BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka. Sayatan atau luka yang dihasilkan

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

BAB V PEMBAHASAN. terhadap intensitas nyeri ibu nifas post sectio caesarea di RSUD Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. Sectio Caesarea (SC) terus meningkat di seluruh dunia, khususnya di

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan

BAB I PENDAHULUAN. menyelamatkan ibu maupun bayinya. kejadian SC di Cina, Mexico, Brazil lebih dari 35%. Angka kejadian terus

BAB I PENDAHULUAN. jaringan aktual dan potensial yang menyebabkan seseorang mencari. perawatan kesehatan ( Smeltzer & Bare, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan menurut Wahyuningsih (2005), terapi Intravena adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan umur bayi atau lebih dari 90 persen.

GAMBARAN KECEMASAN IBU PRA SECTIO CAESAREA (SC) DI RUANG VK RSUD HASANUDDIN DAMRAH MANNA BENGKULU SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. (21,8%) diantaranya persalinan dengan Sectio Caesarea (Hutapea, H, 1976).

BAB I PENDAHULUAN. dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Brunner & Suddarth, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan operasi seksio sesaria menurut Sarwono (2008) dalam buku Ilmu

BAB 1 PENDAHULUAN. Sectio Caesaria (SC), dimana SC didefinisikan sebagai proses lahirnya janin

BAB I PENDAHULUAN. dengan bantuan atau tanpa bantuan (Manuaba, 2010). waktu (yaitu 12 hari atau lebih melewati tanggal taksiran partus) dan ketuban

BAB I PENDAHULUAN. panggul atau ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar

BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. keperawatan kecemasan pada pasien pre operasi sectio caesarea di RSUD

BAB I PENDAHULUAN. kurang dari 24 jam tanpa komplikasi baik bagi ibu maupun bagi janin (Prawirohardjo,

BAB I PENDAHULUAN. paling umum untuk mencari pertolongan kesehatan. Seseorang yang nyeri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman modern ini banyak ibu yang memilih melakukan

BAB I PENDAHULUAN. yang dilahirkan harus aman dan sehat serta membawa kebahagiaan bagi ibu dan

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. (2010) dikutip dalam Andarmoyo (2013) menyatakan bahwa nyeri merupakan

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI LAPARATOMI SAAT PERAWATAN LUKA DI RSUD MAJALENGKA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, dengan prioritas utama pada upaya peningkatan kualitas pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan dengan cepat, tepat dan benar. Diberikan melalui

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU POST SECTIO CAESAREA HARI KE-1 DENGAN NYERI LUKA OPERASI DI PAVILIUN MELATI RSUD KABUPATEN JOMBANG

BAB I PENDAHULUAN. bayi yang dilakukan dengan cara insisi pada dinding abdomen ibu (WHO,

BAB I PENDAHULUAN. International for the Study of Pain (IASP) nyeri merupakan pengalaman yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar bealakang. Setiap wanita menginginkan persalinannya berjalan lancar dan dapat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Aloei Saboe Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota

BAB I PENDAHULUAN. sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut. Section Caesarea

PENGARUH TEKNIK AKUPRESURE TERHADAP PERUBAHAN SKALA NYERI PADA KLIEN POST OPERASI SECTIO CAESAREA DI RSUD 45 KUNINGANTAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan adalah rangkaian proses fisiologis yang berakhir dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. berkedudukan di jalan Prof. Dr. H. Aloei Saboe Nomor 91 RT 1 RW 4 Kelurahan

BAB I PENDAHULUAN. dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal.

PENGARUH AROMATERAPI TERHADAP NYERI PADA PASIEN POST OPERASI SECTIO CAESAREA DI RSUD KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN

GAMBARAN PELAKSANAAN PERAWATAN LUKA POST OPERASI SECTIO CAESAREA (SC) DAN KEJADIAN INFEKSI DI RUANG MAWAR I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. beberapa kondisi tertentu proses kehamilan harus dilakukan dengan operasi. caesar atau lebih dikenal dengan sectio caesarea.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa, dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam

BAB I PENDAHULUAN. caesarea yaitu bayi yang dikeluarkan lewat pembedahan perut (Kasdu, 2003)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang banyak dialami oleh manusia. Meskipun bukan merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah persalinan sectio caesarea. Persalinan sectio caesarea adalah melahirkan janin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Operasi adalah semua tindakan pengobatan yang mengunakan cara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN. patologis kadang membutuhkan tindakan pembedahan (sectio caesarea).

Kata Kunci: Pengetahuan Mahasiswi, Persalinan, Hypnobirthing

Kata kunci: mobilisasi dini, penyembuhan luka operasi, sectio caesarea(sc)

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan angka kematian ibu (Maternal Mortality Rate) dan angka. kematian bayi (Neonatal Mortality Rate). (Syaiffudin, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu target Millenium Development Goals 4 (MDGs4) adalah Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. merupakan prioritas tertinggi dalam Hirarki Maslow, dan untuk manusia

BAB I PENDAHULUAN. meliputi sebagai berikut : bayi terlalu besar, kelainan letak janin, ancaman

Pemberian Terapi Relaksasi Pernapasan Diapragma bagi Pasien Hipertensi di. Instalasi Gawat darurat Eka Hospital Tangerang Selatan 2015

BAB I PENDAHULUAN. IGD hendaknya berdasarkan dengan sistem triage. Triage adalah cara

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya metode sectio caesarea, bukan hanya ibu yang akan menjadi aman

BAB I PENDAHULUAN. dengan Sectio Caesaria (SC) adalah sekitar 10 % sampai 15 %, dari semua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Nyeri pada penderita artritis reumatoid adalah gejala yeng sering

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan

BAB I PENDAHULUAN. macam aspek, diantaranya pertolongan persalinan yang salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi sering disebut sebagai penyakit silent killer karena pada

BAB 1 PENDAHULUAN. di negara berkembang. Di negara miskin, sekitar 25-50% kematian wanita subur

BAB I PENDAHULUAN. negara maju tetapi juga di negara berkembang. Menurut data laporan dari Global

BAB I PENDAHULUAN. Secara global angka pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan masih

BAB I PENDAHULUAN. progresif. Perubahan serviks ini memungkinkan keluarnya janin dan produk

SKRIPSI SULASTRI J

BAB I PENDAHULUAN. dinding abdomen dan uterus (Fraser, 2009). Sedangkan menurut Wiknjosastro

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. gagal bisa juga berakibat buruk. Hal ini sangat tergantung kapan, bagaimana,

BAB V PEMBAHASAN. perineum pada ibu postpartum di RSUD Surakarta. A. Tingkat Nyeri Jahitan Perineum Sebelum Diberi Aromaterapi Lavender

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Asuhan intrapartum merupakan asuhan yang diberikan kepada ibu

BAB I PENDAHULUAN. Persalinan adalah suatu proses mendorong keluar hasil konsepsi (janin, plasenta dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sectio Caesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan dengan berat

ASUHAN KEPERAWATAN Ny. S DENGAN POST OPERASI SECTIO CAESAREA INDIKASI KETUBAN PECAH DINI DI RUANG VK RSUD dr. MOEWARDI SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan yang pesat selama golden period. Pemberian nutrisi yang baik perlu

BAB I PENDAHULUAN. dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi Caesar adalah operasi besar pada bagian perut/operasi besar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Ahli Madya Keperawatan

BAB I PENDAHULUAN. Appendisitis merupakan peradangan yang terjadi pada Appendiks vermiformis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seorang ibu mengalami perubahan-perubahan yang terjadi baik fisik maupun

BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk mengeluarkan bayi melalui insisi pada dinding perut dan

2015 GAMBARAN BENDUNGAN ASI BERDASARKAN KARAKTERISTIK PADA IBU NIFAS DENGAN SEKSIO SESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM TINGKAT IV SARININGSIH BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, penyakit ini dapat mengenai semua umur baik laki-laki maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

PERBEDAAN PERUBAHAN INTENSITAS NYERI SELAMA PERAWATAN POST SEKSIO SESAREA ANTARA PASIEN YANG MENGGUNAKAN TEHNIK DISTRAKSI DAN RELAKSASI DI RSU.

BAB 1 PENDAHULUAN. Meskipun demikian, kecenderungan sistem perawatan kesehatan baru baru ini

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST SECTIO CAESARIA AKIBAT PLASENTA PREVIA TOTALIS DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Rasa nyaman berupa terbebas dari rasa yang tidak menyenangkan adalah

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri dalam persalinan merupakan hal yang normal sebagai warning system yang menunjukkan bahwa waktu persalinan sudah tiba. Nyeri dalam persalinan timbul akibat kontraksi otot-otot dinding rahim yang disebabkan oleh janin yang mulai berputar mencari jalan lahir, Menurut Cunningham (2004) Nyeri persalinan, sebagai kontraksi miometrium, merupakan proses fisiologis dengan intensitas yang berbeda pada masing- masing individu (Judha, Sudarti&Fauziah, 2012). Dengan kata lain setiap persalinan pasti mengalami nyeri baik pervaginam maupun persalinan secara operasi seperti Sectio Caesarea (SC). Persalinan SC memberi sumbangan nyeri yang bukan lagi nyeri fisiologis dari persalinannya tetapi dari luka sayatan pada area yang dibedah. Dari survei awal yang dilakukan penulis dengan interview pada 10 orang ibu yang pernah menjalani persalinan SC semua ibu menyatakan bahwa persalinan SC menyebabkan nyeri post operasi (Post Op.). Sejak 1985 organisasi WHO menetapkan standar rata-rata Sectio Caesarea di sebuah negara adalah 10-15%, semenjak hal itu angka kejadian SC meningkat baik di negara maju maupun negara berkembang (WHO, 2015). Permintaan Sectio Caesarea di sejumlah negara berkembang melonjak pesat setiap tahunnya (Judhita, 2009). Kecenderungan SC di Indonesia pun sejak dua dekade terakhir ini, mengalami peningkatan meskipun diktum sekali SC selalu SC di Indonesia tidak dianut (Roeshadi, 2006 dalam Sukowati, 2010). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan kelahiran 1

2 bedah sesar sebesar 9,8 % dengan proporsi tertinggi di DKI Jakarta (19,9%) dan terendah di Sulawesi Tenggara (3,3%) (Depkes RI, 2013). Di daerah Jawa Timur, Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo sebagai rumah sakit rujukan terbesar di Jawa Timur ditemukan bahwa angka kejadian persalinan dengan SC pada tahun 2008 adalah 1478 kasus (23,3%) 6335 dari total persalinan (Yudoyono, 2008 dalam Nurak 2011). Dari data hasil studi pendahuluan pada rekam medik Rumah Sakit Ibu dan Anak Lombok Dua Dua dalam 3 tahun terakhir angka kejadian SC mengalami peningkatan yaitu sebanyak 628 orang pada tahun 2013, pada tahun 2014 sebanyak 1089 orang dan tahun 2015 menjadi 1.141 orang. Persalinan secara SC memberikan dampak bagi ibu dan bayi, nyeri yang hilang timbul akibat pembedahan pada dinding abdomen dan dinding rahim yang tidak hilang hanya dalam satu hari itu memberi dampak seperti mobilisasi terbatas, bounding attachment (ikatan kasih sayang) terganggu/tidak terpenuhi, Activity of Daily Living (ADL) terganggu pada ibu dan akibatnya nutrisi bayi berkurang sebab tertundanya pemberian ASI sejak awal, selain itu juga mempengaruhi Inisiasi Menyusui Dini (IMD) yang akan mempengaruhi daya tahan tubuh bayi yang dilahirkan secara SC (Afifah, 2009). Penelitian oleh Hillan tahun 1992 mengenai SC melibatkan 100 wanita dan metode pengumpulan data yang beragam, Ia menekankan kesulitan wanita dalam menghadapi Dampak fisik dan psikologis operasi mayor pascanatal, yang dapat terjadi pada puncak persalinan yang lama dan melelahkan. Ketika masih dirumah sakit, sebagian besar (68%) mengalami kesulitan dengan perawatan bayi, yang berkaitan dengan mengangkat atau menggendong bayi, bergerak naik dan turun tempat tidur, dan menemukan posisi yang nyaman pada saat Menyusui. Walaupun tidak disebutkan secara eksplisit, mungkin bahwa nyeri tersebut bertanggung jawab untuk kesulitan ini, terutama dalam hal lambatnya penyembuhan ibu (Mander, 2003).

