diketahui bahwa pajak daerah dan retribusi daerah merupakan komponen penting dalam PAD. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi Terhadap

6 dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD) TINJAUAN PADA FAKTOR LAG TIME. Penelitian ini merupakan penggabungan dari beberapa model penelitian sebelumnya, dimana dalam penelitian ini menggunakan rentang waktu yaitu tahun 2000 2011, populasi yang digunakan adalah pemerintah daerah/kota yang terdapat di propinsi Yogyakarta dan menggunakan lag time. B. Rumusan Masalah Berdasarkan urain latar belakang diatas, maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah pajak daerah berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah tahun berikutnya? 2. Apakah retribusi daerah berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah tahun berikutnya? C. Batasan Masalah Untuk memudahkan dan menyederhanakan masalah agar tidak terlalu melebar dan menyimpang, maka penulis memfokuskan pada data pajak daerah dan retribusi daerah. D. Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pengaruh pajak daerah terhadap pendapatan asli daerah tahun berikutnya.

7 2. Untuk mengetahui pengaruh retribusi daerah dengan pendapatan asli daerah tahun berikutnya. E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini: 1. Bidang Praktis Bagi Gubernur Kota Yogyakarta dapat mengetahui upaya-upaya dan kebijakan yang harus dilakukan dalam hal pemungutan pajak untuk menambah, mengurangi atau tetap dalam jumlah pajak daerah dan retibusi daerah. 2. Bidang Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan dalam bidang sektor publik terutama dalam hal pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan asli daerah. Selain itu dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya.