anak didapatkan persebaran data hasil penelitian sebagai berikut :

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut. Berdasarkan intensitasnya, nyeri

Clinical Science Session Pain

BAB I PENDAHULUAN. nyeri. Nyeri menjadi penyebab angka kesakitan yang tinggi di seluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. manajemen neoplasma primer dan metastasis neoplasma pada otak. 1 Tindakan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. senyawa kimia N-asetil-p-aminofenol yang termasuk dalam nonsteroid antiinflamatory

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka (Sjamsuhidajat dan Jong, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. bersih, tidak mudah lecet/iritasi, terhindar dari ejakulasi dini) (Harsono, et al.,

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sekarang para ahli tidak henti-hentinya meneliti mekanisme kerja dari obat

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri haid atau dismenore merupakan keluhan yang sering dialami wanita

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur femur memiliki insiden berkisar dari 9,5-18,9 per per

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. 1,2. Nyeri apabila tidak diatasi akan berdampak

NONSTEROIDAL ANTI-INFLAMMATORY DRUGS (NSAID S)

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. saraf pusat tanpa menghilangkan kesadaran. 2,3 Parasetamol umumnya digunakan

DiGregorio, 1990). Hal ini dapat terjadi ketika enzim hati yang mengkatalisis reaksi konjugasi normal mengalami kejenuhan dan menyebabkan senyawa

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Obat analgesik adalah obat yang dapat mengurangi nyeri tanpa menyebabkan. mengurangi efek samping penggunaan obat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat bervariasi dan begitu populer di kalangan masyarakat. Kafein

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

menghilangkan kesadaran. Berdasarkan kerja farmakologinya, analgesik dibagi dalam dua kelompok besar yaitu analgesik narkotik dan analgesik non

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. anestesiologi. 3. Universitas Sumatera Utara

Piroksikam merupakan salah satu derivat oksikam, dan merupakan obat anti inflamasi non steroid (AINS) yang berkhasiat sebagai antiinflamasi,

BAB I PENDAHULUAN. kita dan lain pihak merupakan suatu siksaan. Definisi menurut The International

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimental untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I 1PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian nomor 7 (5,7%). Menurut statistik rumah sakit dalam Sistem

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

penghambat prostaglandin, turunan antranilat dan turunan pirazolinon. Mekanisme kerja NSAID adalah dengan jalan menghambat enzim siklooksigenase

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun berat. Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mengganggu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. kecenderungan konsumsi (pola penggunaan) obat, sebagai ukuran untuk

PETIDIN, PROPOFOL, SULFAS ATROPIN, MIDAZOLAM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Parasetamol atau asetaminofen atau N-asetil-p-aminofenol merupakan

inflamasi non steroid turunan asam enolat derivat oksikam yaitu piroksikam (Mutschler, 1991; Gringauz, 1997). Piroksikam digunakan untuk pengobatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di instalasi rekam medik RSUP dr. Kariadi Semarang,

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN (Sari, 2007). Parasetamol digunakan secara luas di berbagai negara termasuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V PEMBAHASAN. A. Skala Nyeri Sebelum dan Sesudah Pemberian Minuman Jahe. sebagian responden mengatakan bahwa nyeri yang dirasakan berkurang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1mm/KgBB + tramadol. Dalam hal ini, masing-masing data akan

MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL

turunan oksikam adalah piroksikam (Siswandono dan Soekardjo, 2000). Piroksikam mempunyai aktivitas analgesik, antirematik dan antiradang kuat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V HASIL PENELITIAN. Sampel yaitu 30 responden yang terdiri dari masing-masing 15 responden yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. vitamin ataupun herbal yang digunakan oleh pasien. 1. Distribusi Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin

I. PENDAHULUAN. Parasetamol merupakan obat antipiretik dan analgetik yang telah lama

BAB V PEMBAHASAN. perineum pada ibu postpartum di RSUD Surakarta. A. Tingkat Nyeri Jahitan Perineum Sebelum Diberi Aromaterapi Lavender

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seorang ahli anestesi. Suatu studi yang dilakukan oleh Pogatzki dkk, 2003

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Inflamasi atau yang lebih dikenal dengan sebutan radang yang merupakan respon perlindungan setempat yang

OBAT ANALGETIK, ANTIPIRETIK dan ANTIINFLAMASI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALGETIKA. Non-Steroidal Antiinflamatory Drugs (OAINS/Obat Antiinflamasi Non-Steroid) Analgetika opioid. Analgetika opioid

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. membuatya semakin parah. Ambang batas nyeri yang dapat ditoleransi seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Natrium diklofenak merupakan obat golongan anti-inflamasi nonsteroid

BAB I PENDAHULUAN. dibuktikan manfaatnya (Sudewo, 2004; Tjokronegoro, 1992). zingiberaceae, yaitu Curcuma mangga (Temu Mangga). Senyawa fenolik pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari lemak tumbuhan maupun dari lemak hewan. Minyak goreng tersusun

Para-aminofenol Asetanilida Parasetamol Gambar 1.1 Para-aminofenol, Asetanilida dan Parasetamol (ChemDraw Ultra, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. Aspirin adalah golongan Obat Anti Inflamasi Non-Steroid (OAINS), yang

Gambar 1.1. Struktur turunan N-arilhidrazon (senyawa A) CH 3

[FARMAKOLOGI] February 21, Obat Anti Inflamasi Non Steroid ( OAINS ) Pada th/ sistomatis, tidak u/ th/ kausal. Ibuprofen, asam mefenamat,

Dr. H. Lilian B Koord. Blok Kedokteran Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. Luka adalah kasus yang paling sering dialami oleh manusia, angka kejadian luka

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hal ini disebabkan karena penambahan gugus-gugus pada struktur parasetamol tersebut menyebabkan perubahan sifat kimia fisika senyawa, yaitu sifat

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun bagi manajemennya. Diperlukan suatu pengetahuan dan keterampilan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pada penelitian farmakologi tentang efektivitas obat antinyeri parasetamol dan tramadol pada pasien sirkumsisi dengan sampel berjumlah 18 anak didapatkan persebaran data hasil penelitian sebagai berikut : Tabel 2. Karakteristik intensitas nyeri pada pemberian parasetamol dan tramadol pasien sirkumsisi Intensitas Nyeri Parasetamol Tramadol N % N % 2 2 11,2 8 44,4 3 4 22,2 2 11,1 4 2 11,2 3 16,7 5 2 11,2 3 16,7 6 3 16,7 2 11,1 7 5 27,8 0 0 Jumlah 18 100 18 100 Berdasarkan tabel diatas bahwa intensitas nyeri terendah pada parasetamol dan tramadol adalah 2, sedangkan tertinggi pada parasetamol 7 dan tramadol 7. Nilai intensitas nyeri terbanyak pada parasetamol ada di angka 7 yaitu 5 (12,8%), sedangkan tramadol di angka 2 yaitu 8 (44,4%). Intensitas nyeri menggunakan VAS dikategorikan menjadi ringan (1-3), sedang (4-7) dan berat (8-10). Berdasarkan analisis bivariat antara intervensi obat parasetamol dan tramadol pada pasien pra sirkumsisi terhadap intensitas nyeri saat sirkumsisi menggunakan analisis Chi Square didapatkan hasil sebagai berikut : 40

41 Tabel 3. Perbedaan Tramadol dan Parasetamol dalam menurunkan intensitas nyeri saat sirkumsisi Intensitas Nyeri Ringan Sedang Nilai p N % N % Intervensi Parasetamol 5 27,8 13 72,2 0,001 Obat Tramadol 15 83,3 3 16,7 Total 20 55,6 16 44,4 Sampel penelitian ini berjumlah 18 pasien sirkumsisi. Setelah diberikan intervensi sebelum dilakukan sirkumsisi dan kemudian dinilai dengan VAS maka pemberian obat parasetamol sebanyak 5 anak (27,8%) menunjukkan nyeri ringan yaitu intensitas nyeri 1-3 dan sebanyak 13 anak (72,2%) menunjukkan nyeri sedang yaitu intensitas nyeri 4-6. Berbeda dengan tramadol terdapat 15 anak (83,3%) menunjukkan nyeri ringan dan sebanyak 3 orang (16,7%) menunjukkan reaksi nyeri sedang. Intervensi antara obat parasetamol dan tramadol terhadap intensitas nyeri ringan dan sedang Pada pemberian parasetamol maupun tramadol tidak ada yang menunjukkan nyeri berat yaitu intensitas nyeri 8-10. Pemberian tramadol lebih besar pengaruhnya dalam mengurangi intensitas nyeri pada sirkumsisi didapatkan bahwa pasien yang menunjukkan intensitas nyeri ringan sebanyak 83,3% lebih banyak dari parasetamol hanya 27,8%. Parasetamol lebih banyak dapat menurunkan intensitas nyeri saat sirkumsisi di kategori sedang yaitu sebesar 72,2%. Berdasarkan hasil analisis diatas bahwa pemberian tramadol dan parasetamol mempunyai perbedaan yang signifikan, hal ini dibuktikan dengan nilai p sebesar 0,001 atau p < 0,005.

42 B. Pembahasan Pada penelitian ini didapatkan bahwa tramadol lebih baik daripada parasetamol pada tindakan sirkumsisi dengan menggunakan penilaian VAS. Tramadol merupakan obat analgetik golongan opioid lemah yang biasa digunakan pada nyeri keganasan sedang berat atau pasca operasi. Menurut Yilmaz et., al (2015) menyebutkan bahwa tramadol lebih efektif terapi analgesic daripada parasetamol pada operasi diskus vertebra lumbalis. Berdasarkan WHO Analgesic Ladder bahwa parasetamol digunakan untuk nyeri ringan, sedangkan tramadol digunakan untuk nyeri sedang yang artinya bahwa kedudukan tramadol lebih tinggi dibandingkan parasetamol dalam mengatasi nyeri (Farasturi & Windiastuti 2005). Gambar 7. Step Analgesic Ladder WHO Pada gambar step analgesic ladder WHO diatas bahwa parasetamol diberikan pada nyeri ringan agar bisa menghilangkan nyeri, sedangkan tramadol bisa diberikan pada intensitas nyeri yang lebih tinggi lagi. Hal ini

43 sesuai dengan penelitian saya bahwa parasetamol hanya bisa menurunkan nyeri sampai intensitas nyeri ringan yaitu skala 5 (27,8%) dibuktikan dengan sebagian responden menilai pada skala tersebut. Berbeda dengan tramadol yang mampu memberikan intensitas nyeri yang lebih ringan yaitu 2 (44,4%) dibuktikan dengan sebagian responden menilai pada skala tersebut. Berdasarkan pembuktian ini dapat ditarik garis kesimpulan bahwa sirkumsisi yang merupakan bagian operasi pada anak yang dapat memberikan skala nyeri berat dengan pemberian tramadol mampu menurunkan intensitas nyeri lebih baik daripada parasetamol. Parasetamol hanya mampu bekerja pada skala intensitas nyeri ringan, sedangkan sirkumsisi bisa menimbulkan skala nyeri sedang hingga berat. Sirkumsisi merupakan bagian dari operasi kecil yang merupakan kompetensi ketrampilan klinis dokter. Pada penelitian yang dilakukan oleh Nurul (2014) menyebutkan bahwa pemberian parasetamol kurang efektif untuk menurunkan nyeri dengan pengukurang menggunakan VAS (Ulfa 2014). Disebutkan juga pada penelitian yang dilakukan oleh Yilmaz et., al (2015) bahwa intravena parasetamol sendiri tidak mampu memberikan efektif analgesik pada operasi diskus vertebra lumbal dengan penilaian VAS. Hal ini sesuai dengan penelitian saya bahwa parasetamol masih menimbulkan nyeri yang cukup berat dengan skala intensitas nyeri sedang (72,7%) belum bisa mencapai intensitas nyeri ringan.

44 Cara kerja parasetamol atau asetaminofen dengan gugus senyaaw N- asetil-p.aminofenol (C8H9NO2) berbeda dengan tramadol. Parasetamol merupakan obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) bekerja dengan cara menghambat enzim siklooksigenase, sehingga mengganggu konversi asam arakhidonat menjadi prostaglandin yang merupakan mediator nyeri. Parasetamol bekerja pada sistem saraf pusat dengan menghambat sintesis prostaglandin. Memang parasetamol obat yang sudah familiar digunakan secara luas diberbagai negara sebagai analgesic dan antipiretik (Darsono 2010). Parasetamol dimetabolisme di hepar oleh enzim sitokrom P450 yang sebagian besar menjadi senyawa nontoksik seperti asam glukoronik, sistein, dan sebagian kecil menjadi senyawa toksik yaitu NAPQI. NAPQI dapat menyebabkan kerusakan sel hepar dan kegagalan fungsi ginjal pada overdose parasetamol (Utomo 2016). Efek samping parasetamol yang dapat terjadi seperti lesi tubulus renal, erimatous, ulcer pada mulut dan gangguan hepar. Tramadol merupakan bagian dari opiod lemah sejenis dengan kodein. Tramadol bekerja memblok sistem syaraf pusat yang mengendalikan rangsang nyeri yaitu kortek serebri. Tramadol berbeda dari kebanyakan opioid lainnya karena mempunyai mekanisme yang multiple aksi analgesiknya yaitu mengikat pada reseptor µ-opiod dan menghambat ambilan neuronal norepinefrin dan serotonin. Tramadol efektif pada tahap nyeri akut maupun kronis. Efek samping tramadol adalah mual, muntah, pusing, berkeringat, mengantuk, mulut kering (Merchante et al. 2013). Walaupun tramadol merupakan obat nyeri sedang dan termasuk dalam kategori opiod, tetapi masih

45 aman untuk dikonsumsi anak. Pada penelitian bahwa penggunaan tramadol aman dan masih ditoleransi pada anak dan remaja untuk kejadian nyeri (Vandenbossche et al. 2015). Dikuatkan juga oleh penelitian yang dilakukan oleh Marzuillo (2014) bahwa tramadol aman untuk pasien anak rawat inap dan rawat jalan dan tetap dipantau untuk faktor risikonya (Marzuillo, Calligaris & Barbi 2014). Kelemahan pada penelitian ini adalah pada skala pengukuran nyeri hanya menggunakan VAS yang mana bersifat subjektif. Perasaan nyeri pasien sirkumsisi berdasarkan pengalaman dan ambang nyeri masing-masing orang berbeda-beda. Selain itu, jumlah sampel yang didapatkan sangatlah sedikit walaupun sudah memenuhi kriteria sampel penelitian ini. Walaupun pada penelitian ini menunjukkan bahwa tramadol lebih baik daripada parasetamol dalam mengatasi nyeri pada pasien sirkumsisi, akan tetapi tetap dipantau efek sampingnya.