3 Toxonomi Comitte of The International Assocation mendefinisikan nyeri post operasi sebagai sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosi yang berhubungan dengan kerusakan jaringan potensial nyata atau menggambarkan terminologi suatu kerusakan (Maryunani, 2010). Nyeri post operasi akan meningkatkan stres post operasi dan memiliki pengaruh negatif pada penyembuhan nyeri (Potter&Perry, 2006). Suatu proses pembedahan setelah operasi atau post operasi akan menimbulkan respon nyeri. Sectio Caesarea adalah proses persalinan dengan melalui pembedahan dimana irisan dilakukan di perut ibu (laparatomi) dan rahim (histerotomi) untuk mengeluarkan bayi. Lebih dari 85% indikasi Sectio Caesarea dilakukan karena riwayat Sectio Caesarea, distosia persalinan, gawat janin dan letak sungsang (Cunningham, 2006 dalam Lukman, 2013). Nyeri yang dirasakan ibu post partum dengan Sectio Caesarea berasal dari luka yang terdapat dari perut (Kasdu, 2003 dalam Fitri, Trasyani &Maryati, 2012). Menurut Artur C. Curton (1983) (dalam, Maryunani 2010) mengatakan bahwa nyeri merupakan suatu mekanisme bagi tubuh, timbul ketika jaringan sedang rusak, dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan rangsangan nyeri. Nyeri biasanya terjadi pada 12 sampai 36 jam setelah pembedahan, dan menurun pada hari ketiga (Kozier, 2004 dalam Fitri,dkk., 2012). Adapun proses terjadinya nyeri menurut Lindamen & Athie dalam Hartanti (2005), adalah dimulai ketika bagian tubuh terluka oleh tekanan, potongan, sayatan, dingin atau kekurangan oksigen pada sel, maka bagian tubuh yang terluka akan mengeluarkan berbagai macam substansi intraseluler dilepaskan ke ruang ekstraseluler maka akan mengiritasi nosiseptor. Saraf ini akan merangsang dan bergerak sepanjang serabut saraf atau neurotransmisi yang akan menghasilkan substansi yang disebut dengan neurotransmitter seperti

4 prostaglandin dan epineprin, yang membawa pesan nyeri dari medula spinalis ditransmisikan ke otak dan dipersepsikan sebagai nyeri. (Judha, dkk., 2012). Kontrol nyeri yang baik akan mengurangi intensitas nyeri yang dirasakan. Intensitas nyeri dirasakan berbeda oleh masing- masing ibu. Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh individu. Pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling mungkin adalah menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun, pengukuran dengan tehnik ini juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri (Tamsuri, 2007). Intensitas nyeri adalah jumlah nyeri yang terasa. Intensitas nyeri dapat diukur dengan menggunakan angka 0 sampai 10 pada skala intensitas nyeri (Maryunani, 2010). Penatalaksanaan untuk mengurangi intensitas nyeri dapat dilakukan secara farmakologis atau menggunakan obat-obatan dan dapat pula dengan terapi non-farmakologis atau tanpa menggunakan obat-obatan dengan menggunakan teknik tertentu yang kemudian akan mengurangi intensitas nyeri itu sendiri. Terapi non farmakologis yang sudah sering digunakan dalam penanganan nyeri adalah terapi relaksasi yang memberikan efek relaks dan tenang pada penderita nyeri sehingga intensitas nyerinya berkurang. Salah satu teknik relaksasi yang paling sering digunakan pada setiap keadaan nyeri adalah teknik relaksasi nafas dalam. Teknik relaksasi nafas dalam dilakukan dengan mengajarkan dan menganjurkan klien mengatur nafas yang baik, menarik nafas dalam dan menghembuskan nafas sembari mengeluarkan perasaan nyeri yang dirasakan. Mekanisme yang

5 terjadi saat pasien menarik nafas dalam dalam adalah terjadi relaksasi pada otot skelet sehingga menyebabkan paru membesar, pasokan oksigen ke paru bertambah sehingga membuka pori-pori Kohn di alveoli sehingga meningkatkan konsentrasi oksigen yang akan dibawa ke pusat nyeri. Sylvia (2006) ( dalam Emaliyawati, 2009) menyatakan bahwa inspirasi dalam efektif untuk membuka pori-pori khon dan menimbulkan ventilasi kolateral ke dalam alveolus di sebelahnya yang mengalami penyumbatan. Dengan demikian kolaps akibat absorpsi gas ke dalam alveolus yang tersumbat dapat dicegah. (dalam keadaan normal absorpsi gas ke dalam darah lebih mudah karena tekanan parsial total gas- gas darah sedikit lebih rendah daripada tekanan atmosfer akibat lebih banyaknya O2 yang diabsorpsi ke dalam jaringan daripada CO2 yang diekskresikan). Selama ekspirasi, pori-pori khon menutup, akibatnya tekanan di dalam alveolus yang tersumbat meningkat sehingga membantu pengeluaran sumbatan mukus. Bahkan dapat dihasilkan gaya ekspirasi yang lebih besar, yaitu sesudah bernafas dalam, glotis tertutup dan kemudian terbuka tiba-tiba seperti pada proses batuk normal. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Trullyen Vista Lukman (2013) tentang Pengaruh Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Intensitas nyeri pada pasien Post-operasi Sectio Caesarea di RSUD. Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo menunjukkan bahwa terjadi penurunan skala intensitas nyeri pada setiap pasien post operasi SC. Dengan hasil penelitian menunjukkan skala nyeri ibu nifas post SC setelah dilakukan yang terbanyak yakni pada skala 2 (nyeri) dengan presentase 61,54%, dengan total 24 responden, dan 2 responden menunjukkan skala nyeri 4 (sangat nyeri) dengan presentase 5,13%. Selain teknik relaksasi nafas dalam terdapat teknik relaksasi yang lain yang juga mudah diterapkan yaitu teknik relaksasi genggam jari.

6 Mekanisme dari relaksasi genggam jari ini adalah menggenggam jari sambil menarik nafas dalam dalam (relaksasi) sehingga dapat mengurangi dan menyembuhkan ketegangan fisik dan emosi, karena genggaman jari akan menghangatkan titik-titik keluar dan masuknya energi pada meridian (energi channel) yang terletak pada jari tangan kita (Liana, 2008). Dengan berprinsip pada teori Gate Control yang menyatakan bahwa stimulasi kutaneous mengaktifkan transmisi serabut saraf sensori A-beta yang lebih besar dan lebih cepat. (Maryunani, 2010). Hasil penelitian terdahulu oleh Linatu Sofiyah, dkk tahun 2014 tentang pengaruh teknik relaksasi genggam Jari Terhadap Perubahan Skala Nyeri Pada Pasien Post Op.erasi SC di RSUD Prof. DR. Margono Soekardjo Purwokerto menunjukkan bahwa teknik relaksasi ini berpengaruh terhadap penurunan intensitas nyeri dimana hasil dari penelitiannya menunjukkan bahwa sebelum teknik relaksasi genggam jari terdapat 9 responden (56,2%) menyatakan nyeri sedang dan 7 responden (43,8%) menyatakan nyeri berat dan sesudah teknik relaksasi genggam jari terdapat 8 responden (50%) menyatakan nyeri ringan, 6 responden (37,5%) menyatakan nyeri sedang dan 2 responden (12,5%) menyatakan nyeri berat, hasil ini menyatakan bahwa ada pengaruh teknik relaksasi genggam jari terhadap perubahan skala nyeri pada pasien post operasi Sectio Caesarea. Hal ini yang kemudian membuat penulis tertarik untuk meneliti teknik relaksasi mana yang lebih efektif dalam menurunkan intensitas nyeri pada pasien Post Op. SC antara teknik relaksasi nafas dalam dengan teknik relaksasi genggam jari. Untuk itu perlu dilakukan penelitian untuk melihat perbedaan efektivitas dari kedua jenis relaksasi ini terhadap penurunan intensitas nyeri pasien Post Op. SC.

7 1.2 Rumusan Masalah Adakah Perbedaan Efektivitas Pemberian Teknik Relaksasi Nafas Dalam dengan Teknik Relaksasi Genggam Jari Terhadap Skala Intensitas Nyeri pada Pasien dengan Post Operasi Sectio Caesarea di Rumah Sakit Ibu dan Anak Lombok Dua Dua?. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui Perbedaan Efektivitas Pemberian Teknik Relaksasi Nafas Dalam dengan Teknik Relaksasi Genggam Jari Terhadap Skala Intensitas Nyeri pada Pasien dengan Post Operasi Sectio Caesarea di Rumah Sakit Ibu dan Anak Lombok Dua Dua. 1.3.2 Tujuan Khusus 1.3.2.1 Menganalisis perbedaan skala intensitas nyeri sebelum dan sesudah diberikan teknik relaksasi nafas dalam. 1.3.2.2 Menganalisis perbedaan skala intensitas nyeri sebelum dan sesudah diberikan teknik relaksasi genggam jari. 1.3.2.3 Menganalisis Perbedaan efektivitas pemberian teknik relaksasi nafas dalam dengan teknik relaksasi genggam jari terhadap skala intensitas nyeri pada pasien Post Op SC. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan keperawatan khususnya dalam hal manajemen nyeri.

8 1.4.2 Manfaat Praktis 1.4.2.1 Bagi Responden Mendapatkan pengetahuan dan intervensi yang efektif dalam penanganan atau manajemen nyeri Post Op. SC secara non farmakologis. 1.4.2.2 Bagi Peneliti Mendapatkan pengalaman dan kemampuan dalam melaksanakan penelitian serta analisis data sesuai dengan metode penelitian dan aturan yang benar dan menjadi wadahh penerapan ilmu keperawatan dalam masyarakat khususnya manajemen nyeri nonfarmakologi. 1.4.2.3 Bagi Institusi Hasil penelitian ini bisa menjadi sumber informasi teoritis mengenai manajemen nyeri Post Op. SC dan acuan bagi pengembangan penelitian selanjutnya.